BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1.
Deskripsi Umum Wilayah. Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu
Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang baru dimekarkan dari Kecamatan Bongomeme
pada tanggal 27 Desember Tahun 2012. Kecamatan
Dungaliyo memiliki sepuluh desa dengan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Dungaliyo ± 16.405 jiwa 4.105 KK, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kecamatan Dungaliyo memiliki luas 10.221 km dan terletak dibagian ujung barat ibukota Kabupaten Gorontalo (Limboto). Batas-batas Wilayah sebagai berikut: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tibawa,
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Biluhu,
-
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan tabongo,
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bongomeme. Batas terjauh wilayah dari Barat ke Timur ± 8 Km dari Utara ke Selatan ± 5
Km, Jarak dari ibukota Kecamatan ke ibu kota Kabupaten ± 15 Km. Secara rinci letak Kecamatan Dungaliyo sebagai lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1 dan jarak antara antara pusat kecamatan ke masing-masing desa disajikan pada Tabel 2.
1
U B
T S
KECAMATAN BONGOMEME
KECAMATAN DUNGALIYO
Gambar 2. Lokasi Penelitian Peta Kecamatan Dungaliyo Pemekaran dari Kecamatan Bongomeme, 2013
Tabel 2. Jarak Dari Ibu Kota Kecamatan ke Masing-Masing Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Desa
Ibu Kota Kecamatan Ke Masing-masing Pusat Desa (Km)
Luas Wilayah Desa km2 / (Ha)
2
750
1
Bongomeme
2
Duwanga
3,5
3.5
3
Dungaliyo
2
2000
4
Kaliyoso
2
150
5
Pilolalenga
1
2268
6
Ayuhula
2,5
1230
7
Ambara
4
1475
8
Pangadaa
1
450
9
Momala
4
647
10
Botubulowe
2
901
TOTAL 24 Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dungaliyo. 2013
10.221
2
Berdasarkan Tabel 2 jarak dari ibu kota kecamatan ke Desa Bongomeme berjarak 2 km, Desa Duwanga berjarak 3,5 km, Desa Dungaliyo 2 km, Desa Kaliyoso 2 km, Desa Pilolanga 1 km, Desa Ayuhula 2,5km, Desa Ambara 4 km, Desa Pangadaa 1km, Desa Momala 4 km, Desa Botubulowe 2 km. Dengan Luas Wilayah 10.221 km2.
2. Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Keluarga dan Status Lahan Penduduk atau masyarakat merupakan sekumpulan orang yang tinggal di suatu daerah tertentu yang terdiri dari masing-masing anggota keluarga. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Dungaliyo merupakan penduduk asli dan selebihnya merupakan pendatang dari luar Kecamatan Dungaliyo bahkan dari Provinsi Gorontalo. Jumlah penduduk menurut jumlah keluarga dan status lahan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Keluarga dan Status Lahan di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 Status Lahan Buruh Tani
Jumlah Keluarga (Kk)
Penggarap
Jumlah Penduduk (Orang)
22
8
240
18
8
22
465
20
14
565
8
537
14
6
2.727
345
6
312
17
10
Ayuhula
1.123
313
4
288
11
10
7
Ambara
1.491
366
4
342
16
4
8
Pangadaa
1.710
551
12
511
16
12
9
Momala
748
215
3
186
11
15
10
Botubulowe
1.817
476
5
443
9
19
16.405
4105
89
3756
154
106
No
Desa
Pemilik Lahan Tidak Penggarap menggarap 17 432
1
Bongomeme
1.733
479
2
Duwanga
1.010
274
8
3
Dungaliyo
1.893
521
4
Kaliyoso
2.153
5
Pilolalenga
6
Jumlah
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dungaliyo. 2013
3
Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Dungaliyo adalah ± 16.405 jiwa dan 4.105 KK yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Status petani belum seluruhnya terdaftar dalam keluarga tani terdiri dari pemilik lahan tidak menggarap berjumlah 89 orang, pemilik lahan penggarap berjumlah 3.756, penggarap berjumlah 154 dan buruh tani berjumlah 106 orang. Hasil penelitian penelitian meliputi deskripsi petani responden, karakteristik usahatani padi sawah, struktur biaya usahatani, pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dapat disajikan sebagai berikut.
B. Identitas Petani Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang petani, dalam identitas petani responden meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, dan lama berusahatani.
1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bekerja, dan cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani maka relatif muda menerima teknologi baru yang dianjurkan dibandingkan petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani yang masih muda berani menanggung resiko. Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan produktivitas. Berdasarkan kriteria umur, umur kurang dari 15 tahun dikategorikan umur belum produktif, umur 16 – 65 tahun dikategorikan umur produktif, dan umur lebih dari 65 tahun dikategorikan tidak produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Tabel 4. Umur Petani Responden Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Umur
Jumlah Petani
Persentase
1
1-15
-
0%
2
15-65
20
100%
3
>65
-
0%
Jumlah
20
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4 diatas, menunjukan bahwa umur petani responden yang belum produktif pada kategori 1-15 dengan jumlah 0%, sedangkan umur petani yang produktif 15-65 tahun bejumlah 20 orang atau 100%, umur petani yang tidak produktif dengan jumlah 0%. Pada umumnya kategori usia responden dalam penelitian ini tergolong usia produktif, sehingga responden mudah menerima teknologi baru dan mampu mengembangkannya serta menerapkan teknologi yang diterima sehingga menunjang dalam upaya meningkatkan produksi usahataninya.
2. Pendidikan Formal Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani sampel menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani sampel juga merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa dalam pendidikan responden bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
5
Tabel 5. Pendidikan Petani Responden Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Pendidikan
Jumlah Petani
Persentase
1
Tidak Sekolah
-
-
2
SD
7
35%
3
SMP
4
20%
4
SMA
7
35%
5
PT
2
10%
Jumlah
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukan tahun tingkat pendidikan responden berturut-berturut dengan pendidikan tingkat SMA (35%), pendidikan SMP berjumlah (20%) dan PT (Perguruan Tinggi) (10%). Tingkat pendidikan petani responden yang didominasi oleh pendidikan menengah kebawah yaitu pendidikan SD (7 orang) dan SMP (4 orang) atau jumlah total adalah (11) orang atau (55 %) dan pendidikan menengah keatas dan PT (Perguruan Tinggi) 9 orang atau (45%). Dengan demikian akan berpengaruh pada penerimaan dan penerapan teknologi. Tingkat pendidikan di Kecamatan Dungaliyo yang masih rendah, responden kurang pengetahuannya dalam peningkatan usahatani pada sistem tanam legowo. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam usahatani.
3. Pendidikan Non formal Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan non formal yang pernah ditempuh oleh petani sampel. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh petani tanpa melalui sekolah Formal. Pendidikan non formal yang teridentifikasi pada petani responden dalam keikutsertaan pada kegiatan penyuluhan, agar lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 6.
6
Tabel 6. Pendidikan Nonformal Petani Responden Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Jumlah Petani
Persentase
Ket
1
Penyuluhan (kali) 0
4
20%
Tidak Pernah
2
1-5
11
55%
Pernah
3
6-10
4
20%
Pernah
4
>11
1
5%
Pernah
20
100%
-
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarakan Tabel 6 terlihat bahwa petani telah mengikuti penyuluhan berjumlah 16 orang dan tidak mengikuti 4 orang. Petani yang mengikuti 1-5 kali penyuluhan berjumlah 11 orang atau 55%, kemudian 6-10 berjumlah 4 orang 20% dan yang lebih dari 11 orang berjumlah 1 orang atau 5%. Hal ini menunjukan bahwa petani yang ada di Kecamatan Dungaliyo banyak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan demi menambah wawasan dalam ilmu pertanian sehingga dapat meningkatkan pengalaman petani responden dalam berusahatani. Tingkat pendidikan ini juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani untuk meningkatkan pendapatan bagi petani responden.
4. Jumlah Tanggungan Petani Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani sampel. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan termotivasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa jumlah sampel menurut tanggungan keluarga dapat dilihat dalam Tabel 7.
7
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Jumlah Tanggungan
Jumlah Petani
Persentase
1
0
-
-
2
1-3
15
75%
3
>4
5
25%
Jumlah
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa petani sampel yang memiliki tanggungan 1-3 orang yang memiliki persentase 75% atau 15 orang. Sedangkan Petani yang memiliki tanggungan lebih dari 4 orang yang memilki persentase 25% atau 5 orang. Adapun banyak tanggungan kelurga petani sampel di Kecamatan Dungaliyo sangat mempengaruhi pendapatan bagi petani.
5. Pengalaman Berusahatani Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani banyak memiliki kemampuan dalam mengelolah usahataninya yang sedang dikembangkan. Pengalaman berusahatani petani sampel di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, agar lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8.
8
Tabel 8. Jumlah petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No
Pengalaman
Jumlah Petani
Persentase
1
1-10
3
15%
2
11-20
12
60%
3
21-30
3
15%
4
31-40
2
10%
Jumlah
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa lama usahatani petani sampel yaitu kisaran kurang 10 tahun sebanyak 3 orang atau 15%, lama pengalaman berusahatani kisaran 11-20 sebanyak 12 orang atau 60%, sedangkan kisaran 21-30 sebanyak 3 orang atau 15% dan kisaran 31-40 sebanyak 2 orang atau 10%. Lama usahatani menggambarkan kemampuan petani responden dalam mengelolah usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo. Pengelolaan usahatani mencakup perencanaan proses budidaya, panen, pemasaran, bahkan melihat permasalahan yang sering terjadi sehingga dapat menekan resiko kegagalan.
C. Karakteristik Petani Responden pada Usahatani Padi Sawah Yang Menerapkan Sistem Tanam Legowo Karakteristik usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo dalam penelitian ini berupa jenis usahatani, status lahan, luas lahan, pengalaman menanam sistem tanam legowo, sifat usahatani, alasan menggunakan sistem tanam legowo dan pola yang di gunakan oleh petani responden usahatani padi sawah merupakan jenis usahatani dilaksanakan oleh petani sampel, petani yang mengusahakan tanaman padi sawah pada sistem tanam legowo berjumlah 20 0rang.
9
1. Status Lahan Status lahan dalam usahatani meliputi lahan milik, lahan sewa dan penggarap. Pengenalan dan pemahaman unsur pokok usahatani menjadi sangat penting, terutama dalam kepemilikan lahan dan pengusahaan. Kepemilikan lahan akan memberi peningkatan pendapatan ekonomi bagi keluarga petani. Jumlah petani yang memiliki lahan milik dan dikerjakan sendiri berjumlah 17 orang dan petani penggarap berjumlah 3 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 9. Tabel 9. Status Lahan Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Legowo di Kecmatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No
Kepemilikan Lahan
Jumlah Petani
Persentase
1
Sewa
0
0%
2
Penggarap
3
15%
3
Pemilik/Penggarap
17
85%
Jumlah
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 9 menunjukan bahwa status lahan di Kecamatan Dungaliyo bervariasi. Kategori paling banyak adalah petani pemilik dan penggarap dengan presentase 85% dengan jumlah 17 orang dan yang paling sedikit adalah penggarap dengan presentase 15% dengan jumlah 3. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa yang paling banyak adalah petani pemilik/ penggarap dengan jumlah luas per hektar yang bervariasi antara 0,5 sampai 2 ha.
2. Luas lahan Luas lahan sangat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam hal penggunaan bibit, pupuk, peralatan, maupun obat-obatan yang diperlukan dalam pengolahan usahatani. Petani yang memilliki lahan usahatani yang akan memperoleh hasil produksi yang besar, tetapi tidak menjamin bahwa dengan lahan tersebut yang lebih produksi dalam memberikan hasil dibandingkan dengan
10
lahan usahatani yang kecil. Untuk mengetahui rata-rata luas lahan petani responden dapat lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Lahan Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo. No
Luas Lahan
Jumlah Petani
Persentase
1
0,5
5
15%
2
1
10
60%
3
1,5
3
20%
4
2
2
5%
Jumlah
20
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa petani sampel yang memiliki luas lahan 0,5 Ha sebanyak 5 orang atau 15%, petani yang memiliki luas 1 Ha berjumlah 10 atau 60%, petani yang memiliki luas lahan 1,5 Ha berjumlah 3 orang atau 20%, dan petani yang memiliki luas 2 Ha berjumlah 2 orang atau 5%. Hal ini membuktikan bahwa petani sampel sebagian besar memiliki luas yang cukup besar sehingga mereka mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang lebih kecil dari lahan mereka. Pengalaman usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo pada petani responden merupakan suatu awal uji coba di Kecamatan Dungaliyo. Sistem tanam legowo Di Kecamatan Dungaliyo di terapkan pada tahun 2010. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman petani responden pada sistem tanam legowo Di Kecamatan Dungaliyo berkisar 2-3 tahun. Alasan responden menggunakan sistem tanaman legowo pada usahatani padi sawah karena menguntungkan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo mendapat respon yang positif bagi petani karena bisa memberikan keuntungan bagi petani dan meningkatkan pendapatan bagi petani
11
responden. Pola tanaman yang digunakan oleh petani responden terdiri dari legowo 2:1 dan 4:1. Petani yang menggunakan 2:1 berjumlah 1 orang dan 4:1 berjumlah 19 orang. Petani responden di Kecamatan Dungaliyo dominan menerapkan sistem tanam legowo 4:1 dibandingkan legowo 2:1.
D. Deskripsi Usahatani Usahatani padi sawah merupakan usahatani yang dilaksanakan atau yang dikerjakan pada lahan tergenang. Sistem tanam pada usahtani padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dilakukan secara jajar legowo. Penanaman padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dilakukan dua kali setahun. Musim tanam pertama dilakukan antara bulan November hingga Maret dan musim tanam kedua dilakukan pada bulan April hingga Juli. Pola tanam yang digunakan yaitu jajar legowo 4:1 dan legowo2:1, sedangkan varietas benih yang digunakan adalah ciherang. Status lahan yang dikelola merupakan lahan milik, dengan rata-rata luas lahan 1,1 ha. Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam pada padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. sistem tanam legowo terdiri dari legowo 2:1 dan 4:1. Legowo 2:1 yaitu suatu tanaman terdapat dua baris tanaman padi kemudian diselingi oleh barisan kosong. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Gambar 3. Sistem Tanam Legowo 2:1
12
Berdasarkan Gambar 3 diatas menunjukan bahwa dalam sistem tanam legowo 2:1 dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapatkan tanaman sisipan. Dengan menggunakan jarak tanaman 27x27 cm. Sistem tanam legowo 4:1 yaitu suatu tanaman yang terdapat empat baris tanaman padi dan diselingi oleh baris kosong. Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 dengan menggunakan jarak tanam 27x27 cm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X X
X
X
X
X
X
X
X X
Gambar 4. Legowo 4:1 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola tanam ini cocok di terapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibandingkan pola tanam tegel (27x27 cm. Sistem budidaya padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dimulai
dengan
pengolahan lahan, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pascapanen. Sistem usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dijelaskan sebagai berikut: 1. Penggunaan Benih Petani di Kecamatan Dungaliyo yang menerapkan sistem tanam legowo menggunakan benih padi yang bersertifikat, yang diperoleh dengan cara membeli di Balai Penyuluhan Pertanian atau membeli kepada para penangkar benih yang
13
bersertifikat dengan harga rata-rata Rp. 6.947/bungkus. Benih bersertifikat terjamin mutunya dan juga bebas dari bibit penyakit, selain itu juga hasil produksinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil dari penggunaan benih padi tidak bersertifikat. Pemberian sertifikat benih ini dilakukan oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih, Departemen Pertanian. Jenis benih yang digunakan yaitu ciherang dengan tiga jenis yaitu label putih Rp 10.000/bungkus, label biru Rp. 6.000/bungkus dan label ungu Rp.8.000/sak, dalam setiap bungkus berisi 5 kilo gram. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi sawah pada sistem tanam legowo berkisar antara 25-30 kg/ha untuk satu kali musim tanam. 2. Persemaian Para petani di Kecamatan Dungaliyo melakukan persemaian dengan terlebih dahulu benih yang akan digunakan direndam selama ± 24 jam. Perendaman ini dimaksudkan agar benih dapat mengisap air yang cukup guna mempercepat perkecambahan. Setelah direndam, benih diperam selama ± 24 jam untuk memberi kesempatan gabah berkecambah dan setelah benih berkecambah maka benih siap disebar pada persemaian. Lahan persemaian telah disiapkan dengan bedenganbedengan dan diantara bedengan-bedengan dibuat selokan sebesar ± 30 cm, ini berguna untuk memudahkan penaburan benih, pemupukan, penyemprotan hama, pengairan, penyiangan dan pencabutan bibit. 3. Pengolahan Tanah Lahan sawah sebagai media tanam yang digunakan oleh petani dilakukan pengolahan sebelum penanaman. Pengolahan tanah dilakukan 2 kali, pertama pada saat musim penghujan dimana kondisi tanah dalam keadaan lembab sehingga memudahkan pengolahan tanah. Pengolahan tanah kedua menjelang musim tanam. Pengolahan tanah dilakukan menggunakan traktor. Menjelang musim tanam atau setelah pengolahan tanah kedua, maka bongkahan-bongkahan tanah dirapikan dengan menggunakan papan perata yang telah disiapkan oleh petani dengan kondisi lahan
14
sawah di airi tetapi tidak melebihi tinggi lahan dan di diamkan selama 1-3 hari, selanjutnya siap tanam. 4. Penanaman Setelah umur bibit 20 hari dipersemaian maka dilakukan penanaman. Cara tanam yang digunakan di Kecamatan Dungaliyo yaitu dengan cara sistem tanam legowo yang terdiri dari legowo 2:1 dan legowo 4:1. Penanaman dilakukan secara lurus dan teratur dengan tujuan untuk memudahkan penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit. Setelah penanaman selesai, kurang lebih selama 3 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada padi untuk memperkuat perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi. Selama pertumbuhan, petakan sawah tidak boleh digenangi air bukan berarti kondisih tanah dibiarkan kering, tetapi kondisi tanah harus dijaga agar tetap lembab. Jarak tanam yang digunakan 27x27 dan 28x28 cm dan setiap lubang tanaman 3-7 bibit/lubang. 5. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman padi dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan, sehingga memberikan hasil produksi yang lebih baik. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Untuk pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 7- 14 hari. Jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah phonska atau pelangi dengan dosis 200 kg/ha dan urea 100 kg/ha. Kedua pupuk tersebut dicampur dan disebarkan merata diatas permukaan lahan sawah. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman padi berumur 20-30 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 150 kg/ha. Pada saat pemupukan kondisi saluran pintu air masuk dan keluar dalam keadaan tertutup. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 50-70 hari dengan menggunakan pupuk cair yaitu skor 100 WP/Ha. Pemupukan ini dilakukan dengan penyomprotan.
15
6. Penyiangan Kegiatan penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman padi dari gangguan rumput dan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kegiatan penyiangan yang pertama dilakukan pada umur tanaman 1-3 hari, dengan menggunakan herbisida yaitu Ali-20 sebanyak tiga bungkus per hektar. Pada penyingan kedua dilakukan dengan menggunakan tangan atau secara manual. Kebersihan sepanjang pematang sawah harus benar-benar dijaga, jangan sampai ditumbuhi tanaman merambat atau semak dan rumput. Penyiangan ini dilakukan untuk membersihkan lahan sawah dari rumput-rumput liar sekaligus menggemburkan tanah dan juga pencegahan terhadap serangan hama, penyiangan dilakukan menggunakan parang. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan mengendalikan atau memusnahkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sebanyak dua kali. Penggunaan pestisida yang digunakan oleh petani antara lain virtako, tirtan dan MIPcinta. Hama dan penyakit merupakan musuh pada kegiatan pertanian. Jika usahatani akan memberikan hasil produksi yang memuaskan maka tanaman harus bebas dari serangan hama dan penyakit. Oleh sebab itu apabila ada serangan hama dan penyakit perlu dilakukan tindakan pemberantasan. Jenis hama yang ditemukan pada tanaman padi sawah yaitu hama tikus, penggerek batang, walang sangit dan penyakit bercak coklat. Pengendalian hama dan penyakit umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem tanam legowo dengan varietas benih tahan hama, penanaman padi serempak, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan insektisida atau fungisida yang efektif.
16
8. Panen dan Pascapanen Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur tanaman berkisar antara 4-5 bulan. Pemanenan dilakukan secara tradisional yaitu pemotongan batang padi dengan menggunakan pisau aret, setelah pemotongan selesai dikumpulkan disuatu tempat, yang selanjutnya melakukan perontokan biji padi dengan menggunakan mesin perontok dan memisahkan gabah yang berisi dan yang kosong . Setelah dibersihkan gabah dikemas kedalam karung kemudian diangkut ketempat penggilingan untuk dilakukan pengeringan dan penggilingan. Proses ini sudah merupakan pascapanen dan diperoleh beras yang siap dijual dengan masing-masing dikemas kedalam karung dengan isi bersih 50 kg/karung.
E. Struktur Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahataninya atau biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi. Komponen biaya usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya variabel meliputi: biaya untuk sarana produksi, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan sedangkan biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, yang meliputi pajak lahan, penyusutan alat dan tenaga kerja dalam keluarga. 1. Struktur Biaya Variabel Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani responden dalam satu musim tanam meliputi biaya benih, pupuk dan obat-obatan. Secara rinci jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk saran produksi dapat disajikan pada Tabel 11.
17
Tabel 11. Jumlah Biaya Sarana produksi Pada Usahatani Padi Sawah Yang Menerapkan Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013
No
Jenis Biaya
1
Benih
2
Pupuk
3
Nilai Biaya Rata-Rata/ Petani (Rp) Legowo Legowo 4: 1 2: 1
Nilai Biaya/Ha Legowo Legowo 4: 1 2: 1
Persentase Legowo Legowo 4: 1 2: 1
223.158
180.000
212.000
180.000
10,18%
12,72%
a. Urea
464.211
450.000
441.000
450.000
21,17%
31,80%
b. Phonska
529.000
575.000
480.909
575.000
23,09%
40,64%
c. Pelangi
589.375
589.375
28,30%
Obat-Obatan a. Ali-20
12.667
10.000
12.258
10.000
0,59%
0,70%
b. Skor
92.105
100.000
87.500
100.000
4,20%
7,07%
c. Virtako
158.846
d. Tirtan
62.500
e. Mpcinta
42.500
152.962 100.000
Jumlah 2.174.362 1.415.000 Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
50.000
7,35% 100.000
56.667 2.082.671
2,40%
7,07%
2,72% 1.415.000
100%
100%
Berdasarkan Tabel 11 di atas menggambarkan biaya variabel yang dikeluarkan untuk sistem tanam legowo 4:1 untuk sarana produksi meliputi: biaya benih sebesar Rp. 223.158/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 212.000 atau 10,18%, biaya pupuk yang terbesar yaitu pupuk Pelangi Rp. 589.375/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 589.375 atau 28,30% dan biaya yang terkecil yaitu pupuk Urea Rp. 464.211/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 441.000 atau 21,17%, biaya obatobatan yang terbesar yaitu Virtako Rp. 158.846/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 152.962 atau 7,35%, biaya obat-obatan yang terkecil yaitu Ali-20 Rp. 12.667/petani dengan rata per hektar Rp. 12.258 atau 0,59%, Total biaya untuk sarana produksi pada usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 membutuhkan pengeluaran
18
sebesar Rp. 2.174.362/petani dengan rata per hektar Rp. 2.082.671 dan total luas lahan petani responden sebesar 20/ha. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan untuk legowo 2:1 yaitu untuk sarana produksi dari biaya benih sebesar Rp. 180.000 atau 12,72%, biaya pupuk yang terbesar yaitu pupuk phonska Rp. 575.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 575.000 atau 40,64% dan biaya yang terkecil yaitu pupuk Urea Rp. 450.000 atau 31,80% dan biaya obat-obatan yang terbesar yaitu Skor dan tetrin sebesar Rp. 100.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 575.000 atau 7,07% dan biaya obat-obatan yang terkecil yaitu Ali 20 Rp. 10.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 10.000 atau 0,70%. Total biaya benih , obat-obatan dan pupuk pada usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 membutuhkan pengeluaran sebesar Rp. 1.415.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 1.415.000 dan total luas lahan petani responden sebesar 1/Ha. Penggunaan biaya untuk sarana produksi pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo cukup besar karena masih banyak petani yang kurang paham bagaimana cara penggunaan sarana produksi yang baik. Dalam sistem tanam legowo pada usahatani padi sawah petani mendapatkan sarana produksi dari bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo setempat sehingga dapat memperkecil biaya yang di keluarkan Biaya tenaga kerja luar keluarga merupakan satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo. Pada dasarnya umur petani dan pengalaman kerja petani merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kualitas kerja petani. Petani juga dapat berperan sebagai manajer dalam menentukan tenaga kerja yang akan digunakan dalam usahataninya. Dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo bahwa tenaga kerja yang banyak digunakan yaitu tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja upahan. Biaya tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo meliputi kegiatan pengolahan tanah,
19
penanaman, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca panen. Untuk mengtahui ratarata biaya tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo, lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Upah Tenaga Kerja Luar keluarga Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo 4:1 dan legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 Nilai Rata-rata/petani (Rp) No
Uraian
Legowo 4:1
Nilai/ Ha
Persentase (%)
Legowo 2:1
Legowo 4:1
Legowo 2:1
Legowo 4:1
Legowo 2:1
968.750
1.000.000
1.000.000
1.000.000
7,55%
8,48%
1.052.632
1.000.000
1.000.000
1.000.000
7,55%
8,48%
85.000
250.000
85.000
250.000
0.65%
2,12%
1
Pengolahan tanah
2
Penanaman
3
Pemupukan I
4
Penyiangan
596.667
500.000
577.419
500.000
4,36%
4,23%
5
Pemupukan II
104.600
100.000
104.600
100.000
0,79%
0,85%
6
Pemberatasan HP
60.000
75.000
60.000
75.000
0,46%
0,64%
7
Pemupukan III
43.750
75.000
50.000
75.000
0,37%
0.64%
8
Upah panen
6.469.298
5.291.667
6.145.833
5.291.667
46,42%
44,88%
9
Upah pascapanen
4.439.474
3.500.000
4.217.500
3.500.000
31,85%
29,68%
13.820.171
11.791.667
13.240.352
11.791.667
100%
100%
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 12 diatas menggambarkan biaya yang besar dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar kerja pada sistem tanam legowo 4:1 yaitu pada upah panen Rp. 6.469.298/petani dengan nilai per hektar Rp. 6.145.833 dan biaya yang terkecil yang dikeluarkan yaitu pada pemupukan tiga Rp. 43.750/petani dengan nilai per hektar Rp. 50.000. Jumlah total yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 13.820.171/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.240.352. Sedangkan biaya terbesar yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja pada sistem
20
tanam legowo 2:1 yaitu pada upah panen Rp. 5.291.667/petani dengan nilai per hektar Rp. 5.291.667, biaya yang terkecil dikeluarkan pada pemupukan tiga dan pemberatasan HP sebesar Rp. 75.000/petani dengan rata-rata nilai per hektar 75.000 Total jumlah biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga mencapai Rp. 11. 791.667/petani dengan rata nilai per hektan Rp. 11.791.667. 2. Struktur Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Dalam menjalankan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 tentunya petani juga mengeluarkan biaya untuk penyusutan alat yaitu nilai baru dikurangi dengan nilai sekarang dibagi dengan lama pakai dan dikalikan dengan jumlah alat, dan juga biaya tenaga kerja dalam keluarga. Dengan rata-rata luas lahan di Kecamatan Dungaliyo pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam untuk legowo 4:1 sejumlah 1,1 Ha dengan rata-rata jumlah biaya sebesar Rp.52.632 dan rata-rata untuk legowo 2:1 sejumlah 1 Ha dengan rata-rata jumlah biaya sebesar Rp. 50.000. Penyusutan alat merupakan nilai dari berapa lama petani menggunakan alatalat dalam melakukan proses produksi dan pengolahan tanah. Pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo dengan rata-rata petani masih menggunakan alat-alat tradisional atau sederhana dalam melakukan kegiatan usahataninya alat-alat yang digunakan petani berupa parang, cangkul, hansprayer, aret dan traktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
21
Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pada Usahatani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013.
No
Uraian
Rata-rata Nilai Penyusutan Alat (Rp) Legowo Legowo 2:1 4:1
Nilai Penyusutan Alat (Rp/ Ha) Legowo Legowo 2:1 4:01
Persentase Legowo 4:1
Legowo
2:01
1
Cangkul
8.755
10.000
8.294
10.000
1,34%
26,67%
2
Parang
8.652
17.500
8.404
17.500
1,36%
46,66%
3
Traktor
725.000
-
527.273
-
85,35%
-
4
Hansprayer
58.125
10.000
48.947
10.000
7,93%
26,67%
5
Aret
23.600
-
24.842
-
4.02%
Jumlah 824.132 37.500 Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
617.760
37.500
100%
100%
Berdasarkan Tabel 13 di atas menggambarkan bahwa nilai penyusutan alat pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, biaya yang terbesar terdapat pada alat traktor sebesar Rp. 725.000/petani dengan nilai penyusutan per hektar sebesar Rp. 527.273, untuk nilai penyusutan alat yang terkecil yaitu parang sebesar Rp. 8.652/petani dengan nilai penyusutan alat per hektar sebesar Rp. 8.914. Total penyusutan latar pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 824.132/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 617.670. Sedangkan untuk legowo 2:1 biaya yang terbesar terdapat pada parang sebesar Rp. 17.500/petani dengan nilai penyusutan alat per hektar Rp. 17.500 kemudian nilai penyusutan yang terkecil yaitu cangkul dan hansparayer dengan nilai sebesar Rp.10.000/petani dengan rata-rata nilai per hektar sebesar Rp.10.000. Total biaya penyusutan alat untuk legowo 2:1 sebesar Rp. 37.500/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 37.500. Dalam kegiatan usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo terdapat anggota keluarga petani atau tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem
22
tanam legowo yaitu yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga hanya berada pada sistem tanam legowo 4:1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo meliputi pengolahan tanah, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, penyiangan. Untuk mengetahui rata-rata jumlah HKSP dan jumlah biaya pada tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo. Tenaga kerja tersebut terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak, dimana tenaga kerja pria dinyatakan dalam satu hari dinyatakan 1 HKSP, tenaga kerja wanita dinyatakan 0,8 HKSP, dan tenaga kerja anak-anak dinyatakan dalam 0,5 HKSP. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKSP) Pada Usahatani Padi SawahTerhadap Sistem Tanam Legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013
No
Uraian
HKSP/ Petani
HKSP (Ha)
Nilai/petani (Rp)
Nilai (Rp/Ha)
Persentase
Legowo 4:1
Legowo 4:1
Legowo 4:01
Legowo 4:1
Legowo 4:01
68,57
45,72
3.428.667
2.285.778
64,92%
4,79
4,47
50.000
223.300
6,34%
16,07
14,28
17.000
714.222
20,29%
1
Pengolahan tanah
3
Pemupukan I
4
Penyiangan
5
Pemupukan II
3,35
3,12
41.149
156.133
4,45%
6
Pemberatasan HP
1,51
1,41
75.536
70.500
2,00%
7
Pemupukan III
1,51
1,41
75.536
70.500
2,00%
Jumlah
95,8
70,41
3.687.888
3.520.433
100%
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 14 diatas menggambarkan biaya yang besar dikeluarkan oleh biaya tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 yaitu pada pengolahan tanah sebesar Rp. 3.428.667/petani
23
dengan rata-rata per hektar 2.285.778 dan biaya yang terkecil dalam tenaga kerja yang pada penyiangan sebesar Rp. 17.000/petani dengan nilai per hektar Rp. 714.222. Total HKSP pada tenaga kerja dalam keluarga sebesar 95,8/petani dengan rata-rata per hektar sebesar 70,41 dan total biaya dalam keluarga yang dikeluarkan oleh petani padi sawah pada sisitem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 3.687.915/petani dengan biaya rata-rata per hektar Rp. 3.538.379. 3. Total Biaya Usahatani Total biaya usahatani merupakan nilai dari seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan proses produksi. Total biaya usahatani meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya total merupakan hasil penjumlahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang dikeluarkan petani responden pada sistem tanam legowo 4:1 dan legowo 2:1 selama proses produksi pada usahatani padi sawah yaitu terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variabel cost) . Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya sangat tergantung pada skala produksi dan habis dalam satu masa produksi. Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Biaya Variabel dan Biaya Tetap Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. Nilai Rata-rata/Petani (Rp) No
Nilai/ Ha
Persentase
Uraian
Legowo 4:1
Legowo 2:1
Legowo 4:1
Legowo 2:1
1
Biaya variabel
15.994.533
13.206.667
14.540.485
13.206.667
82,57%
93,78%
2
Biaya tetap
4.564.652
90.132
4.204.961
90.123
17,43%
6,22%
Total biaya
20.559.185
13.296.799.
18.690.168
13.296.790
100%
100%
Legowo 4:1
Legowo 2:1
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
24
Berdasarkan Tabel 15 di atas menggambarkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 4;1 sebesar Rp. 15.994.533/petani dengan rata-rata per hektar 14.540.485 dan biaya tetap sebesar Rp. 4.564.652/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 4.204.961. Total biaya yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 20.559.185/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 18.690.168. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 2;1 sebesar Rp. 13.206.667/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.206.667% dan biaya tetap sebesar Rp. 90.132/petani dengan rata-rata per hektar RP. 4.204.961.Total biaya yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 2:1 sebesar Rp. 13.296.799/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 13.296.799 . F. Penerimaan Dan Pendapatan Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan harga komoditi sawah, sedangkan keuntungan/pendapatan merupakan hasil pengeluaran antara penerimaan kotor yang diterima oleh petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. Penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah pada legowo 4:1 sangat mempengaruhi jumlah produksi dan harga yang didapatkan oleh petani. Analisis keuntungan digunakan agar dapat mengetahui jumlah keuntungan/ pendapatan bersih yang diperoleh petani, lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 16 dibawah ini. Tabel 16. Keuntungan Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No
Uraian
Nilai Rata-rata/Petani (Rp) Legowo Legowo 4:1 2:1
Nilai/ Ha Legowo Legowo 4:1 2:1
1
Penerimaan
44.394.737
35.000.000
40.358.852
35.000.000
2
Total Biaya
20.559.185
13.296.799
18.690.168
13.296.799
3 Keuntungan (1-2) 23.835.552 Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
21.703.201
21.668.684
21.703.201
25
Berdasarkan Tabel 16 diatas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yang ternyata hasilnya menguntungkan. Pengeluaran yang dikeluarkan
untuk
satu
kali
produksi
dalam
legowo
4:1
mencapai
Rp
20.559.185/petani dengan nilai per hektar Rp. 18.690.168 dan penerimaan sebanyak Rp 44.394.737/petani dengan rata-rata per hektar Rp 40.358.851. Jadi selisih keuntungan yang diperoleh petani pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp 23.835.552/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.668.684, dengan total luas lahan 20/ha dengan rata-rata produksi 6,342/kg dengan rata-rata harga jual Rp.7.000/kg. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 2:1 hasilnya juga menguntungkan. Pengeluaran yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 2:1 sebesar Rp. 13.296.799/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.296.799 dan penerimaan sebesar Rp. 35.000.000/petani dengan ratarata per hektar 13.296.799. Jadi selisih keuntungan pada legowo 2:1 sebesar Rp. 21.703.201/petani, dengan rata-ratotal luas lahan petani responden 1/Ha. Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan yang diterima oleh petani pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo pada sistem tanam legowo 4:1 petani dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 23.835.552/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.668.684 dan pada sistem tanam legowo 2:1 memperoleh keuntungan sebesar Rp. 21.703.201/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.703.201, dengan jumlah produksi 6-7 Ton/Ha. Jika dibandingkan dengan pendapatan petani yang menggunakan sistem tanam tegal di Kecamatan Dungaliyo hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp.13.935.000/Ha. Dengan jumlah produksi 4 Ton/Ha. Dengan demikian hipotesis satu terbukti, dimana sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 memberikan keuntungan lebih tinggi.
G. Analisis R/C Ratio Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio, untuk mengetahui apakah usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 dan legowo
26
2:1 dapat memberikan keuntungan atau tidak, adapun analisis keuntungan adalah sebagai berikut. 1. Sistem Tanam Legowo 4:1. /
=
=
. .
R/C Ratio = 2,16
. .
Berdasarkan perhitungan diatas bahwa nilai R/C Ratio dari sistem tanam legowo 4;1 adalah 2,16. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio 1. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,16 dengan demikian usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo layak dikembangkan. 2. Sistem Tanam Legowo 2:1. R/C Ratio =
=
R/C Ratio = 2,63
.
.
.
.
Berdasarkan perhitungan diatas bahwa nilai R/C Ratio dari sistem tanam legowo 2;1 adalah 2,63. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio 1. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,63, dengan demikian usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo layak dikembangkan. Hasil perhitungan R/C Ratio baik sistem tanam legowo 4:1 maupun legowo 2:1 memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan di Kecamatan Dungaliyo. Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam pada padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong.
27
Perbedaan sistem tanam legowo terdiri dari legowo 4:1 dan 2:1. Sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dapat meningkatkan pendapatan bagi petani. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Perbedaan Sistem Tanam Legowo 4:1 dan Sistem Tanam Legowo 2:1 pada usahatani padi sawah di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 Uraian Pendapatan
Sistem Tanam Legowo 4:1
Sistem tanam Legowo 2:1
23.835.552
21.703.201
Total Biaya
20.559.185
13.296.799
R/C Ratio
2,16
2,63
Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 17 di atas menggambarkan perbandingan antara sistem tanam legowo 4:1 dan legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yang dianalisis dengan pendapatan usahatani ternyata hasil data yang didapatkan yaitu menguntungkan. Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 4:1 mencapai Rp. 20.559.185, pendapatan yang di peroleh sebesar Rp. 23.835.552, dan R/C Ratio yaitu 2,16 dengan rata-rata luas lahan responden 1,1 Ha. Sedangkan Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 2:1 mencapai Rp.13.296.799, pendapatan yang di peroleh sebesar Rp. 21.703.201, dan R/C Ratio yaitu 2,63 dengan rata-rata luas lahan responden 1 Ha. Hasil perhitungan R/C Ratio baik sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 berada diatas nilai 1, dengan demikian hipotesis dua terbukti bahwa sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 layak dikembangkan di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo.
28