BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Pohuwato Kabupaten
Pohuwato
merupakan
bagian
administratif
pemerintahan
Kabupaten Boalemo di mana hal ini berlangsung dari tahun 1999 – Mei 2003. Sejak tahun 2002 atau satu tahun sebelum terbentuk Kabupaten Pohuwato, keinginan, semangat dan aspirasi masyarakat untuk membentuk satu kabupaten definitif begitu kuat. Berbagai upaya dilakukan oleh tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan komponen lainnya berjuang mewujudkan kabupaten Pohuwato, yang akhir perjuangan tersebut berhasil dengan keluarnya Undang-Undang No. 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango yang disahkan melalui sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tanggal 6 Mei 2003. Keluarnya Undang-Undang ini merupakan titik klimaks dari rangkaian perjuangan seluruh komponen masyarakat untuk membentuk satu kabupaten tersendiri, sehingga hal ini perlu disyukuri oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Pohuwato dengan cara berpartisipasi dalam menjaga keberlanjutan pembangunan di Kabupaten ini. Tabel 1. Batas-Batas Wilayah di Kabupaten Pohuwato Batas Wilayah Kabupaten Pohuwato Batas Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 201
Wilayah Kabupaten Buol Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Boalemo Teluk Tomini Kabupaten Parigi Moutong
Pembangunan Kabupaten Pohuwato telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukan oleh beberapa indikator antara lain adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi, investasi daerah, pendapatan perkapita masyarakat, dan sarana prasarana.
Keberhasilan pemerintah daerah dalam memacu pembangunan
diterapkan melalui program-program yang terarah dan menyentuh langsung ke lapisan masyarakat. Namun pembangunan yang merata ke seluruh wilayah tidak serta merta dapat dilakukan mengingat keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah. Pembangunan Ekonomi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan serangkaian dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kabupaten Pohuwato. Perkembangan sumberdaya manusia yang ada di tiap-tiap daerah merupakan slahsatu miningkatnya perekonomian daerah bila mana diberlakukan dan di arahkan dengan baik. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan tanggungjawab besar oleh pemerintah daerah. Lajunya pertumbuhan penduduk yang tidak sesuai dengan kondisi wilayah berpengaruh besar terhadap pembangunan pertanian, karena pada dasarnya SDM berkualitas dan lahan yang memadai sangat menjajikan adanya pembangunan pertanian yang baik.
4.1.2 BP4K Pohuwato Struktur organisasi yang ada di BP4K Kabupaten Pohuwato dapat di gambarkan sebagai berikut :
KEPALA BADAN DJAFAR FARID, SE
KELOMPOK KJF SEKERTARIS PAULUS MARAPUA, SST,MMM
Koord. KJF Kabupaten :P.R. Pandeangan, STP, Msi Koord. Perikanan :Mucshin H.I. Pasi,S.IK Koord. Pertanian :Suryanti, S.Pt Koord. Kehutanan : Sandi Safril, S.Hut
Kasubag keuangan Mery Adam, SP,MM
Kabid Pengebangan Penyuluhan Suleman Mahabu, SP.
Kasubid program penyuluhan Teny, SP.
Kabid kelembagaan & kemitraan agribsnis Yunus Monoarfa, SP
Kasubid Pendidikan dan Pelatihan Kamfan V. Gobel, A.Md
BPP
Kasubid kelembagaan Penyuluhan Ramayatni Djikilo, SP
Kasubid kemitraan & Agribisnis Harmin, STP
BPP
Sumber : BP4K Pohuwato, 2012 Gambar 2. Struktur Organisasi BP4K Pohuwato, 2012
Kasubag Program Siska Laraga, SP
Kasubag Umum & Pegawaian Fatmah Husain, SE
Kabid pelayanan sarana dan prasarana Hapsa Usman, SP
Kasubid pelayanan Info. & teknologi Hamid Abas SP
Kasubid sarana dan prasarana penyuluhan Irfan Z.DJ Nusi SP
Keberadaan BP4K Pohuwato merupakan rancangan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan pertanian secara umum. Sejak berdirinya BP4K Pohuwato pada tahun 2009 mamberikan strategi baru dalam pertanian di Kabupaten Pohuwato. Kepala badan mumpunyai fungsi atau wewenang dalam pengambilan keputusan sepenuhnya. BP4K Pohuwato Mempunyai Visi “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Pohuwato Di atas Nilai Spiritual Melalui Pembangunan Sumberdaya Manusia dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat” Misi “Membangun Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat Yang Kuat, Maju dan Berakhlak Mulia”.
Dalam
mempermudah melakukan monitoring dan evaluasi penyuluh yang ada di BP3K Kabupaten Pohuwato, hak atau kewajiban di berikan tanggung jawab pada KJF (Kelompok Jabatan Fungsional), fungsi KJF melalui monitoring dalam melihat sjauh mana kinerja dari penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Kabupaten Pohuwato, monitoring yang dilakukan oleh KJF setiap seminggu sekali. Tugas Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) sudah dibagi setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato yang sesuai dengan jumlah Kecamatan yang ada dan kondisi lapangan. Selain itu Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dengan ketentuan, bahwa dalalm penyelenggaraan fungsi penyuluhan untuk meningkatkan peran sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 2000. Sembilan Indikator Keberhasilan Penyuluh (Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) 1. Penyusunan Program Penyuluhan 2. Rencana Kerja penyuluhan 3. Data Peta Wilayah 4. Diseminasi Teknologi 5. Kebudayaan Dan Kemandirian Petani 6. Kemitraan Usaha 7. Kelembagaan Petani 8. Informasi Sarana Produksi Dan Pemasaran
9. Produktifitas Dan Pendaptan Petani. Pembangunan sektor pertanian sangat penting bagi setiap wilayah yang ada. Dalam mendukung
hal tersebut diperlukan SDM yang mau dan mampu untuk
melaksanakanya, dari pengertian tersebut peran dan keseriusan penyuluh pertanian menjadi salah satu faktor penetu dalam peningkatan sumber daya manusia yang baik. Lembaga penyuluhan pertanian (BP4K) kabupaten pohuwato merupakan lembaga yang berperan dalam pemberian tugas dan funsi terhadap terhadap penyuluh yang ada di Kabupaten Pohuwato. Tabel 2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Pohuwato, 2011 Kecamatan
Popayato Popayato Barat Popayato Timur Lemito Wanggarasi Marisa Buntulia Duhiadaa Patilanggio Randangan Taluditi Paguat Denggilo
Luas
Penduduk
Kepadatan Penduduk
Km²
%
Jumlah
%
90,92 578,24 723,74 619,50 188,08 34,65 375,64 39,53 298,82 331,90 159,97 560,93 242,39
2,14 13,62 17,05 14,60 4,43 0,82 8,85 0,93 7,04 7,82 3,77 13,22 5,71
9775 7281 8137 11789 5011 18510 9238 10688 11422 15383 7407 16111 5829
7,16 5,33 5,96 8,63 3,67 13,55 6,76 7,83 8,36 11,26 5,42 11,80 4,24
107 13 11 19 27 534 25 270 38 46 46 29 24
136 581
100,00
32
4244,31 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2011
Lajunya pertumbuhan penduduk mendorong pemerintah bertanggung jawab besar dalam mensejahtrakan dan meberlakukan SDM tersebut pada posisi yang terarah sesuai tujuan pemerintah. Birokasi yang menjujung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan transparansi merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah,
selain itu juga melakukan percepatan pembangunan infrastruktur strategis dan insfrastruk. Tabel 1 di atas menggambarkan luas wilayah kabupaten pohuwato, yang tediri dari msing-masing kecamatan dari tiga belas kecamatan yang ada di kabupaten pohuwato. Keberhasilan penyuluh pertanian memberikan titik terang bagi peningkatan produksi pertanian yang ada ti tiap-tiap wilayah binaan penyuluh. Luas wilayah yang merupakan salah satu kendala penyuluh dilapangan, ketidaksesuaian antara jumlah penyuluh dan luas wilayahnya mnjadikan hambatan penyuluh dalam memberikan informasi dalam penyuluhan, sehingga petani kekurangan informasi dalam meningkatkan usaha taninya. Tabel 3. Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Desa di Kabupaten Pohuwato, 2011 Kecamatan
Popayato Popayato barat Popayato Timur Lemito Wanggarasi Marisa Buntulia Duhiadaa Patilanggio Randangan Taluditi Paguat Denggilo
Swadaya
Swakarsa Swasembada
Jumlah
10 7 7 8 7 8 6 7 5 13 1 11 5
3 5 -
1 -
10 7 7 8 7 8 6 7 8 13 7 11 5
95
8
1
104
Sumber : BPS Kabupaten Pohuwato, 2011
Tabel 3 di atas banyaknya desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Pohuwato, di mana ada 13 kecamatan 95 desa 8 swakarsa dan 1 swasembada dengan total 104. Penempatan penyuluh yang sesuai dengan kebutuhan desa atau kelurahan yang ada menjadikan akan efektifnya program-program oleh lembaga dalam
meningkatkan kinerja penyuluh. Sebaliknya penempatan penyuluh yang tidak sesuai dengan wilayahnya akan bepengaruh negatif terhadap peningkatan produksi pertanian, untuk lebih mudah penyuluh dalam melakuan kinerjanya penempatan penyuluh satu desa satu penyuluh harus di terapkan, hal ini agar lebih mempermudah penyuluh dalam melaksanakan pekerjaanya. Table 4. Jumlah penyuluh BP3K berdasarkan Kecamatan, 2011 Kecamatan Popayato Popayato Barat Popayato Timur Lemito Wanggarasi Marisa Patilanggio Buntulia Duhiadaa Randangan Taluditi Paguat Dengilo Jumlah
Jumlah Penyuluh (Orang) 6 8 7 8 5 7 9 6 6 6 5 5 4
Penyuluh THL (Orang) 2 2 0 2 1 2 3 0 2 0 2 0 1
69
13
Sumber : BP4K Pohuwato, 2012
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diuraikan bahwa, untuk penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan berjumlah 69 orang, sedangkan THL (Tenaga Harian Lepas) atau tenaga bantu penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan berjumlah 13 orang. Jumlah penyuluh di atas tidak sesuai dengan desa yang ada di kabupaten pohuwato, dari jumlah desa 103, hal ini menjadi penghambat penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Kabupaten Pohuwato. Dalam menutupi kekurangan tersebut tak jarang penyuluh harus berjuang keras untuk bisa merangkul dan menyesuaikan dengan keadaa yang ada. Selain itu juga motivasi yang lebih harus
diberikan kepada penyulh, kebutuhan penyuluh dilapangan harus disesuaikan. Kurangnya perhatiyan dan dukungan terhadap penyuluh dalam situasi seperti ini mengakibatkan menurunya kinerja penyuluh dilapangan dalam memberikan informasi pada petani. Dalam hubungan penyuluh dan petani penyuluh harus memiliki
kemampuan
menyusun
rencana
pembelajaran
yang
akan
di
implementasikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan petani. 4.2 Hubungan Lembaga Penyuluh Pertanian Dengan Kinerja Penyuluh Kontribusi dan peran lembaga tak luput dari pengaruh peningkatan kinerja penyuluh pertanian dan pembangunan pertanian masa depan. Hasil temuan dilapangan antara hubungan Lembaga penyuluh dengan kinerja penyuluh di Kabupaten Pohuwato dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Hubungan Lembaga Penyuluh Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Sikap
Lembaga
Pengetahuan R
R² (%)
Keterampilan R² Sig R (%)
Sig
R
R² (%)
Pelatihan
0,00
0,826
68,22
0,00
0,659
43,42
0,00
0,610
37,21
Motivasi
0,00
0,666
44,35
0,00
0,751
56,40
0,00
0,579
33,52
Tunjangan Insentif
0,00
0,619
38,31
0,00
0,679
46,10
0,00
1.000
10.000
Sig
Rata-rata program BP4K
Kinerja Penyuluh Program
Rata-rata Kinerja Penyuluh Sig
0,00
R
R² (%)
0,936 87,60
Dari Tabel 5 di atas dapat dijelaskan bahwa, pelatihan yang dilakukan oleh lembaga BP4K Pohuwato mempunyai hubungan positif kuat terhadap sikap penyuluh di mana R= 0,826 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 68,22% oleh pelatihan, selebihnya oleh program lain, di antaranya motivasi oleh lembaga, pemberian tunjangan insentif. Pelatihan yang diberikan oleh lembaga penyuluh mempunyai hubungan positif kuat terhadap pengetahuan penyuluh pertanian di mana R= 0,659 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 43,42% oleh pelatihan dan
selebihnya oleh program lain, seperti motivasi oleh lembaga terhadap penyuluh, pemberian tunjangan insentif dan pemberian BOP (Biaya Operasional Penyuluh) oleh lembaga. Hubungan pelatihan oleh lembaga terhadap keterampilan penyuluh mempunyai hubungan positif kuat, di mana R= 0,610 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 37,21% oleh pelatihan terhadap keterampilan penyuluh, selebihnya oleh program lain, seperti pemberian motivasi oleh lembaga, tunjangan insentif, pemberian BOP yang dilakukan setiap tiga blan sekali. Hubungan motivasi terhadap sikap penyuluh mempunyai hubungan positif kuat, di mana R= 0,666 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 0,751% selebihnya oleh program lain, diantaranya adalah pelatihan dan tunjangan insentif yang diberikan oleh lembaga penyuluh. Penyuluh dalam meberikan pemahaman kepada petani tentang bagaimana cara bertani yang baik dan benar harus di tunjang dengan disiplin ilmu yang mampu merubah paradigma petani, rendahnya pengetahuan atau disiplin ilmu penyuluh dilapangan mengakibatkan petani tidak terlalu berharap atau terfokus dengan apa yang disampaikan oleh penyuluh. Hubungan positif kuat antara motivasi yang diberikan oleh lembaga terhadap pengetahuan penyuluh di mana R= 0,751 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 56,40% selebihnya oleh program lain, seperti pelatihan, tunjangan yang diberikan oleh lembaga. Hubungan motivasi oleh lembaga terhadap keterampilan penyuluh positif kuat di mana R= 0,579 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 33,52% selebihnya oleh program lain, seperti pelatihan oleh lembaga terhadap penyuluh dan pemberian insentif terhadap penyuluh, selain itu juga pemberian BOP eleh lembaga terhadap penyuluh berpengaruh terhadap keterampilan penyuluh. Hubungan pemberian tunjangan insentif terhadap sikap penyuluh mempunyai hubungan positif kuat di mana R= 0,619 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 38,31% selebinya oleh program lain, seperti pelatihan, motivasi, BOP oleh lembaga penyuluh terhadap penyuluh. Pendekatan Lembaga melalui program-program yang di jalankan dalam meningkatkan keaktifan penyuluh untuk meberikan pemahaman
kepada petani melalui pelatihan dan srategi penyuluhan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari persiapan lokasi sampai biaya konsumsi untuk petani, selai itu juga biaya transportasi dilapangan sangat menunjang terealisasinya programprogram yang ingin dicapai. Hubungan positif kuat oleh tunjangan insentif terhadap pengetahuan penyuluh di mana R= 0,679 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 46,10% selebihnya oleh program lain, seperti BOP (Biaya Operasional Penyuluh), pelatihan dan motivasi oleh lembaga terhadap penyuluh pertanian. Hubungan positif kuat juga diberikan oleh lembaga melalui tunjangan terhadap keterampilan penyuluh, di mana R= 1.000 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 10.000% selebihnya oleh program lain seperti pelatihan, motivasi dan pembaerian BOP (Biaya Operasional Penyuluh) oleh lembaga terhadap penyuluh pertanian. Hubungan keseluruhan antara pelatihan, motivasi dan pemberian tunjangan insentif oleh lembaga BP4K terhadap penyuluh pertanian di Kabupaten Pohuwato positif kuat di mana R= 0,936 dan Sig= 0,00 dengan menyumbang sebesar 87,60%, selebihnya oleh program lain. Hasil ini menjalaskan bahwa pemberian pelatihan, motivasi dan tunjangan insentif memberikan dampak positif terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikan penyuluh. Hubungan yang kuat oleh lembaga terhadap penyuluh menjadikan program-program yang di programkan oleh lembaga akan mudah dilaksanakan oleh penyuluh, karena dukungan dan motivasi yang kuat dari lembaga penyuluhan terhadap penyuluh dilapangan. Hasil lain dilapangan diperoleh informasi bahwa pelatihan yang diberikan BP4K Pohuwato terkait peningkatan kinerja penyuluh baik penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan itu sendiri sudah di berikan atau dilaksanakan oleh BP4K Pohuwato. Namun yang paling dominan dilaksanakan adalah pelatihan penyuluh di bidang pertanian. Karena pada umumnya BP4K terbentuk tahun 2009 jadi mayoritas atau basisnya penyuluh yang ada di Pohuwato adalah penyuluh pertanian itu sendiri. Sedangkan untuk perikanan dan kehutanan masih banyak dilaksanakan atau diberikan oleh instansi lain, dan biasanya diberikan oleh BAKORLUH Provinsi, dan anggaran
pelatihanya juga dari Provinsi. Kontibusi lain diberikan oleh BP4K Pohuwato terkait kinerja penyuluh adalah dengan mepasilitasi penyuluh dalam melanjutkan studi dan menambah pengetahuan mereka. Dikatakan lebih lanjut, di mana penyuluh ini ada yang melanjutkan studi di UNG, UG dan ada juga di Malang. Diharapkan penyuluhpenyuluh ini bisa menambah pengetahuan mereka di bidang pertanian pada umumnya. Tujuan pemerintah dalam membentuk kelembagaan penyuluhan pertanian dengan di bentuknya Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian dan Peraturuan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Kelembagaan Daerah, tidak lain ialah meningkatkan pendapatan sektor pertanian daerah dan membentuk penyuluh yang mampu merubah, membantu petani untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan mampu meningkatkan keterampilan mereka agar mereka mau dan mampu memberikan penyuluhan yang baik dan sistematis. Menurut Van den Ban (2003), penyuluhan secara sistematis merupakan suatu proses yang memiliki peta sebagai berikut. Pertama, membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan. Kedua, membantu petani menyadarkan terhadap
kemungkinan
timbulnya
masalah
dari
analisis
tersebut.
Ketiga,
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani. Keempat, membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan. Kelima, membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal. Keenam, meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya, dan ketujuh, membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan. Hubungan yang kuat antara lembaga penyuluh dan penyuluh di Kabupaten pohuwato dalam pelatihan yang diberikan berpengaruh terhadap sikap penyuluh
dilapangan. (Tabel 5). Kontribusi penyuluh terhadap petani sangat tergantung dari kinerja penyuluh pertanian dan kinerja penyuluh dapat di ukur dari sikap pengetahuan dan keterampilan penyuluh itu sendiri. Penelitian Shawwal dan Arsyad (2010), di mana Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kontribusi penyuluhan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi. Kedua, variabel pendidikan, pengalaman berusahatani, usahatani memberi kontribusi positif. Keberadaan penyuluh
saat ini sangat tergantung dari kontribusi lembaga terkait, malalui dukungan yang diberikan terhadap penyuluh sejalan dengan pembangunan saat ini. Kerjasama lembaga yang baik menjadi harapan pembangunan pertanian masa depan. Keseriusan BP4K Pohuwato dalam memberikan pelatihan terhadap penyuluh dilapangan sering dilakukan, di mana ada pertemuan setiap tiga bulan sekali dan itu rutin dilaksanakan dan untuk memaksimalkan pertemuan tersebut tempat dilaksanakanya pertemuan sering berpindah-pindah, hal ini dikarenakan agar semua BP3K di tingkat Kecamatan di Kabupaten Pohuwato berperan dalam kegiatan tersebut. Tujuan kegiatan tersebut adalah memberikan motivasi dan menambah pengetahuan penyuluh dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada petani, disamping itu juga kegiatan tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan penyuluh selama berada dilapangan. Kegiatan pelatihan sering dilaksanakan dalam waktu dua minggu sekali dan satu minggu sekali. Informasi lain , biasanya yang menjadi tim monitoring penyuluh selama kurang lebih satu minggu dilapangan adalah KJF (Kelompok Jabatan Fungsional) dari BP4K turun langsung untuk melihat dan mengambil hasil laporan penyuluh selama berada di lapangan. Program pelatihan terhadap penyuluh pertanian saat ini perlu di tingkatkan guna mencapai perubahan individu penyuluh pertanian. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan satu proses dalam mengembangkan potensi dan kreatifitas individu untuk mencapai tujuan organisasi. pelatihan menunjukan suatu proses peningkatan sikap, kemampuan dan kecakapan dari para pekerja untuk menyelenggarakan pekerjaan sesuai aturandan sistematis. Keterangan di atas menunjukan bahwa kegiatan pelatihan merupakan suatu proses membentuk peserta
belajar untuk memperoleh keterampilan, keahlian yang efektif dan efisien dalam melaksanakan pekerjaan mereka sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hubungan pelatihan yang diberikan oleh lembaga terhadap pengetahuan di Kabupaten Pohuwato sangat erat di mana kontribusi lembaga sudah memberikan dampak positif terhadap pengetahuan penyuluh pertanian (Lihat Tabel 5). Dalam merencanakan kegiatan penyuluhan pertanian, kita harus mengambil keputusan mengenai spesifikasi warga binaan, perubaha perilaku yang dapat di amati, materi yang harus di sampaikan, bagaimana menyampaikanya, kapan dan di mana tempatnya dan apa indikator penilaianya dalam melakukan kegiatan di lapangan. Penyuluhan pertanian adalah bagian integral dari pembangunan pertanian dan selanjutnya pembangunan pertanian adalah bagian dari integral penyuluhan pertanian (Deptan, 2001). Peran dan keberadaan penyuluh pertanian saat ini sangat tergantung dari peran dari daerah , di mana hubungan yang kuat antara pemerintah dan penyuluh harus menjadi fator utama dalam menjadikan penyuluh sebagai agen pembaharu masa depan pembangunan pertanian. Dalam menignkatkan hubungan antara penyuluh dan lembaga penyuluhan salah satu yang harus di fukuskan pada kebutuhan penyuluh dilapangan dalam segi biaya operasional penyuluh di sesuaikan dengan kinrja penyuluh dilapangan. Hasil dilapangan ditemukan bahwa BP4K Pohuwato dalam meningkatkan kinerja penyuluh dilapangan sejauh ini telah memberikan baya transportasi, BOP (Biaya Operasional Penyuluh) dan tunjangan funsional. Untuk BOP dan uang trasnsport lembaga memberikan setiap bulan namun pendanaanya per tiga bulan, sedang untuk fungsional dia hanya berlaku untuk penyuluh yang funsional. Di samping itu untuk insentif sendiri anggaran danaya lansung dari Provinsi, sehingga sudah sejauh ini dalam meberikan baik insentif, BOP dan biaya trasnportasi terhadap penyuluh dilapangan BP4K Pohuwato memang telah menjadi harapan bagi penyuluh dilapangan guna terealisasinya program pemerintah dalam pertanian.
Motivasi PPL untuk bekerja dengan petani sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh sistem insentif yang berlaku saat ini dengan pemberian “kredit poin” kepada PPL bagi kegiatan tertentu, tidak cukup besar untuk kegiatan dilapangan, dibandingkan apabila mengikuti pelatihan dengan penulisan laporan (Deptan, 2001). Kinerja penyuluhan yang baik perlu untuk meyakinkan pembuat kebijakan dan anggaran pembangunan agar tetap mengalokasikan cukup dana untuk membiayai penyuluhan dalam menunjang pembangunan daerahnya. Penyuluhan pertanian harus mengembangkan pembangunan daerah sesuai dengan potensi daerah dan permintaan pasar untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat. Mohammad (2008) Berdasarkan penelitianya menjelaskan bahwa, kinerja penyuluh merupakan hasil kerja yang dicapai penyuluh pertanian berdasarkan status kerja, kondisi kerja yang menyenangkan dan kebijakan organisasi penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan dan penyuluh pertanian kedepan menjadi harapan petani dan pertanian di Indonesia untuk menjadi mitra pembangunan pertanian, disamping itu juga kelembagaan penyuluhan kedepan diharapkan mampu bersaing dalam pembangunan pertanian di tingkat nasional seiring dengan pembangunan pertanian moderen. 4.2 Kontribusi Kelembagaan Penyuluhan Dalam Program Pertanian Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah, karena itu untuk membangun pertanian, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian harus meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya.
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian yaitu mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berguna dalam menunjang pembangunan pertanian seperti yang dijelaskan di atas. Peningkatan kualitas ini tidak hanya dalam peningkatan produktivitas para petani, namun dapat meningkatkan kemampuan mereka agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan. Penyuluhan pertanian merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian tersebut. Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip pertanian, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian. Dari hasil wawancara dilapangan ditemukan bahwa. Khusus untuk BP4K (Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Kabupaten Pohuwato dalam rangka memberikan kontribusi pembangunan pertanian di Pohuwato, strategi yang dilakukan oleh BP4K Pohuwato ialah melakukan penyuluhan secara teknis dilapangan kepada para petani yang ada di Kabupaten Pohuwato. Lebih lanjut Lembaga penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ini sudah berperan aktif dalam program pembangunan pertanian di Kabupaten Pohuwato, hal ini dilhat dari peran lembaga dalam melaksanakan program yang melibatkan penyuluh lapangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya di desa binaan masingmasing. Kinerja penyuluh melalui pendampingan terhadap dinas-dinas terkait juga sudah dilakukan, baik Dinas pertanian, perikanan, dan kehutanan yang ada di Kabupaten Pohuwato.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan BP4K secara tehnis seperti yang dijelaskan di atas adalah. Pertama menyangkut kegiatan tehnis, melalui kegiatan anggaran Demonstrasi Plot (DEMPLOT), di mana tujuanya ialah dapat merubah dan perilaku pemikiran petani yang melakukan sistem tradisional akan berubah ke sistem moderen yang ditrapkan oleh penyuluh. Kegiatan yang berikutnya adalah Demonstrasi Farm (DENFARM), kegiatan ini sudah dilaksanakan di empat Kecamatan diantaranya: Kecamatan Paguat, Patilanggio, Duhiadaa dan Taluditi. mengapa ini dilaksnakan karena melihat para petani sekarang ini khususnya Kabupaten Pohuwato masih banyak mereka melaksanakan kegiatan seperti bagimana meningkatkan produksi padi masih terdapat kekurangan penerapan tehnologi pertanian, oleh karena itu dilaksanakan Demonstrasi Farm atau DENFARM, untuk mengajak mereka melihat kegiatan yang dilaksanakan tersebut sehingga petani ini dapat menerapkan apa yang sudah dilaksanakan dalam kegiatan ini. Kegiatan pemberdayaan petani melalui Denfarm tanaman padi merupakan salah satu bentuk nyata dalam upaya memberdayakan petani melalui pendekatan kelompoktani dengan metode percontohan usahatani, di harapkan ini bisa dilaksanakan di tingkat petani. Disamping kegiatan-kegiatan di atas BP4K Pohuwato juga melaksanakan pelatihanpelatihan tentang P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air), tujuan pelatihan P3A ini di mana khusunya para pelaksana di tingkat lapangn bisa mengetahui bagaimana mengelola kegiatan pertanian dalam hal pemanfaatan air. Kegiatan-kegiatan lembaga penyuluhan Pohuwato tersebut menggambarkan betapa pentingnya peran lembaga penyuluhan dalam menunjang perkembangan pertanian yang ada di tiap-tiap daerah. Sejalan dengan keterangan di atas hasil temuan lain dilapangan dengan wawancara ialah: di mana BP4K memberikan sumbangsi terhadap peningkatan sektor perikanan dengan dilaksanakanya kegiatan pendampingan terhadap kelompok-kelompok perikanan dengan tujuanya untuk meningkatkan pendapatan mereka dibidang perikanan, kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dibeberapa desa dengan melalui Demonstrasi Plot atau DEMPLOT
seperti yang dibuat di Dengilo dan Taluditi, kegiatan ini di khususkan untuk air tawar disamping itu ada juga kegiatan untuk tambak penangkapan di perairan laut. Untuk memudahkan kegiatan, kegiatan-kegiatan tersebut sudah di buat dalam betuk per kelompok. Di samping itu Penyelenggaraan kegiatan kehutanan juga dilaksanakan oleh lembaga BP4K melalui kegiatan pelatihan terhadap daerah-daerah yang berpotensi untuk pengembangan hutan, seperti yang dilaksanakan di satu kelompok yang ada di desa Molamahu Kecamatan Paguat tentang konserpasi hutan. Kegiatan Perkebunan Juga tak luput dari perhatian BP4K Pohuwato dengan memberikan pelatihan tentang sambung samping daripada kakao, dan itu juga merupakan program pertanian yang dilaksanakan pendampingan melalui BP4K atau penyuluh-penyuluh yang ada di tingkat lapangan. Kegiatan penyuluhan yang ditemukan di lapangan umunya berupa Demplot untuk mendemonstrasikan metode pertanian tertentu. Dempolt-demplot tersebut dianjurkan untuk diterapkan oleh kelompok tani. Namun pada kenyataanya kelompok tani menunjukan perhatian yang kurang sungguh-sungguh dalam kelompoknya. Nampaknya kelompok-kolompok tani hanya dibentuk sebagai saluran bagi program dan proyek-proyek yang ditentukan dari tingkat atas (Deptan, 2001).
Pada
hakikatnya pembangunan pertanian merupakan tanggung jawab bersama dalam meningkatkan hasil-hasil pertanian. Tanggung jawab ini akan terlaksana bilamana banyak faktor-faktor pendukung dan yang akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan terampil, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam menangani usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas.
Keterampilan penyuluh dilapangan merupakan panduan petani dalam meningkatkan usaha taninya. Dalam mendukung keberhasilan penyuluh dilapangan diperlukan dana atau anggaran yang tidak sedikit guna untuk mencapai apa yang menjadi harapan dilapangan. Keterlibatan lembaga penyuluh di Kabupaten Pohuwato memberikan dampak yang positif dalam mendukung penyuluh dilapangan, di mana R= 0,679 tunjangan insentif mempunyi hubungan yang kuat dengan keterampilan penyuluh (Tabel 5). Upaya lain untuk mencapainya diperlukan penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang baik, selanjutnya dibutuhkan kelembagaan, ketenagaan yang kompeten, mekanisme dan tata kerja yang jelas termasuk supervisi, monitoring dan evaluasi
yang
efektif
dan
pembiayaan
yang
memadai.
Mawardi
(2004)
mengidentifikasi beberapa kendala penyuluhan pertanian era otonomai daerah: (1) adanya perbedaan pandangan birokrasi dan DPRD terhadap peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian, (2) kecilnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan penyuluhan pertanian, (3) ketersediaan dan dukungan informasi pertanian sangat terbatas, (4) makin merosotnya kemampuan manajerial penyuluh. Ke depan peran penyuluhan pertanian diposisikan pada posisi yang strategis di mana kelembagaan penyuluhan pertanian berada dan dapat berhubungan langsung dengan pemimpin daerah, sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian betul-betul terkoordinir dan bisa berjalan efektif dan efisien karena melihat petani sekarang ini perlu mendapatkan inspirasi yang baru agar tumbuh motivasi dan gairah dalam menerapkan usaha taninya. Hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa BP4K Pohuwato sudah bekerja sama dengan BAKORLUH Provinsi Gorontalo. Di mana untuk meningkatkan kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dilapangan, lembaga ini sudah mempasilitasi penyuluh lapangan dengan memberikan alat transportasi, laptop bagi penyuluh, sedangkan penyuluh yang belum tersentuh adanya pasilitas ini BP4K
memberikan BOP atau biaya operasional bagi penyuluh agar kinerja penyuluh pertanian tetap terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Keterlibatan lembaga penyuluh dalam memotivasi penyuluh merupakan titik terang dari meningkatnya pengetahuan petani, Lembaga penyuluh BP4K Pohuwato mempunyai
hubungan
yang
kuat
dalam
memotivasi
penyuluh
sebesar
R=0,751dengan menyumbang sebesar 56,40% motivasi yang diberikan lembaga penyulh terhadap sikap penyuluh, hal ini secara tidak langsung akan mempercepat peningkatan pembangunan pertanian masa depan (Tabel 5). Program pembangunan pertanian masa depan tidaklah mudah, dengan merubah paradigma SDM yang baik, dengan mengutamakan pedoman pembangunan pertanian moderen merupakan kunci dari meningkatnya sektor pertanian secara umum. Dalam
membangun
SDM
berkualitas
dan
membangun
pertanian
berkelanjutan bukan hanya sekedar meningkatkan kinerja atau pelatihan penyuluh semata tetap juga petaninya yang harus diberikan pelatihan oleh penyuluh lapangan. Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani sebagai sasaran penyuluhan pertanian. Keberadaan petani yang memiliki sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang memadai dalam bidang pertanian, diharapkan
dapat
pertanian. Keseriusan
mendukung pemerintah
dan dan
berperan lembaga
serta terkait
dalam
pembangunan
dalam
mendukung
pembangunan pertanian yang baik menjadi salah satu tiang masa depan dalam membangun sumberdaya manusia dan pembangunan pertanian yang baik. Namun terkadang berbagai persoalan dilapangan yang dihadapi penyuluh pertanian menjadikan lambatnya pertumbuhan pembangunan pertanian, hal tersebut terkadang dikarenakan jumlah penyuluh tidak sesuai dengan luas daerah atau desa binaan penyuluh lapangan. Permasalahan BP4K di dalam perogram pertanian diaman antaranya ketenaga kerjaan penyuluh yang ada di lembaga BP4K Pohuwato kalau di hitung dengan jumlah desa yang ada di Kabupaten Pohuwato masih ada
kekurangan untuk ketenaga kerjaan, di mana jumlah penyuluh yang ada di Kabupaten Pohuwato hanya 82 penyuluh BP3K yang ada di Kabupaten Pohuwato termasuk penyuluh THL sedangkan jumlah desa adalah 103 desa, disamping juga penyuluh ini mempunyai latar belakang sendiri khususnya penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di mana tenaga perikana dan kehutanan hanya dua termasuk KJF (Kelompok Jabatan Fungsional) sedangkan perikanan 14 orang yang ada di Kabupaten Pohuwato. Keterbatasan penyuluh merupakan salahsatu kendala pembangunan dan perencanaan program pertanian di Kabupaten Pohuwato. Penelitian Kusmiyati et. all (2010), mengemukakan bahwa jumlah tenaga penyuluh di Kabupaten Bogor belum memenuhi persyaratan satu desa satu penyuluh sesuai dengan kebijakan Departemen Pertanian sehingga dimungkinkan kinerja penyuluh relatif belum optimal. Dalam membangun kerjasama yang baik guna memecahkan masalah penyuluh dilapangan, harusnya diperlukan kerjasama dari dinas-dinas terkait terhadap lembaga penyuluh agar dapat menjalakan amanah dan menjadi mitra yang baik bagi penyuluh. Kerjasama yang dimaksud adalah bagaimana melihat kendala penyuluh dilapangan dalam memberdayakan petani kearah yang lebih baik. Pareek (1996) menyebutkan bahwa adanya kerjasama mampu membangun kebersamaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan, terbangunnya dukungan dan penguatan bersama, meningkatkan sinergi, membangkitkan ide-ide, mengembangkan tindakan bersama, dan menambah keahlian. Permasalahan BP4K Pohuwato dalam menjalin kerjasama antara dinas terkait mengalami kendala, di mana dari dinas perikanan belum sepenuhnya menjadi mitra BP4K terbukti kegiatan-kegiatan belum dilaksanakan secara integrasi atau masih sendiri-sendiri. Berbeda dengan dinas pertanian BP4K Pohuwato sudah sejalan dengandinas tersebut, sama halnya juga dengan dinas kehutanan yang sudah sejalan dengan dinas tersebut. Ketidak sepahaman pemerintah terkait dalam melaksanakan pembangunan pertanian di wilayah masing-masing manjadikan buruknya kinerja
penyuluh pertanian dan akan berdapak pada krisisnya atau lemahnya pembangunan pertanian di wilayah tersebut. Sehingga perlu kesadran masing-masing dinas terkait dalam hal melakukan kerjasama, tanggung jawab bersama perlu diterapkan dalam membangun pertanian kearah lebih baik, dinas yang sejalan dengan keinginan masyarakat tani dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tani adalah dinas yang mempunyai tanggung jawab bersama dalam membangun pertanian di Indonesia pada umunya dan Kabupaten lebih khususnya. Kegiatan Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) yang di danai oleh pusat sudah dilaksanakan oleh BP4K Pohuwato, dengan mengadakan pelatihan-pelatihan misalnya dalam pengolahan jagung yang biasanya hasil panen jagung langsung dijual oleh petani maka dengan adanya pelatihan FEATI ini jagung tersebut dapat diolah, ini juga dibentuk perkelompok. Namun kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah, anggaran pusat untuk program Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) ini yang dulunya miliyaran rupiah sekarang hanya mencapai ratusan juta, sehinga penyelenggaraan program ini tidak sesuai dengan harapan dilapangan. Keiatan lain dari BP4K Pohuwato sudah sampai keluar daerah diantaranya adalalah. Magang petani terhadap pendampingan gapoktan di Makasar juga sudah dilaksanakan. Organisasi penyuluhan pertanian dapat memainkan peranya di dalam dua model. Model interaksi sosial berperan dalam difusi hasil penelitian ke petani, sedangkan model pemecahan masalah membantu petani untuk menjelaskan masalah dan mencari serta mengembangkan informasi yang diperlukan untukpemecahan masalah (Deptan, 2001). Peran organisasi penyuluhan pertanian kedepan di harapkan dapat membentuk petani dan organisasi petani ke arah yang lebih baik, selain itu juga peran dari pemerintah terkait menjadi faktor penunjang pembangunan pertanian masa depan kearah lebih baik.