BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107º’52’-108º36 BT dan 6º15-6º40’ LS (Lampiran 1) dengan batas wilayah sebagai berikut: -
Sebelah utara berbatasan dengan laut jawa
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cirebon. Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini
terdiri dari 31 Kecamatan, 307 desa dan 8 kelurahan, dengan luas wilayah 204,011 ha atau 2.040.110 km dengan panjang pantai 114,1 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon sampai Subang. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah pada umumnya berkisar antara 0 – 18 m diatas permukaan laut dan wilayah dataran rendahnya berkisar antara 0 – 6 m diatas permukaan laut berupa rawa, tambak, sawah, pekarangan. Pada tahun 2009 berdasarkan hasil registrasi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa terdiri dari laki-laki 888.579 jiwa dan perempuan 856.318 jiwa dengan sex rasio 103.81 dan pada akhir 2010 angka tersebut telah berubah menjadi 1.769.423 jiwa terdiri dari laki-laki 885.345 jiwa dan perempuan 884.078 jiwa (Vihera, 2011). Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pantai utara Pulau Jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi berkisar antara 22.9º - 30ºC. Tipe iklim di Indramayu termasuk iklim tropis, menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe D (iklim sedang) dengan karakteristik iklim antara lain: 1. Suhu udara harian berkisar antara 22,9ºC - 30ºC dengan suhu udara tertinggi 32ºC dan terendah 22ºC 2. Kelembaban udara antara 70 – 80% 3. Curah hujan rata-rata tahunan 1.587 mm pertahun dengan jumlah hari hujan 91 hari.
28
29
4. Curah hujan tertinggi sekitar 2.008 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 84 hari sedangkan curah hujan terendah sekitar 1.603 mm dengan jumlah hari hujan 68 hari. 5. Angin barat dan angin timur tertiup secara bergantian setiap 5 – 6 bulan sekali. Kondisi geografis Indramayu berada pada jalur pantura yang merupakan jalur utama perekonomian nasional dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Kabupaten Indramayu selain memiliki wilayah darat juga memiliki wilayah pulaupulau kecil yaitu pulau Biawak, Pulau Gosong dan Candikian serta memiliki wilayah perairan dengan garis pantai sepanjang 114 km yang membentang sepanjang pantai utara Cirebon dan Subang yang merupakan daya tarik investasi karena memiliki aksesbilitas yang tingi. Dari gambaran tersebut Kabupaten Indramayu memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009).
4.1.1 Kondisi Umum Desa Karangsong Desa Karangsong terletak di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Batas desa wilayah Karangsong adalah sebagai berikut : -
Sebelah Utara
: Desa Pabean Udik
-
Sebelah Selatan
: Desa Tambak
-
Sebelah Timur
: Laut Jawa
-
Sebelah Barat
: Kelurahan Paoman
Desa Karangsong memiliki panjang garis pantai 0,9 km dan merupakan desa dengan tipologi desa pesisir atau pantai dengan wilayah yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa. Sebagai desa pantai atau pesisir, letaknya berada di dataran rendah dengan ketinggian 0,5 meter sampai 1,0 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, dan bersuhu udara rata-rata 27ºC. Penggunaan lahan Desa Karangsong seperti pada tabel berikut. Desa Karangsong memiliki luas 391,45 hektar dengan penggunaan lahan seperti pada Tabel 1.
30
Tabel 1. Penggunaan Lahan Desa Karangsong Kec. Indramayu No Penggunaan Luas (ha) 1. Sertifikat hak milik 158,18 2. Tanah Kas Desa a. Tanah bengkok 16,66 b. Tanah titisara 1,84 3. Jalan 0,03 4. Empang/pertambakan 204,07 5. Pemukiman/perumahan 7,87 6 Perkantoran 0,02 7 Perkuburan 0,03 8 Sawah irigasi tadah hujan 2,75 JUMLAH 391,45 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu (2009)
Luas desa Karangsong seluas 391,45 hektar (BAPPEDA Indramayu 2009). Penduduk yang menetap di Desa Karangsong sebagian besar adalah penduduk asli dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar desa. Penduduk Desa Karangsong berjumlah 4.510 jiwa, dengan komposisi laki-laki 2.261 jiwa dan perempuan 2.249 jiwa. Mata pencaharian masyarakat Desa Karangsong cukup bervariasi sehingga memiliki kegiatan yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-harinya. Adapun mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut : Tabel 2. Jenis-Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Karangsong No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Pekerjaan Jumlah(orang) Prosentase(%) Nelayan 769 53,00 Petani 89 6,08 Buruh tani 269 18,36 Jasa 32 2,18 Pertukangan 41 2,80 Wiraswasta/pedagang 144 9,84 Pegawai Negeri Sipil 60 4,10 Swasta 25 1,70 ABRI 2 0,01 Pensiunan 5 0,03 JUMLAH 1436 100,00 Sumber : Buku Potensi Desa Karangsong Tahun (2007)
31
Pada musim tertentu, serta jauhnya daerah penangkapan karena merosotnya kondisi lingkungan membuat nelayan tradisional beralih ke mata pencaharian lain. Faktor yang menyebabkan terhentinya kegiatan penangkapan antara lain keterbatasan modal dalam membangun kapal, membeli mesin, membeli peralatan tangkap serta area penangkapan ikan yang jauh. Hal ini menyebabkan beberapa nelayan Karagsong mengikuti kegiatan wisata bahari untuk mencari sumber pendapatan (Vihera, 2011).
4.1.2 Perkembangan Perikanan Tangkap di Desa Karangsong Perkembangan perikanan tangkap di Desa Karangsong telah mengalami perubahan pada sektor produksi penangkapan di Karangsong berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu mengalami kenaikan pada tahun 2007 sampai tahun 2010 yaitu pada tahun 2007 hasil tangkapan mencapai 11.484.029 kg dan mengalami kenaikan di tahun 2008 sebesar 13.407.995 kg pada tahun 2009 juga mengalami kenaikan mencapai 14.126.363 kg dan tahun 2010 mengalami kenaikan mencapai 16.535.820.00 kg.
4.1.3 Jumlah Armada Kapal di Kecamatan Indramayu Jumlah Armada penangkapan di Kecamatan Indramayu dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Jumlah Armada Kapal Desa Pabean Udik Karangsong Singajaya Paoman Singaraja Margadadi Lemah Mekar Pekandangan Jaya Jumlah
<10 GT
10 - 20 GT 535 231 9 137 153 14 5 2 1081
> 30 GT 24 24
2
1 116 2 7
30 2
174
34
Sumber : Rencana Kerja UPTD. Perikanan dan Kelautan Kecamatan Indramayu (2011)
32
Umumnya armada perahu yang terpusat di TPI Karangsong merupakan jenis perahu ukuran sedang dan besar, perahu yang beroperasi di daerah Karangsong dengan kapasitas dibawah 10 GT mencapai 231 armada kapal yang mampu mempekerjakan nelayan sebanyak 1.442 nelayan. Dengan banyaknya nelayan kecil yang ada di Desa Karangsong dan daerah fishing ground yang cukup jauh, maka nelayan kecil yang kebanyakan menggunakan alat yang tradisional cukup kesulitan untuk melakukan penangkapan pada musim paceklik. Pada penelitian ini jumlah responden diambil dari kapal dibawah 10 GT di daerah Karangsong karena memiliki jumlah yang mewakili nelayan buruh Karangsong dan metode pengambilan jumlah responden diambil dengan menggunakan metode slovin dengan galat ketidaktelitian sebesar 20% (Lampiran 2).
4.2 Tingkat Pendapatan Nelayan Tingkat pendapatan nelayan buruh di Desa Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat di lihat pada tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendapatan Nelayan Buruh Pendapatan/Bulan Rp 1.000.000-2.000.000/Bulan Rp 2.240.000-2.800.000/Bulan Rp 3.180.000-3.960.000/Bulan Rp 5.000.000-5.960.000/Bulan JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 20 10 12 4 46
Persentase 43% 22% 26% 9% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 4, tingkat pendapatan nelayan buruh dari 46 responden yang diteliti pada 23 kapal di bawah 10 GT di desa Karangsong per bulannya paling banyak berkisar antara Rp. 1.000.000 - 2.000.000,- pada 20 orang nelayan dengan persentase sebanyak 43%, sedang yang paling sedikit berkisar antara Rp. 5.000.000 – 5.960.000,- per bulannya dengan jumlah 4 orang nelayan atau hanya 9%. Pendapatan lebih banyak diperoleh dari hasil menangkap ikan dibandingkan kegiatan diluar menangkap ikan, dimana dari penuturan seluruh responden ratarata hasil tangkapan per kilo nya Rp. 30.000,-. Dari hasil olahan data didapatkan nilai mean atau rata-rata sebesar 2.593.913, median atau nilai tengahnya
33
2.250.000,
modus
atau
frekuensi
pemunculan
terbanyaknya
1.200.000.
Berdasarkan data dari Disnakertrans Jawa Barat tahun 2013 Upah Minimum Regional atau UMR untuk kabupaten Indramayu sebesar Rp. 1.125.000,- maka dapat disimpulkan tingkat pendapatan nelayan buruh dari 23 kapal di bawah 10 GT di Desa Karangsong cukup tinggi. Data tingkat pendapatan nelayan buruh lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. 4.3 Faktor – Faktor Internal 4.3.1 Umur Nelayan Umur merupakan salah satu faktor yang mendukung nelayan dalam kegiatan menangkap ikan di laut. Sebab pada usia produktif seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal, berdasarkan data BKKBN usia produktif berkisar antara 15 – 64 tahun (Repelita 1989 dalam Vihera 2011). Umur nelayan buruh berdasarkan jumlah 46 responden dari kapal di bawah 10 GT di Desa Karangsong dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5.Umur Responden Umur 25-30 31-35 36-40 41-45 >45 JUMLAH
Jumlah(Nelayan) Presentase 11 24% 10 22% 9 19% 4 9% 12 26% 46 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa dari 46 responden didapati usia di atas 45 tahun merupakan usia terbanyak yaitu berjumlah 12 orang atau 26 % . Dan yang paling sedikit responden pada rentang usia 41 – 45 yaitu berjumlah 4 orang atau hanya 9 % . Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapat 39 tahun nilai median atau nilai tengahnya 37, modus atau jumlah frekuensi pemunculan terbanyaknya 35. Data umur responden lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.
34
25-30
31-35
Jumlah 36-40
41-45
>45
26% 24% 19%
22%
9%
Gambar 2. Presentase Umur Responden
4.3.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan nelayan buruh dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT di TPI Karangsong dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pendidikan Terakhir Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD Tidak Tamat SMP SD SMP JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 9 11 1 24 1 46
Presentase 20% 24% 2% 52% 2% 100%
Sumber : Hasil Olahan data Mentah
Dapat dilihat pada tabel 6 bahwa nelayan buruh di TPI Karangsong tingkat pendidikannya lebih banyak hanya sampai tamat SD yaitu sebanyak 24 orang dari 46 responden atau 52%, paling sedikit dengan tingkat pendidikan tamat SMP dan tidak tamat SMP yaitu masing-masing 1 orang atau 2% saja. Tingkat Pendidikan ini cukup berpengaruh terhadap penyesuaian teknologi baru dalam kegiatan penangkapan. Tingkat pendidikan yang tinggi pada nelayan umumnya akan meningkatkan kemampuan dalam melakukan teknik penangkapan ikan yang tepat, sehingga dapat menghasilkan hasil tangkapan yang optimal. Rendahnya tingkat pendidikan akan berdampak pada sulitnya nelayan dalam menerima teknologi
35
baru akibatnya produksi hasil tangkapan sulit mengalami peningkatan (Vihera 2011). Data tingkat pendidikan nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 5.
Jumlah Tidak Pernah Sekolah
Tidak Tamat SD
Tidak Tamat SMP
SD
SMP
2% 20% 24%
52%
2%
Gambar 3. Presentase Tingkat Pendidikan
4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 1 16 20 9 46
Persentase 2% 35% 43% 20% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan Tabel 7, jumlah tanggungan keluarga nelayan buruh paling banyak yaitu 3 orang pada 20 nelayan buruh
atau 43% dari 46 responden.
Sedangkan jumlah tanggungan paling sedikit hanya 1 orang ditanggung oleh 1 orang atau 2%. Jumlah mean atau jumlah rata-rata dari data diatas 3 nilai median atau nilai tengahnya adalah 3, modus atau jumlah frekuensi pemunculan terbanyaknya 3. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga atau anggota keluarga berhubungan dengan tingkat pengeluaran dari pendapatan yang diperoleh nelayan, semakin banyak anggota keluarga semakin tinggi beban tanggungan yang harus
36
dipenuhi karena tanggungan keluarga merupakan beban yang harus dipenuhi setiap hari. Data jumlah tanggungan keluarga lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6.
Jumlah 1 Orang
2 Orang
3 Orang
4 Orang
2% 20%
35%
43%
Gambar 4. Presentase Jumlah Tanggungan
4.3.4 Pengalaman Sebagai Nelayan Buruh Pengalaman nelayan buruh TPI Karangsong dalam melaut dari jumlah 46 responden dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Lama Profesi Sebagai Nelayan Buruh Pengalaman 10-15 Tahun 16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun >30 Tahun JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 9 8 8 8 13 46
Presentase 20% 18% 17% 17% 28% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa pengalaman sebagai nelayan buruh paling banyak berada di atas 30 tahun yaitu sebanyak 13 orang atau 28%, sedangkan yang paling sedikit berkisar antara 21 - 25 tahun dan 26 - 30 tahun dimana keduanya sama-sama pada angka 17%. Jumlah mean atau jumlah rata-rata dari pengalaman sebagai nelayan dari 46 responden nelayan buruh pada kapal di bawah 10 GT adalah 26, median atau nilai tengahnya 25, dan modus atau jumlah
37
frekuensi pemunculan terbanyak 14. Data pengalaman sebagai nelayan buruh lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 7.
Jumlah 10-15 Tahun
16-20 Tahun
21-25 Tahun
28%
20%
26-30 Tahun
>30 Tahun
18% 17% 17%
Gambar 5. Presentase Pengalaman Sebagai Nelayan Buruh
4.3.5 Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh Nelayan buruh TPI Karangsong yang memiliki pekerjaan dan pendapatan sampingan selain sebagai nelayan dari jumlah 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh Jenis Pekerjaan Tidak Ada Menarik Becak Kuli JUMLAH
Penghasilan Rp. 0,Rp 200.000-300.000 Rp. 100.000 - 150.000
Jumlah (Nelayan) 41 2 3 46
Presentase 89% 4% 7% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat disimpulkan bahwa nelayan buruh di TPI Karangsong banyak yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan diluar kegiatan melaut yaitu sebanyak 41 orang atau sampai 89% dan sedikit sisanya memiliki pekerjaan sebagai tukang becak dan kuli dengan presentase 4% dan 7%. Umumnya nelayan buruh yang memiliki pekerjaan lain selain menangkap ikan dilaut adalah wajar sebab hal tersebut cukup membantu untuk meningkatkan
38
pendapatan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga nelayan karena posisi sebagai nelayan buruh mendapat bagian yang paling kecil di banding nahkoda dan pemilik. Data pekerjaan selain sebagai nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 8.
Jumlah Tidak ada
Narik Becak
Kuli
4% 7%
89%
Gambar 6. Presentase Pekerjaan Selain Sebagai Nelayan Buruh
4.3.6 Harga Beli Alat Tangkap Harga beli masing-masing alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI karangsong dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Harga Beli Alat Tangkap Kisaran harga Rp. 3.000.000-15.000.000 Rp. 19.000.000-55.000.000 Rp. 66.000.000-75.000.000 > Rp. 76.000.000 JUMLAH
Jumlah (Kapal) 6 6 5 6 23
Persentase 26% 26% 22% 26% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan pada tabel 10, alat tangkap dengan harga paling tinggi yaitu diatas Rp. 76.000.000,- dengan jumlah 6 alat tangkap atau 26%, sedangkan yang menggunakan alat tangkap dengan harga paling rendah berkisar antara Rp. 3.000.000 – 15.000.000,- juga dengan jumlah 6 alat tangkap. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 68.177.826, median atau nilai tengahnya 52.500.000,
39
dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 66.000.000. Data harga beli alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 9.
Jumlah 3.000.000-15.000.000
19.000.000-55.000.000
66.000.000-75.000.000
>76.000.000
26% 22%
26% 26%
Gambar 7. Presentase Harga Beli Alat Tangkap
4.3.7 Alat Tangkap yang Digunakan Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI Karangsong dari jumlah 46 responden pada kapal dibawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Alat Tangkap yang digunakan Jenis Alat Jaring Play Millenium Jaring Pukat Kuro Jaring Unyil Jaring Jaring Kembung Arad Bubu Gill net Pukat Pukat Senar JUMLAH
Jumlah (Alat Tangkap) 12 2 2 10 2 2 8 2 2 2 44
Presentase 27% 4% 4% 23% 4% 4% 18% 4% 4% 4% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan Tabel 11 diatas jenis alat tangkap yang digunakan nelayan buruh paling banyak adalah jaring play milenium yang digunakan oleh 12 orang atau 23% dan yang paling sedikit adalah alat tangkap gill net, pukat dan pukat
40
senar masing-masing digunakan oleh 2 orang dengan presentase hanya 2%. Jenis alat tangkap yang digunakan berpengaruh terhadap jenis
tangkapan yang
diperoleh, sebab setiap alat tangkap memiliki bentuk, fungsi dan cara pengoperasian masing-masing yang berbeda untuk menangkap jenis ikan tertentu. Data alat tangkap yang digunakan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 10.
Jumlah Jaring Play Millenium Jaring(biasa) Bubu Pukat Senar
Jaring Pukat Kuro Jaring Kembung Gill net
4% 4% 4%
Jaring Unyil Arad Pukat
27%
18% 23%
4% 4%
4% 4%
Gambar 8. Presentase Alat Tangkap yang Digunakan
4.3.8 Jumlah Alat Tangkap Jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Jumlah Alat Tangkap Jumlah Alat 1 Alat tangkap 2 Alat tangkap 3 Alat tangkap 700 Alat tangkap 840 Alat tangkap 850 Alat tangkap 900 Alat tangkap JUMLAH
Jumlah(Nelayan) 34 2 2 2 2 2 2 46
Presentase 76% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah Berdasarkan tabel 12, nelayan buruh yang menggunakan hanya 1 alat tangkap paling banyak mendominasi yaitu sebanyak 34 orang atau 76%, sisanya yang menggunakan alat tangkap lebih dari satu masing-masing 2 orang saja atau 4%. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 144, median atau nilai
41
tengahnya 1, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1. Jumlah alat tangkap yang digunakan
nelayan buruh Karangsong tergantung pada
komoditas ikan yang akan ditangkap, misalnya untuk menangkap rajungan atau ikan demersal, alat tangkap yang digunakan salah satunya adalah bubu dimana jumlah bubu yang digunakan beberapa nelayan dari 46 responden pada satu kapal lebih dari satu. Data jumlah alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 11.
Jumlah 1 Alat tangkap
2 Alat tangkap
3 Alat tangkap
700 Alat tangkap
840 Alat tangkap
850 Alat tangkap
900 Alat tangkap 4%
4%
4% 4% 4% 76%
4%
Gambar 9. Presentase Jumlah Alat Tangkap
4.3.9 Umur Alat Tangkap Rata-rata umur alat tangkap yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah10 GT dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Umur Alat Tangkap Umur Teknis 1 Tahun 1,5 Tahun 2 Tahun 2,5 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 10 Tahun JUMLAH
Jumlah (Alat) 6 1 2 1 4 1 4 2 2 23
Presentase 26% 4% 9% 4% 18% 4% 18% 9% 9% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Pribadi Berdasarkan tabel 13, umur alat tangkap yang paling lama adalah 10 tahun dengan jumlah 2 alat tangkap atau 9%, sedangkan alat tangkap yang terhitung masih baru berumur 1 tahun berjumlah 6 atau 18%. Jumlah mean atau rata-rata
42
didapat 3, median atau nilai tengahnya 3, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak adalah 1. Data umur alat tangkap lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 12. Jumlah 1 Tahun 2,5 Tahun 9%
1,5 Tahun 3 Tahun
2 Tahun 4 Tahun
9% 26%
17% 9% 18% 4%
4%
4%
Gambar 10. Presentase Umur Alat Tangkap
4.3.10 Jarak Tempuh Melaut Rata-rata jarak tempuh melaut nelayan buruh TPI Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Jarak Tempuh Melaut Jarak 3-6 mil 6-12 mil >12 mil JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 8 28 10 46
Persentase 17% 61% 22% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 14 diatas didapat nelayan buruh dengan jarak tempuh melaut paling banyak pada jarak 6-12 mil yaitu 28 orang atau 61 %, sedangkan jarak melaut yang paling sedikit ditempuh 3-6 mil dengan jumlah 8 orang atau hanya 17 %. Jarak melaut diatas 12 mil rata-rata ditempuh kapal besar dengan mesin kekuatan tinggi, selain itu jauhnya jarak tempuh yang dituju juga berpengaruh pada besar sedikitnya biaya pengeluaran selama berlayar seperti BBM, biaya makan atau makanan ringan nelayan buruh dan nahkoda yang
43
ditanggung nelayan pemilik kapal. Data jarak tempuh melaut lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 13.
Jumlah 3-6 mil
22%
6-12 mil
>12 mil
17%
61%
Gambar 11. Presentase Jarak Tempuh Melaut
4.3.11 Jumlah Mesin Kapal Jumlah mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Jumlah Mesin Kapal Mesin Kapal 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin JUMLAH
Jumlah (Mesin) 14 20 11 45
Persentase 31% 45% 24% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 15 diatas, jumlah mesin kapal yang paling banyak digunakan adalah 2 mesin dengan jumlah 20 mesin atau 45 %, dan paling sedikit 3 mesin dengan jumlah 12 mesin atau 24 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapat 2, median atau nilai tengahnya 2, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak adalah 2. Jumlah mesin yang digunakan membantu keefektifan nelayan saat melakukan kegiatan penangkapan sebab untuk beberapa
44
kapal dengan jumlah mesin lebih dari satu atau dua, salah satu mesin tersebut berfungsi sebagai penarik alat tangkap yang digunakan. Data jumlah mesin kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 14.
Jumlah 1 Mesin
2 Mesin
24%
3 Mesin
31%
45%
Gambar 12. Presentase Jumlah Mesin Kapal
4.3.12 Kekuatan Mesin Kekuatan mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Kekuatan Mesin Kapal Kekuatan Mesin 8-9 PK 11-22 PK 24-25 PK >25 PK JUMLAH
Jumlah Persentase 8 18% 16 35% 18 40% 3 7% 45 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 16 diatas, kekuatan mesin kapal paling banyak berkisar antara 24-25 PK yaitu 18 mesin atau 40 %, dan paling sedikit diatas 25 PK dengan jumlah 3 mesin atau hanya 7 %. Kekuatan mesin berpengaruh pada kecepatan kapal saat berlayar, banyaknya solar yang diisi dan saat menarik alat tangkap, biasanya kekuatan mesin disesuaikan dengan ukuran kapal yang digunakan,
45
kapal-kapal kecil umumnya menggunakan mesin dengan kekuatan antara 8-9 PK, 11-12 PK dan 24-25 PK. Data kekuatan mesin kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 15.
Jumlah 8-9 PK
11-22 PK
7%
24-25 PK
>25 PK
18%
40% 35%
Gambar 13. Presentase Kekuatan Mesin Kapal
4.3.13 Harga Beli Mesin Harga mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 17 Tabel 17. Harga Beli Mesin Harga Beli Rp. 1.500.000-3.000.000 Rp. 3.500.000-5.000.000 Rp. 5.300.000-10.000.000 > Rp. 10.000.000 JUMLAH
Jumlah(Mesin) Persentase 10 22% 23 51% 8 18% 4 9% 45 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 17, mesin kapal dengan harga beli sekitar Rp. 3.500.000 – 5.000.000,- merupakan yang terbanyak dengan jumlah 23 mesin atau 51 %, sedangkan mesin dengan harga beli diatas Rp. 10.000.000 paling sedikit hanya mencapai 4 mesin atau 9 % saja. Dari data diatas didapat nilai mean atau jumlah rata-rata 6.642.222, median atau nilai tengahnya 22.500.000, nilai modus atau
46
frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 2.000.000. Tidak semua mesin pada kapal yang digunakan nelayan buruh untuk berlayar dalam kondisi baru, hal itu menyebabkan mesin kapal dengan kekuatan sama pada beberapa kapal yang berbeda harganya tidak sama, karena harga beberapa mesin bekas ditentukan dari lamanya mesin tersebut digunakan oleh pemakai sebelumnya. Data harga beli mesin lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 16.
Jumlah 1.500.000-3.000.000
3.500.000-5.000.000
5.300.000-10.000.000
>10.000.000
9% 18%
22%
51%
Gambar 14. Presentase Harga Beli Mesin
4.3.14 Umur Mesin Umur mesin kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 18 Tabel 18. Umur Mesin Umur 1 Tahun - 3 Tahun 4 Tahun -6 Tahun 7 Tahun - 10 tahun JUMLAH
Jumlah (Mesin) 22 13 10 45
Persentase 49% 29% 22% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah Berdasarkan Tabel 18, mesin dengan umur pemakaian paling lama sekaligus paling sedikit digunakan berkisar antara 7-10 tahun dengan jumlah 10 mesin atau 22 %, sedangkan umur mesin dengan pemakaian yang masih terhitung
47
baru berkisar dari 1-3 tahun dan paling banyak digunakan dengan jumlah 22 mesin atau 49 %. Nilai mean atau jumlah rata-rata pada data diatas didapat 4 median atau nilai tengahnya 4, nilai modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 2. Data Umur mesin lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 17.
Jumlah 1 Tahun - 3 Tahun
4 Tahun -6 Tahun
7 Tahun - 10 tahun
22% 49% 29%
Gambar 15.Presentase Umur Mesin
4.3.15 Jumlah Awak Kapal Jumlah awak kapal atau nelayan buruh dari 46 responden pada kapal dibawah 10 GT di TPI Karangsong dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Jumlah Awak Kapal Awak Kapal 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang 9 Orang JUMLAH
Jumlah(Kapal) 6 8 5 1 1 1 1 23
Presentase 26% 35% 22% 4% 4% 4% 4% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah Berdasarkan tabel 19, jumlah awak kapal nelayan buruh Karangsong dari 46 responden paling banyak 9 orang pada 1 kapal atau hanya 4 %, sedangkan awak kapal paling sedikit berjumlah 3 orang pada 6 kapal atau 26 %. Nilai mean
48
atau jumlah rata-rata dari data diatas didapat 4, median atau nilai tengahnya 4, modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 4. Banyaknya jumlah awak kapal mempengaruhi pendapatan masing-masing nelayan buruh sebab uang dari hasil komoditas yang telah ditangkap dan dijual dibagi berdasarkan jumlah awak kapal. Data jumlah awak kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 18.
Jumlah 3 Orang
4 Orang
5 Orang
7 Orang
8 Orang
9 Orang
5%
4% 4%
6 Orang
4% 26%
22% 35%
Gambar 16. Presentase Jumlah Awak Kapal
4.3.16 Pendapatan/Trip/Bulan Pendapatan nelayan buruh Karangsong satu trip dan perbulannya dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Pendapatan/Trip/Bulan Pendapatan/trip/Bulan
Jumlah(Nelayan)
Presentase
14
31%
12 14
26% 30%
6 46
13% 100%
250.000/Trip,1.000.000/Bulan - 560.000/Trip,2.240.00/Bulan 600.000/Trip,1.800.000/Bulan 800.000/Trip2.400.000/Bulan 2.000.000Trip/Bulan - 1.645.000/Trip,3.290.000/Bulan 2.500.000/Trip,5.000.000/Bulan 2.980.000/Trip5.960.000/Bulan JUMLAH
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah Berdasarkan tabel 20, pendapatan nelayan buruh dalam 1 trip sekaligus dalam satu bulan yang paling besar berkisar antara Rp. 2.500.000/trip5.000.000/bulan dan Rp. 2.980.000/trip– 5.960.000/bulan diperoleh oleh 6
49
nelayan buruh atau hanya 13 %, sedangkan paling sedikit sekitar Rp. 250.000/trip1.000.000/bulan dan
Rp. 560.000/trip - 2.240.000/bulan diperoleh oleh 14
nelayan buruh atau 31 %. Beberapa kapal kecil dibawah 10 GT memiliki nahkoda yang mendapat 2 bagian dengan sistem bagi hasil 60% untuk pemilik dan sisanya 40 % untuk awak kapal dan nahkoda yang telah dibagi terlebih dahulu, untuk kapal yang tidak ada jabatan nahkoda didalamnya atau semua awak kapal dapat melakukan pekerjaan yang sama maka hasil pendapatan dibagi sama rata. Data pendapatan/trip/bulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 19.
Jumlah ± 600.000/1.800.000 - ± 800.000/2.400.000 ± 2.000.000 - ±1.645.000/3.290.000 ± 2.500.000/5.000.000 - ±2.980.000/5.960.000 15%
59%
18%
8%
Gambar 17. Presentase Pendapatan/Trip/Bulan
4.3.17 Pengeluaran Pokok Pangan Pengeluaran pokok pangan rumah tangga nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21. Pengeluaran Pokok Pangan Pengeluaran Rp. 300.000-500.000/bulan Rp. 550.000-700.000/bulan Rp. 750.000-900.000/bulan Rp. > 900.000 JUMLAH
Jumlah(Nelayan) Persentase 13 28% 10 22% 15 33% 8 17% 46 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah Berdasarkan tabel 21 diatas, pengeluaran pokok pangan rumah tangga yang terdiri atas beras, minyak goreng, sayur, tepung dan lauk pauk lainnya didapati 8 orang nelayan buruh dengan pengeluaran pokok pangan paling besar
50
mencapai diatas Rp. 900.000 perbulannya atau 17 %, sedangkan pengeluaran pokok pangan paling sedikit yaitu Rp. 300.000– 500.000,- perbulan oleh 13 orang nelayan buruh atau 28%. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 788.043, median atau nilai tengahnya 725.000, mods atau frekuensi terbanyaknya 750.000. Pada beberapa nelayan yang memiliki pendapatan sama besar tidak sama jumlah biaya pokok pangan yang dikeluarkan, hal tersebut disebabkan oleh jumlah keluarga yang menjadi tanggungan, hutang dan biaya lain sesuai kebutuhan sehari-hari tiap nelayan buruh yang berbeda-beda. Data pengeluaran pokok pangan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 20.
Jumlah 300.000-500.000/bulan
550.000-700.000/bulan
750.000-900.000/bulan
>900.000
17%
33%
28%
22%
Gambar 18. Presentase Pengeluaran Pokok Pangan
4.3.18 Biaya Pendidikan Anak Biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pendidikan anak nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 22. Biaya Pendidikan Anak Nelayan Biaya Pendidikan Belum Sekolah SD(Dana BOS) SMP(Dana BOS)
Jumlah(Anak Nelayan) 6 10 32
Presentase 9% 16% 49%
51
Biaya Pendidikan Jumlah(Anak Nelayan) 70.000/Bulan(SMK Pelayaran Kelas 1,2,3) 6 100.000/Bulan (Kelas 1 SMA) 2 125.000/Bulan (Kelas 2 SMA) 5 150.000/Bulan (Kelas 3 SMA) 4 JUMLAH 65 Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Presentase 9% 3% 8% 6% 100%
Berdasarkan tabel 22 diatas, jumlah anak nelayan buruh dari 46 responden sebanyak 65 orang, didapati biaya pendidikan paling mahal pada tingkat pendidikan kelas 3 SMA yaitu Rp. 150.000 perbulannya untuk 4 orang atau hanya 8 %, sedangkan biaya pendidikan paling murah Rp. 70.000 perbulan untuk 6 orang yang diantaranya duduk dikelas 1, 2 dan
3 SMK Pelayaran dengan
presentase 9 %, selebihnya pada anak nelayan buruh yang duduk dibangku SD dan SMP menikmati pendidikan gratis yang merupakan program dari pemerintah atau dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Data biaya pendidikan anak nelayan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 21.
Jumlah Belum Sekolah SD(Gratis) SMP(Gratis) 70.000/Bulan(SMK Pelayaran Kelas 1,2,3) 100.000/Bulan (Kelas 1 SMA) 125.000/Bulan (Kelas 2 SMA) 150.000/Bulan (Kelas 3 SMA)
3%
8%
6% 9%
9%
16%
49%
Gambar 19. Presentase Biaya Pendidikan Anak
52
4.3.19 Biaya Listrik dan Air Selama Sebulan Biaya air dan listrik yang dikeluarkan selama sebulan oleh nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23. Biaya Listrik dan Air Selama Sebulan Jumlah (Nelayan)
Persentase
Rp. 35.000(Listrik)& 30.000(Air) – Rp. 60.000(Listrik)& 30.000(Air)
8
17%
Rp.70.000(Listrik)& 40.000(Air) – Rp. 90.000(Listrik)& 60.000(Air)
10
22%
Rp.100.000(Listrik)& 40.000(Air) – Rp. 120.000(Listrik)& 50.000(Air)
18
39%
Rp. 140.000(Listrik)& 60.000(Air) - 200.000(Listrik)& 70.000(Air)
10
22%
46
100%
Biaya
JUMLAH
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 23 diatas, didapati biaya listrik dan air selama sebulan paling besar mencapai Rp. 100.000 (Listrik) & 40.000 (Air) – Rp. 120.000 (Listrik) & 50.000 (Air) perbulannya oleh 18 nelayan buruh atau 39 %, sedangkan paling kecil sekitar Rp. 70.000 (Listrik) &40.000 (Air) – Rp. 90.000(Listrik) & 60.000(Air) perbulan oleh 8 nelayan buruh atau sebanyak 22 %. Dari penuturan responden biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik serta air rumah tangga nelayan selain ditentukan dari pemakaian air dan listrik selama sebulan dipengaruhi juga oleh jumlah keluarga dan pendapatan yang diperoleh. Data biaya listrik dan air selama sebulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 22.
Jumlah 35.000/30.000 - 60.000/30.000
70.000/40.000 - 90.000/60.000
100.000/40.000 - 120.000/50.000
140.000/60.000 - 200.000/70.000 17%
22% 22% 39%
Gambar 20. Presentase Biaya Air dan Listrik Selama Sebulan
53
4.3.20 Biaya Kesehatan Biaya kesehatan yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong dalam satu bulan dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24. Biaya Kesehatan Biaya Rp. 20.000 - 35.000/Bulan Rp. 40.000 - 50.000/Bulan Rp. 60.000 - 80.000/Bulan Rp. 100.000 - 200.000/Bulan JUMLAH
Jumlah(Nelayan) Presentase 15 33% 16 35% 8 17% 7 15% 46 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 24 diatas, didapati biaya kesehatan yang dikeluarkan paling banyak berkisar antara Rp. 40.000 sampai 50.000,- perbulan pada 16 nelayan buruh atau 35 %, sedangkan biaya kesehatan paling sedikit antara Rp. 100.000 sampai 200.000,- perbulan oleh 7 nelayan buruh. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 61.521 median atau nilai tengahnya 47.500, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 50.000. Biaya untuk membeli perlengkapan yang berkaitan dengan kesehatan meliputi sabun, sikat gigi, shampo, pasta gigi, obat-obatan atau suplemen makanan yang dikeluarkan masing-masing nelayan buruh untuk seluruh anggota keluarganya. Data biaya kesehatan dapat dilihat dilampiran 23.
Jumlah 20.000 - 35.000/Bulan
40.000 - 50.000/Bulan
60.000 - 80.000/Bulan
100.000 - 200.000/Bulan
15% 17%
33%
35%
Gambar 21. Presentase Biaya Kesehatan
54
4.3.21 Pendapatan Berdasar Jenis Kapal Jenis – jenis kapal yang digunakan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25. Pendapatan Berdasar Jenis Kapal Jenis Kapal
Pendapatan/Bulan
Jumlah(Kapal)
Presentase
2 GT 3 GT
Rp. 1.000.000-2.400.000 Rp. 1.800.000-3.650.000
8 5
35% 22%
4 GT 5 GT 6 GT 7 GT 9 GT JUMLAH
Rp. 2.240.000-3.960.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.520.000-3.880.000 Rp. 5.600.000 Rp. 5.960.000
5 1 2 1 1 23
22% 4% 9% 4% 4% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 25 diatas, jenis kapal dengan muatan 2 GT adalah yang paling banyak dengan jumlah 8 kapal atau mencapai 35 % dengan pendapatan rata-rata berkisar antara Rp. 1.000.000 – 2.400.000,- per bulannya , sedangkan jumlah kapal paling sedikit dengan muatan 5, 7 dan 9 GT dengan jumlah masing – masing 1 kapal atau hanya 4 % dengann pendapatan rata-rata Rp. 2.000.000/ bulan pada kapal 5 GT, Rp. 5.600.000/bulan pada kapal 7 GT, Rp. 5.960.000 untuk kapal 9 GT. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 2.593.913 median atau nilai tengahnya 2.250.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1.200.000. Muatan tempat penyimpanan hasil tangkapan atau GT kapal merupakan faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan buruh, karena jumlah GT pada kapal menentukan seberapa banyak hasil tangkapan yang dapat diangkut oleh kapal. Data pendapatan berdasar jenis kapal lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 24.
55
Jumlah 2 GT
3 GT
4%
4 GT 9%
5 GT
6 GT
7 GT
9 GT
4% 4% 35%
22% 22%
Gambar22. Presentase Pendapatan Berdasar Jenis Kapal
4.3.22 Biaya Makan Dalam 1 Trip Biaya makan yang dikeluarkan untuk 1 trip pada nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 26. Tabel 26. Biaya Makan 1 trip Biaya Rp. 350.000 - 500.000/Trip Rp. 600.000 - 950.000/Trip Rp. > 1.000.000/Trip JUMLAH
Jumlah(Nelayan) Presentase 10 22% 22 48% 14 30% 46 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 26 diatas, biaya yang dikeluarkan untuk makan nelayan buruh Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dalam 1 trip paling banyak berkisar antara Rp. 600.000-950.000,- dengan jumlah 22 orang atau 48 %, sedangkan paling sedikit Rp. 350.000-500.000,- dengan jumlah 10 orang atau 22 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 1.490.217 median atau nilai tengahnya 600.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk keperluan makan dalam 1 trip tergantung dari banyaknya jumlah awak kapal. Data biaya makan dalam 1 trip lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 25.
56
Jumlah 350.000 - 500.000
600.000 - 950.000
30%
> 1.000.000
22%
48%
Gambar 23. Presentase Biaya Makan 1 Trip
4.3.23 Biaya Solar dalam 1 Trip Biaya bahan bakar kapal atau BBM yang dikeluarkan untuk 1 trip pada nelayan buruh Karangsong dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27. Biaya Solar Dalam 1 Trip Biaya (Solar) Rp. 150.000 -250.000/Trip Rp. 300.000 - 450.000/Trip Rp. 600.000 - 800.000/Trip Rp. 1.000.000 - 10.000.000/Trip JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 8 20 6 12 46
Presentase 17% 44% 13% 26% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 27 diatas, untuk biaya bahan bakar solar yang dikeluarkan paling banyak pada kisaran Rp. 300.000-450.000/trip nya dengan jumlah 20 orang atau 44%, sedangkan paling sedikit pada kisaran Rp. 600.000800.000,- dengan jumlah 6 orang atau hanya 13%. Jumlah mean atau jumlah ratarata didapatkan 1.490.217 median atau nilai tengahnya 350.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 300.000. Besarnya biaya tersebut tergantung pada jauhnya jarak yang akan ditempuh, semakin banyak persediaan
57
solar pada kapal semakin jauh jarak yang dapat ditempuh untuk menangkap ikan pada perairan-perairan dengan ikan yang melimpah sehingga berpeluang untuk mendapat hasil tangkapan lebih banyak. Data biaya solar dalam 1 trip lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 26.
Jumlah 150.000 -250.000/Trip
300.000 - 450.000/Trip
600.000 - 800.000/Trip
1.000.000 - 10.000.000/Trip
26% 13%
17% 44%
Gambar 24. Presentase Biaya Solar Dalam 1 Trip
4.3.24 Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun Biaya perawatan kapal nelayan Karangsong pada kapal 10 GT dari 46 responden dapat di lihat pada tabel 28 Tabel 28. Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun Biaya/Tahun Rp. 1.000.000 - 1.500.000 Rp. 1.700.000 - 2.500.000 Rp. 2.700.000 - 8.000.000 JUMLAH
Jumlah(Nelayan) 22 10 14 46
Persentase 48% 22% 30% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 28 diatas, biaya untuk perawatan kapal yang dikeluarkan nelayan selama setahun paling banyak pada kisaran Rp. 1.000.0001.500.000,- dengan jumlah 22 orang nelayan buruh pada 10 kapal atau 48 %, sedangkan paling sedikit yaitu pada kisaran Rp. 1.700.000-2.500.000,- dengan jumlah 10 orang pada 5 kapal atau 22 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 2.208.695 median atau nilai tengahnya 1.700.000, dan modus atau
58
frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 1.000.000. Perawatan yang dilakukan pada kapal meliputi pengecatan, dempul pada bagian kapal, biaya mengamplas dan mengganti beberapa papan kapal yang sudah lapuk. Data biaya perawatan kapal selama setahun dapat dilihat dilampiran 27.
Jumlah 1.000.000 - 1.500.000
1.700.000 - 2.500.000
30%
2.700.000 - 8.000.000
48%
22%
Gambar 25. Presentase Biaya Perawatan Kapal Selama Setahun
4.3.25 Biaya Perawatan Mesin Selama Setahun Biaya perawatan mesin selama satu tahun yang dikeluarkan nelayan Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dapat dilihat pada tabel 29. Tabel 29.Biaya Perawatan Mesin Dalam Satu Tahun Biaya Rp. 500.000 - 1.000.000 / Tahun Rp.1.200.000 - 2.000.000 / Tahun Rp. 2.400.000 - 4.000.000 / Tahun Rp. 5.000.000 - 12.000.000 /Tahun JUMLAH
Jumlah(Nelayan) Presentase 8 17% 18 39% 6 13% 14 31% 46 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 29 diatas, biaya perawatan mesin kapal selama satu tahun paling banyak berkisar antara Rp. 1.200.000-2.000.000,- per tahun pada 18 orang atau 39 %, paling sedikit Rp. 2.4000.000 – 4.000.000,- pertahun pada 6 orang atau hanya 13 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3.230.434
59
median atau nilai tengahnya 2.000.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Kerusakan pada mesin cukup sering terjadi pada setiap trip yang disebabkan oleh gelombang besar atau terbentur karang, perawatan yang dilakukan pada mesin sekitar mengganti oli mesin dan mengganti beberapa sparepat yang rusak. Data biaya perawatan mesin kapal dalam satu tahun lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 28.
Jumlah 500.000 - 1.000.000 / Tahun
1.200.000 - 2.000.000 / Tahun
2.400.000 - 4.000.000 / Tahun
5.000.000 - 12.000.000 /Tahun
31% 13%
17% 39%
Gambar 26. Presentase Biaya Perawatan Mesin Selama Setahun
4.3.26 Biaya Perawatan Alat Tangkap Selama Setahun Biaya perawatan alat tangkap yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong pada kapal dibawah 10 GT dari 46 responden dapat dilihat pada tabel 30. Tabel 30. Biaya Perawatan Alat Tangkap Dalam Satu Tahun Biaya Rp. 500.000 - 1.800.000/Tahun Rp. 2.000.000 - 3.750.000/Tahun Rp. 5.000.000 - 10.000.000/Tahun Rp. >10.000.000/Tahun JUMLAH
Jumlah(Nelayan) 12 14 14 6 46
Presentase 26% 31% 30% 13% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 30 dan diagram pie diatas, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
alat tangkap selama setahun paling banyak berkisar antara Rp.
2.000.000 - 3.750.000,- dan Rp. 5.000.000 – 10.000.000,- dengan jumlah
60
sebanyak masing-masing 14 orang atau 30-31 %, paling sedikit diatas Rp. 10.000.000 dengan jumlah 6 orang atau 13 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 5.724.782 median atau nilai tengahnya 3.600.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 500.000. Perawatan yang dilakukan pada jaring meliputi mengganti atau menambal beberapa bagian alat tangkap yang rusak disebabkan oleh arus kencang, tersangkut karang atau bagian kapal dan karena faktor umur alat tangkap itu sendiri. Data biaya perawatan alat tangkap selama setahun lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 29.
Jumlah 500.000 - 1.800.000
2.000.000 - 3.750.000
5.000.000 - 10.000.000
>10.000.000
13% 26% 30%
31%
Gambar 27. Presentase Biaya Perawatan Alat Tangkap Dalam Satu Tahun 4.4 Faktor – Faktor Eksternal 4.4.1 Daerah Penangkapan pada Musim Barat Daerah yang menjadi lokasi penangkapan nelayan buruh selama musim barat dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 31. Tabel 31. Daerah Penangkapan Musim Barat Daerah Balongan Pulau Seribu Pulau Biawak Pulau Biawak dan Pulau Rakit Pulau Rakit Tegal Cirebon Tangerang Pantai Balok Pantai Dadap JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 22 4 4 2 2 2 2 2 2 4 46
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Presentase 48% 9% 9% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 9% 100%
61
Berdasarkan tabel 31 diatas, lokasi penangkapan pada musim barat yang paling banyak dituju nelayan adalah daerah Balongan dengan jumlah 22 orang atau mencapai 48 %, sedangkan Pulau Biawak, Pulau Rakit, Tegal, Cirebon, Tangerang dan pantai Balok daerah yang paling sedikit dituju oleh nelayan dimusim barat dimana ke enam daerah tersebut dikunjungi oleh 2 orang nelayan atau hanya 4 %. Data daerah penangkapan musim barat lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 30.
Jumlah
Balongan Pulau Biawak Pulau Rakit
4% 4% 9% 4% 4% 4% 5%
Pulau Seribu Pulau Biawak dan Pulau Rakit Tegal
48%
9% 9%
Gambar 28. Presentase Daerah Penangkapan Musim Barat
4.4.2 Daerah Penangkapan pada Musim Timur Daerah yang menjadi lokasi penangkapan nelayan buruh selama musim timur dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 32. Tabel 32. Daerah Penangkapan Musim Timur Daerah Pulau Biawak Pulau Rakit Karawang Pantai Eretan Pulau Seribu Laut Jawa Kalimantan Balongan Cirebon JUMLAH
Jumlah(Nelayan) 16 2 2 2 4 4 4 6 6 46
Presentase 35% 4% 4% 4% 9% 9% 9% 13% 13% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
62
Berdasarkan tabel 32 diatas, lokasi penangkapan di musim timur yang paling banyak dituju adalah pulau Biawak dengan jumlah 16 nelayan atau 35 %, sedangkan Pulau Rakit, Karawang dan Pantai Eretan adalah wilayah daerah penangkapan yang paling sedikit dikunjungi pada musim timur dengan jumlah masing-masing 2 nelayan atau hanya 4 %. Data daerah penangkapan musim timur lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 31.
Jumlah Pulau Biawak
Pulau Rakit
Karawang
Pantai Eretan
Pulau Seribu
Laut Jawa
Kalimantan
Balongan
Cirebon
13% 13%
35% 9%
9% 9%
4%
4% 4%
Gambar 29. Presentase Daerah Penangkapan Musim Timur
4.4.3 Penangkapan Ikan pada Musim Panen Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong pada musim panen dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 33. Tabel 33. Penangkapan Ikan pada Musim Panen Musim Penangkapan Bulan 1,2,3 - Bulan 5 ,6,7,8 Bulan 6 ,7,8 - Bulan 7,8,9,10,12 Bulan 8,9,10,11,12,1,2 - Bulan 9,10,11,12 JUMLAH
Jumlah(Nelayan) 12 22 12 46
Presentase 26% 48% 26% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 33 diatas, rata-rata penangkapan ikan pada musim panen dilakukan nelayan pada kisaran bulan 6, 7, 8 (Juni – Agustus) sampai bulan 7, 8, 9, 10, 11, 12 (Juli – Desember) dengan jumlah 22 orang atau 48 %, sedangkan sisanya bulan 1, 2 ,3 (Januari – Maret) sampai bulan 5, 6, 7, 8 (Mei – Agustus)
63
dan Bulan 8, 9, 10, 11, 12, 1, 2 (Agustus –Februari) sampai bulan 9, 10, 11, 12 (September – Desember) dilakukan masing-masing oleh 12 orang atau 26 %. Data penangkapan ikan pada musim panen lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 32.
Jumlah Bulan 1 - 3/Bulan 5 - 8 Bulan 6 - 8/Bulan 7 - 12 Bulan 8 -2/Bulan 9 -12 26%
26%
48%
Gambar 30. Presentase Penangkapan Ikan Pada Musim Panen
4.4.4 Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik Penangkapan ikan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong pada musim paceklik dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT dapat dilihat pada tabel 34. Tabel 34. Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik Musim Penangkapan Bulan 1,2,3,4 - Bulan 2,3,4,5 Bulan 3 ,4 - Bulan 4,5,6,7,8 Bulan 5,6,7,8 - Bulan 11,10,11,12,1 JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 28 10 8 46
Presentase 61% 22% 17% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 34 diatas, bulan-bulan penangkapan pada musim paceklik paling banyak dilakukan nelayan pada kisaran bulan 1, 2, 3, 4 (Januari – April) sampai bulan 2, 3, 4, 5 (Februari – Mei) dengan jumlah 28 orang atau 61
64
%, sedangkan bulan 5, 6, 7, 8 ( Mei – Agustus) dan bulan 11, 12, 1 (November – Januari) merupakan bulan-bulan paling sedikit bagi nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan dengan jumlah hanya 8 orang atau 17 %. Data penangkapan ikan pada musim paceklik lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 33.
Jumlah Bulan 1 - 4/Bulan 2 - 5
Bulan 3 - 4/Bulan 4 - 8
Bulan 5 - 8/Bulan 11 - 1
17% 22%
61%
Gambar 31. Presentase Penangkapan Ikan pada Musim Paceklik
4.4.5 Hasil Tangkapan Musim Panen Faktor musim memiliki pengaruh cukup besar pada pendapatan nelayan karena kondisi cuaca dan perairan yang mendukung untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak tergantung pada keadaan musim ketika nelayan berlayar. Hasil tangkapan nelayan Karangsong pada musim panen dapat dilihat pada tabel 35. Tabel 35. Hasil Tangkapan Musim Panen Hasil Tangkapan 1 Kuintal -2 Kuintal 2,5 Kuintal - 5 Kuintal 6 Kuintal - 3 Ton JUMLAH
Hasil Penjualan Rp. 3.000.000 - 6.000.000 Rp. 7.500.000 - 15.000.000 Rp. 18.000.000 - 90.000.000
Jumlah (Nelayan) 18 12 16 46
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Presentase 39% 26% 35% 100%
65
Berdasarkan tabel 35 diatas, hasil tangkapan nelayan buruh Karangsong untuk kapal dibawah 10 GT pada 46 responden pada musim panen rata-rata 1 - 2 kuintal dengan jumlah 18 orang atau 39 %, dan hasil penjualan berkisar antara Rp. 3.000.000 - 6.000.000,- sedangkan paling sedikit sekitar 2,5 - 5 kuintal pada 12 orang atau 26 % dengan hasil penjualan berkisar antara Rp. 7.500.000 – 15.000.000,-. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 19.700.000 median atau nilai tengahnya 9.000.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 6.000.000. Data hasil tangkapan musim panen lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 34.
Jumlah 1 Kuintal -2 Kuintal
2,5 Kuintal - 5 Kuintal
6 Kuintal - 3 Ton
35%
39%
26%
Gambar 32. Presentase Hasil Tangkapan Musim Panen
4.4.6 Hasil Tangkapan Musim Paceklik Hasil tangkapan nelayan Karangsong pada musim paceklik dapat dilihat pada tabel 36. Tabel 36. Hasil Tangkapan Musim Paceklik Hasil Tangkapan 10 kg - 20 kg 25 kg - 70 kg 1 Kuintal - 1 Ton JUMLAH
Hasil Penjualan Rp. 300.000 - 600.000 Rp. 750.000 - 2.100.000 Rp. 3.000.000 - 30.000.000
Jumlah (Nelayan) 18 8 20 46
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Presentase 39% 17% 44% 100%
66
Berdasarkan tabel 36 di atas, untuk hasil tangkapan pada musim paceklik dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT paling banyak 1 kuintal sampai 1 ton pada 20 orang nelayan atau 44 % dengan hasil penjualan tangkapan berkisar antara Rp. 3.000.000 – 30.000.000,- sedangkan paling sedikit 25-70 kg pada 8 orang atau 17 % dengan hasil jual tangkapan berkisar antara Rp. 750.000 – 2.100.000,-. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3.913.043 median atau nilai tengahnya 1.500.000, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 3.000.000. Dari penuturan beberapa responden ada beberapa yang tidak melakukan kegiatan penangkapan untuk sementara jika terjadi cuaca buruk dalam kondisi ekstrim dan menunggu sampai reda terutama nelayan dari kapal yang tidak dilengkapi mesin penarik alat tangkap atau mengoperasikan alat tangkap secara manual, kerusakan dan kurangnya kinerja alat tangkap pada cuaca ekstrim juga sering terjadi, kendala paling banyak yang dialami nelayan ialah kesusahan dalam menarik jaring atau jenis alat tangkap lainnya karena arus kencang. Data hasil tangkapan musim paceklik lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 35.
Jumlah 10 kg - 20 kg
25 kg - 70 kg
1 Kuintal - 1 Ton
39%
44% 17%
Gambar 33. Presentase Hasil Tangkapan Musim Paceklik
4.4.7 Jumlah Trip Dalam 1 Bulan Besar pendapatan yang diperoleh nelayan buruh juga dipengaruhi faktor jumlah trip yang dilakukan dalam 1 bulan, jumlah trip yang dilakukan nelayan buruh dalam 1 bulan dapat dilihat pada tabel 37.
67
Tabel 37. Jumlah Trip Dalam 1 Bulan Jumlah Trip 1 Trip 2 Trip 3 Trip 4 Trip 5 Trip JUMLAH
Jumlah (Nelayan) 4 10 20 10 2 46
Presentase 4% 22% 43% 22% 4% 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 37 diatas, jumlah trip paling banyak dalam 1 bulan yang dilakukan nelayan buruh Karangsong dengan kapal dibawah 10 GT dari 46 responden adalah 3 trip dilakukan sebanyak 20 orang atau 43 %, sedangkan jumlah trip paling sedikit yaitu 5 trip dan hanya dilakukan 2 nelayan buruh atau 4 %. Jumlah mean atau jumlah rata-rata didapatkan 3 median atau nilai tengahnya 3, dan modus atau frekuensi jumlah pemunculan terbanyak 3. Banyak sedikitnya trip dalam satu bulan selain tergantung dari lamanya satu trip yang dilakukan selama melaut, proses penjualan hasil tangkapan di TPI, waktu istirahat nelayan serta persiapan untuk trip selanjutnya. Data jumlah trip dalam satu bulan lebih lengkap dapat dilihat dilampiran 36.
Jumlah 1 Trip
2 Trip
3 Trip
4 Trip
5 Trip
4% 9%
22%
22%
43%
Gambar 34. Presentase Jumlah Trip Dalam 1 Bulan
68
4.5 Pengeluaran Nelayan Buruh 4.5.1 Pengeluaran Total Rumah Tangga Nelayan Buruh Biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan pokok pangan dan non pokok pangan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden pada kapal di bawah 10 GT selama sebulan dapat di lihat pada tabel 38 Tabel 38. Pengeluaran Total Rumah Tangga/Bulan Konsumsi (Rp)
Pendidikan (Rp)
Kesehatan (Rp)
Rekreasi (Rp)
Tabungann (Rp)
300.000500.000 /bulan (13 Orang) (28%) 550.000700.000 /bulan (10 Orang) (22%)
Belum Sekolah (6 Orang) (9%)
20.000-35.000 /Bulan(15Orang) (33%)
Tidak Ada (0%)
SD&SMP(Gratis) (42 Orang) (65%)
40.000-50.000 /Bulan(16Orang) (35%)
Tidak Ada (0%)
750.000900.000 /bulan (15 Orang) (33%)
SMK Pelayaran Kelas 1, 2, 3 (70.000/Bulan) (6 Orang) (9%)
60.000-80.000 /Bulan(8Orang) (17%)
Tidak Ada (0%)
200.000 250.000 (Orang) (28%)
> 900.000 (8 Orang) (8%)
Kelas 1 SMA (100.000/Bulan) (2 Orang) (3%)
100.000-200.000 /Bulan(7Orang) (15%)
Tidak Ada (0%)
300.000 350.000 (9 Orang)(20%)
Kelas 2 SMA (125.000/Bulan) (5 Orang) (8%)
Tidak Menabung (7 Orang) (15%) 100.000 150.000 (10 Orang) (22%)
Total Pengeluaran (Rp) 385.000 – 725.000/bulan (19%) 790.000 – 1.070.000 /bulan (22%) 1.130.000 – 1.435.000 /bulan (37%) 1.540.000 – 3.185.000/bulan (22%)
400.000 650.000 (7 Orang)(15%)
150.000/Bulan (Kelas 3 SMA) (4 Orang) (6%)
Sumber : Hasil Olahan Data Mentah
Berdasarkan tabel 36 di atas, biaya pengeluaran total rumah tangga yang dikeluarkan nelayan buruh terdiri untuk konsumsi, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan tabungan. Dari jumlah biaya pengeluaran yang dikeluarkan paling besar ratarata di alokasikan untuk konsumsi sedangkan sisa pengeluaran lainnya tidak lebih besar dari biaya konsumsi. Untuk pendidikan nelayan menyekolahkan anaknya paling tinggi hanya sampai tamat SMA dengan biaya paling tinggi Rp. 150.000 perbulannya untuk kelas 3 SMA, dari penuturan responden didapati tidak ada yang melanjutkan untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi disebabkan dana yang tidak mencukupi, hal itu berdampak kepada beberapa anak
69
nelayan yang setelah tamat SD, SMP atau SMA menganggur, mencari pekerjaan lain atau bahkan ikut kelaut menjadi nelayan. Kesehatan merupakan salah satu modal pembangunan, dengan memiliki kesehatan yang baik masyarakat dapat bekerja, anak-anak dapat berkonsentrasi dalam belajar sehingga akan dihasilkan produktivitas yang baik pula (Arenawati 2010). Pola pengeluaran rumah tangga merupakan dasar yang biasa dipakai untuk memprediksi sebuah rumah tangga akan dapat mengalami catastrophic payment(pembayaran ketika terjadi bencana) atau tidak saat ada anggota keluarganya yang jatuh sakit (Sihombing 2013). Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh nelayan buruh Karangsong untuk anggota keluarganya berkisar dari Rp. 20.000 - 200.000 per bulannya. Dilihat dari biaya untuk kesehatan yang dikeluarkan nelayan buruh Karangsong dengan jumlah maksimum Rp.200.000 dapat dikatakan masih kurang sebab faktor yang mempengaruhi catastrophic payment dalam kesehatan adalah ciri pelayanan kesehatan yang tidak dapat diprediksi besar biayanya, tingkat keparahan penyakit, serta cara pembiayaan yang digunakan apakah harus mencicil atau tunai saat itu juga dan mengingat semakin mahalnya biaya rawat inap dirumah sakit saat ini (Sihombing dan Thinni, 2013). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan rekreasi dari 46 responden tidak ada sama sekali, sebab dari penuturan para responden mereka tidak dapat meluangkan waktu untuk berekreasi disebabkan kesibukan melaut, memperbaiki alat tangkap, mengecek kondisi mesin kapal atau mengangkut hasil tangkapan ke tempat pelelangan. Biaya terakhir yang dikeluarkan dialokasikan untuk tabungan. Tabungan rumah tangga adalah pendapatan rumah tangga yang tidak dikonsumsi habis dan merupakan selisih pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga (Kamus Bisnis dan Bank 2013), rata-rata tabungan yang dimiliki nelayan buruh Karangsong berkisar antara Rp. 100.000 - 650.000,- perbulannya sedangkan ada 7 nelayan buruh yang tidak menabung sama sekali. Besarnya biaya konsumsi atau kebutuhan pangan yang dikeluarkan melebihi pengeluaran lainnya terutama tabungan menggambarkan perilaku nelayan buruh yang masih sangat konsumtif dan tidak berpikir ke depan atau visioner, sebab tabungan dibutuhkan untuk
70
mengantisipasi pengeluaran tak terduga ke depannya jika terjadi sesuatu terhadap anggota keluarga nelayan seperti bencana atau ada yang jatuh sakit sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang besar atau untuk membiayai kebutuhan anak nelayan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Banyak sedikitnya tabungan yang dimiliki nelayan buruh berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengambil kredit. Nelayan membutuhkan kredit untuk menambah modal dalam kegiatan perikanan tangkap yang dijalankan, terhadap fasilitas kredit, keputusan terhadap permintaan dan penyaluran kredit dipengaruhi oleh perilaku rumah tangga nelayan (Dewi dan Alimudin, 2009). Pola pengeluaran yang dilakukan nelayan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional pada Tahun 1996 tingkat kesejahteraan nelayan buruh Karangsong dari 46 responden termasuk kategori keluarga sejahtera tahap-1 (S-1), yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan psikologisnya seperti pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal serta kebutuhan transportasi. Sedangkan tingkat kesejahteraan menurut Sajogyo (1997) nelayan buruh Karangsong dari 46 responden termasuk kategori tidak miskin, hal itu dipertimbangkan berdasar pendapatan per kapita per tahun yang lebih tinggi dari 480 kg beras, sebab dari penuturan responden harga beras per kilo di Indramayu berkisar dari Rp.7.500 – 9.500,- per kilo dan bila dilihat dari konsumsi per bulan yang didominasi oleh 15 orang dari 46 responden dengan pengeluaran konsumsi Rp. 750.000 – 9.00.000/bulan dimana jumlah pengeluaran tersebut melebihi harga dari 480 kg beras bila dikalikan 12 bulan dengan total pengeluaran untuk konsumsi dalam 1 tahun Rp.9.000.000 – 10.800.000,- sedang harga dari 480 kg beras untuk Rp.7.500 yaitu Rp. 3.600.000 dan Rp. 4.560.000 untuk harga beras Rp. 9.500,-.