25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan seoftware MS Excel 2007 dan software SPSS ver 16., untuk mengetahui hubungan dan pengaruh model dan pencitraan seksualitas terhadap keinginan membeli konsumen.
4.1.
Kuesioner dan Responden Penelitian ini menggunakan data primer dengan menggunakan teknik
kuesioner yaitu dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada responden. Selanjutnya responden memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan, dan kuesioner ini bersifat tertutup dimana jawabannya sudah tersedia. Sebelumnya penulis membuat suatu pretest untuk menguji apakah alat ukur berupa iklan yang digunakan sudah memenuhi kreteria atau tidak. Antara iklan kaukasian seksual behavior dan Indonesia seksual behavior harus mempunyai persamaan demikian juga kaukasian seksual attractive dengan Indonesia seksual attractive dan Kaukasian seksual embed dengan Indonesia seksual embed. Dan antar pencitraan juga harus ada perbedaan, yaitu antara seksual behavior, seksual attractive, seksual embed. Hasil dari pretest digunakan untuk melengkapi kuesioner utama supaya hasil dapat maksimal.
25
26
Kuesioner yang dibutuhkan berjumlah 175 kuesioner, dan setelah terkumpul didapatkan 192 kuesioner. Dengan demografi sebagai berikut: Dari 175 responden perbandingan usia, kelompok terbesar adalah yang berusia 17-25 tahun (95,83%) dan kelompok berikutnya secara berurutan adalah responden berusia 26-35 tahun (2,60%), 36-45 (1,04%), dan lebih dari 45 tahun keatas (0,52%). Responden perbandingan pengeluaran rutin per bulan kira-kira sebesar 1jt-2jt (81,77%), 2jt-5jt (17,19%), 5jt-10jt (0,52%), diatas 10jt (0,52%).
Gambar 4.1 Usia Responden
27
Gambar 4.2 Pengeluaran Rutin per Bulan
Karena alat ukur yang digunakan adalah iklan parfum maka peneliti juga mengukur seberapa banyak responden yang menggunakan parfum. Dan hasilnya 65.62% adalah pengguna sedangkan 34.38% tidak menggunakan parfum. Sedangkan keinginan untuk membeli parfum dalam sebulan kedepan adalah 25,52% dari total responden ingin membeli, 74,48% sedang tidak ingin membeli parfum dalam sebulan kedepan.
28
Gambar 4.3 Pengguna Parfum
Gambar 4.4 Keinginan Membeli Parfum Dalam 1 Bulan Kedepan
29
Karena ini adalah penelitian eksperimen maka setiap responden yang mengisi kuesioner mendapat perlakuan berbeda. Perlakuan itu adalah melihat iklan atau gambar yang berbeda tiap responden. Ada 7 buah perlakuan dengan perbandingan sebagai berikut. Kaukasian seksual behavior 13,54%, kaukasian seksual attractive 17,71%, kaukasian seksual embed 13,02%, Indonesia seksual behavior 12,5%, Indonesia seksual attractive 13,54%, Indonesia seksual embed 15,10%, dan perlakuan terakhir adalah kontrol 14,58%
Gambar 4.5 Perbandingan Perlakuan Yang Terkumpul
30
4.2.
Uji Validitas Dan Realibilitas
4.2.1. Uji Validitas Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata “validity” yang mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Secara sederhana dapat dikemukan, bahwa validitas sebuah instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing
pertanyaan
dengan
total
skor
masing-masing
pertanyaan. Field,A (2005), Discovery Using SPSS, London: Sage Publication. Mengatakan bahwa item total correlation berada pada nilai di bawah 0.300 tidak bisa digunakan dalam penelitian.
4.2.2. Uji Reabilitas Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
31
kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah. Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan range
yang
sama,
maka
ukuran
kemantapan
alpha
dapat
diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel 5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton, 2005) Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak.
32
4.2.3. Uji Validitas dan Realibilitas Attitude Toward Brand Dari hasil realibilitas attitude toward the brand dengan menggunakan metode alpha Cronbach (data ada di lampiran) menunjukan bahwa data tersebut reliable, karena berada pada Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80 (0,772). Corected item total correlation masing-masing pertanyaan diatas 0,300 (0,497;0,692;0,638) jadi semua pertanyaan valid.
4.2.4. Uji Validitas dan Realibilitas Attitude Toward Company Dari hasil realibilitas attitude toward the company dengan menggunakan metode alpha Cronbach (data ada di lampiran) menunjukan bahwa data tersebut sangat reliable, karena berada pada nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00 (0,832). Corected item total correlation
masing-masing
pertanyaan
diatas
0,300
(0,497;0,692;0,638) jadi semua pertanyaan valid.
4.2.5. Uji Validasi dan Reabilitas Purchase Intention Dari hasil realibilitas purchase intention dengan menggunakan metode alpha Cronbach (data ada di lampiran) menunjukan bahwa data tersebut sangat reliable, karena berada pada nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00 (0,866). Corected item total correlation masing-masing
33
pertanyaan diatas 0,300 (0,497;0,692;0,638) jadi semua pertanyaan valid.
Nilai Cronbach's Alpha terlihat bahwa nilai Cronbach's Alpha dari semua variabel berada pada kisaran 0,772-0,866, ini berarti dapat disimpulkan bahwa semua item untuk tiap variabel reliabel sampai sangat reliabel. Dan semua pertanyaan adalah valid.
4.3.
Hasil Dari Kuesioner Penelitian ini mengunakan desain faktorial, yaitu penelitian yang
menggunakan lebih dari satu perlakuan atau lebih dari satu variabel independen. Yaitu model yang terdiri dari dua berdasarkan asalnya (Indonesia dan Kaukasian) dan pencitraan seksual yang terdiri dari tiga jenis (Seksual behavior, seksual attractive, dan seksual embed) ditambah satu kontrol. Variabel dependennya ada tiga yaitu attitude toward the brand, Attitude toward company, dan purchase intention. Dengan kombinasi seperti diatas peneliti dapat melakukan analisa berdasar data yang sudah terkumpul. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan, sehingga menghasilkan 45 kombinasi. Analisanya adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada perbedaan rata-rata antara variabel independen tersebut (µ1=µ2)
34
Ha : ada perbedaan rata-rata antara variable independen tersebut (µ1≠µ2) Dengan tingkat kepercayaan sebesar 0,05(5%), maka bila nilai signifikan dibawah 0,05 berarti Ho ditolak, jadi kesimpulannya ada perbedaan antara kedua independen variabel. Tetapi jika signifikan diatas 0,05 berarti Ha ditolak, kesimpulannya tidak ada perbedaan antara kedua variabel independen tersebut atau sama.
4.3.1. Attitude toward the brand Hasil analisa yang didapat dari uji t dua sampel berpasangan untuk persepsi konsumen terhadap merek berdasarkan adakah perbedaan yang signifikan atau tidak dengan melihat signifikan(2tailed) dari tabel Paired Samples test (data ada di lampiran) adalah :
Tabel 4.1 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward the brand Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual behavior Kontrol Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kontrol Kaukasian seksual embed Kontrol Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual behavior Indonesia seksual embed Indonesia seksual behavior Kontrol Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed Indonesia seksual attractive Kontrol Indonesia seksual embed Kontrol
Hipotesa sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama
35
Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed
Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
sama sama sama
Dilihat dari hasil diatas ternyata semua perbandingan independen variable tidak ada perbedaan yang signifikan Jadi untuk perbedaan dalam persepsi konsumen terhadap merek ketika mereka diberi perlakuan berbeda baik perbedaan model maupun pencitraan seksual adalah sama atau tidak ada perbedaan.
4.3.2. Attitude toward company Hasil analisa yang didapat dari uji t dua sampel berpasangan (data ada di lampiran) untuk persepsi konsumen terhadap perusahaan berdasarkan adakah perbedaan yang signifikan atau tidak adalah :
Tabel 4.2 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward company Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual behavior Kontrol Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kontrol Kaukasian seksual embed Kontrol Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual behavior Indonesia seksual embed Indonesia seksual behavior Kontrol Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed Indonesia seksual attractive Kontrol Indonesia seksual embed Kontrol
Hipotesa sama sama sama sama berbeda berbeda sama berbeda berbeda sama sama sama
36
Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed
Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
sama sama sama
Dilihat dari hasil analisa diatas terlihat ada perbedaan antara kontrol atau iklan yang tidak memasukan unsur seksual dengan Kaukasian seksual attractive, Kaukasian seksual embed, dan Indonesia seksual behavior. Tetapi selain itu tetap tidak ada perbedaan yang signifikan.
4.3.3. Purchase intention Hasil analisa yang didapat dari uji t dua sampel berpasangan (data ada di lampiran) untuk minat membeli konsumen berdasarkan adakah perbedaan yang signifikan atau tidak adalah :
Tabel 4.3 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Purchase intention Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual behavior Kontrol Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kontrol Kaukasian seksual embed Kontrol Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual behavior Indonesia seksual embed Indonesia seksual behavior Kontrol Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed Indonesia seksual attractive Kontrol Indonesia seksual embed Kontrol
Hipotesa sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama sama
37
Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed
Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
sama sama sama
Dilihat dari hasil diatas ternyata semua perbandingan independen variable tidak ada perbedaan yang signifikan. Jadi untuk perbedaan dalam minat membeli konsumen ketika mereka diberi perlakuan berbeda baik perbedaan model maupun pencitraan seksual adalah sama atau tidak ada perbedan.
4.4.
Pengujian Hipotesa 1. Apakah iklan dengan unsur seksual ada perbedaan dalam menarik keinginan konsumen untuk melakukan pembelian? Ho
: ada perbedaan antara iklan dengan unsur seksual dengan
tidak ada unsur seksual (µ1≠µ2) Ha
: Tidak Ada perbedaan antara iklan dengan unsur seksual
dengan yang tidak ada unsur seksual (µ1=µ2) Dengan uji t dua sampel berpasangan didapatkan perbandingan antara variabel kontrol dengan variabel independen yang lain yaitu
Tabel 4.4 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward the brand Untuk Hipotesa 1 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive
Kontrol Kontrol
Hipotesa sama sama
38
Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
sama sama sama sama
Tabel 4.5 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward company Untuk Hipotesa 1 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Hipotesa sama Berbeda Berbeda Berbeda sama sama
Tabel 4.6 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Purchase intention Untuk Hipotesa 1 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Hipotesa sama sama sama sama sama sama
Dilihat dari analisa diatas, terlihat perbedaan hanya pada persepsi konsumen kepada perusahaan yaitu antara kontrol dengan kaukasian seksual attractive, kontrol dengan kaukasian seksual embed, Indonesia seksual behavior. Selain itu hasil dari analisa statistik
39
mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklan yang diberi unsur seksual dan yang tidak diberi unsur seksual. Dari
perbedaan
terhadap
persepsi
perusahaan
dengan
membandingakan mean antara kedua variablel, terlihat bahwa ada perbedaan nilai mean antara kaukasian seksual attractive dengan kontol sebesar 0.5476 , kaukasian seksual embed dengan kontrol sebesar 0.5333 , Indonesia seksual behavior dengan kontrol sebesar 0.6389. semua menujukan bahwa iklan dengan unsur seksual lebih menonjol dari iklan dengan tidak ada unsur seksual. Jadi untuk menggangkat persepsi konsumen terhadap merek dengan memasukan unsur seksual pada iklan tidak ada perbedaan (tolak
Ho).
Untuk
mengangkat
persepsi
konsumen
terhadap
perusahaan ada perbedaan ketika memakai iklan dengan model kaukasian seksual attractive, kaukasian seksual embed, indonesia seksual behavior. Sedangkan untuk menarik minat membeli konsumen tidak ada perbedaan antara memasukan unsur seksual pada iklan atau tidak (tolak Ho).
2. Apakah ada perbedaan antar model Kaukasian dengan model Indonesia? Ho : Tidak ada perbedaan antara model Kaukasian dan model Indonesia (µ1=µ2)
40
Ha : ada pengaruh antara iklan dengan unsur seksual dengan tidak ada unsur seksual (µ1≠µ2) Dengan uji t dua sampel berpasangan didapatkan hasil perbandingan antara variabel model kaukasian dan model Indonesia yaitu :
Tabel 4.7 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward the brand Untuk Hipotesa 2 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Indonesia seksual behavior Kaukasian seksual attractive Indonesia seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual embed
Hipotesa sama sama sama
Tabel 4.8 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward company Untuk Hipotesa 2 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Indonesia seksual behavior Kaukasian seksual attractive Indonesia seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual embed
Hipotesa sama sama sama
Tabel 4.9 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Purchase intention Untuk Hipotesa 2 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Indonesia seksual behavior Kaukasian seksual attractive Indonesia seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual embed
Hipotesa sama sama sama
41
Dilihat dari analisa diatas, tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklan dengan model Kaukasian dengan model Indonesia walaupun dengan berbagai tingkatan pencitraan seksual. Jadi untuk menggangkat persepsi konsumen terhadap merek dengan menggunakan model Indonesia atau Kaukasian tidak ada perbedaan (tolak Ha). Begitu juga untuk mengangkat persepsi konsumen terhadap perusahaan dan menarik minat membeli konsumen dari hasil penelitian ini tidak ada perbedaan.
3. Membandingkan antara jenis-jenis pencitraan seksual dalam iklan tersebut Ho : Ada perbedaan antara jenis-jenis pencitraan seksual Ha : Tidak Ada perbedaan antara jenis-jenis pencitraan seksual Dengan uji t dua sampel berpasangan didapatkan hasil perbandingan antara variabel model kaukasian dan model Indonesia yaitu
Tabel 4.10 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward the brand Untuk Hipotesa 3 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive
Hipotesa sama sama sama sama
42
Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive
Indonesia seksual embed Indonesia seksual embed
sama sama
Tabel 4.11 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Attitude toward company Untuk Hipotesa 3 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual behavior Indonesia seksual embed Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
Hipotesa sama sama sama sama sama sama
Tabel 4.12 Uji T Dua Sampel Berpasangan Untuk Purchase intention Untuk Hipotesa 3 Perbandingan antara Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual behavior Kaukasian seksual embed Kaukasian seksual attractive Kaukasian seksual embed Indonesia seksual behavior Indonesia seksual attractive Indonesia seksual behavior Indonesia seksual embed Indonesia seksual attractive Indonesia seksual embed
Hipotesa sama sama sama sama sama sama
Dilihat dari analisa diatas, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis-jenis pencitraan seksual pada iklan. Jadi untuk menggangkat persepsi konsumen terhadap merek dengan menggunakan tinggkatan pencitraan seksual pada iklan tidak ada perbedaan (tolak Ho). Begitu juga untuk mengangkat persepsi
43
konsumen terhadap perusahaan dan menarik minat membeli konsumen dari hasil penelitian ini tidak ada perbedaan.
4.5.
Hasil Penelitian Dari penelitian di atas didapat hasil akhir dari keseluruhan bab 4 ini
adalah sebagai berikut : 1. Responden dari penelitian ini adalah sebagian besar usia 17-25 tahun, dengan pengeluaran 1-2jt, 65,62% adalah pengguna produk parfum, 74,48% sedang tidak ingin membeli produk parfum dalam 1 bulan kedepan. 2. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas didapat hasil : -
Pada tabel pengujian validasi dapat dilihat bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation semuanya lebih dari 0.300 dan positif sehingga dapat disimpulkan bahwa 12 pertanyaan tersebut valid. (Hasil Uji Validitas)
-
Nilai Cronbach's Alpha terlihat bahwa nilai Cronbach's Alpha dari semua variabel berada pada kisaran 0,772-0,866, ini berarti dapat disimpulkan bahwa semua item untuk tiap variabel reliabel sampai sangat reliabel. Oleh karena itu kuesioner telah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner tersebut sudah layak disebarkan kepada responden untuk mengadakan penelitian. (Hasil Uji Reliabilitas)
3. Dengan mengunakan uji t dua sampel berpasangan
44
-
Pada tabel uji dua sampel berpasangan attitude toward brand tidak terdapat perbedaan antara pengunaan model Indonesia-kaukasian atau jenis pencitraan seksualitas seksual behavior, seksual attractive, seksual embed dengan kontrol. Sehingga penggunaan unsur seksual pada iklan tidak berpengaruh pada persepsi konsumen terhadap brand. Menurut
penelitian
yang
dilakukan
Richmond
dan
Hartman(1982) mengidentifikasi adanya pengaruh iklan dengan unsur seksual terhadap membeli merek tersebut. Tetapi di penelitian ini tidak menunjukan hasil seperti itu. Ada kemungkinan ada keterbatasan dari Penelitian ini. -
Pada tabel uji dua sampel berpasangan attitude toward company terdapat perbedaan antara kontrol dengan kaukasian seksual attractive, kaukasian seksual embed, Indonesia seksual behavior. Sehingga telihat ada pengaruh antara iklan dengan unsur seksual membuat
perbedaan
attitude
toward
company.
Perbedaan
menunjukan ada pengaruh positif iklan dengan unsur seksualitas dibanding dengan tidak ada unsur seksual. -
Pada tabel uji dua sampel berpasangan Purchase intention tidak terdapat perbedaan antara pengunaan model Indonesia-kaukasian atau jenis pencitraan seksualitas seksual behavior, seksual attractive, seksual embed dengan kontrol. Sehingga penggunaan
45
unsur seksual pada iklan tidak berpengaruh pada persepsi konsumen terhadap purchase intention. 4. Hasil dari uji hipotesa -
Apakah iklan dengan unsur seksual ada perbedaan dalam menarik keinginan konsumen untuk melakukan pembelian?
Hasilnya adalah tidak ada perbedaan antara iklan dengan unsur seksual dengan iklan tanpa unsur seksual untuk attitude toward the brand dan purchase intention. Tetapi untuk attitude toward company terlihat ada perbedaan yaitu antara kaukasian seksual attractive, kaukasian seksual embed dan Indonesia seksual behavior. Perbedaannya adalah lebih positif iklan dengan unsur seksual dibanding dengan iklan tidak ada unsur seksual. -
Untuk mengetahui apakah model Indonesia lebih menjual atau tidak.
Hasilnya adalah tidak ada perbedaan antar model Indonesia dengan model kaukaisan. Jadi model Indonesia dapat bersaing dengan model kaukasian -
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pencitraan seksualitas yang tepat dalam membuat iklan yang menarik.
Semua tingkatan seksualitas tidak ada perbedaan baik itu attitude toward the brand, company, dan purchase intention. 5. Analisa penulis
46
Hasil dari penelitian ini sangat disayangkan tidak sesuai dengan persepsi di masyarakat. Seharusnya iklan dengan ada unsur seksual dapat menarik minat membeli konsumen. Tetapi lewat penelitian ini hal itu tidak terbukti, Iklan dengan unsur seksual mendapatkan nilai yang sama dari responden. Penulis juga meneliti apakah model Indonesia dapat bersaing dengan model luar, untuk model luar penulis memilih model kaukasian. Ternyata dalam penelitian ini tidak ada perbedaan antara model Indonesia dengan model Kaukasian. Sehingga model Indonesia dapat bersaing dengan model kaukasian. Untuk hipotesa model ini penulis setuju, hal ini dikarenakan supaya iklan di Indonesia tidak memakai iklan dari luar. Dengan itu maka perkembangan dunia iklan dapat melaju. Sedangkan apakah ada perbedaan antara jenis pencitraan seksual, dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan antara jenis pencitraan baik itu seksual behavior, seksual attractive, maupun seksual embed. Untuk hipotesa ini sangat disayangkan tidak terbukti ada perbedaan yang signifikan, seharusnya perbedaan pencitraan seksualitas dalam iklan sedikit tidak mempengaruhi dalam responden. Tetapi di penelitian ini tidak terbukti. Menurut penelitian ini ada kemungkinan bahwa masyarakat indonesia tidak menyukai unsur seksual dalam iklan, memang banyak penelitian dan jurnal-jurnal diluar Indonesia membuktikan bahwa
47
seksualitas dalam iklan dapat menjual. Tetapi di Indonesia mungkin ada berbedaan situasi dengan negara lain, berhubung Indonesia adalah negara muslim dan terkenal dengan budaya timur. Terlihat dari beberapa kasus seksual dalam periklanan dalam Indonesia, banyak respon negatif terhadap iklan-iklan yang memakai pendekatan seksual. Dari dampak negatif bagi anak-anak generasi sekarang sampai pelecehan terhadap perempuan atau dianggap menurunkan harkat perempuan.