BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini terletak di sebelah Barat dari kota Limboto yang merupakan Kabupaten ibu kota Kabupaten Gorontalo. Kecamatan terletak 0,300 Lintang Utara, 1,00 Lintang Selatan, 1210 Bujur Timur, 123,30 Bujur Barat. Kecamatan Pulubala dengan luas wilayah 210,27 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara di sebelah utara, Kecamatan Tibawa di sebelah timur, Kecamatan Boliyohuto dan Mootilango di sebelah barat. Kecamatan Pulubala merupakan daerah dataran Tinggi yang berada ± 25 Meter diatas permukaan laut yang memungkinkan wilayah ini menjadi daerah perkebunan, pertanian, peternakan. Luas Kecamatan Pulubala ± 208,46 Km2. Batas terjauh wilayah dari barat sampai ke Timur ± 13 dan dari Utara ke Selatan ±16 KM, jarak dari ibu kota Kabupaten ± 20 KM. Kecamatan Pulubala terdiri dari 11 desa yaitu: Mulyenegoro, Bakti, Pulubala Tridharma, Pongongaila, Puncak, Molamahu, Molalahu, Toyidito, Ayumolingo, dan Bukit Aren, dengan ibu kota Kecamatan terletak di Pongongaila. Jumlah dusun yang ada di Pulubala adalah 44. Menurut Bagian pemerintahan Kecamatan Pulubala, status pemerintahan desa-desa di Pulubala adalah desa. Jika dilihat dari status hukumnya maka semua desa yang di Kecamatan Pulubala sudah tergolaong defenitif.
Jumlah penduduk Kecamatan Pulubala 2011 sebesar 116 jiwa per km2. Desa yang paling padat penduduknya adalah Bukit Aren 230 jiwa / km2, sedangkan yang terendah adalah Mulyenegoro 62 jiwa / per km2. 2. Keadaan Penduduk Penduduk merupakan salah satu wilayah yang cukup luas dengan berbagai potensi serta didukung oleh sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Rasio jenis kelamin penduduk Pulubala ini berarti bahwa untuk setiap 101 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan, atau dapat dikatakan jumlah penduduk laki-laki di Pulubala lebih banyak dari penduduk perempuan. Tabel 1. Banyaknya penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Menurut Desa di Kecamatan Pulubala. Desa
Laki-laki
Perempuan
Rasio Jenis Kelamin
Mulyonegoro
1231
1166
106
Bakti
1489
1443
103
Pulubala
1500
1513
99
Tridharma
547
594
92
Pongongaila
1047
1183
89
Puncak
1747
1627
107
Molamahu
1070
998
107
Molalahu
796
797
100
Toyidito
1268
1248
102
Ayumolingo
520
551
94
Bukit Aren
745
679
110
11.960
11,799
101
Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo 2012.
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2011. Tabel 2. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut
Jenjang Pendidikan Tahun 2011.
Jenjang Pendidikan
APM
APK
SD
98,17
114,7
SMP
55,09
75,46
SMA
30,26
40,38
Sumber: Badan Pusat Statistik (Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo).
Berdasarkan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka partisipasi kasar (APK) sebesar 114,7 artinya dari 100 penduduk usia 7-12 tahun terdapat 114 penduduk yang bersekolah di jenjang SD diluar usia 7-12 tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) menggambarkan partisipasi penduduk bersekolah di jenjang tersebut sesuai kelompok usia pada jenjang tersebut APM SD 98,17 berarti dari 100 murid SD terdapat 98 murid yang bersekolah tepat waktu diusia 7-12 tahun. B. Karakteristik Responden 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemampuan dalam mengelola usaha terutama dalam beternak. Umumnya Peternak yang masih muda dan sehat relatif lebih mudah menerima dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat untuk bekerja dibandingkan pedagang yang sudah lanjut usia. Semakin tinggi umur seseorang
maka semakin rendah terantung sama orang lain. Menurut (febrina, 2008), bahwa umur produktif berkisar 16 - 65 tahun, sedangkan yang belum produktif 0 - 15 tahun, dan yang tidak produktif > 65 tahun. Untuk mengetahui lebih jelas umur peternak Sapi Bali yang ada di Kecmatan Pulubala dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Tingkat Umur Responden
No
Umur
Jumlah Responden
Presentase (%)
1
0 - 15
-
-
2
16 - 65
28
93
3
> 65
2
7
Jumlah
30
100
Keterangan Belum Produktif Produktif Tidak Produktif
Sumber : Data diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 3 di atas, terbagi atas 3 tingkatan umur peternak. Pertama, pedagang dari 0 - 15 tahun tidak ada pada umur ini pedagang belum produktif. Kedua, peternak yang memiliki kisaran umur 16 – 65 tahun berjumlah 28 orang atau 93 %, pada umur ini peternak telah bekerja produktif, karena di usia yang masih terbilang muda kemampuan fisik peternak sangat kuat dan berenergik, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktifitas beternak. Ketiga, peternak yang berumur lebih dari 65 tahun atau tidak produktif berjumlah 2 orang atau 7 %, karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya sangat lemah. Ketiga kelompok ini tergolong kelompok belum produktif yang produktif, dan tidak produktif.
2. Pendidikan Menurut (Ihsan, 2011) bahwa tingkat
pendidikan pemilik usaha
mempengaruhi keputusan pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik usaha maka akan semakin mudah dan cepat orang yang menerima suatu inovasi dan pinjaman dari pihak luar di dalam membiayai usahanya. Hal ini sama dengan hasil penelitian (Mayangsari, 2000) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kemampuannya untuk memperoleh modal atau pinjaman dari luar. Tingkat pendidikan responden dapat menunjang dalam peningkatan usaha, sehingga akan berdampak pada kemajuan. Berdasarkan penelitian di lapangan tingkat pendidikan peternak dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden
No
Pendidikan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1.
SD
22
74
2.
SMP
4
13
3.
SMA
4
13
Jumlah
30
100
Sumber: Data diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dijelaskan tingkat pendidikan peternak Sapi di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo untuk pendidikan SD berjumlah 22 orang atau 74 %, pendidikan SMP berjumlah 4 orang atau 13 %, dan untuk SMA berjumlah 4 orang atau 13 %. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan peternak responden, dan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal peternak telah mengetahui pentingnya suatu usaha dalam beternak. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakain besar jumlah tanggungan keluarga Peternak akan termotifasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga yang produktif bagi peternak merupakan sumber tenaga kerja yang utama untuk menunjang kegiatan usahanya, peternak responden di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat di lihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Jumlah Tanggungan
Jumlah Responden
Persentase (%)
0–3
14
47
4–6
14
47
>6
2
6
30
100
Jumlah Sumber: Data diolah, 2013
Berdasaran Tabel 5, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak sapi responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar, ini dapat dilihat dimana jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 4 – 6 orang atau lebih, sebanyak
14 orang atau 47 %. Hal ini akan mengakibatkan
pengeluaran untuk keperluan pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin bertambah. Sedangkan yang memiliki tanggungan 4 – 6 orang berjumlah 14 orang atau 47 %, kemudian jumlah tanggungan yang > 6 orang berjumlah 2 orang atau
6 % . Pengeluaran tersebut terbilang standar untuk biaya yang ditanggung hanya sedikit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pengalaman Berdagang Selain faktor pendidikan yang dapat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas dan kemampuan kerja seseorang, faktor pengalaman kerja juga merupakan salah satu indikator yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan menjalankan pekerjaan. Pengalaman kerja seseorang dapat dilihat dari lamanya seseorang tersebut menggeluti usaha atau pekerjaan tersebut. Umumnya mereka memiliki pengalaman banyak (Armin, 2011). Pengalaman berdagang merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu usaha. Semakin banyak pengalaman maka semakin memiliki kemampuan dalam mengelola usaha ternaknya. Berdasarkan pengalaman berdagang ternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Pengalaman Berdagang Responden No
Pengalaman Berdagang Tahun
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
1.
2
-
-
2.
3
2
7
3.
>5
28
93
Jumlah
30
100
Sumber: Data diolah, 2013.
Berdasarkan Tabel 6, dapat di lihat bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki peternak responden cukup lama karena rata-rata peternak telah memiliki
pengalaman berdagang lebih dari 5 tahun sebanyak 28 orang atau 93 %, peternak yang memiliki pengalaman berdagang 2 tahun itu tidak ada atau 0%. Sedangkan sisanya peternak memiliki pengalaman berdagang itu 3 tahun sebanyak 2 orang atau 7 %. C. Pemasaran Ternak Sapi Bali Menurut (Fanani, 2002). Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pada prinsipnya pemasaran adalah pengaliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang tersebut dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran yang dalam hal ini tergantung dari sistem yang berlaku dan aliran yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran Ternak Sapi Bali yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dilakukan peternak dengan baik yaitu dengan memenuhi peraturan yang berlaku seperti pembayaran iuran, surat-surat dalam transportasi dan lainlain, guna dalam proses pemasaran ternaknya. Proses penentuan harga peternak harga sendiri sebagian besar di tentukan sesuai dengan kondisi yang ada, seperti dalam memperingati hari-hari besar seperti Hari Raya Qurban yang tentunya harga sapi pun melonjak naik, maka hal inilah yang di manfaatkan para peternak untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Saluran pemasarn adalah saluran barang dan jasa dari produsen hingga ke konsumen akhir, dan menyelenggarakan
berupa
lembaga
atau
badan-badan
yang
bertugas
melaksanakan fungsi pemasaran sendiri atau memenuhi keinginan sedangkan pihak konsumen akan memberikan imbalan berupa margin kepada lembaga pemasaran tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada dua macam aktifitas pemasaran ternak Sapi Bali yang dilakukan di Pasar Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo yaitu pemasaran langsung dan pemasarn tidak langsung, kedua saluran yang dijalankan tersebut adalah: a. Saluran Pemasaran Langsung
Peternak Sapi
Konsumen
Gambar 7. Bentuk saluran langsung
Saluran pemasarn ini merupakan pemasaran langsung diterima dari peternak langsung berhubungan dengan pasar dan menjual ternaknya kepada konsumen, bentuk saluran ini sangat mudah untuk dilalui dan sebagian kecil dilakukan oleh peternak sapi yang ada di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan penelitian kebanyakan peternak sapi melakukan penjualan secara langsung tanpa adanya perantara. Tipe ini terjadi sewaktu-waktu peternak membutuhkan sesuatu untuk kebutuhan hidupnya. Berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena pada umumnya sentra perdagangan sapi berada di pasar Pulubala yang berdekatan dengan jarak rumah mereka sehingga untuk biaya pemasaran sapi lebih sedikit.
Bentuk saluran langsung merupakan bentuk saluran yang paling mudah untuk dilalui tanpa adanya perantara, saluran langsung dapat meningkatkan penerimaan peternak karena dengan biaya pemasaran sedikit dan bentuk saluran pemasaran yang pendek membuat peternak lebih bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Dengan kata lain pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran pemasaran maka penerimaanya akan lebih pula. b. Saluran Pemasaran Tidak Langsung Peternak Sapi
Pedagang Pengumpul
Konsumen
Gambar 8. Bentuk saluran tidak langsung Pada saluran tidak langsung dilakukan jumlah responden 30 orang pada pedagang Sapi Bali, hal ini karena pedagang langsung mendatangi rumah peternak untuk membeli Sapi untuk dijual kembali ke konsumen. Pedagang pengumpul dapat melakukan penawaran yang rendah sesuai dengan kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak. Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Pulubala menunjukan bahwa sebagian besar pedagang adalah pedagang sapi yang kemudian dijual kembali ke konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil pembelian sebelumnya. 1. Lembaga-lembaga pemasaran Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk peternakan ini beragam sekali tergantung jenis yang di pasarkan. Bentuk saluran tidak langsung satu ini umumnya lebih banyak dilakukan pedagang ternak
sapi yang ada di pasar Pulubala, dari produsen pedagang
pengumpul menjualnya langsung ke konsumen, dengan tambahan biaya pemasaran yang di keluarkan akan mengurangi hasil atau penerimaan yang mereka dapatkan. makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran pemasaran yang akan dilalui. Peternak Sapi
Pedagang Besar
Konsumen
Gambar 9. Bentuk saluran tidak langsung Pada saluran ketiga ini dari peternak sapi kemudian di jual kepada pedagang pengumpul lalu menjualnya kepada pedagang besar. Seperti yang dikemukakan (Nugraha, 2006) proses penyaluran produk dari pihak produsen hingga mencapai konsumen akhir, sering ditemui adanya lembaga-lembaga perantara, hingga konsumen akhir. Semakin jauh jarak antara produsen dengan konsumen maka saluran pemasaran yang terbentuk akan semakin panjang. Berdasarkan wawancara hasil analisis, saluran diperoleh pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran tidak langsung yaitu: Peternak, Pedagang Pengumpul Konsumen,
Sedangkan saluran langsung
yaitu Peternak, Konsumen. Dalam
usaha untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen dibutuhkan peran dari badan atau individu lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran adalah lembaga perantara yang terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari pihak produsen hingga ke tangan konsumen akhir. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam penelitian ini Produsen, Pedagang pengumpul, konsumen. a. Produsen (Peternak)
Produsen adalah peternak yang melakukan usaha ternak sapi yang ada di wilayah Kecamatan Pulubala yang berjumlah tiga puluh orang, dimana pihak pertama yang menyalurkan sapi ke konsumen. b. Pedagang pengumpul Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung dari peternak sapi merupakan pihak kedua dari yang menyalurkan ternak sapi yang kemudian di jual kembali ke konsumen. Sistem penyaluran inilah yang dilakukan pedagang sapi yang ada di pasar Pulubala. Harga yang telah ditawarkan oleh peternak maka akan di jual kembali kepada konsumen tentunya dengan harga yang diatas harga pembelian sebelumnya demi mendapatkan suatu keuntungan dalam perdagangan. c. Pedagang besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli Sapi Bali dari pedagang pengumpul yaitu berjumlah satu orang yang umumnya berada di Gorontalo. Pedagang besar memiliki modal yang cukup besar sehingga mereka dapat menampung sementara ternak sapi untuk di jual kembali ke daerah lain tentunya hal ini memakan biaya yang cukup besar untuk biaya pemasaran dalam proses penyaluran hingga ke daerah lain. d. Konsumen Konsumen adalah orang yang membeli ternak sapi dari pedagang. Konsumen membeli ternak di pasar pulubala melalui peternak, pedagang pengumpul, pedagang besar. Konsumen biasanya membeli ternak sapi harga berkisar Rp. 4000.000 – Rp 9.500.000 tergantung besar kecilnya ternak tersebut..
2. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Margin pemasaran merupakan selisih antara harga jual di tingkat produsen dan harga beli di tingkat pemasaran. Untuk menganalisis pemasaran ternak sapi di Pasar Pulubala para lembaga pemasaran melakukan bentuk pemasaran yang berbeda-beda sehingga harga yang di terima dari konsumen pun berbeda. 1. Saluran Pemasaran Langsung Saluran pemasaran
terdiri dari : Produsen – Konsumen. Saluran
pemasaran yang pertama ini merupakan saluran pemasaran dan pengiriman yang paling kecil dari produsen. Saluran pemasaran ini tidak menggunakan lembaga pemasaran manapun, dan oleh karena itu merupakan saluran yang memiliki rantai pemasaran paling pendek. Berdasarkan wawancara di rumah maupun di pasar Pulubala peternak sapi yang umumya berada di Kecamatan Pulubala lebih menjual jenis ternak Sapi Bali. Saluran pemasaran yang dilakukan peternak adalah jenis saluran pemasaran langsung yaitu dari peternak langsung menjual ke konsumen, sehingga untuk biaya pemasarannya lebih sedikit. Saluran pemasaran langsung lebih muda di lalui tanpa adanya perantara sehingga tidak memiliki margin pemasaran. Secara rinci maka dapat dilihat pada Tabel 7. Analisis margin pemasaran, Farmer’s Share, efesiensi pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
Tabel 7. Data Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali No
Uraian
I Pemasaran langsung 1. Peternak a. Harga jual b. Biaya pemasaran Transportasi Komisi Iuran pasar Pakan c. Total biaya 2. Harga bersih 3. Margin pemasaran
Harga (Rp/ekor)
Margin pemasaran
Farmer’s Share
4.658.000
-
-
15.000 28.421 7. 895 13.158 64.474 4.593.526 0
-
-
Sumber: Data diolah, 2013 Tabel 7 di atas menunjukan bahwa pada saluran pemasaran langsung itu tidak memiliki margin, hal ini terjadi karena bentuk saluran langsung dimana peternak (produsen) sendiri langsung memasarkan ternaknya kepada konsumen, untuk biaya pemasaran rata-rata peternak mengeluarkan biaya pemasaran yaitu transportasi Rp 15.000, komisi Rp 28.421 iuran pasar Rp 7.895, pakan Rp 13.158 dengan total biaya pemasaran Rp 64.474 dengan harga bersih yang diterima peternak sejumlah Rp 4.593.526 / ekor. 2. Saluran pemasaran tidak langsung Jenis saluran pemasaran tidak langsung merupakan saluran tidak langsung yang terdiri dari lembaga pemasaran : Produsen, Pedagang, Konsumen, dengan bentuk saluran pemasaran Peternak
Pedangang pengumpul
Konsumen.
Umumnya, seorang pengumpul akan menjual ternak sapi di pasar bersama-sama dengan komoditas-komoditas
ternak lain
yang dibawanya. Berdasarkan
wawancara yang berada di lokasi penelitian di Pasar Kecamatan Pulubala yaitu pedagang pengumpul langsung membeli ternak Sapi Bali di rumah produsen (Peternak), kemudian dijual kembali di pasar pulubala. Proses penyaluran produk sampai ke konsumen akhir, di lalui oleh panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui semakin tinggi margin pemasaran maka semakin kecil bagian yang diterima oleh peternak. Hasil penelitian dimana harga di tingkat produsen dan harga pemasaran sehingga dapat di ketahui margin pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Tidak Langsung No
Uraian
Harga (Rp/ekor)
Margin pemasaran Farmer’s Share (%)
II. Pemasaran tidak langsung 1.Peternak a. Harga jual
5.300.000
2. Pedagang pengumpul Harga beli
347.000
93.85
5.300.000
a. Biaya pemasaran Transportasi
22.500
Komisi
38.235
Iuran pasar
8.823
Pakan
12.941
b. Total biaya
82.499
c. Keuntungan
264.501
d. Harga jual ke konsumen
5.647.000
Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukan bahwa pemasaran pada saluran pemasaran tidak langsung karena pedagang pengumpul langsung membeli ternak Sapi Bali kepada peternak (produsen) dan akan dijual kembali ke konsumen.
Pedagang pengumpul memperoleh margin pemasaran sebesar Rp 347.000 dengan biaya pemasaran transportasi Rp 22.500 dan komisi Rp 38.235, iuran pasar Rp 8.823, pakan 12.941 sehingga total biaya Rp 82.499 bagian yang diterima pedagang pengumpul pada keuntungan sebesar Rp 264.501, Farmer’s Share sebesar 93,85%. 3. Saluran pemasaran tidak langsung II Jenis saluran ini merupakan saluran yang terpanjang yang ada di Kecamatan Pulubala, dari hasil wawancara maka dijelaskan bahwa pedagang pengumpul membeli ternak Sapi Bali langsung kepada produsen atau peternak sendiri kemudian dijual langsung kepada pedagang besar. Secara rinci biaya pemasaran dapat dijelaskan yaitu untuk biaya transportasi darat Rp 380.000/ekor, transportasi laut Rp 340.000/ekor, komisi yang diberikan Rp 125.000, biaya kandang yang dilakukan di daerah lain Rp 10.000/ekor, dan untuk surat pemotongan Rp 35.000/ekor. Dari hasil penjelasan maka dapat dijelaskan bahwa pemasaran tidak langsung dua ini merupakan pemasaran yang tidak mudah dilalui karena lebih memakan waktu yang lebih banyak. Secara rinci analisis margin pemasaran , farmer’s share dan efesiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Tidak Langsung No
Uraian
Harga (Rp/ekor)
Margin pemasaran Farmer’s Share (%)
III Pemasaran tidak langsung 1. Peternak
8000.000
2. Pedagang pengumpul Harga beli
84.21
1.100.000
88.42
8000.000
3. Pedagang besar Harga beli
1.500.000
8.400.000
a. Biaya pemasaran Transportasi darat
380.000
Transportasi laut
340.000
Komisi
25.000
Kandang
10.000
Surat pemotongan 35.000 b. Total biaya
790.000
c. Keuntungan
710.000
Harga jual konsumen
9.500.000
Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa saluran III adalah bentuk saluran tidak langsung karena dilihat dari jalur pemasaran pedagang besar membeli Sapi Bali dari pedagang pengumpul membeli kepada peternak. Margin pemasaran yang di dapat dari saluran pemasaran III yaitu Rp 1.500.000, pada pedagang besar Rp 1.100.000 biaya pemasaran transportasi darat Rp 380.000, transportasi laut Rp 340.000, surat pemotongan Rp 35.000, kandang 10.000, komisi Rp 25.000. dengan farmer’s share 84.21% sedangkan pada pedagang
besar farmer’s share 88.42 %. dengan keuntungan Rp 710.000 Hal ini dibuktikan berdasarkan teoritis pada (Hanafie, 2010) semakin tinggi margin pemasaran maka semakin sedikit bagian yang diterima. Berlangsunya penjualan ternak sapi secara tidak langsung dua ini di lakukan oleh beberapa pihak lembaga pemasaran dari produsen, pedagang pengumpul, dan pedagang besar. Pedagang pengumpul sendiri dapat dikatakan pedagang menengah karena telah melakukan kerja sama secara langsung dengan pihak ketiga atau pedagang besar untuk menyalurkan ternak Sapi Bali langsung dari peternak langsung dijual kepedagang besar, berdasarkan wawancara hal ini dilakukan karena dengan biaya pemasaran yang lebih sedikit maka keuntungan yang di dapatkan akan lebih banyak, dibandingkan dengan penyaluran yang dilakukan oleh pedagang besar lebih memakan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama sehingga keuntungan yang di terimanya akan lebih sedikit. 3. Farmer’s Share Farmer’s Share adalah perbandingan antara harga yang di terima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Limbong dan Sitorus, 1987). Selanjutnya farmer’s share sebagai selisih antara harga retail dengan margin pemasaran. Farmer’s share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen di nikmati oleh petani (Nugraha, 2006). Tingkat efesiensi sebuah sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran margin pemasaran, farmer’s share (pembagian peternak) dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.
4. Efesiensi Pemasaran Ternak Sapi Bali Menurut (Rahim dan Hastuti, 2007) efesiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama jika pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, kedua persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan keempat adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisiensi pemasaran terbagi menjadi dua kategori yaitu efesiensi operasional teknologi dan efesiensi harga (ekonomi). Efisiensi
opersional
meliputi
efesiensi
dalam
pengolahan,
pengemasan,
pengangkutan dan fungsi lain dari sistem pemasaran. Dengan adanya efesiensi operasional tersebut biaya akan menjadi lebih rendah dan output dari barang atau jasa tidak berubah atau bahkan meningkat kualitasnya. Sedangkan efesiensi harga, harus memperhatikan jumlah produsen yang ada di pasar, kemampuan dari produsen baru untuk memasuki pasar dan kemungkinan terjadi kolusi antar produsen (Limbong dan Sitorus, 1987). Dalam pemasaran ini yang digunakan dengan mengetahui efesiensi pemasaran ternak Sapi Bali di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dapat dilihat dari margin pemasaran, bagian harga yang diterima peternak/produsen. Margin pemasaran merupakan selisih antara harga jual di tingkat produsen dan harga beli di tingkat pengecer. Untuk menganalisis pemasaran ternak Sapi Bali di Pasar Pulubala para lembaga pemasaran melakukan bentuk pemasaran yang berbeda-beda sehingga harga yang di terima dari konsumenpun berbeda. Secara rinci efisiensi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Efisiensi Pemasaran Ternak Sapi Bali No
Uraian
Harga (Rp/ekor)
Efisiensi pemasaran (%)
I Pemasaran langsung a. Harga jual konsumen
4.593.526
b. Total biaya pemasaran
64.474
1.40
II Pemasaran tidak langsung I a. Harga jual konsumen
5.647.000
b. Total biaya pemasaran
82.499
1.46
III Pemasaran tidak langsung II a. Harga jual konsumen
9.500.000
b. Total biaya pemasaran
790.000
8.31
Sumber: Data diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 10 di atas menunjukan bahwa terdapat tiga saluran yaitu saluran langsung, saluran tidak langsung I, dan saluran tidak langsung II. Pada saluran langsung harga jual ke konsumen Rp 4.593.526, total biaya pemasaran Rp 64.474 dengan efisiensi pemasaran 1.40%. Pada saluran pemasaran tidak langsung I harga jual ke konsumen Rp 5.647.000, total biaya pemasaran Rp 82.499 dengan efisiensi pemasaran 1.46%. Pada saluran pemasaran tidak langsung II harga jual ke konsumen Rp 9.500.000, total biaya pemasaran Rp 790.000 dengan efisiensi pemasaran 8.31%.