BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Keberhasilan Pertumbuhan dan produksi kacang hijau sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara yang ada dalam tanah, selain unsur hara dalam tanaman kita juga perlu melakukan pemupukan, pengaruh pupuk tersebut akan lebih berhasil guna bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam dan waktu pemberian. Pengaruh pemberian pupuk phonska kacang hijau dapat dilihat pada beberapa indikator rata-rata pertumbuhan dan produksi yang diantaranya : 1.1.1 Tinggi Tanaman Pertumbuhan tanaman pada awal penanaman di lapangan menunjukan respon tumbuh tinggi tanaman yang cukup baik dengan tersedianya kebutuhan air. Dari hasil pengamatan tinggi tanaman rekapitulasi F hit pada umur 30 hari setelah tanam ditidak berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk dan kelompok sehingga tidak dilakukan uji lanjut BNT, sedangkan pada umur 60 hari setelah tanam berpengaruh nyata pada taraf α=5%. Pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 60 HST pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tetinggi sebesar 72,10 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 2.Rata-rata pertumbuhan tinggi Kacang hijau selama pengamatan Rataan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm) Perlakuan Pupuk Kandang Ton/ha Tanpa pupuk 1,5
30 HST 18,53 tn 20,80
60 HST 37,67* b 42,00 ab
3,5
31,93
72,10
5,5
24,27
59,33
-
13,33
BNT 5%
a ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. tn : tidak nyata
Tinggi Tanaman (cm)
80 70 60 50 40 30 20 10 0
30 HST 60 HST
P0
P1
P2
P3
Perlakuan
Gambar 1. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Hijau (cm) selama
pengamatan 1.1.2. Jumlah Polong setiap Tangkai (Polong) Hasil pengamatan pertumbuahan dan produksi
kacang hijau pada
indikator jumlah polong setiap tangkai rekapitulasi F hit pada umur 60 HST berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT jumlah polong setiap tangakai pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 77,67
polong dan perlakuan
pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 3.Rata-rata Pertumbuhan dan Produksi Jumlah Polong setiap Tangkai
Perlakuan pupuk Kandang
Jumlah polong setiap tangkai
Ton/ha Tanpa pupuk 1,5 3,5 5,5 BNT 5%
39,67* b 46,00 ab 77,67 a 61,67 ab 19,37
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. tn : tidak nyata
Jumlah Polong Setiap Tangkai (polong)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Perlakuan
p0
p1
p2
p3
Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Polong setiap Tangkai (Polong)
1.1.3. Panjang Polong (Cm) Hasil pengamatan pertumbuahan dan produksi
kacang hijau pada
indikator panjang polong rekapitulasi F hit pada umur 60 HST berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT, panjang polong pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 8,34 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 4. Rata-rata Pertumbuhan dan Produksi Panjang Polong
Perlakuan pupuk Kandang
Panjang Polong
Ton/ha
Tanpa pupuk
6,36* b
1,5
7,68
a
3,5
8,34
a
5,5
7,53
a
BNT 5%
1,26
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. tn : tidak nyata
9 Panjang Polong (cm)
8 7 6 5 4 3 2 1 0 Perlakuan
P0
P1
P2
P3
Gambar 3. Rata-rata Pertumbuhan dan Produksi Panjang Polong (cm)
1.1.4. Produksi Polong Persample Tanaman (g) Hasil pengamatan produksi
kacang hijau pada indikator produksi
persample tanaman yang diambel pada lima sampel tanaman rekapitulasi F hit pada saat panen berpengaruh nyata taraf α=5% pada perlakuan pupuk sehingga dilakukan uji lanjut BNT , produksi persample pada perlakuan P2 dengan dosis pupuk 3,5 Ton/Ha menunjukan hasil tertinggi sebesar 9,33 cm dan perlakuan pupuk yang terendah ada pada P0 yaitu dengan perlakuan tanpa pupuk. Tabel 5. Rata-rata Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau persample
Perlakuan pupuk Kandang
Produksi Persample
Ton/ha
Tanpa pupuk
4,13* b
1,5
5,60 b
3,5
9,33
5,5
5,00 b
BNT 5%
a
2,016
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung. tn : tidak nyata
produksi persampel (g)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 perlakuan
p0
p1
p2
p3
Gambar 4. Rata-rata Produksi Kacang Hijau persample tanaman (gr)
4.2. Pembahasan penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu bagian pertumbuhan yang menunjukan adanya perubahan karakter agronomi suatu vairetas tanaman dan untuk menunjang pertumbuhan tersebut perlu ditambahan pupuk berupa pupuk kadang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang bisa memperbaiki kesuburan tanah, selain itu pupuk kandang juga mempunyai unsur hara yang cukup untuk merangsang pertumbuhan tinggi tanaman dan mudah di resap oleh akar yang digunakan untuk proses penyusunan metabolisme di dalam tubuh tumbuhan. Banyaknya unsur hara di terkadung dalam pupuk kadang tergantung dari jenis hewan dan jenis makanan yang dimakan. Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 60 HST dan tidak berpengaruh nyata saat tanaman berumur 30 HST . Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan tinggi tanaman mencapai 72,10 cm dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 37,67 cm. Dilihat dari data rataan tinggi tanaman kacang hijau penggunaan pupuk organik kotoran sapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang cukup
baik, selain itu penggunaan pupuk tersebut bisa mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimi. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan tinggi tanaman yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aria Bara dan M. A. Chozin (2009), mengenai Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (zea mays l) di lahan kering, menyimpulkan Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tanpa pupuk kandang). Pada umur 2-6 MST, dosis pupuk kandang 15 ton/ha memberikan hasil yang berbeda terhadap tinggi tanaman namun pada dosis 5 dan 10 ton/ha, tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Pada umur 8 dan 9 MST, ketiga dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh berbeda tetapi nilai rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST (129.02 cm) di peroleh dari tanaman yang diberi pupuk kandang dengan dosis 15 ton/ha. Hasil penelitian Widiyanti Eny dan Maya Melati (2009), mengenai pengaruh residu pupuk kandang sapi dan guano terhadap produksi kedelai (glycine max (l.) merr) panen muda dengan budidaya organik. Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk berpengaruh tidak nyata pada peubah tinggi tanaman. Perlakuan residu pupuk guano berpengaruh cenderung nyata pada saat tanaman berumur 7 MST. Perlakuan residu pupuk guano dengan dosis 108 kg/ha menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk guano lainnya pada setiap minggu. Tinggi tanaman kedelai dengan budidaya konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman kedelai pada semua perlakuan residu pupuk kandang dan residu pupuk guano. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ikmal (2009), dengan judul Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) Terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi, berdasarkan hasil penelitiannya pengamtan dan daftar sidik ragam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 35 HST dengan dosis optimum 13,98 kg/plot dengan tinggi tanaman sebesar 54,38 cm.
Secara teoritis pendapat Rivaie (Ikmal, 2009) menjelaskan bahwa biasanya pemberian pupuk kandang sapi selalu diikuti peningkatan hasil tanaman. Pengingkatan hasil tanaman tersebut tergantung pada beberapa faktor , seperti tingkat kematangan pupuk kandang sapi sendiri, sifat-sifat tanah, cara aplikasi, dan sebagainya. Pengaruh dari pupuk kandang sapi terhadap hasil tanaman dapat disebabkan oleh pengaruh yang menguntungkan terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sejalan dengan pendapat Mulyani dan Kartasapoetra (Ikmal, 2009) bahwa penggunaan pupuk kandang sapi yang diberikan secara teratur kedala tanah dapat meningkatkan daya menahan air, sehigga terbentuk air tanah yang bermanfaat, karena akan memudahkan akar-akar tanaman menyerap unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangannya. 4.1.2 Jumlah Polong setiap Tangkai Pengamatan secara kualitatif di lapangan menunjukan bahwa polong yag dihasilkan yaitu besar dan berisi, tapi jumlah cabang yang tumbuh belum tentu semua mampu meghasilkan buah atau polong. Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong setiap tangkai. Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 77,67 polong dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 39,67 polong. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan jumlah polong setiap tangkai yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Hal ini terlihat bahwa pada usur hara yang dikandung oleh kotran sapi, hara tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman Kacang hijau baik vegetatif maupun generatif. Akibatnya ukuran polong pada yang menggunakan kotoran sapi, kacang hijau lebih besar dibandingkan ukuran polong pada perlakuan tanpa pupuk sama sekali. Searah dengan penelitian yang lakukan oleh Ikmal (2009), dengan berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah polong per tanaman sampe, pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman sampel dengan optimum sebesar 17,70 kg/plot denga jumlah plong per tanaman sebesar 221,55 polong. Hasil penelitian
Ghulamahdi Munif dan Nuraeni (2009), dalam penelitianya yang benrjudul Pengaruh genotip dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai panen muda di lahan kering, menyatakan bahwa dosis pupuk kandang nyata mempengaruhi jumlah polong isi per tanaman, tetapi tidak nyata mempengaruhi bobot basah bimas per petak, bobot basah biomas per tanaman, bobot basah polong per petak, dan bobot basah polong per tanaman. Dosis pupuk kandang nyata meningkatkan jumlah polong isi per tanaman. Jumlah polng isi per tanaman tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang 2 ton/ha, tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kandang 1 dan 4 ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samuli La Ode at al.,(2012) tentang produksi kedelai (glycine max l. merrill) pada berbagai dosis bokashi kotoran sapi di Sulawesi Tengah menyimpulkan Pemberian bokashi kotoran sapi mampu meningkatkan jumlah cabang produktif dan jumlah polong pada tanaman kedelai, hal ini disebabkan karena bokashi kotoran sapi selain memperbaiki kondisi tanah juga mampu mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga pada dosis 10 t ha-1 memberikan hasil yang terbaik. Unsur phospat yang terdapat pada bokashi kotoran sapi mampu mempercepat pendewasaan tanaman sehingga pada dosis B2 memberikan jumlah cabang produkktif dan jumlah poling yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bokashi kotoran sapi pada berbagai dosis berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang produktif, jumlah polong, jumlah polong hampa, bobot 100 biji kering dan produksi total yang tertinggi. Indikasi ini menunjukkan bahwa pemberian bokasi kotoran sapi didalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah, dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani oleh Nasir (Samuli La Ode at al. 2012). Secara teoritis menurut Harjadi (Pardono, 2009) tingkat tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produksi dari tanah yang ditentukan oleh ketersediaan hara dan kondisi tanah dalam jangka panjang. Tanaman yang ditanam pada tanah-tanah berkapasitas produksi rendah
biasanya menunjukkan respon secara nyata pada pemupukan tingkatan rendah daripada pada tanah-tanah berkapasitas produksi tinggi. Sitompul dan Guritno (Pardono, 2009) menambahkan bahwa berat segar tanaman selain ditentukan ukuran organ-organ tanaman yang dipengaruhi oleh banyaknya timbunan fotosintat hasil fotosintesis juga ditentukan oleh kadar air dari bagian-bagian tanaman itu sendiri yang diserap oleh akar. Oleh sebab itu adanya perbedaan hasil berat segar brangkasan dimungkinkan juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam organ tanaman. Pendapat Rinsema (Pardono, 2009) bahwa dengan pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman baik kualitas maupun kuantitas. 4.1.3 Panjang Polong Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong setiap tangkai. Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 8,34 cm dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 6,36 cm. Adanya keragaan penampilan pertumbuhan panjang polong yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Searah dengan hasil penelitian Pardono (2009) tentang Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.) di Kentingan Solo menyimpulkan bahwa Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, panjang polong, berat polong, berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering menunjukkan pemupukan dengan air kencing sapi yang disemprotkan melalui daun pada setiap konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan pupuk kandang dari kotoran sapi menunjukkan adanya beda nyata pada semua peubah yang diamati. pupuk organik kotoran sapi (pupuk kandang) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Hasil penelitian Mahyuddin (2006) dengan judul pengaruh residu fosfor dan bahan organik terhadap Ph H2O,
KTK, Al-DD dan produksi kacang hijau setelah dua kali pertanaman padi pada lahan sawah tadah hujan di Sumatera Utara menyatakan bahwa hasil analisis menunjukan bahwa dosis fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata nyata terhadap panjang polong kacang hijau, namun ada kecenderungan bahwa dosis pupuk kandang sapi menghasilkan polong terpanjang diperoleh pada perlakuan O2 (6000 kg/ha) yaitu ( 3000 kg/ha dan perlakuan O0 (0 kg/ha) di duga panjang polong di pengaruh oleh sifat genetis tanaman. Secara teoritis penelitian ini sependapat dengan Setaiawan Budi Susilo (2010) pupuk kandang sapi mempunyai kandungan serat kasar tinggi, seperti selulosa. Hal ini ditandai dengan tingginya rasio C/N, di atas 40. Kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan tanaman sehingga pemberian harus dibatasi. Untuk menurunkan tingginya kandungan C, bisa dilakkan dengan pengomposan. Pupuk kandang sapi juga dikenal mengandung air yang banyak. Russel (Ratri Desi Triyoga, 2003) juga menambahkan bahwa pemberian sodium karbonat pada kotoran sapi padat membunuh patogen E.cli
dan benih-benih gulma yang
tercampur dalam kotoran sapi. Sodium karbonta meningkatkan Ph kotoran sapi sehingga dapat meningkatkan aktifitas mikrba pengurai. Peningkatan mikroba pengurai mempercepat laju dekmposisi kotoran sapi. 4.1.3 Produksi Polong Persampel Tanaman (g) Berdasarkan hasil penelitian Pemberian pupuk kandang bepengaruh nyata terhadap parameter produksi persampel tanaman. Dari keempat perlakuan yang diberikan P3 dengan dosis 3,5 ton/ha mendapatkan hasil terbaik dengan jumlah polong mencapai 9,33 g dan hasil terrendah ada di perlakuan P0 tanpa pupuk yang hasilnya berkisar 4,13 g. Adanya keragaan produksi persampel tanaman yang diberikan ada pada perbedaan dosis pupuk setiap peralakuan. Searah dengan penelitian Ikmal (2009), dengan judul Respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max L.) Terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi di Medan. Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah polong per tanaman sampel pemberian pupuk kandang
kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman sampel. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi paat optimum sebesar 17.70 kg/plot dengan jumlah perplong tanaman sampel sebesar 221.55 plong. Secara teoritis sependapat Simatupang, et al.,(Sahari Panut, 2005) Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan
kuantitatifnya
adalah
dosis
pupuk,
sedangkan
persyaratan
kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang diserap untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya (Indranada, 1986). Pemberian pupuk yang tepat jumlah akan memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil. Nasir (Samuli La Ode at al. 2012) pemberian bokasi kotoran sapi didalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah, dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.