BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Permasalahan Dengan ketatnya persaingan industri pembelajaran online, BINUS Center
memiliki strategi jangka panjang untuk mengembangkan bisnisnya, tidak hanya bergerak di industri pendidikan yang berbasiskan IT, namun juga di dunia pendidikan secara umum, bahkan mencakup bahasa, kesehatan dan kuliner. Strategi jangka panjang ini juga mencakup membuka kelas sesuai dengan minat pangsa pasar. Strategi ini tentunya memiliki beberapa tantangan. Salah satunya adalah tidak tersedianya fleksibilitas waktu bagi para siswa untuk mengikuti kelas yang diminatinya. BINUS Center ditantang untuk dapat menyediakan kelas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswanya, terutama dalam hal waktu. Untuk membantu menyelaraskan strategi bisnis BINUS Center, dapat dilakukan analisis melalui beberapa tahapan awal sebagai berikut: 1.
Analisis lingkungan internal bisnis BINUS Center.
2.
Analisis lingkungan eksternal bisnis BINUS Center.
3.
Analisis lingkungan internal IS/IT BINUS Center.
4.
Analisis lingkungan eksternal IS/IT BINUS Center. Setelah melakukan tahapan-tahapan tersebut, BINUS Center diharapkan
mampu membuat strateginya semakin kuat dan tanggap dalam menjawab
73
74
tantangan pasar yang semakin demanding, serta mampu mengembangkan pangsa pasar bisnisnya.
4.1.1 Analisis Internal Bisnis BINUS Center Analisis yang dilakukan pada lingkungan internal bisnis BINUS Center merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang berasal dari sisi internal yang dapat mempengaruhi kegiatan bisnis BINUS Center. Faktor-faktor tersebut dapat berupa kekuatan internal BINUS Center yang apabila dilakukan analisis secara mendalam dapat menjadi sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan oleh BINUS Center atau dapat berupa kelemahan internal yang harus segera diperbaiki agar tidak menjadi ancaman bagi kelangsungan bisnis BINUS Center. Analisis lingkungan bisnis internal BINUS Center dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).
4.1.1.1 Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk membandingkan faktor internal dan eksternal dari BINUS Center. SWOT bertujuan untuk menyusun dan mendukung strategi bisnis perusahaan. Faktor-faktor yang dibandingkan tersebut terlebih dahulu diidentifikasi secara mendalam berdasarkan Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (ancaman). Berikut adalah uraian mengenai faktor kekuatan (Strength = S) dan faktor kelemahan (Weaknesses = W).
75
Tabel 4.1 Evaluasi Lingkungan Internal BINUS Center
No
Faktor Strategi Internal
S-1
BINUS Center merupakan bagian dari BINUS Group
S-2
Infrastruktur pendukung pembelajaran
S-3
Lokasi yang mudah dijangkau
S-4
Sumber daya manusia yang berkualitas
S-5
Kurikulum berbasis kebutuhan industri
W-1
Kurikulum yang monoton dan kurang update
W-2
Jumlah peserta harus memenuhi kuota kelas
W-3
Kurang memiliki inovasi pada proses belajar mengajar
W-4
Waktu training yang tidak fleksibel
Kekuatan (strength) S-1 : BINUS Center merupakan bagian dari BINUS Group BINUS Center merupakan salah satu institusi yang berada dibawah payung BINUS Group yang terdiri dari :
BINUS International School
BINUS University
BINUS Online Learning
BINUS International
BINUS Business School
76
BINUS Graduate Program
BINUS Square
BINUS Center
Hal tersebut dapat lebih membuat BINUS Center berinovasi dengan lebih maksimal dengan merealisasikan ide-ide bisnisnya yang dituangkan dalam bentuk produk atau layanan. Hal ini lebih dimungkinkan karena BINUS Center akan secara langsung didukung oleh IT Directorate. BINUS IT Directorate
merupakan
kekuatan
utama
dalam
menciptakan
dan
menjalankan tiap-tiap aktivitas akademis pada BINUS Group terutama pada academic support process. S-2 : Infrastruktur pendukung pembelajaran Tersedianya infrastruktur yang baik dan solid sebagai pendukung BINUS Center dalam menjalani aktifitas bisnisnya, mulai dari dukungan hardware, software, dan jaringan yang baik, sehingga mampu menunjang peforma BINUS Center dalam industri learning center. S-3 : Lokasi yang mudah dijangkau BINUS Center memiliki beberapa cabang di lokasi yang strategis, antara lain di Bintaro, Grogol, Kelapa Gading, Kedoya, Raden Saleh, Syahdan, Gajah Mada dan beberapa lainnya di berbagai kota di Indonesia, yang menjadikannya mudah dijangkau oleh semua orang. S-4 : Sumber daya manusia yang berkualitas BINUS Center memiliki karyawan yang mampu mendukung kegiatan operasional sehari-hari. Tenaga pengajar di BINUS Center dipilih dan diseleksi berdasarkan kompetensi dan disesuaikan dengan kurikulum yang
77
dimiliki BINUS Center, sehingga proses tansfer ilmu/pengetahuan antara tenaga pengajar dan peserta pelatihan dapat berjalan tanpa hambatan yang berarti. S-5 : Kurikulum berbasis kebutuhan industri Kurikulum yang disediakan BINUS Center mencakup pada kebutuhan bisnis yang sedang menjadi tren atau sesuai kebutuhan dari dunia bisnis saat ini. Sehingga siswa BINUS Center dapat dengan mudah mengaplikasikan ilmunya yang didapat semasa pelatihan ke dalam dunia bisnis atau dunia kerja.
Kelemahan (Weakness) W-1 : Kurikulum yang monoton dan kurang update Hingga saat ini BINUS Center masih bertahan dengan layanan atau kurikulum yang berhubungan dengan teknologi informasi. Hal tersebut memang dulunya menjadi kelebihan yang dimiliki oleh BINUS Center. Tapi dengan perkembangan yang terus terjadi, hal tersebut tentunya harus mengalami perubahan dan menimbulkan permintaan di pasar. BINUS Center harus mampu mengembangkan layanannya agar tidak hanya bergerak di bidang teknologi informasi sehingga dapat menjawab tantangan ataupun permintaan yang ada. W-2 : Jumlah kelas harus memenuhi kuota Di BINUS Center, untuk membuka sebuah kelas, harusnya memenuhi kuota tertentu. Misalnya, jika ada siswa yang ingin mendaftar untuk kelas SAP, maka siswa tersebut harus menunggu BINUS Center untuk
78
mengumpulkan minimal 7 peserta lainnya. Barulah kelas SAP tersebut dapat dibuka. Jika kuota tidak terpenuhi, BINUS Center akan menginformasikan penundaan kelas atau bahkan cancellation. Penundaan kelas tersebut bisa saja dalam hitungan hari, minggu, bahkan hitungan bulan. Hal ini sangat merugikan calon siswa yang sudah melakukan pemesanan training dan akhirnya memberikan kekecewaan pada calon siswa tersebut. Dari sisi perusahaan juga mengalami kerugian, yaitu peluang yang terbuang (loss opportunity) yang dihasilkan dari kelas yang diundur dan dibatalkan yang pada akhirnya akan berpengaruh buruk pada sisi finansial. W-3 : Kurang memiliki inovasi pada proses belajar mengajar Inovasi terakhir BINUS Center adalah dengan melakukan e-registrasi pada tahun 2001. Inovasi tersebut dulunya memang membuat BINUS Center unggul disaat lembaga learning center lain masih melakukan registrasi secara manual. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, learning center lain juga telah menerapkan hal yang sama, sehingga inovasi BINUS Center tersebut dirasakan kurang besar manfaatnya oleh siswa atau calon siswanya. Inovasi tersebut telah bersifat umum karena telah banyak diadopsi, dan bahkan saat ini menjadi suatu hal yang tidak wajar apabila lembaga tersebut tidak menyediakan proses e-registrasi. Untuk itu, BINUS Center memerlukan suatu inovasi terbaru untuk memenangkan persaingan pasar yang semakin kompetitif. Inovasi lainnya yang pernah dilakukan adalah hanya pada bagian finansial dan administratif saja. Tidak adanya
79
inovasi pada proses belajar mengajar ini mengakibatkan siswa atau calon siswa tidak bisa memilih alternatif belajar selain belajar tatap muka. W-4 : Waktu training yang tidak fleksibel Waktu training pada BINUS Center berdurasi 180 menit atau 3 jam. Waktu training tersebut dibagi menjadi 4 bagian perhari. Sampai saat ini calon siswa tidak dapat memilih waktu yang bebas berdasarkan waktu luangnya, melainkan ketersediaan ruangan, ketersediaan jumlah siswa terbanyak, ketersediaan waktu instruktur. Hal ini sangat merugikan calon siswa atau siswa apabila mereka tidak memiliki waktu luang yang banyak, dan BINUS Center belum bisa memenuhi kebutuhan tersebut kecuali paket InHouse dengan harga yang sangat tinggi.
Tabel 4.2 Evaluasi Lingkungan Eksternal BINUS Center No
Faktor Strategi Eksternal
O-1
Perkembangan teknologi
O-2
Kebutuhan tenaga profesional bidang IT/IS
O-3
Pertumbuhan populasi pelajar
O-4
Online market
T-1
Persaingan industri learning center
T-2
Produk pengganti pembelajaran
80
Peluang (opportunity) O-1 : Perkembangan teknologi Perkembangan teknologi hingga saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya teknologi–teknologi baru yang ditemukan yang dapat digunakan untuk mempermudah kegiatan bisnis sebuah perusahaan. Hal tersebut membuat peluang BINUS Center untuk melakukan inovasi semakin tinggi karena BINUS Center dapat memanfaatkan teknologi–teknologi baru tersebut untuk meningkatkan serta mengembangkan bisnis sesuai dengan visi misinya.. Sehingga pada akhirnya pangsa pasar yang dimiliki oleh BINUS Center dapat diperluas dengan dikembangkannya produk-produk baru yang diadaptasi dari teknologi yang sedang menjadi tren. O-2 : Kebutuhan tenaga profesional bidang IT/IS Kebutuhan akan tenaga profesional di bidang IT/IS yang tidak pernah padam menjadikan BINUS Center merupakan salah satu pilihan untuk mengembangkan skill di area terkait IT/IS. Hal tersebut tentu saja merupakan peluang BINUS Center untuk dapat memasarkan produknya pada segmentasi pasar yang telah ditetapkan, yaitu orang-orang yang ingin bergerak/berkarya di bidang IT/IS. O-3 : Pertumbuhan populasi pelajar Sementara ini, pangsa pasar BINUS Center adalah pelajar atau mahasiswa. Tidak hanya berasal dari lingkungan BINUS, tapi juga dari sekolah dan universitas lainnya. Pertumbuhan populasi pelajar dan ingin menuntut ilmu dari berbagai kalangan yang tidak pernah terputus tersebut memberikan peluang yang cukup baik bagi BINUS Center dalam menjalankan bisnisnya.
81
O-4 : Online market Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa pergerakan bisnis ke arah online atau virtual. Hal tersebut dapat menjadi peluang yang cukup baik bagi BINUS Center dengan menyediakan layanan pendidikan yang berbasiskan online learning. Hal tersebut dirasa cukup baik karena BINUS Center dapat menghemat waktu dalam melakukan sosialisasi media online, karena masyarakat sudah mengerti dan teredukasi dengan online technology beserta perangkat-perangkatnya.
Ancaman (threat) T-1 : Persaingan industri learning center Industri learning center tidak sulit untuk dimasuki oleh pendatang baru. Ditambah lagi kompetisi dari para pesaing yang telah ada sebelumnya. Mereka menawarkan berbagai kelebihan dan inovasi-inovasi dibidang layanan maupun kurikulum yang mampu menarik minat pelajar. Hal tersebut tentunya memaksa BINUS Center harus lebih baik lagi jika ingin tetap bertahan di industri serupa. T-2 : Produk pengganti pembelajaran Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi, terdapat banyak produk pengganti pembelajaran yang dapat menggantikan beberapa bagian pada training center. Contoh, banyaknya sesi belajar sendiri yang didapat dari Internet. Jika hal ini terus dibiarkan, maka kelangsungan training center akan menjadi dipertanyakan.
82
Setelah faktor internal dan eksternal BINUS Center diidentifikasi, selanjutnya dilakukan analisis pembobotan dan pemberian rating, baik dari segi internal (Internal Factor Analysis) dan juga segi eksternal (External Factor Analysis). Pada analisa EFAS dan IFAS tersebut, bobot diperoleh dari hasil analisa seberapa penting pengaruh faktor internal dan eksternal BINUS Center, sedangkan rating diperoleh dari hasil penilaian terhadap faktor-faktor tersebut. Penilaian terhadap bobot dan rating dilakukan bersama dengan Direktur BINUS Center dan 12 pihak management BINUS Center yang mempunyai peranan penting dalam pemilihan keputusan yang tepat dan telah memiliki pengalaman yang banyak di BINUS Center. Tabel 4.3 Internal Factor Analysis (IFAS)
No
Faktor Strategi Internal
Bobot Persen
Jumlah
Rating
Skor
S-1
BINUS Center bagian dari BINUS Group
30%
0.15
4
0.6
S-2
Infrastruktur pendukung pembelajaran
25%
0.125
3
0.375
S-3
Lokasi yang mudah dijangkau
15%
0.075
4
0.3
S-4
Sumber daya manusia yang berkualitas
15%
0.075
3
0.225
S-5
Kurikulum berbasis kebutuhan industri
15%
0.075
4
0.3
100%
0.5
Total Strength (kekuatan)
1.80
W-1
Kurikulum yang monoton dan kurang update
25%
0.125
2
0.25
W-2
Jumlah peserta harus memenuhi kuota kelas
30%
0.15
1
0.15
W-3
Kurang memiliki inovasi pada proses belajar mengajar
20%
0.1
2
0.2
W-4
Waktu training yang tidak fleksibel
25%
0.125
1
0.125
100%
0.5
0.73
1
2.53
Total Weaknesses (kelemahan) Jumlah Total
83
Tabel 4.4 External Factor Analysis (EFAS) No
Faktor Strategi Eksternal
Bobot Persen
Jumlah
Rating
Skor
O-1
Perkembangan teknologi
25%
0.125
4
0.5
O-2
Kebutuhan tenaga profesional bidang IT/IS
25%
0.125
4
0.5
O-3
Pertumbuhan populasi pelajar
25%
0.125
4
0.5
O-4
Online market
25%
0.125
3
0.375
100%
0.5
Total Opportunities (peluang)
1.88
T-1
Persaingan industri learning center
50%
0.25
1
0.25
T-2
Produk pengganti pembelajaran
50%
0.25
2
0.5
100%
0.5
0.75
1
2.63
Total Threat (ancaman) Jumlah Total
Hasil penilaian dari setiap faktor pada tabel IFAS dan EFAS akan dilakukan perhitungan dari total setiap faktor lalu memetakannya ke dalam diagram SWOT sehingga akan diperoleh posisi BINUS Center dalam kuadran tertentu. Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS, hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Titik X = Total Strength – Total Weakness = 1,80 - 0,73 = 1,075 Titik Y = Total Opportunities – Total Threat = 1,88 – 0,75 = 1,13
84
OPPORTUNITIES 2
Strategi Turnarround
Strategi Agresif
1,13 1
BINUS CENTER WEAKNESS
-2
-1
0
1,075 2
1
STRENGTH
-1
Strategi Defensif
Strategi Diversifikasi -2
THREAT
Gambar 4.1 Diagram SWOT BINUS Center
Posisi BINUS Center terletak pada kuadran pertama yaitu strategi agresif yang menunjukkan bahwa posisi BINUS Center secara strategis cukup baik sehingga mampu meningkatkan bisnis secara maksimal dengan menggunakan kekuatan yang tersedia untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan pemetaan tersebut, dapat diperoleh sejumlah strategi dengan menggunakan matriks SWOT pada Gambar 4.2. Berdasarkan matriks SWOT diatas, BINUS Center berada dalam posisi yang mendukung strategi agresif yang sesuai dengan strategi SO (Strength - Opportunity). BINUS Center memiliki peluang untuk meningkatkan bisnisnya dengan merumuskan strategi-strategi bisnis yang mendukung kebijakan growth oriented strategy.
85
IFAS
Strengths (S) S - 1 BINUS Center bagian dari BINUS Group S - 2 Infrastruktur pendukung pembelajaran S - 3 Lokasi yang mudah dijangkau S - 4 Sumber daya manusia yang berkualitas S - 5 Kurikulum berbasis kebutuhan industri
Weakness (W) W - 1 Kurikulum yang monoton dan kurang update W - 2 Jumlah peserta harus memenuhi kuota kelas W - 3 Kurang memiliki inovasi pada proses belajar mengajar W - 4 Waktu training yang tidak fleksibel
Opportunities (O) O - 1 Perkembangan teknologi O - 2 Kebutuhan tenaga profesional bidang IT/SI O - 3 Pertumbuhan populasi pelajar O - 4 Online market
Strategi SO 1. Dengan memaksimalkan potensinya, BINUS Center dapat memperluas pangsa pasarnya dan tidak hanya terfokus di sekolah dan universitas (S-3, S4, S-5, O-3). 2. Mengintegrasikan layanan BINUS Center dengan BINUS Career memfasilitasi karir lulusannya (S-1, S-5, O-2). 3. Memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk menerapkan teknologi terbaru guna menciptakan layanan / produk yang menggapai pasar online (S1, S-2, S-4, O-1, O-4). Strategi ST 1. meningkatkan kemampuan tenaga pengajar, fasilitas pendukung, dan kurikulum agar lebih mampu bersaing (S-2, S-4, S-5, T-1) 2. Membangun layanan berbasiskan online sebagai inovasi produk yang ditawarkan BINUS Center (S-1, S-2, T-2)
Strategi WO 1. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menghilangkan sistem kuota kelas (W-2, O-1, O-3) 2. Melakukan inovasi terkait layanan dan produk / kurikulum yang ditawarkan ke dalam media online (W-1, W-2, W-3, O-1, O-3, O-4)
EFAS
Threats (T) T - 1 Persaingan industri learning center T - 2 Produk pengganti pembelajaran
Gambar 4.2 Matriks SWOT
Strategi WT 1. membuat materi yang diminati bisnis dan didukung oleh teknologi yang dapat menjadi value added sehingga dapat cepat di-update dan diterima secara luas agar tidak dapat digantikan oleh pembelajaran yang lain (W1, W-3, T-1, T-2)
86
1.
Dengan
memaksimalkan
potensinya,
BINUS
Center
dapat
memperluas pangsa pasarnya dan tidak hanya terfokus di sekolah dan universitas. Dengan fasilitas yang tersedia, BINUS Center dapat mengembangkan segmentasi pasarnya menjadi lebih luas. Hal itu juga dapat dicapai dengan mengembangkan jenis layanan dan produk baru yang tidak hanya dapat dinikmati oleh segmentasi pelanggannya yang berupa sekolah maupun universitas. BINUS Center dapat mengembangkan produknya hingga ke tingkat professional dengan memberikan modul-modul yang tepat dan trending.
Secara
bottom
line,
dengan
meluasnya
pangsa
pasar
(segmentasi), BINUS Center akan mendapatkan manfaat tangible dan intangible. 2.
Mengintegrasikan layanan BINUS Center dengan BINUS Career memfasilitasi karir lulusannya. Setiap siswa yang telah menjadi bagian dari BINUS Center mendapatkan ID yang dapat digunakan untuk mengakses situs BINUS Center. Tetapi kemampuan jelajah yang diberikan situs tersebut sangat kurang, informasi yang diberikan seharusnya dapat dimaksimalkan dengan mengintegrasikan situs-situs yang tergabung dalam BINUS Group lainnya kedalam ID yang telah terdaftar sebagai siswa BINUS Center. Sehingga jika dilakukan integrasi, maka siswa yang memiliki ID memiliki akses ke informasiinformasi yang berharga, seperti informasi karir yang dimiliki oleh BINUS Career.
87
3.
Memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk menerapkan teknologi terbaru guna menciptakan layanan / produk yang menggapai pasar online BINUS Center merupakan bagian dari BINUS Group yang di dalamnya juga terdapat BINUS IT Directorate sebagai kekuatan utama BINUS dalam academic support process. Kemampuan BINUS Center untuk dapat membangun suatu layanan online sangat dimungkinkan dengan dukungan dari IT Directorate. BINUS Center memang belum memiliki fasilitas online learning. Jika BINUS Center ingin mengembangkan produknya ke arah online learning, maka akan muncul suatu pertanyaan, bagaimana membangun suatu layanan online yang sesuai atau sejalan dengan strategi bisnis BINUS Center. Lagipula konsep online learning bukan hanya sekedar memindahkan kurikulum yang sedang berjalan, ke dalam media online (Internet). Dibutuhkan desain kurikulum tersendiri dalam membuat layanan online learning. Online learning tersebut juga harus dapat mendukung strategi bisnis BINUS Center baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga mampu memberikan manfaat yang tangible dan intangible bagi BINUS Center.
4.1.2 Analisis Eksternal Bisnis BINUS Center Analisis lingkungan eksternal bisnis BINUS Center dilakukan dengan cara menganalisi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan bisnis BINUS Center yang hasilnya akan menciptakan sebuah peluang ataupun ancaman bagi
88
BINUS Center. Analisis lingkungan eksternal bisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis Porter’s Five Forces.
4.1.2.1
Analisis Porter’s Five Forces
Analisis Porter’s Five Force digunakan menganalisa lima kekuatan yang mempengaruhi BINUS Center sebagai lembaga online learning yang berasal dari eksternal BINUS Center itu sendiri. Analisa ini bertujuan untuk melihat peta kekuatan bisnis yang dimiliki oleh BINUS Center di lingkungan eksternal untuk memperoleh sebuah peluang yang dapat dijadikan sebagai competitive advantage dari BINUS Center. Analisis Porter Five Force di BINUS Center adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Porter’s Five Forces BINUS Center
89
Berikut adalah penjelasan dari analisis Porter Five Force pada BINUS Center. 1.
Threat of new entrants Perkembangan pendidikan di Indonesia yang cukup tinggi dan kebutuhan akan tenaga profesional yang berkualitas yang salah satunya dibuktikan dengan sertifikasi terhadap suatu skill atau ilmu membuat industri online learning menjadikannya memiliki banyak pesaing, baik yang sudah ada (exist) maupun berupa pendatang baru. Karena itu, entry barier dari industri online learning sangat rendah sedangkan exit barier-nya cukup tinggi. Saat ini yang menjadi pendatang baru di industri learning center adalah Grammacom, Maranatha training center, ex-AsLab BINUS yang mencoba berdiri sendiri. Oleh karena itu BINUS Center harus segera membuat inovasi atau competitive advantage yang tidak mudah diimitasi oleh para pendatang baru. Sehingga akan membuat entry barier menjadi tinggi.
2.
Buyer Power Pada industri pendidikan, khususnya online learning, buyer memiliki bargaining power yang cukup tinggi. Untuk itu, BINUS Center harus secara hati-hati dalam menentukan kenaikan biaya yang akan dikenakan kepada buyer. Hal itu dapat dilakukan apabila Threat of Subtitute berada dalam posisi rendah dan BINUS Center memiliki sesuatu teknologi atau inovasi yang membuatnya dapat menarik lebih banyak buyer dibandingkan kompetitornya. Saat ini Buyer dari BINUS Center adalah mahasiswa dan pelajar sekolah (sebanyak 80%) serta karyawan (sebanyak 20%).
90
3.
Threat of subtitute BINUS Center memiliki banyak subtitue product dengan berbagai variasi. Media online adalah salah satunya. BINUS Center perlu melakukan inovasi pada produk yang ditawarkannya untuk membuatnya lepas dari subtitute yang telah banyak beredar.
4.
Supplier Power Dalam menjalankan bisnisnya, tentu saja BINUS Center melakukan kerja sama dengan beberapa supplier untuk menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana, baik yang sifatnya utama maupun pendukung yang akan digunakan dalam belajar mengajar. Supplier bagi BINUS Center antara lain : 1. Microsoft 2. SAP 3. Cisco 4. Zend PHP 5. Wordware 6. Instruktur (tenaga pengajar) Bagi BINUS Center, supplier memiliki bargaining power yang cukup kuat dalam menentukan production cost bagi BINUS Center. Untuk itu BINUS Center harus mampu memiliki jaringan atau koneksi database supplier yang luas yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan keberlangsungan hubungan yang baik.
91
5.
Rivalry BINUS Center memiliki kondisi persaingan yang cukup tinggi karena banyak lembaga-lembaga pendidikan lain khususnya online learning. Pesaing bagi BINUS Center adalah Evo dan Monsoon. Umumnya pesaing memberikan penawaran-penawaran yang menarik bagi buyer serta variasi pilihan produk. Untuk itu BINUS Center harus melakukan strategi yang agresif dalam menciptakan inovasi baik dari segi produk maupun layanan. Sehingga diharapkan peta persaingan dapat berubah menjadi lebih baik bagi BINUS Center.
4.1.3 Analisis Internal IS/IT BINUS Center Lingkungan internal IT/IS BINUS Center dapat dinilai dengan melakukan analisa Aplikasi Portofolio McFarlan. Analisis yang dilakukan mencakup seluruh sumber daya IT/SI yang dimiliki oleh BINUS Center, dapat berupa sistem aplikasi yang digunakan, teknologi, dan manajemen sistem informasi yang dimanfaatkan oleh BINUS Center untuk kebutuhan bisnis dan teknis perusahaan.
4.1.3.1 Analisis Aplikasi Portofolio McFarlan Analisis aplikasi Portfolio Mcfarlan dilakukan dengan cara menilai aplikasi yang dimiliki oleh BINUS Center pada saat ini yang akan diukur dengan memberikan beberapa pertanyaan, dimana setiap jawaban dari pertanyaan tersebut akan mempengaruhi posisi aplikasi BINUS Center berdasarkan Aplikasi Portfolio McFarlan. Apakah termasuk kategori high potential, strategic, key operational,
92
atau support, sesuai dengan kontribusi yang diberikan masing-masing aplikasi pada bisnis perusahaan. Berikut daftar aplikasi yang dimiliki oleh BINUS Center pada saat ini : 1.
Aplikasi sistem pendukung pelatihan.
2.
Aplikasi sistem Back Office.
3.
Aplikasi sistem keuangan.
4.
Website BINUS Center. Masing-masing aplikasi tersebut diberikan pertanyaan untuk menentukan
kuadrannya. 1.
Aplikasi sistem Pendukung latihan Tabel 4.5 Pertanyaan Portfolio McFarlan Aplikasi Sistem Pendukung Pelatihan Pertanyaan
Ya/Tidak
a. Menciptakan competitive advantage bagi organisasi?
Ya
b. Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?
Tidak
c. Mengatasi kendala bisnis yang berhubungan dengan Ya pesaing? d. Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul Ya dalam waktu dekat? e. Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?
Ya
f. Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?
Ya
g. Manfaatnya belum diketahui namun dapat menghasilkan Ya poin (a) dan (b) ?
93
2.
Aplikasi sistem Back Office Tabel 4.6 Pertanyaan Portfolio McFarlan Aplikasi Sistem Informasi Back Office Pertanyaan
Ya/Tidak
a.
Menciptakan competitive advantage bagi organisasi?
Ya
b.
Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?
Tidak
c.
Mengatasi kendala bisnis yang berhubungan dengan Ya pesaing?
d.
Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul Ya dalam waktu dekat?
e.
Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?
Ya
f.
Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?
Ya
g.
Manfaatnya belum diketahui namun dapat menghasilkan Ya poin (a) dan (b) ?
3.
Aplikasi sistem keuangan Tabel 4.7 Pertanyaan Portfolio McFarlan Aplikasi Sistem Keuangan Pertanyaan
Ya/Tidak
a.
Menciptakan competitive advantage bagi organisasi?
Ya
b.
Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?
Tidak
c.
Mengatasi kendala bisnis yang berhubungan dengan Ya pesaing?
d.
Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul Ya
94
dalam waktu dekat? e.
Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?
Ya
f.
Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?
Ya
g.
Manfaatnya belum diketahui namun dapat menghasilkan Ya poin (a) dan (b) ?
4.
Website BINUS Center Tabel 4.8 Pertanyaan Portfolio McFarlan Website BINUS Center Pertanyaan
Ya/Tidak
a.
Menciptakan competitive advantage bagi organisasi?
Tidak
b.
Memungkinkan tercapainya sasaran bisnis yang spesifik?
Tidak
c.
Mengatasi kendala bisnis yang berhubungan dengan Tidak pesaing?
d.
Menghindari resiko bisnis di masa depan agar tidak timbul Tidak dalam waktu dekat?
e.
Meningkatkan produktivitas bisnis dan mengurangi biaya?
Ya
f.
Memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan?
Ya
g.
Manfaatnya belum diketahui namun dapat menghasilkan Tidak poin (a) dan (b) ?
95
Berdasarkan tabel pertanyaan portfolio McFarlan yang terdapat pada BINUS Center di atas maka portfolio aplikasi pada BINUS Center dapat digambarkan sebagai berikut : Strategic
High Potential
Key Operational
Support
Aplikasi sistem Pendukung
Website BINUS Center
latihan Aplikasi sistem Back Office Aplikasi sistem keuangan
Gambar 4.4 Portfolio Aplikasi BINUS Center Saat ini
Berdasarkan analisa dengan menggunakan Portofolio McFarlan diatas, dapat digambarkan bahwa BINUS Center belum memiliki aplikasi yang bersifat strategis dalam mendukung perencanaan IS/IT perusahaan dan belum memiliki aplikasi yang bersifat high potential yang dapat meningkatkan keunggulan bersaing di masa mendatang dan ini merupakan suatu kekurangan BINUS Center. BINUS Center hanya memiliki aplikasi yang bersifat key operational yang menunjang kelangsungan bisnis perusahaan dan aplikasi yang bersifat support yang bertindak sebagai pendukung bagi kegiatan bisnis perusahaan. Spesifikasi
96
perangkat keras, piranti lunak, komponen jaringan komputer dan topologi jaringan BINUS Center disajikan pada data di bawah.
Perangkat Keras Tabel 4.9 Perangkat Keras BINUS Center Jenis Server Back Office
Jumlah Unit 1
Spesifikasi OS: Windows Server 2008 Standard Processor: Intel Core2Quad RAM: 4GB HDD: 2 TB VGA Card: onboard
Server Training
1
OS: Windows Server 2008 Enterprise Processor: Intel Core-2-Quad RAM: 8GB HDD: 2TeraBytes VGA Card: onboard
Komputer back office
20
Desktop PC OS: Windows XP - Windows 7 Processor: Intel Core-2-Duo RAM: 2GB HDD: 160GB VGA Card: GeForce 7300GS Monitor: 17"
Komputer training
40
Desktop PC: OS: Windows XP Processor: Intel I3 RAM: 4GB HDD: 500GB VGA Card: GeForce series 1GB Monitor: LCD 19"
97
Komputer Front office
3
Desktop PC/Laptop: OS: Processor: Intel Pentium 4 - 2,4GHz RAM: 1GB HDD: 60GB VGA Card: GeForce Serice 128MB Monitor: 17"
Perangkat telekomunikasi
PABX unit : Panasonic direct line : 15 extension : 10 UPS ; APC 3KVA Rack Server: Fax - Printer: HP LaserJet 3600, HP LaserJet BW printers
Perangkat pendukung
Piranti Lunak Tabel 4.10 Piranti Lunak BINUS Center Jenis
Spesifikasi
programming
C#, VB.Net, Java, PHP, SQL,
Microsoft
MS Word, Excel, PowerPoint, Access,
Application
Publisher, Outlook
Operating System
Microsoft Windows Server 2003, Microsoft Windows Server 2008, Linux OS.
SAP
SAP Fundamental, SAP Procurement, SAP HR, SAP FICO, SAP SD
Aplikasi lain-lain
Custom, tergantung kebutuhan dari front office atau operasional BINUS Center
Jaringan Komputer Tabel 4.11 Komponen Jaringan Komputer BINUS Center Jenis
Jumlah Unit
Spesifikasi
98
Server
1
OS: Windows Server 2008 Enterprise Processor: Intel Core-2-Quad RAM: 8GB HDD: 2TeraBytes VGA Card: onboard
router
5
Cisco catalyst series
WiFi AP
1
D-Link DWL-7100AP TRI-MODE DUALBAND 802.11A/B/G (2.4/5GHZ) WIRELESS 108MBPS ACCESS POINT D-Link's DGS-6600 series - 48-port 10/100/1000M module
Switch/HUB
Topologi Jaringan BINUS Center
Gambar 4.5 Topologi Jaringan BINUS Center
99
Penggunaan perangkat keras dan piranti lunak di BINUS Center masih dipergunakan untuk menunjang kegiatan bisnis dan operasional sehari-hari, baik itu berupa administrasi, maupun kegiatan belajar mengajar. Jika BINUS Center ingin mengembangkan layanannya dengan mengadakan online learning, maka akan dibutuhkan perangkat-perangkat tambahan dengan spesifikasi tertentu untuk menunjang kebutuhannya tersebut.
4.1.4 Analisa Lingkungan Eksternal IT/IS BINUS Center Langkah terakhir dalam melakukan analisa terhadap BINUS Center adalah analisis lingkungan eksternal IS/IT. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan teknologi dalam organisasi dan mempelajari teknologi tersebut untuk dimanfaatkan dalam mendukung kebutuhan strategi bisnisnya untuk digunakan dalam jangka panjang. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini mendorong industri learning center untuk menggunakan teknologi informasi terkini dalam mendukung proses bisnisnya agar lebih cepat dan efesien. Saat ini yang sudah banyak dipergunakan adalah website pendaftaran online, e-learning, database repository modul pembelajaran, video learning, dan lainnya. Media-media tersebut dapat mendukung proses bisnis suatu learning center berjalan lebih cepat dan efisien.
BINUS Center-pun sudah sangat menyadari akan kebutuhannya untuk memanfaatkan media online sebagai media pembelajaran ditengah persaingan yang rata-rata telah memanfaatkan media online sebagai competitive advantagenya. Saat ini BINUS Center hanya memiliki website yang hanya bersifat pemberi
100
informasi. Sebagai pembanding eksternal dalam industri learning center, pesaing BINUS Center memanfaatkan website dalam kapasitas yang lebih luas. Website tersebut digunakan selain untuk memberikan informasi, juga sebagai media learning yang berbasis web dan interactive video. Tentu saja hal tersebut sudah mendukung online learning, jadi siswa tidak perlu lagi terikat pada suatu jadwal dan tempat untuk dapat memperoleh pembelajaran. BINUS Center dapat mengaplikasikan hal tersebut, tetapi tentu saja harus sesuai dengan strategi bisnis dan operasional yang ada pada BINUS Center. Dengan melakukan identifikasi dan analisa yang baik maka BINUS Center dapat membuat teknologi tersebut menjadi sesuai dengan kebutuhan BINUS Center dan dapat menjadikannya salah satu proprietary.
4.1.4.1 Analisa Kebutuhan IT/IS BINUS Center BINUS Center bisa saja terus eksis dan berada di posisi aman dengan bersikap defensif dalam strategi bisnisnya dengan menjaga pelanggannya yang telah diraih hingga sekarang, tanpa perlu memperbesar segmentasinya. Akan tetapi berdasarkan analisa yang telah dilakukan, BINUS Center sadar dan merasa perlu melakukan suatu peningkatan terhadap produk dan layanannya sehingga dapat menjadi proprietary yang pada akhirnya dapat menjadi competitive advantage untuk dapat terus bersaing dan menjawab tantangan yang muncul di industri learning center. Online learning adalah langkah awal yang ingin diambil oleh BINUS Center untuk menjawab tantangan sekaligus permintaan yang ada di industri learning center. Terinspirasi oleh media online sejenis youtube, yang merupakan
101
suatu layanan yang dianggap sebagai produk pengganti oleh BINUS Center, maka BINUS Center ingin membuat suatu layanan berbasis video untuk digunakan dalam hal pendidikan yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Hal tersebut juga didukung oleh IT Directorate sebagai kekuatan utama dari BINUS Group. Kendala yang kemudian muncul dalam perumusan suatu produk dan layanan baru adalah, jika BINUS Center menggunakan konsep video online streaming dalam usahanya untuk memberikan pelayanan online learning bagi segmentasi pasar yang baru ataupun yang lama, maka tentu saja BINUS Center akan berhadapan langsung dengan media online sejenis youtube yang memiliki konten video dan juga trafik data yang lebih unggul. Konsep tersebut juga tidak mendukung interaktivitas, yang membuat siswa BINUS Center tidak dapat berinteraksi dengan instrukturnya. Untuk itu BINUS Center diharapkan dapat membuat suatu layanan baru yang belum pernah dilakukan oleh pesaingnya (sesuai dengan analisis Porter), dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada BINUS Group, dalam hal ini adalah IT Directorate. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya yang muncul, dibandingkan jika BINUS Center membangun online learning project-nya dari awal. Terlebih lagi, online learning yang ingin dibangun BINUS Center bukanlah langkah akhir dari strategi bisnisnya. Melainkan dapat dimodifikasi dan dikembangkan mengikuti permintaan pasar sekaligus menentukan tren pasar. Dengan memanfaatkan arsitektur dan infrastruktur yang ada pada BINUS Group, akan di-enhance dengan menambahkan framework IPTV yang langsung mendukung triple play (data, voice, dan video). Hal tersebut dapat membuat siswa BINUS Center bukan hanya menonton modul video training secara pasif, tapi
102
memungkinkan siswa BINUS Center berinteraksi dengan instruktur maupun komunitasnya secara virtual dan mendiskusikan bagian-bagian yang kurang dipahami. Selain itu, IPTV dapat dikembangkan berdasarkan jenis kontennya. Hal tersebut membuat BINUS Center dapat menjalankan strategi bisnis yang lebih bervariasi dan tentu saja sejalan dengan keinginkan BINUS Center, yaitu layanan yang tidak hanya berhenti pada online learning.
4.2
Metode Pengembangan Modul Pembelajaran Dalam pengembangan model pembelajaran online berbasis IPTV,
digunakan 2 (dua) metode pendekatan yaitu secara instruksional (ADDIE) yang mencakup materi pembelajaran online, dan secara sistem (SDLC) yang akan mencakup pengembangan sistem aplikasi. ADDIE dan SDLC akan berjalan secara sekuensial dimulai dari penyusunan materi learning object dengan metode ADDIE dan diperkuat oleh metode SDLC yang akan membentuk permodelan antarmuka sistem sebagai wadah dari materi pembelajaran yang telah tersusun sebelumnya. Pembahasan metode ADDIE akan membahas tahapan Analyze dan Design, sedangkan metode SDLC dibatasi pada Planning, Analysis, Design.
4.2.1 ADDIE 4.2.1.1 Analyze Untuk pengumpulan data, dilakukan dengan metode survei. Kuesioner disebarkan pada 100 (seratus) orang responden yang merupakan penghuni BINUS
103
Square yang dipilih secara acak. Survei ini bertujuan untuk menggali informasi dari responden tentang online learning, TV berbayar (Pay TV), dan IPTV. Dari hasil survei, diketahui bahwa seluruh responden mengetahui tentang TV berbayar. Pengetahuan ini diasumsikan didapat dari pengalaman para responden dalam menggunakan layanan TV berbayar ini di luar BINUS Square. Namun, dari seluruh jumlah responden yang mengetahui tentang TV berbayar, hanya 86% yang pernah berlangganan dengan lama waktu berlangganan selama kurang dari 1 tahun sebanyak 22% dan 2 tahun sebanyak 64%. Dari segi harga, 17% responden mengeluarkan biaya antara Rp100.000,00 – Rp199.000,00 dan 64% responden antara Rp200.000,00 – Rp299.000,00. Hanya 5% responden yang mengeluarkan biaya antara Rp300.000,00 – Rp499.000,00. Dari 100 orang responden, 64% menghabiskan waktu selama 2 jam dalam sehari untuk menonton TV, sedangkan 36% sisanya menghabiskan waktu hingga 3 jam. Saat istilah online learning muncul, sebanyak 83% responden telah mengetahui tentang istilah tersebut, namun hanya 31% responden yang pernah mengikuti kelas online training tersebut. Hal ini dapat disebut sebagai suatu ironi, dimana ternyata selama ini BINUS University telah menjalankan metode online learning melalui BINUS Maya. BINUS Maya dimaksudkan untuk menjadi suatu sistem dimana terjadi interaksi antar mahasiswa dalam forum diskusi, interaksi antara mahasiswa dengan dosen atau tenaga pengajar lainnya dalam sesi off-class, dan metode pengumpulan tugas melalui forum diskusi dan surat elektronik (email). Ketika pertanyaan berlanjut mengenai apakah mereka berminat jika ditawarkan online learning, 87% responden menjawab mau dan hanya 13%
104
sisanya yang tidak mau. Dilihat dari hasil ini, dapat diasumsikan adanya kemungkinan bahwa banyak dari mahasiswa BINUS University yang tidak tahu secara detail tentang layanan BINUS Maya dan apa saja manfaat yang dapat digali dari layanan tersebut. Pengenalan layanan BINUS Maya secara lebih komprehensif dan mendetail kepada para mahasiswa, khususnya mahasiswa baru atau tingkat awal, mungkin dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk menjawab isu ini. Berkaitan dengan modul pembelajaran, berikut ini disajikan diagram mengenai ekspektasi responden tentang modul pembelajaran online yang mereka anggap penting.
Ekspektasi Modul Pembelajaran Online Berdasarkan Minat dan Kebutuhan Responden
Jumlah Responden
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Bahasa
Sangat Penting
83
Informasi Kuliner 0
Informasi Kesehatan 4
Seminar
Penting
4
14
14
55
Kurang Penting
0
38
45
4
Tidak Penting
0
35
24
28
0
Gambar 4.6 Ekspektasi Modul Pembelajaran Online Berdasarkan Minat dan Kebutuhan Responden
105
Dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa dari 87 orang responden, 95.4% menganggap modul Bahasa ini sangat penting dan 4.6% lainnya menganggap penting. Untuk modul Informasi Kuliner, 16.09% menganggap penting, 43.68% menganggap kurang penting, dan 40.23% lainnya menganggap tidak penting. Untuk modul Informasi Kesehatan, 4.6% menganggap sangat penting, 16.09% menganggap penting, 51.72% menganggap kurang penting, dan 27.59% lainnya menganggap tidak penting. Untuk modul Seminar, 63.22% menganggap penting, 4.6% menganggap kurang penting, dan 32.18% lainnya menganggap tidak penting. Berkaitan dengan modul Bahasa yang diminati oleh para responden, berdasarkan hasil survey terdapat beberapa jenis bahasa yang diminati oleh para responden, yaitu bahasa Inggris, Korea, dan Mandarin. Dari ketiga modul Bahasa tersebut, bahasa Inggris menempati urutan prioritas tertinggi daripada modul Bahasa lainnya. Hal ini disebabkan tingkat kebutuhan para responden akan bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional, yang akan berguna bagi kehidupan mereka, bukan hanya saat mengikuti perkuliahan, namun juga sebagai bekal untuk menghadapi persaingan di dunia kerja nantinya. Persentase dari tiap bahasa tersebut disajikan pada diagram berikut.
106
Jenis Modul Bahasa yang Diminati 5% 27% Bahasa Inggris 68%
Bahasa Korea Bahasa Mandarin
Gambar 4.7 Jenis Modul Bahasa yang Diminati Selain dari keempat modul di atas, ada beberapa modul tambahan lainnya yang juga diminati oleh responden, yaitu networking, programming, dan tutorial pembelajaran. Jumlah responden yang memilih modul tersebut disajikan pada diagram berikut.
Jenis Modul Lainnya yang Diminati 35 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah Responden yang Memilih
Networking
Programming
Tutorial pembelajaran
31
24
14
Gambar 4.8 Jenis Modul Lainnya yang Diminati
107
Dari sisi lamanya waktu yang dapat dialokasikan oleh para responden untuk mengikuti 1 modul pembelajaran melalui online learning, 63% dari 87 orang responden yang berminat untuk mengikuti online learning bersedia menyisihkan waktunya selama 2 jam, sedangkan 37% sisanya hanya bersedia menyisihkan waktunya selama 1 jam. Dari sisi biaya, 100% dari 87 orang responden tersebut bersedia mengalokasikan biaya sebesar Rp100.000,00 – Rp499.000,00 untuk mendapatkan 1 modul pembelajaran tersebut. Ketika survei berlanjut dengan pertanyaan tentang IPTV, 57% dari 87 orang responden menjawab telah mengetahui atau mendengar mengenai istilah IPTV, sedangkan 43% sisanya tidak tahu. Setelah membaca uraian singkat mengenai IPTV yang tercantum dalam survei ini, 86% responden tersebut bersedia untuk mencoba dan memiliki fasilitas layanan IPTV tersebut di BINUS Square sedangkan 14% lainnya tidak bersedia. Ketika survei berlanjut dengan pertanyaan tentang kebutuhan apa saja yang responden harapkan dapat terpenuhi dengan adanya fasilitas IPTV ini, dari 75 orang responden yang tersisa, untuk kategori fasilitas utama, Jaringan Internet mendapat peringkat tertinggi dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 75 orang (100%), diikuti oleh Program TV (lokal, premium) dengan jumlah 47 orang (63%), dan online learning dengan jumlah 41 orang (55%). Data tersebut disajikan pada diagram berikut.
108
Fasilitas Utama 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jumlah Responden yang Memilih
Program TV (lokal, premium)
Jaringan Internet
Online Learning
47
75
41
Gambar 4.9 Fasilitas Utama Sedangkan untuk kategori fasilitas tambahan (lainnya), Game Online mendapat peringkat tertinggi dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 49 orang (65%), diikuti oleh social network sebanyak 36 orang (48%), dan yang terakhir Komunikasi sebanyak 13 orang (17%). Data tersebut disajikan pada diagram berikut.
Fasilitas Tambahan 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah Responden yang Memilih
Game Online
Social Network
Komunikasi
49
36
13
Gambar 4.10 Fasilitas Tambahan
109
Dari sisi harga, dari 75 orang responden yang tersisa, 97% responden bersedia mengeluarkan biaya dengan kisaran alokasi kurang dari Rp300.000,00, sedangkan 5% lainnya bersedia mengalokasikan biaya sebesar Rp400.001,00 – Rp500.000,00. Respon yang cukup positif ini dapat diasumsikan sebagai bentuk refleksi dari keingintahuan dari para responden tentang seperti apa manfaat dan pengalaman yang akan mereka dapat dan rasakan saat menggunakan layanan IPTV ini nantinya. Fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi pendukung yang disediakan oleh BINUS Square pada saat ini adalah: -
Jaringan Internet nirkabel kecepatan tinggi di area BINUS Square yang dapat dinikmati oleh penghuni dan pengunjung.
-
Akses tayangan televisi disediakan melalui fitur intranet TV yang didukung pengembangannya oleh BINUS IT Directorate. Dalam integrasi sistem pembelajaran online menggunakan media IPTV
sebagai media penyampaian materi pembelajaran, terdapat beberapa hal yang berpotensi menjadi penghalang, di antaranya yaitu sebagai berikut: -
Keterbatasan kapasitas jaringan untuk mengakses sumber daya yang ada pada saat bersamaan tanpa mengurangi kinerja arus informasi di dalam jaringan tersebut. Untuk mendapatkan kualitas streaming yang baik, diperlukan kecepatan koneksi data minimal 2-4MBps untuk setiap client.
-
Keterbatasan tingkat penerimaan dan pengenalan metode pembelajaran secara online menggunakan teknologi IPTV, yaitu modernisasi paradigma pembelajaran konvensional dimana pembelajaran dilaksanakan bukan di dalam ruang kelas dan instruktur tersedia sesuai kebutuhan dari peserta.
110
-
Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengambil modul online learning-ondemand.
4.2.1.1.1
Ketentuan Umum Materi Online Learning
Hasil survei lapangan, kuesioner penghuni BINUS Square, diskusi dan wawancara dengan pihak terkait menghasilkan beberapa ketentuan umum untuk menyusun materi online learning menggunakan teknologi IPTV. Ketentuan umum tersebut tersusun atas 3 (tiga) aspek, yaitu teknologi, metode pembelajaran, dan sudut pandang dari pengguna produk ini. Ketentuan umum dalam penyusunan materi Online Learning tersebut adalah sebagai berikut: -
Modul pembelajaran yang akan disusun adalah English for Business. Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar penghuni BINUS Square membutuhkan materi pembelajaran Bahasa Inggris di dunia kerja untuk memperlengkapi kemampuan berbahasa Inggris di masa yang akan datang sehingga mereka lebih dari sekedar siap kerja, tapi juga mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja yang bersifat global.
-
Materi online learning ini menargetkan peserta yang berada di tingkat pemula untuk diperlengkapi dengan kemampuan mendengarkan dan berbicara dalam bahasa Inggris.
-
Pembentukan materi online learning dalam format modul, dimana perlu untuk mempermudah penyusunan, pengembangan sistem, dan pengaturan materi pembelajaran.
-
Metode penyampaian instruksi pembelajaran secara online disampaikan melalui rekaman video yang bersifat instruksional dimana instruktur
111
menyampaikan pengetahuan dasar dari materi pembelajaran yang akan diberikan untuk meningkatkan interaksi antara peserta online learning dengan materi online learning. Hal ini perlu dilakukan untuk mempercepat proses penyerapan materi pembelajaran oleh user. -
Aplikasi
pendukung
pengembangan
sistem
pembelajaran
online
menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh BINUS. -
Diperlukan sistem terintegrasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara user dengan modul pembelajaran online untuk keperluan penilaian, pengujian, trial test.
-
Ketersediaan interkoneksi jaringan komputer dengan alokasi minimal 2-4 MBps per koneksi untuk menikmati streaming video pembelajaran tanpa gangguan delay/buffering.
-
Penyediaan perangkat Set-Top Box (STB) untuk setiap pengguna layanan IPTV dimana perangkat tersebut berfungsi sebagai pintu gerbang akses menuju materi berbayar yang terdiri dari materi video, pembelajaran, siaran langsung eksklusif.
4.2.1.2 Design Dalam proses penyusunan modul pembelajaran online diperlukan pendekatan yang berbeda dari proses konvensional. Dari diskusi sebelumnya, didapati bahwa modul pembelajaran online ini sangat dipengaruhi oleh aspek metode pembelajaran dan aspek teknologi yang saling terkait satu dengan lainnya sehingga berpengaruh terhadap produk akhir (Lujara, 2010), berupa materi pembelajaran online. Proses penyusunan materi pembelajaran online ini dilakukan
112
dengan mendefinisikan tujuan pembelajaran dengan cara membagi dan mengelompokkan materi pembelajaran menjadi bagian kecil sehingga dapat dengan mudah dalam pengaturannya di dalam lingkungan pembelajaran online. Proses selanjutnya yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah faktor teknologi yang berperan dalam proses penyampaian materi kepada customers dan perangkat pendukung yang dibutuhkan dalam membangun sistem. Teknologi yang digunakan sangat berdampak kepada metode pembelajaran yang akan digunakan.
4.2.1.2.1 Materi Pembelajaran Saat Ini Berdasarkan
hasil
dari
tahap
Analysis,
telah
diputuskan
untuk
menggunakan modul pembelajaran English for Business. Struktur pembelajaran yang diperoleh dari materi tersebut digambarkan pada Gambar 4.30 berikut ini.
Unit 1
Unit 2
Unit 3
Unit n
Discussion
Discussion
Discussion
Discussion
Texts
Texts
Texts
Texts
Language Work
Language Work
Language Work
Language Work
Skills
Skills
Skills
Skills
Case study
Case study
Case study
Case study
Gambar 4.11 Struktur Materi Pembelajaran English for Business
113
Struktur modul pembelajaran yang ada pada saat ini terdiri dari beberapa Unit yang mewakili subyek yang akan dipelajari dalam tiap sesi pembelajaran. Unit yang disusun tersebut memiliki model struktur yang sama dengan materi yang berbeda. Setiap unit tersusun secara sistematis dengan untuk mempermudah penyerapan materi oleh peserta.
4.2.1.2.2
Proses Belajar Mengajar Saat Ini
Pada umumnya, proses pembelajaran instruksional terjadi di dalam ruang kelas dengan seorang instruktur menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada peserta. Materi English for Business yang disampaikan setiap sesi akan melatih setiap peserta untuk mengembangkan kemampuan membaca artikel dalam bahasa Inggris dan menambah perbendaharaan kata-kata penting yang digunakan, kemampuan berbicara, mendengarkan, dan membuat catatan dalam bahasa Inggris melalui materi tambahan yang berasal dari media audio. Instruktur juga akan menjelaskan kesalahan penggunaan bahasa Inggris yang sering timbul sehingga setelah mengikuti sesi tersebut setiap peserta mampu lebih akurat dalam penggunaan bahasa Inggris. Pada sesi ini juga setiap peserta didorong untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang mereka peroleh pada sesi tersebut dalam berbagai aktifitas bisnis, seperti presentasi, negosiasi, komunikasi melalui telepon, dan komunikasi di dalam lingkungan sosial. Terdapat studi kasus bisnis yang berkaitan dengan materi yang di sampaikan pada akhir sesi untuk dibahas oleh setiap peserta dimana setiap peserta diberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan
114
menulis, berbahasa dan berkomunikasi untuk menjelaskan situasi bisnis dari studi kasus yang diberikan.
4.2.1.2.3
Permodelan Struktur Learning Object
Penyusunan model struktur pembelajaran untuk materi English for Business berdasarkan hasil analisis struktur pembelajaran yang sudah ada digabungkan dengan metode pembelajaran dan konsep Learning Object. Unit pembelajaran dibuat sedemikian rupa untuk dapat menampung dua komponen, yaitu Subject dan Activities. Perincian materi aktivitas pembelajaran untuk kelas English for Business disusun menjadi satuan materi dasar objek pembelajaran. Materi dasar objek pembelajaran dibentuk dari objek-objek pembelajaran seperti aset materi pembelajaran, overview, information, dan assessment/assignment. Terdapat dua objek Summary, Activities Summary merangkum aktivitas yang telah dikerjakan, dan Subject Summary merangkum seluruh sesi materi pembelajaran.
115
Subject
Overview Activities
Overview
Overview Language work Information Object
Text Discussion
Materi dasar objek pembelajaran
Formative Assessment object
Activities Summary
Summative Assessment Object
Summary
Gambar 4.12 Struktur Subjek Menurut Konsep Learning Object
Komponen Subject Komponen utama yang menampung objek Overview dan Summary. Subject Overview tersusun dari komponen data yang menjelaskan Subject dari materi beserta atribut-atribut tambahan untuk memberikan gambaran singkat tentang apa yang akan dipelajari oleh peserta pembelajaran terkait dengan materi yang mereka terima. Atribut yang terdapat dalam komponen Subject adalah sebagai berikut: -
Subject Name: Nama dari materi yang akan dipelajari.
116
-
Subject form level: Identifikasi unik yang menyatakan tingkatan dari Subject
-
Subject syllabus: Menjelaskan kompetensi umum dan tujuan materi pembelajaran kepada peserta atas apa yang akan mereka peroleh pada akhir sesi pembelajaran
-
Indicative content: Memaparkan daftar materi dan poin penting dari sesi pembelajaran
-
Summary Object: Memberikan referensi tambahan terkait dengan materi yang disampaikan pada sesi pembelajaran
Komponen Activities Terdapat di dalam komponen Subject yang di dalamnya terdapat bagian Overview, Indicative Content yang terkandung di dalamnya, Assessment object, dan Summary object. Overview memberikan informasi detail dari aktivitas yang akan dikerjakan berkaitan dengan Subject yang sedang dibahas, Indicative Content memberikan daftar topik pembahasan dari Subject. Assessment object memberikan detail tentang tugas/penilaian yang akan dilakukan di dalam komponen Activities. Summary Object memberikan rangkuman dari aktivitas yang dikerjakan. Atribut dari komponen Activities adalah sebagai berikut: -
Activities number: Identifikasi unik dari setiap aktivitas. Setiap aktivitas diidentifikasikan oleh nomor aktivitas.
-
Activities Title: Memberikan nama dari aktivitas yang bersangkutan.
-
Indicative Content: Materi yang terdapat di dalam komponen Activities, termasuk di dalamnya adalah materi dasar objek pembelajaran, Assessment Object, dan Summary Object.
117
-
Assessment Object: memberikan evaluasi secara keseluruhan, penilaian tugas pribadi dalam bentuk Case Study pada akhir aktivitas pembelajaran.
-
Summary Object: memberikan rangkuman pembahasan dari aktivitas yang bersangkutan.
Penyusunan Materi Dasar Objek Pembelajaran (Topic) Materi dasar dari LO tersusun dari 3 (tiga) objek utama, yaitu Overview, Information Object, dan Formative Assessment Object. Objek pembelajaran yang tersusun ini terdiri dari 3 (tiga) objek pembelajaran, yaitu Language Work, Text, dan Discussion. Topic Overview Object Objek Overview memberikan informasi yang terkait dengan materi aktivitas yang akan dijalankan, tujuan materi pembelajaran, dan Indicative Content dalam lingkup Information Objects. Atribut dari objek Overview adalah sebagai berikut: -
Topic Number: Identitas unik dari topik yang dibahas. Setiap topik pembahasan diidentifikasikan oleh nomor topik.
-
Topic Title: Memberikan informasi judul topik.
-
Topic Objective(s): Menjelaskan tujuan dari topik aktivitas pembelajaran.
-
Indicative Content: Merupakan representasi dari seperangkat informasi dengan media pembelajaran tambahan untuk dipelajari oleh setiap peserta pembelajaran untuk memenuhi tujuan pembelajaran dari Subject yang terkait.
118
Overview Object Topic Number Topic Title Topic Objectives Indicative Content
Information Object
Gambar 4.13 Struktur Topic Overview Object
Topic Information Object Atribut dari Information Object (IO) terdiri dari Introduction, Concepts and Facts, Examples. Beberapa atribut dari Information Object merupakan domain specific dimana sangat tergantung terhadap konteks pembahasan materi pembelajaran, dan domain independent yang bersifat shareable dan reusable. Contoh komponen domain independent adalah objek purpose yang menjabarkan maksud dari dijalankannya aktivitas pembelajaran English for Business. Sedangkan komponen domain specific menjabarkan informasi umum dan batasan ruang lingkup seputar bahasan materi pembelajaran. Komponen domain specific untuk materi English for Business terdiri dari Language Work, Text, dan Discussion, dimana ketiga komponen ini saling mendukung dalam proses pembelajaran dan mendorong setiap peserta untuk secara aktif terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
119
Domain Independent
Domain Specific Information Object
Purpose Description
Introduction
Language Work
Concepts and Facts
Text Discussion
Examples
Formative Assessment Object
Self Assessment
Assignment
Feedback
Solution
Gambar 4.14 Struktur Information Object dan Formative Assessment Object
Domain Specific disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan materi pembelajaran yang mendukung Subject yang sedang dibahas. Objek Language Works memberikan penjelasan konsep penggunaan bahasa Inggris yang mendukung konteks pembahasan untuk membantu peserta dalam menggunakan kosakata (vocabulary) yang tepat dalam berkomunikasi. Objek Text disediakan di dalam materi pembelajaran untuk mengasah kemampuan peserta dalam membaca(reading) dan mengambil kesimpulan dari bahan bacaan yang mereka peroleh. Objek Discussion disediakan untuk memicu peserta untuk dapat berdiskusi (listening dan speaking) dalam bahasa Inggris. Objek Formative Assessment disusun untuk meningkatkan kemampuan setiap peserta dalam menggunakan setiap materi pembelajaran yang sudah
120
diterima. Mekanisme dalam Formative Assessment dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Self-Assessment dan Assignment. Materi penilaian dari objek SelfAssessment berupa pilihan ganda, mengisi area yang kosong dengan kata yang tepat, pertanyaan menjodohkan, dan tipe pertanyaan benar-salah. Terdapat mekanisme umpan balik terhadap setiap pertanyaan yang benar atau salah dengan pemberian skor. Objek Assignment bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta dalam merepresentasikan materi pembelajaran yang sudah diterima untuk diaplikasikan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Solusi dari objek Assignment ini bersifat opsional, bisa diberikan untuk membantu peserta jika diperlukan. Topic Summary Object Objek Summary untuk lingkup Activities berupa rangkuman konsep penting penggunaan bahasa Inggris yang tepat untuk dapat diaplikasikan di dunia kerja, terdapat pada bagian akhir setiap aktivitas pembahasan materi pembelajaran.
Summary Object
Review
Gambar 4.15 Objek Summary pada Lingkup Activities
121
Komponen Summative Assessment Object Objek Summative Assessment (SA) memberikan studi kasus untuk diselesaikan dengan menggunakan konsep yang sudah dipelajari dari komponen Activities. Atribut yang dimiliki oleh objek Summative Assessment terdiri dari: -
Summative
Assessment
Number:
Identitas
unik
dari
Summative
Assessment. -
Summative Assessment Title: Memberikan nama dari Summative Assessment.
-
Summative Assessment Objectives: Menjelaskan tujuan dari Summative Assessment.
-
Indicative Content: Memberikan instruksi dalam penyelesaian sebuah permasalahan dalam bentuk Case Study pada akhir aktivitas pembelajaran.
Summative Assessment (SA) Object SA Number SA Title SA Objectives Indicative Content
Gambar 4.16 Struktur Summative Assessment Object
122
Komponen Subject Summary Object Komponen objek Summary pada lingkup Subject terdiri dari Reference yang berisi acuan materi pembelajaran yang bersumber dari buku-buku di luar buku utama (jika tersedia).
Summary Object
Reference
Gambar 4.17 Objek Summary pada Lingkup Subject
Secara singkat, penyusunan struktur model objek pembelajaran disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Permodelan Struktur Objek Pembelajaran Objek
Atribut
Subject
- Subject Name: Nama dari materi yang akan dipelajari. - Subject form level: Identifikasi unik yang menyatakan tingkatan dari Subject - Subject syllabus: Menjelaskan kompetensi umum dan tujuan materi pembelajaran kepada peserta atas apa yang akan mereka peroleh pada akhir sesi pembelajaran
123
Objek
Atribut - Indicative content: Memaparkan daftar materi dan poin penting dari sesi pembelajaran - Summary Object: Memberikan referensi tambahan terkait dengan materi yang disampaikan pada sesi pembelajaran
Activities
- Activities number: Identifikasi unik dari setiap aktivitas. Setiap aktivitas diidentifikasikan oleh nomor aktivitas. - Activities Title: Memberikan nama dari aktivitas yang bersangkutan. - Indicative Content: Materi yang terdapat di dalam komponen Activities, termasuk di dalamnya adalah materi dasar objek pembelajaran, Assessment Object, dan Summary Object. - Assessment Object: memberikan evaluasi secara keseluruhan, penilaian tugas pribadi dalam bentuk Case Study pada akhir aktivitas pembelajaran. - Summary Object: memberikan rangkuman pembahasan dari aktivitas yang bersangkutan.
Topic (materi dasar objek pembelajaran
- Topic Number: Identitas unik dari topik yang dibahas. Setiap topik pembahasan diidentifikasikan oleh nomor
124
Objek
Atribut topik. - Topic Title: Memberikan informasi judul topik. - Topic Objective(s): Menjelaskan tujuan dari topik aktivitas pembelajaran. - Indicative Content: Merupakan representasi dari seperangkat informasi dengan media
Information Object
Adalah kumpulan dari Assets untuk membentuk komponen Concept and Facts, Examples
Assets
Adalah elemen dasar pembelajaran untuk digabungkan menjadi bagian dari materi pembelajaran seperti Information Object, materi dasar objek pembelajaran, objek-objek pembelajaran lainnya jika dibutuhkan. Assets dapat berupa gambar, text, animasi, audiovideo klip
Assessment/ Assignment Object
Dikategorikan menjadi formative/summative selfassessment dan formative/summative assignments. Formative assessment/assignment muncul pada akhir pembahasan Topic, sedangkan Summative assessment/assignment muncul pada akhir pembahasan Activities.
Summary Object
Activities Summary: berisi Review dari Activities Subject Summary: berisi Reference
Gambar 4.18 Permodelan Struktur Objek Pembelajaran English for Business
125
126
4.2.1.2.4 Penyusunan Model Struktur Objek Pembelajaran English for Business Penyusunan struktur objek pembelajaran mengacu pada silabus yang terdapat pada buku Market Leader: Elementary Business English Course Book. Terdapat 12 (dua belas) Unit pembelajaran (Subject), yaitu Introduction, Work and Leisure, Problems, Travel, Food and Entertaining, Sales, People, Markets, Companies, The Web, Cultures, Jobs (Cotton, Falvey, & Kent, 2006). Dalam penyusunan model struktur pembelajaran ini menggunakan materi dari Unit 1: Introductions. Pada unit ini terdapat 3 (tiga) objek Activities, yaitu Discussion dengan objek pembelajaran berfokus pada vocabulary, listening, dan speaking, Text dengan objek pembelajaran berupa reading dan writing, Language Work dengan objek pembelajaran berupa grammar. Jika setiap peserta pembelajaran menguasai materi pembelajaran yang disediakan oleh objek-objek pembelajaran mereka diharapkan untuk dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang sudah ditargetkan.
4.2.1.2.5
Objek Pembelajaran English for Business Elementary Level – Unit 1
Dalam penyusunan struktur objek pembelajaran objek informasi (IO) dan objek pembelajaran (LO) bisa tersusun lebih dari 1 (satu) disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan materi pembelajaran yang diberikan. Hal tersebut dapat memberikan nilai tambah ke dalam materi yang akan diberikan
127
karena terdapat beberapa objek informasi yang disusun sedemikian rupa untuk memenuhi pengetahuan dari peserta (Lujara, 2010). Objek informasi dari materi ini terbentuk dari materi yang bersifat informatif untuk menerangkan materi yang diberikan, termasuk di dalamnya adalah definisi, penggunaan komponen bahasa dan kosakata yang tepat, beserta contoh penggunaannya. Objek pembelajaran (LO) terbentuk dari pecahan materi topik, sehingga setiap LO memiliki tujuan pembelajaran yang spesifik. Tabel 4.13 menggambarkan susunan IO dan LO yang digunakan dalam pembahasan materi English for Business Unit 1. Tabel 4.13 Materi IO dan LO English for Business Unit 1 Objek
Nama Objek
Materi
IO.1
Starting Up
Business Brief
IO.2
Overview
Video Brief - Bond, James Bond
LO.1
Overview Exercise
Watch how people introduce themselves, complete the sentences
IO.3
Vocabulary
Nationalities
LO.2
Vocabulary Exercise
Match the nationalities
IO.4
Reading
Meet Phil Knight
LO.3
Reading Exercise
Describe Phil Knight, Correct the sentences
IO.5
Language Focus 1
To Be
LO.4
Language Focus 1
Fill the blanks, Video/Audio (listening),
Exercise
Complete the chart, Complete with negative form, Match the pairs
IO.6
Language Focus 2
a/an with jobs, wh- question
128
LO.5
Language Focus 2
Match the pairs, self describe (jobs, family,
Exercise
friends, …)
IO.7
Skills
Useful language in conversation
LO.6
Skills Exercise
True or False, complete the sentences, introducing self and others
LO.7
Case Study
Aloha in Hawaii
Susunan IO dan LO di atas adalah satuan dasar materi pembelajaran yang digunakan untuk membahas materi Unit 1 tentang Introduction. Berkaitan dengan penggunaan media TV pada sisi pengguna akhir, maka sebagian besar aset yang digunakan berupa media video, lembar kerja elektronik yang interaktif, dan teks di IO.1 – IO.7. Objek assessment/assignment dibentuk oleh LO.1 – LO.6 yang berupa formative assessment, sedangkan LO.7 berupa summative assessment.
Tabel 4.14 Model Objek Pembelajaran untuk materi English for Business Unit 1 Objek Overview = Informasi Topik + Tujuan Pembelajaran Informasi Topik: Topic: Unit 1 Title: Introductions Tujuan Pembelajaran:
Listening: To be able to gain information of a person. Identify whether the sentences are true or false.
Speaking: Practice introducing oneself and exchanging information about oneself
Susunan Objek-objek IO.1 + IO.2 + LO.1 + IO.3 + LO.2 + IO.4 + LO.3 + IO.5 + LO.4 + IO.6 + LO.5 + IO.7 + LO.6 + LO.7
129
IO.1
Starting Up: Business Brief
(video content) “'You never get a second chance to make a first impression.” The tone of a business relationship can be set by an initial introduction. It is important to make a good impression right from the first handshake. When meeting businesspeople for the first time, is it better to be formal or informal? If in doubt, adopt a more formal approach. Here are some points to remember when making business introductions in English-speaking western countries: •
Introduce businesspeople in order of professional rank- the person of highest authority is introduced to others in the group in descending order, depending on their professional position. Gender does not affect the order of introductions.
•
When possible, stand up when introductions are being made.
•
If clients are present, they should be introduced first.
•
The name and title of the person being introduced is followed by the name and title of the other person. It is also helpful to include a small piece of information about each person to start the conversation.
•
If you are being introduced to someone, shake hands and say Hello (informal) or Pleased to meet you/How do you do (formal), followed by the person's name.
•
Treat business cards with respect. Take a moment to read them and carefully put them somewhere safe.
•
Address people by their first names only if they indicate that they want you to.
Of course, in practice we often break these rules- but knowing they exist provides a starting point. It is also worth remembering that many aspects of etiquette are not universal- cultural norms vary from country to country. What passes for good manners in one country may be frowned on in another. A firm handshake may be appreciated in the USA, the UK and Australia, but a French businessperson is more likely to offer a single, light handshake. In Japan it is more usual to bow. Preparation is important in order to avoid culture clash. Doing some background research to get acquainted with local business etiquette and social customs can spare the blushes of both visitor and host and avoid causing offence. Imagine what you would feel like if you were in a strange city meeting business contacts for the first time, using an unfamiliar language. A few well-
130
practiced phrases may help to give enough confidence to make that first impression count. IO.2
Overview
Video Brief - Bond, James Bond! (Video Content)
LO.1 Overview Exercise Watch how people introduce themselves (Video content)
Complete the sentences Complete the introductions. Use the words from the box.
from
1.
name’s
My
I’m
Good morning. My ____________________ Erika Schilz. I’m a product manager from Germany. I’m in marketing.
131
2.
Hello. I’m Nikolai Ivanov. I’m from Russia. _______________ an accountant.
3.
Hi. I’m Bo Cheng __________________ China. I’m a university student.
4.
Hi. I’m from Argentina. I’m a senior manager. _________________ name’s Eva Rosado.
IO.3
Vocabulary Nationalities
Look at the chart together. Highlight the endings in each section: -an, -ese, - i and -ish. Brazilian Polish Italian Spain Greece
Germany Kuwaiti French Oman Russia Turkey Japanese Swedish British American China
LO.2 Vocabulary Exercise Match the nationalities Complete the chart of countries and nationalities. Use the words from the box. Add other countries and nationalities.
Country
Nationality
Country
-an
Nationality -ish
Brazil
__________
Poland
__________
__________
German
__________
Spanish
Italy
__________
Sweden
__________
__________
Russian
__________
Turkish
-ese
others
Japan
__________
France
__________
__________
Chinese
__________
Greek
-i
The UK
__________
Kuwait
__________
The USA
__________
__________
Omani
132
IO.4
Reading
Meet Phil Knight
Read the article.
LO.3 Reading Exercise Describe Phil Knight Phil Knight Age Nationality Family Job Type of company Interests
Tick the correct sentences. Correct the mistakes in the other sentences.
133
Sentences
True/false Correction
1 Phil Knight is the head of Nike. 2 He isn't rich. 3 Knight is married with two children. 4 His wife's name is Penny. 5 Knight's tattoo is on his right leg. 6 Wieden is in advertising. 7 Knight's office is full of objects from Austria. 8 Knight's office is in California.
IO.5
Language Focus 1
To Be
We often use the verb to be to describe people. e.g.: Phil Knight is head of Nike. He is American. He is married. I You We They He She It I You We They He She It
am are
is am not are not
is not
(I'm) (You're) (We're} (They're) (He's) (She's) (It's) (I'm not) (You aren't) (We aren't) (They aren't) (He isn't) (She isn't) (lt isn't)
Spanish.
Italian.
LO.4 Language Focus 1 Exercise A.
Complete the information about Ingrid with short forms of the verb
134
to be.
B.
Listen and check your answers.
(audio/video content) My name's Ingrid. I'm a graphic designer. I'm German and I'm from Munich. I'm married with two children. They're both in high school. Their school's near my office. My husband's an engineer. We're interested in travel and the cinema. My sister's an accountant.
C.
Complete this chart about yourself
1.
Name :_______________________________________
2.
Job : I’m a(an)________________________________
3.
City : I’m from________________________________
4.
Nationality : __________________________________
5.
Interest : _____________________________________
6.
Favorite sports :______________________________
D.
Complete these sentences with negative forms of to be.
1.
I’m Russian but ……I'm…… not from Moscow.
2.
They're Japanese, but …………..from Tokyo.
3.
He's German, but ………….from Munich.
4.
I'm in sales, but …………….the manager.
5.
You're in Poland, but ………………in Warsaw.
6.
Her name is Sophia, but …………Italian.
135
E.
Match the questions and answers about Sergio
IO.6
Language Focus 2
a/an with jobs, wh- question
(video content)
We use a before words beginning with a consonant sound (e.g. b, c, etc.):
a receptionist
We use an before words beginning with a vowel sound (e.g. a, e, etc.): an astronaut
We do not use a or an with plural nouns: They are architects.
We use question words such as what, who and where to ask for information:
What's your job? I'm a lawyer. (NOT I'm lawyer.) What's your wife's job? She's an engineer. Who's your boss? Julio Cordon. Where are you from? I'm Russian.! Where's he from? He's Spanish. LO.5 Language Focus 2 Exercise A.
Write the correct article (a/an) for each job.
trainee accountant executive optician lawyer analyst director architect manager consultant engineer doctor
office worker cashier receptionist technician telephone operator sales assistant pilot personal assistant(PA)
136
B.
Write about your job and the jobs of your family and friends
IO.7
Skills Useful Language in conversation
Introducing people I'm ... My name's ... This is ... He's / She's in sales. He's / She's with Nokia. Asking about business How's business?
Greetings Pleased to meet you. Nice to meet you. Good to see you again. You, too.
Replying Not bad, thanks. Fine. / OK. / Not too good.
Offering a drink Would you like a drink? How about a coffee? Another drink?
Thanks very much. I'd love one. Yes, please. / No, thanks. Goodbye. See you soon.
LO.6 Skills Exercise A.
Three people talk about their jobs. Listen and complete this chart (audio and still image content)
Pierre What is his/her job? Where is he/she
Olga
Anna
an Engineer Switzerland
from? Where is his/her
Zurich
Poznan
office? Who is his/her boss?
B.
Euginia
Listen to three conversations. Decide whether these statements are true or false.
Conversation 1 1 Patrick Keller is a Sales Assistant.
137
2 Diana Vincent is a Sales Manager. Conversation 2 3 Hiroshi Ita is Mayumi Nitta's assistant. 4 Dan Marshall is in Finance. Conversation 3 5 Jimmy is pleased to meet Dave. 6 Business is good.
C.
Listen again and complete these conversations. Use words from the Useful Language.
From conversation 1 A Hello____________1 Patrick Keller __________2 the new Sales Assistant. B Oh, hello ____________3 to meet you. I'm Diana Vincent. From conversation 2 A Good morning. My ____________4 Hiroshi Ito ____________5 is Mayumi Nitta, my assistant. B Nice to ____________6 you both. I'm Dan Marshall from Marketing. From conversation 3 A Hello, Jimmy. B Hi, Dave. A ____________7 to see you again. B You, too ____________8?
LO.7 Case Study
Aloha in Hawaii
Background You are at an International conference in Hawaii. Your company has a new office in foreign country. You want a manager for the office. Find out information about people at the conference.
138
Task 1.
Complete the card with information about yourself. Invent information if you wish.
2.
Introduce yourself to the other people at the conference. Use the words to make questions. •
What / name? What's your name?
•
Where / from?
•
What / job?
•
Where / office?
•
How / business?
3.
Make notes about the people you meet.
4.
Talk in pairs about the people you met at the conference.
Barbara Grunewald is from Germany. She's a sales manager. Her office is in Hamburg. Business is good at the moment
Writing Choose two interesting people from the conference. Write a short e-mail about them to your Boss.
4.2.2 System Development Life Cycle (SDLC)
4.2.2.1 Planning BINUS Center bergerak dalam industri learning center yang memiliki persaingan ketat dengan sesama pelaku industri learning center lainnya. Persaingan tersebut terjadi dalam berbagai hal, seperti persaingan produk, layanan, dan juga persaingan harga. Sampai saat ini BINUS Center mampu
139
bersaing dan tetap bertahan dengan produk dan layanannya dengan tetap mempertahankan existing customer-nya. Walaupun BINUS Center dapat bertahan dengan kondisinya sekarang, tapi hal itu tidaklah cukup untuk dapat membuat BINUS Center bertahan di industri learning center. Hal tersebut disebabkan karena para pesaing yang terus bermunculan dan terus melakukan peningkatan dan perbaikan terhadap layanan yang diberikan kepada konsumennya. Bagi BINUS Center, peningkatan yang pernah dilakukan adalah dengan menyediakan layanan online registration yang dimulai pada tahun 2001. Peningkatan tersebut merupakan pelayanan yang sangat baik dan merupakan proprietary BINUS Center pada saat itu, karena konsumen tidak perlu mengalokasikan waktunya secara khusus untuk datang ke BINUS Center agar dapat melakukan registrasi, melainkan dapat diakses dari mana saja melalui internet ke halaman web registrasi yang telah disediakan oleh BINUS Center. Namun sekarang, dalam industri learning center, online registration telah menjadi layanan yang umum karena hal tersebut telah diimplementasikan oleh hampir semua pelaku di industri learning center. Tentu saja semua itu membuat BINUS Center tidak lagi mempunyai nilai tambah di mata konsumen. Terlebih lagi selama jeda selama 11 tahun hingga 2011, BINUS Center belum melakukan peningkatan lainnya untuk meningkatkan layanan dan produknya. BINUS Center juga menghadapi kendala dalam pembukaan kelas belajar mengajar. Hal tersebut terjadi karena adanya kuota atau jumlah minimal peserta pelatihan yang harus terpenuhi sebelum sebuah kelas dapat dibuka. Bila kuota ini tidak terpenuhi, maka kelas tersebut dapat dijadwal ulang atau bahkan dibatalkan. BINUS Center tentu saja akan mengalami kerugian dari segi bisnis disamping
140
ketikdakpraktisan yang ditimbulkan dari sisi customer-nya, mengingat setiap orang memiliki jadwal kegiatannya masing-masing, sehingga cukup sulit bila customer harus menunggu hingga tercapainya kuota tersebut barulah mereka bisa mengikuti kelas yang dikehendaki. Permasalahan tidak hanya berhenti sampai di situ, kendala lainnya adalah di saat yang sama, BINUS Center harus melakukan negosiasi kepada tenaga pengajar atau instruktur baik dari segi biaya maupun waktu. Untuk menjaga kualitas, beberapa modul learning yang terdapat di BINUS Center menggunakan jasa instruktur yang juga merupakan praktisi. Oleh karena itu BINUS Center harus menyamakan jadwal kelas, jadwal instruktur dan juga menjaga kuota kelas sekaligus. Melihat keadaan tersebut BINUS Center ingin mengembangkan layanan dan produknya dengan tetap tidak meninggalkan customer-nya yang sekarang. Bahkan BINUS Center ingin memperluas segmentasi pasarnya, yang sebelumnya hanya siswa dan mahasiswa menjadi pekerja kantoran dan orang-orang yang memiliki kebutuhan akan gaya hidup. Untuk mendukung hal tersebut, BINUS Center ingin memanfaatkan teknologi IPTV framework. Dengan framework tersebut, BINUS Center mampu memenuhi kebutuhan customer ke tingkat yang lebih lanjut, yaitu dengan meng-enable-kan online learning dengan media TV. Framework IPTV memungkinkan BINUS Center untuk membuat dan menyediakan konten-konten online learning dengan subject sesuai dengan yang diinginkan customer, dan pada akhirnya dibungkus menjadi suatu Learning Management System. Sehingga pada akhirnya, keuntungan secara internal adalah BINUS Center dapat memanfaatkan segala peluang bisnis yang ada dengan tidak membuang kesempatan seperti tidak terpenuhinya kuota kelas atau negoisasi yang
141
sulit terhadap instruktur. Bagi konsumen pun keuntungan yang didapat akan dirasakan dari segi ruang dan waktu. Pada akhirnya BINUS Center berusaha mengembangkan dan memperluas layanannya. Konten-konten yang disediakan BINUS Center nantinya tidak hanya seputar IT dan programming tetapi diperluas menjadi lifestyle yang meliputi, selfdevelopment (yang akan dibawakan oleh motivator terkenal), culinary, dan juga health. BINUS Center juga akan memberikan konten bahasa. Dengan melakukan peningkatan demikian, BINUS Center diharapkan dapat lebih berkembang dan lebih dapat menjawab permintaan pangsa pasar yang selalu menuntut akan inovasi dan perubahan. Untuk itu, dengan memberikan layanan pembelajaran online yang berjalan pada framework IPTV, maka diperlukan sistem pendukung layanan yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem pembelajaran online menggunakan IPTV ini menyediakan layanan kepada customer secara terpusat yang diakses pada IPTV Service Provider. Modul dan materi pembelajaran disusun pada sistem Pengembangan Modul Pembelajaran oleh Bagian akademis BINUS Center dan didistribusikan pada Sistem Pembelajaran Online IPTV pada sisi IPTV Service Provider. Customer akan berinteraksi dengan jaringan IPTV melalui modul set-top box dengan mengakses Katalog EPG. EPG berfungsi sebagai gateway untuk mengakses konten yang ada di dalam sistem IPTV, menjalankan konten termasuk modul pembelajaran. Oleh karena itu, disusunlah rekomendasi model pembelajaran online menggunakan IPTV seperti ditunjukkan pada Gambar 4.19.
142
BINUS Center Academic
Administrator IPTV Service Provider
Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran
Sistem Pembelajaran Online IPTV Manajemen Konten
Modul Pembelajaran
Manajemen Modul Pembelajaran
Distribusi modul pembelajaran
Customer
Manajemen Katalog EPG Modul Pembelajaran
Gambar 4.19 Rekomendasi Model Pembelajaran Online Menggunakan IPTV
4.2.2.2 Analysis Pada tahapan Analysis akan dilakukan analisa terhadap sistem pendukung Teknologi Informasi yang terdapat di BINUS Square. Di antaranya adalah koneksi internet dan siaran TV yang terdapat di dalam BINUS Square. Selanjutnya dilakukan analisa kebutuhan sistem pendukung layanan IPTV yang mencakup kebutuhan arsitektur sistem IPTV dan analisa fungsi sistem IPTV berdasarkan rekomendasi model pembelajaran online menggunakan media IPTV.
143
4.2.2.2.1 Sistem Pendukung Teknologi Informasi BINUS Square Model pembelajaran online yang diajukan menggunakan framework IPTV yang disesuaikan dengan kondisi infrastruktur yang sudah tersedia pada saat ini di BINUS Square. Kondisi infrastruktur IT di BINUS Square secara umum adalah sebagai berikut:
Interkoneksi Internet kecepatan tinggi dengan menggunakan layanan yang disediakan oleh BINUS IT Directorate.
Akses Internet lokal di dalam BINUS Square dikendalikan oleh Mikrotik Router untuk didistribusikan ke setiap penghuni dan tamu BINUS Square menggunakan interkoneksi nirkabel yang dilayani oleh beberapa perangkat access point di setiap lantai.
Konten tambahan dari BINUS Square berupa intranet TV yang dilayani oleh 10 (sepuluh) VLC server untuk streaming siaran TV lokal. Secara garis besar, infrastruktur Sistem TI BINUS Square adalah seperti
ditunjukkan oleh Gambar 4.20.
144
Internet UTP Connection Unmanaged switch
Mikrotik Router
Tower D Tower C Tower B
VLC Server Channel n
Channel decoder n
Main Distribution Cisco Gigabit Switch
N floor distribution Cisco switch
Ruckus AP N floor
N floor Boarders
Tower A Gambar 4.20 Infrastruktur Sistem TI BINUS Square
4.2.2.2.2
Kebutuhan Sistem IPTV BINUS Square
Untuk dapat memungkinkan dijalankannya layanan IPTV di BINUS Square, maka framework IPTV tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang sudah berjalan pada saat ini. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 komponen Head End adalah komponen tambahan yang perlu dibangun dari sisi penyedia layanan. Untuk layanan IPTV bisa diterima oleh customers, maka perangkat Set Top Box (STB) juga harus tersedia agar dapat mengakses konten premium dari IPTV. Oleh karena itu dengan mengelompokkan fungsi dan kinerja sistem dari komponen IPTV, dan faktor efisiensi penggunaan sumber daya yang ada, maka infrastruktur sistem IPTV yang diajukan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.21.
145
Middleware
Manageable Gigabit Switch BINUS Square network
IP Encapsulator, Video Streaming Server, Video Repository, VOD, DRM
KVM Console
Video Encoder, CMS
End User’ Set Top Box
Business and customer related applications: Provisioning, Billing, registration
Gambar 4.21 Kebutuhan Arsitektur IPTV
Kebutuhan sistem IPTV untuk dapat berjalan dalam infrastruktur BINUS Square adalah sebagai berikut: -
Satu unit server Middleware berfungsi sebagai pintu gerbang komunikasi antara customers dengan konten premium IPTV.
-
Satu unit server dengan kinerja tinggi dan memiliki kapasitas penyimpanan digital yang besar untuk menjalankan fungsi DRM, VOD, Video Repository, Video Streaming Server, IP Encapsulator.
-
Satu unit server untuk menjalankan fungsi CMS untuk manajemen konten dan administrasi sistem IPTV, serta fungsi Video Encoder untuk
146
menormalisasi format video yang akan disimpan akan berjalan di dalam sebuah server. -
Satu unit server yang berfungsi untuk menjalankan Customer and Business Application yang akan menjalankan fungsi administratif yang diperlukan oleh BINUS Center untuk menjaga kerahasiaan data customers, penyediaan barang dan jasa pada saat diperlukan, proses Billing, dan proses bisnis lainnya yang mendukung layanan IPTV.
-
Satu unit manageable gigabit switch untuk mengendalikan lalu lintas data di dalam framework IPTV.
-
Satu unit KVM controller untuk mengontrol kinerja sistem IPTV.
-
Unit Set Top Box (STB) disediakan sesuai dengan jumlah customers yang akan dilayani.
4.2.2.2.3
Identifikasi Fungsi pada Sistem IPTV
Berdasarkan rekomendasi Model Pembelajaran Online Menggunakan IPTV, maka dapat diidentifikasikan beberapa proses dan sub proses yang akan berjalan di dalam Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran dan Sistem Pembelajaran Online IPTV dari sistem IPTV yang akan dikembangkan ini. Tabel 4.15 Fungsi-Fungsi pada Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran Proses Update Modul Pembelajaran
Manajemen Modul
Sub Proses Buka Modul Buat Modul Baru Ubah Nama Modul Penyusunan Struktur Modul Preview Modul Simpan Perubahan Modul Hapus Modul
147
Tabel 4.16 Fungsi-Fungsi pada Sistem Pembelajaran Online Menggunakan IPTV Proses Login
Update Modul Pembelajaran
Manajemen Katalog EPG
Manajemen Data Customer Manajemen History Pembelajaran Manajemen Billing Customer Pelaksanaan Pembelajaran Online
Sub Proses Login BINUS Center Academic Login Administrator Sistem IPTV Login Customer Lihat modul pembelajaran Upload modul pembelajaran Hapus modul pembelajaran Tambah daftar modul Pencarian daftar modul Ubah daftar modul Hapus daftar modul Buat data Customer Ubah data Customer Lihat datar pembelajaran yang sedang diikuti Lihat datar pembelajaran yang telah selesai Submit pembelian Pembayaran modul pembelajaran Masuk sesi pembelajaran Pembelajaran materi Mengerjakan assessment Keluar sesi pembelajaran Panggil Bantuan Instruktur
148
4.2.2.2.4
Analisis Model Use Case Sistem Pembelajaran Online Menggunakan IPTV
Rancangan Model Sistem Pelatihan Online Menggunakan IPTV dikembangkan dengan menggunakan Use Case Model untuk mendeskripsikan aktivitas dari setiap fungsi yang sudah disebutkan sebelumnya. Pada Gambar 4.22 digambarkan rancangan model Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran dalam bentuk system level use case. Gambar 4.23 digambarkan rancangan model Sistem Pembelajaran Online IPTV dalam bentuk system level use case.
Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran Update Modul Pembelajaran
Manajemen Modul BINUS Center Academic
Gambar 4.22 System Level Use Case Pengembangan Modul Pembelajaran
149
Sistem Pembelajaran Online IPTV Update Modul Pembelajaran Manajemen Katalog EPG
BINUS Center Academic
Login Manajemen Data Customer Manajemen History Pembelajaran
Customer
Manajemen Billing Customer Administrator IPTV Service Provider
Pelaksanaan Pembelajaran Online
Gambar 4.23 System Level Use Case Sistem Pembelajaran Online IPTV Contoh business use case deskriptif ditunjukkan oleh Gambar 4.24. Secara lengkap, System Level Use Case Diagram terdapat pada halaman Lampiran 3.
Buka Modul
BINUS Center Academic
Gambar 4.24 Business Use Case Diagram Buka Modul
150
Tabel 4.17 Tabel Use Case Detail Buka Modul Use Case Name: Brief Description
: :
Buka Modul Deskripsi detail proses pembukaan suatu modul pembelajaran yang sebelumnya telah dibuat oleh bagian pengembangan modul dan materi di BINUS Center. : BINUS Center Academic : Masuk ke sistem pengembangan modul pembelajaran
Actor Preconditions Flow of events Basic Path 1. Sistem mengecek modul pembelajaran apa saja yang telah tersedia pada data repository. 2. Sistem menampilkan halaman yang berisi daftar modul 3. BINUS Center Academic memilih modul yang akan dibuka. 4. Modul pembelajaran akan terbuka dan menampilkan isi yang telah dibuat sebelumnya. Post Condition Modul pembelajaran terbuka
4.2.2.3 Design 4.2.2.3.1 Rancangan
Model
Activity
Diagram
Sistem
Pembelajaran Online Menggunakan IPTV Setelah mengetahui gambaran kebutuhan infrastruktur IPTV pada BINUS Square maka selanjutnya adalah menentukan alur proses bisnis yang terjadi di dalamnya. Untuk itu disusun Activity Diagram berdasarkan proses bisnis yang terjadi di dalam Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran Online dan Sistem Pembelajaran Online IPTV. Pada gambar berikut ditunjukkan urutan proses bisnis yang terjadi di dalam Sistem Pengembangan Modul Pembelajaran Online.
151
BINUS Center Academic
Input Data User
Service Provider Administrator
Customer
Sistem Pembelajaran Online IPTV
Input Data User
Input Data User Memverifikasi User
[Invalid User] [Invalid User]
[Invalid User] [Valid User] Memverifikasi Role BINUS Center Academic
Input Materi Baru Modul Pembelajaran
Customer Administrator
Update Content Repository
Manage Content Repository
Update Katalog EPG Publish Katalog EPG terbaru
Melihat Katalog EPG terbaru
Beli Modul Pembelajaran Membuat Billing Konfirmasi Pembayaran Approve Pembayaran
Membuka hak akses Modul Pembelajaran
Delivery Modul Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Online
Gambar 4.25 Activity Diagram Sistem Pembelajaran Online IPTV Activity dimulai dengan otorisasi yang harus dilakukan untuk masingmasing user. Otorisasi tersebut dilakukan pada proses login yang akan membagi user kepada role-nya masing-masing. Terdapat role BC Academic, Administrator,
152
Customer. Pada role BC Academic, dapat melakukan input materi baru modul pembelajaran untuk seterusnya di-update content repository-nya. Lalu role Administrator yang akan melakukan manage content repository. Administrator juga dapat melakukan Update Catalogue Electronic Program Guide (EPG) untuk kemudian di-publish. Barulah setelah itu Customer dapat melihat katalog EPG yang telah di-publish. Customer akan melihat dan memilih modul pembelajaran yang ingin dijalankan, maka sistem IPTV akan men-generate halaman billing untuk Customer melakukan pembayaran. Setelah dilakukan konfirmasi terhadap pembayaran, maka modul pembelajaran yang tadinya dipilih akan di-deliver kepada Customer untuk selanjutnya pembelajaran online dapat dilaksanakan. Selengkapnya, Activity Diagram Sistem Pembelajaran Online dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.2.2.3.2 Perancangan
Layar
dan
User
Interface
Pembelajaran Online Berikut adalah perancangan layar yang akan diterapkan pada pembuatan front end dari usulan IPTV.
153
Gambar 4.26 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Login
Login merupakan halaman awal yang dapat diakses customer pada set-topbox nya sebelum dapat mengakses menu-menu IPTV yang telah disediakan. Otentifikasi dilakukan berdasarkan username dan password yang diberikan administrator pada saat pertama kali melakukan registrasi
Sample Video
Sample Video
Sample Video
MENU TV Channel Learning Module Video On Demand Customize Administrations
SELECT
INFO
Gambar 4.27 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Home
154
Halaman home adalah menu utama tempat pertama kali customer berada setelah berhasil melakukan login. Dalam menu ini halaman ini terdapat pilihanpilihan pada panel menu. Pilihan tersebut salah satunya adalah TV channel, yang membuat customer dapat menikmati channel TV lokal. Terdapat pula menu learning module, melalui menu ini customer dapat mengakses modul-modul pembelajaran yang disediakan oleh BINUS Center. Menu Video On Demand membuat customer dapat mengakses video-video konten yang berbeda dari training module yang disediakan oleh BINUS Center. Menu Customize dan Administrations digunakan untuk melakukan personalisasi kebutuhan dari customer dan melihat historical video apa saja yang pernah diambil serta biayabiaya yang telah dibayarkan.
Culinary
Self Development
Health
Title
INFO
Video
Video
Video
Price
BUY!
Gambar 4.28 Perancangan Layar Antarmuka Halaman VOD
155
Halaman VOD ini akan dapat diakses ketika customer memilih VOD pada halaman home. Pada layar ini terdapat pilihan video yang dapat dilihat beserta dengan keterangannya termasuk harga yang harus dibayar agar video tersebut dapat dinikmati.
Gambar 4.29 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Video
Halaman video adalah halaman yang muncul ketika video yang telah dibayar oleh customer diputar. Video dapat berupa learning module ataupun VOD. Khusus layanan learning module disediakan layanan helpdesk chatting, fitur ini diberikan untuk memudahkan customer dalam proses belajar mengajar secara online.
156
Gambar 4.30 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Learning Module – Preview
Pada halaman learning module, terdapat beberapa tingkatan yang telah dibagi menurut tingkat keahlian. Masing-masing memiliki materi dan video nya tersendiri. Customer juga dapat melihat preview dari video yang akan disubscribe-nya tersebut. Apabila customer setuju, maka yang harus dilakukan adalah menekan tombol subscribe dan video otomatis akan dapat dinikmati untuk jangka waktu tertentu.
157
Gambar 4.31 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Learning Activity
Halaman learning activity berisikan video yang telah di-subscribe. Disini customer dapat melihat video berdasarkan panel yang terdapat disebelah kiri. Terdapat juga spesial notes yang berisikan poin-poin penting terkait materi. Call instructor akan memberikan pelayanan secara audio kepada customer yang membutuhkan bantuan terkait dengan materi yang sedang diambil.
158
Gambar 4.32 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Billing
Menu billing diakses setiap customer ingin melakukan subscribe terhadap suatu video. Akan muncul video preview dari video yang ingin di-subscribe dan juga informasi-informasi terkait. Pada panel payment akan diberikan payment method yang akan sesuai dengan kenyamanan bayar customer.
159
Gambar 4.33 Perancangan Layar Antarmuka Halaman User Management
Pada halaman administrations terdapat data historical, apa saja yang telah di-subscribe serta tracking pembayaran yang dapat di-sort berdasarkan bulan. Customer juga dapat melakukan ubah password pada sub-menu configuration.
160
Gambar 4.34 Perancangan Layar Antarmuka Halaman Administrator
Halaman administrator merupakan halaman khusus yang hanya dapat diakses oleh administrator melalui halaman login. Pada halaman ini, administrator dapat melakukan ubah password (baik administrator maupun customer) dan juga memasukkan materi video serta melihat informasi billing management dari sucbscriber yang dipilih.
161
4.3
Perancangan Model LMS Berbasis IPTV Tahapan selanjutnya adalah menyempurnakan hasil perancangan layar
antarmuka yang sudah dibuat pada tahap SDLC dengan melengkapi konten dengan objek pembelajaran yang dihasilkan dari proses ADDIE. Proses pertukaran informasi antara sistem IPTV dengan customers diakomodasi oleh antarmuka berbasis Web. Tampilan yang disajikan pada sisi customer secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu navigasi (1), area konten (2), dan area informasi (3) seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.35. Komponen navigasi terdiri dari TV Channels, Video On Demand, Learning Module, Administration, Customize. Fungsi masing-masing komponen dijabarkan pada Tabel 4.18.
Gambar 4.35 Pembagian Antarmuka Halaman LMS
162
Tabel 4.18 Keterangan Fungsi Komponen Navigasi Komponen Navigasi
Fungsi
TV Channels
Memberikan layanan siaran TV digital yang telah disediakan oleh BINUS Square, yaitu intranet TV.
Video On Demand
Berisi koleksi video yang bisa dinikmati oleh customers sesuai permintaan. Koleksi video ini merupakan konten premium dimana customers perlu melakukan proses pembelian terlebih dahulu untuk dapat menikmati video yang diminatinya.
Learning Module
Menyediakan produk pembelajaran online yang interaktif, dipersiapkan oleh BINUS Center sebagai penyedia konten pembelajaran.
Administration
Menyediakan fasilitas administrasi termasuk Billing, informasi pengguna, dan history penggunaan fasilitas IPTV.
Customize
Fungsi pelengkap fitur STB untuk memberikan kenyamanan kepada customers dalam menggunakan perangkat.
Area konten bertugas untuk menyajikan koleksi materi yang tersimpan di dalam sistemberupa media digital yang dipilih oleh customers. Media digital ini bisa berupa materi Video On Demand dan Learning Module yang tersimpan di dalam sistem IPTV. Setiap media digital yang tersimpan di dalam sistem memiliki informasi tambahan yang berguna untuk mendeskripsikan media digital yang akan mereka akses. Informasi yang melekat pada setiap materi media digital tersebut
163
ditampilkan pada area informasi. Informasi yang disajikan berupa nama produk (judul video/subjek pembelajaran), sinopsis (untuk konten Video On Demand), Tujuan pembelajaran (untuk konten Learning Module), dan harga produk. Proses Login diperlukan apabila customers ingin mengakses konten premium dari layanan IPTV, yaitu produk VOD dan Learning Module. Tampilan antarmuka Menu dan Login ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 4.36 Model Perancangan LMS Halaman Menu dan Login
Tampilan antarmuka VOD setelah proses login adalah seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.37. Di halaman ini customers dapat memilih dan mendapatkan informasi dari video yang diinginkannya.
164
Gambar 4.37 Model Perancangan LMS Halaman Video On Demand
Proses selanjutnya adalah customers harus membeli produk tersebut untuk dapat menikmatinya. Metode pembayaran disajikan melalui halaman Billing.
Gambar 4.38 Model Perancangan LMS Halaman Billing VOD
Proses konfirmasi pembayaran berlangsung secara otomatis, dan jika berhasil, maka konten video yang dibeli itu bisa dinikmati seperti ditunjukkan pada Gambar 4.39.
165
Gambar 4.39 Model Perancangan LMS Halaman Video Prosedur untuk mengambil modul pembelajaran pun tidak jauh berbeda, customers diharuskan login untuk dapat mengakses konten modul pembelajaran. Sehubungan dengan materi yang digunakan adalah English for Business Elementary Level: Unit 1, maka tampilan antarmuka LMS untuk materi ini ditunjukkan pada Gambar 4.40.
Gambar 4.40 Model Perancangan LMS Halaman Learning Module - Preview
166
Setelah modul pembelajaran dipilih dan customers setuju untuk subscribe, maka proses selanjutnya adalah proses pembayaran melalui halaman antarmuka Billing (Gambar 4.41). Jika proses pembayaran berhasil dilakukan, maka modul pembelajaran bisa segera diakses (Gambar 4.42). Halaman menu dari modul pembelajaran English for Business Elementary Level ditunjukkan oleh Gambar 4.42. Di dalamnya terdapat komponen Overview, Information Object, Learning Object, Formative dan Summative Assessment, dan Summary. Komponen-komponen tersebut adalah bagian dari struktur objek pembelajaran yang telah disusun sebelumnya pada metode ADDIE. Area informasi dari perancangan antarmuka LMS ini akan berisi berbagai aset (media pendukung objek pembelajaran) berupa media video, rekaman suara, beberapa form assessment elektronik yang interaktif.
Gambar 4.41 Model Perancangan LMS Halaman Billing Learning Module
167
Penyusunan materi pembelajaran dengan dilengkapi dengan aset-aset pendukung
disusun
sedemikian
rupa
untuk
mengajak
customers
yang
menggunakan fasilitas ini akan ikut berinteraksi dengan sistem. Sehingga diharapkan tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai.
Gambar 4.42 Model Perancangan LMS Halaman English for Business
Perancangan antarmuka berikutnya adalah Administration, yang berisi keperluan administrasi customers terkait dengan penggunaan layanan IPTV. Termasuk di dalamnya adalah status History penggunaan, Billing statement, User Management. Fasilitas ini diwakili oleh Gambar 4.43.
168
Gambar 4.43 Model Perancangan LMS Halaman User Administration
Gambar 4.44 Halaman Antarmuka Administrator Management
Disediakan halaman antarmuka untuk keperluan administrator sistem IPTV, manajemen perangkat pendukung, proses update konten video dan modul pembelajaran. Fitur ini dapat dilihat pada Gambar 4.44. Antarmuka ini dibangun pada sisi administrator.
169
4.4
Analisis Biaya dan Keuntungan Dalam melakukan evaluasi terhadap usulan proyek IPTV ini, maka
digunakan Cost Benefit Analysis (CBA) untuk melihat proyeksi finansial dari usulan proyek ini selama 5 (lima) tahun yang akan mewakili tahun-tahun finansial berikutnya. Sebagai bahan perbandingan, maka evaluasi secara finansial ini akan dilihat dari dua sisi, tangible dan intangible, yang akan berkaitan langsung dengan current process BINUS Center. Selain itu, evaluasi juga dilakukan dua tahap, yaitu dengan BINUS Center sebagai single investor dan atau hanya sebagai content provider.
1.
Tangible Jika BINUS Center berperan sebagai single investor, maka akan muncul
usulan infrastruktur IPTV yang akan dibangun yang tentu saja tidak lepas dari biaya-biaya. Biaya-biaya yang dibutuhkan disesuaikan dengan usulan arsitektur yang telah diajukan sebelumnya. Tabel-tabel berikut ini akan memaparkan rincian biaya yang terdiri dari biaya awal yang dibutuhkan, biaya setelah proyek berjalan, dan biaya-biaya manfaat apa saja yang akan didapat oleh BINUS Center. Untuk biaya awal, dipergunakan untuk pembelian perangkat keras. Spesifikasi dari perangkat-perangkat yang akan digunakan untuk dapat menjalankan framework IPTV telah dikelompokkan berdasarkan fungsi dan kegunaannya, mulai dari server hingga perangkat pada end user yaitu set-top-box beserta remote-nya. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatlah biaya awal untuk pembelian perangkat keras sebesar Rp514.000.000,00. Rincian dari biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini.
170
Tabel 4.19 Biaya Perangkat Keras
Perhitungan biaya berjalan dilakukan untuk melihat refleksi biaya yang akan dikeluarkan terhadap usulan ini pertahunnya selama 5 tahun. Biaya-biaya tersebut dibagi kedalam tiga, yaitu procurement cost yang hanya memiliki value pada tahun 0 dan dianggap sebagai start-up cost, lalu terdapat labour cost yang terdiri dari administrator dan helpdesk, terakhir adalah maintenance cost yang diperlukan untuk melakukan konversi modul-modul pembelajaran yang terdapat pada BINUS Center untuk menjadi modul online, dan juga maintenance hardware yang diperlukan untuk peremajaan perangkat-perangkat apabila mengalami
171
masalah dalam pengoperasiannya. Biaya-biaya tiap tahunnya memperhitungkan inflation rate Bank Indonesia, yaitu sebesar 3,65%. Tabel 4.20 Biaya-Biaya Berjalan
Total biaya manfaat didapat sesuai dengan jumlah set-top-box yang disediakan, yaitu untuk 200 customers dengan pembagian 100 orang untuk masing-masing layanannya dengan masa efektif melakukan subscribe selama 11 bulan. Hal tersebut dikarenakan asumsi bahwa terdapat satu bulan customer tidak
172
melakukan subscribe terhadap layanan ini. Kenaikan tiap tahunnya dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi Bank Indonesia, yaitu sebesar 6,5%.
Tabel 4.21 Biaya Manfaat
Setelah biaya dan manfaat teridentifikasi, selanjutnya dari data-data tersebut akan dilakukan perhitungan payback period, Return on Investment (ROI), Net Present Value (NPV) sebagai informasi bagaimana melihat proyeksi finansial dari usulan yang akan dijalankan. Dari data yang tersedia, dengan menginvestasikan dana sebesar Rp539.000.000,00
dan
dengan
tingkat
inflow
per
tahunnya
sekitar
Rp220.000.000,00 (mengikuti tingkat pertumbuhan ekonomi) maka payback period akan didapat pada 2 (dua) tahun 4 (empat) bulan. Hal ini dapat dilihat dari cash inflow pada tahun pertama ditambah dengan tahun kedua yang menghasilkan
sekitar
Rp454.300.000,00
dan
hanya
memiliki
selisih
Rp84.700.000,00 dari investasi awal. Jumlah selisih tersebut akan tertutupi pada bulan keempat.
173
Tabel 4.22 Payback Period Payback Period Investasi Awal
Rp
539.000.000
Cash Inflow Tahun 1 Cash Inflow Tahun 2 Cash Inflow Tahun 3 Cash Inflow Tahun 4 Cash Inflow Tahun 5
Rp Rp Rp Rp Rp
220.000.000 234.300.000 249.529.500 265.748.918 283.022.597
Payback Period
2 Tahun 4 Bulan
Max Payback Period
3 Tahun
Proyek diterima kelayakannya
Aplikasi metode Payback Period dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: Investasi awal= Rp539.000.000,00 Penerimaan kas tahun 1= Rp220.000.000,00 Penerimaan kas tahun 2= Rp234.300.000,00 Penerimaan kas tahun 3= Rp249.529.500.00 Dengan mengaplikasikan metode Payback Period sebagai berikut: (
)
Dengan investasi awal sebesar Rp539.000.000,00, maka didapat tahun terakhir dimana besaran manfaat yang diterima belum bisa menutup investasi awal, yaitu pada tahun ke-2 (n=2). Jumlah kumulatif manfaat yang diterima sampai dengan tahun ke-2 sebesar Rp454.300.000,00 (b). Jumlah kumulatif manfaat yang diterima sampai dengan tahun ke-3 sebesar Rp703.829.500,00 (c). (
)
174
(
)
(
)
.
Jangka waktu 2 (dua) tahun 4 (empat) bulan merupakan jangka waktu yang cukup baik jika melihat maximum payback period yang ditolerir oleh BINUS Center, yaitu 3 (tiga) tahun. Maka secara proyeksi finansial, usulan ini layak diterima. Tabel 4.23 Return On Investment ROI Nilai Manfaat Manfaat Tahun 1 Manfaat Tahun 2 Manfaat Tahun 3 Manfaat Tahun 4 Manfaat Tahun 5
220,000,000 234,300,000 249,529,500 265,748,918 283,022,597
Nilai Biaya Biaya Tahun 0 Biaya Tahun 1 Biaya Tahun 2 Biaya Tahun 3 Biaya Tahun 4
539,000,000 28,800,000 49,851,200 65,940,769 68,570,107
1,252,601,015
Biaya Tahun 5
71,390,666 823,552,741
ROI= 52% Proyek diterima kelayakannya
Dari total investasi yang dilakukan, yaitu sebesar Rp823.552.741,00 akan didapatkan pengembalian investasi sebesar 52% atau sekitar Rp1.252.601.015,00. Nilai tersebut didapat dari selisih biaya manfaat dan biaya yang dikeluarkan sampai tahun kelima lalu dibagi dengan biaya yang dikeluarkan. Aplikasi metode Return On Investment dapat dilihat pada perhitungan berikut ini:
175
Hingga pada akhirnya menghasilkan nilai ROI sebesar 52% yang membuat usulan ini layak untuk diterima. Tabel 4.24 Net Present Value NPV Investasi Awal
Rp
539.000.000
Inflow Tahun 1 Inflow Tahun 2 Inflow Tahun 3 Inflow Tahun 4 Inflow Tahun 5
Rp Rp Rp Rp Rp
220.000.000 234.300.000 249.529.500 265.748.918 283.022.597
Tingkat Suku Bunga NPV
5,75% Rp
516.048.594
Proyek diterima kelayakannya
Net Present Value (NPV) memberikan informasi mengenai proyeksi finansial mengenai nilai mata uang di masa sekarang dari keuntungan yang didapatkan di masa yang akan datang. Investasi yang dilakukan sebesar Rp539.000.000,00 diharapkan akan mengembalikan nilai manfaat sebesar Rp1.252.601.015,00 dalam waktu 5 tahun. Dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebesar 5,75% (i). Aplikasi metode Net Present Value dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: (
(
(
)
(
(
) (
)
(
( )
) (
)
( )
)
) )
176
Nilai NPV yang dihasilkan adalah sebesar Rp516.048.594,00. Artinya, nilai Rp1.252.601.015,00 yang akan diperoleh pada tahun kelima sama dengan Rp516.048.594,00 nilai mata uang di masa yang sekarang. Nilai NPV yang bersifat positif ini membuat usulan ini layak untuk diterima. BINUS Center juga dapat memaksimalkan pangsa pasarnya dengan merambah ke area kost-kostan yang ada disekitar BINUS. Pemaksimalan tersebut dapat dilakukan dengan mendistribusikan jaringan ke sekitar BINUS dengan menggunakan fiber optic (FO). BINUS sudah memiliki jaringan FO yang terhubung ke beberapa switch FO dan telah ditempatkan di beberapa titik di sekitar BINUS. Jadi BINUS Center hanya perlu menyediakan jaringan FO dari Network Operation Center (NOC) sampai ke titik-titik switch yang telah ada. Pendistribusian jaringan tersebut tidak memakan biaya besar karena biaya yang dikenakan oleh kabel FO yaitu per meternya dapat ditekan, karena jarak antara NOC dan titik-titik switch berdekatan (lebih kurang 500 meter). Dari switch FO selanjutnya akan didistribusikan ke kamar-kamar kost dengan menggunakan kabel CAT UTP-6 secara LAN. Sehingga pendistribusian jaringan dapat terlaksana dengan baik. Dengan asumsi bahwa BINUS Center berfokus pada pasar kostkostan di sekitar BINUS dan target sebanyak 200 customers, maka penerimaan biaya manfaat sama dengan kondisi sebelumnya. Dari kondisi seperti ini BINUS Center perlu menambah biaya investasi untuk pengadaan serat fiber optic (FO) dan Cat UTP-6 cable, sehingga investasi awal yang harus disediakan adalah sebesar Rp558.500.000,00.
177
Tabel 4.25 Biaya-Biaya Berjalan Dengan Pangsa Pasar Tempat Kost
Dengan tingkat inflow per tahunnya sekitar Rp220.000.000,00 (mengikuti tingkat pertumbuhan ekonomi) maka payback period akan didapat pada 2 (dua) tahun 5 (lima) bulan. Hal ini dapat dilihat dari cash inflow pada tahun pertama ditambah dengan tahun kedua yang menghasilkan sekitar Rp454.300.000,00 dan hanya memiliki selisih Rp104.200.000,00 dari investasi awal. Jumlah selisih tersebut akan tertutupi pada bulan kelima.
178
Tabel 4.26 Payback Period Kost Payback Period Investasi Awal
Rp
558.500.000
Cash Inflow Tahun 1 Cash Inflow Tahun 2 Cash Inflow Tahun 3 Cash Inflow Tahun 4 Cash Inflow Tahun 5
Rp Rp Rp Rp Rp
220.000.000 234.300.000 249.529.500 265.748.918 283.022.597
Payback Period
2 Tahun 5 Bulan
Max Payback Period
3 Tahun
Proyek diterima kelayakannya
Aplikasi metode Payback Period dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: Investasi awal= Rp558.500.000,00 Penerimaan kas tahun 1= Rp220.000.000,00 Penerimaan kas tahun 2= Rp234.300.000,00 Penerimaan kas tahun 3= Rp249.529.500.00 Dengan mengaplikasikan metode Payback Period sebagai berikut: (
)
Dengan investasi awal sebesar Rp558.500.000,00, maka didapat tahun terakhir dimana besaran manfaat yang diterima belum bisa menutup investasi awal, yaitu pada tahun ke-2 (n=2). Jumlah kumulatif manfaat yang diterima sampai dengan tahun ke-2 sebesar Rp454.300.000,00 (b). Jumlah kumulatif manfaat yang diterima sampai dengan tahun ke-3 sebesar Rp703.829.500,00 (c). (
)
179
(
)
(
)
.
Jangka waktu 2 (dua) tahun 5 (lima) bulan merupakan jangka waktu yang cukup baik jika melihat maximum payback period yang ditolerir oleh BINUS Center, yaitu 3 (tiga) tahun. Maka secara proyeksi finansial, usulan ini layak diterima. Tabel 4.27 Return On Investment Kost ROI Nilai Manfaat Manfaat Tahun 1 Manfaat Tahun 2 Manfaat Tahun 3 Manfaat Tahun 4 Manfaat Tahun 5
220,000,000 234,300,000 249,529,500 265,748,918 283,022,597
Nilai Biaya Biaya Tahun 0 Biaya Tahun 1 Biaya Tahun 2 Biaya Tahun 3 Biaya Tahun 4
558.500.000 28.800.000 49.851.200 65.940.769 68.570.107
1,252,601,015
Biaya Tahun 5
71.390.666 843.052.741
ROI= 49% Proyek diterima kelayakannya
Dari total investasi yang dilakukan, yaitu sebesar Rp843.052.741,00 akan didapatkan pengembalian investasi sebesar 49% atau sekitar Rp1.252.601.015,00. Nilai tersebut didapat dari selisih biaya manfaat dan biaya yang dikeluarkan sampai tahun kelima lalu dibagi dengan biaya yang dikeluarkan. Aplikasi metode Return On Investment dapat dilihat pada perhitungan berikut ini:
180
Hingga pada akhirnya menghasilkan nilai ROI sebesar 49% yang membuat usulan ini layak untuk diterima.
Tabel 4.28 Net Present Value Kost NPV Investasi Awal
Rp
558.500.000
Inflow Tahun 1 Inflow Tahun 2 Inflow Tahun 3 Inflow Tahun 4 Inflow Tahun 5
Rp Rp Rp Rp Rp
220.000.000 234.300.000 249.529.500 265.748.918 283.022.597
Tingkat Suku Bunga
5,75%
NPV
Rp
496.548.594
Proyek diterima kelayakannya
Net Present Value (NPV) memberikan informasi mengenai proyeksi finansial mengenai nilai mata uang di masa sekarang dari keuntungan yang didapatkan di masa yang akan datang. Investasi yang dilakukan sebesar Rp558.500.000,00 diharapkan akan mengembalikan nilai manfaat sebesar Rp1.252.601.015,00 dalam waktu 5 tahun. Dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebesar 5,75% (i). Aplikasi metode Net Present Value dapat dilihat pada perhitungan berikut ini: (
(
)
(
)
(
)
)
181
(
(
) (
( )
) (
( )
) )
Nilai NPV yang dihasilkan adalah sebesar Rp496.548.594,00. Artinya, nilai Rp1.252.601.015,00 yang akan diperoleh pada tahun kelima sama dengan Rp496.548.594,00 nilai mata uang di masa yang sekarang. Nilai NPV yang bersifat positif ini membuat usulan ini layak untuk diterima. Jika BINUS Center berperan hanya sebagai content provider, maka perhitungan CBA yang dilakukan terhadap biaya manfaat berubah. Tabel 4.25. berikut akan menyajikan rincian biaya manfaat yang akan didapat oleh BINUS Center sebagai content provider.
182
Tabel 4.29 Biaya Manfaat jika BINUS Center Sebagai Content Provider
Dari Tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa dengan asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% dan pembagian hasil sebesar 30% untuk BINUS Center serta modal yang digunakan untuk biaya konversi modul pembelajaran sebesar Rp20.000.000,00 per tahun, maka keuntungan yang didapat oleh BINUS Center pada tahun pertama hingga tahun kelima masing-masing ditunjukkan pada Tabel 4.30. Tabel 4.30 Potensi Keuntungan BINUS Center Pada Lima Tahun Pertama Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Rp46.000.000,00 Rp50.290.000,00 Rp54.858.850,00 Rp59.724.675,00 Rp64.906.779,00
183
4.4.2 Intangible Selain biaya yang bersifat tangible (berwujud), terdapat juga biaya-biaya yang bersifat intangible (tidak berwujud). Hal tersebut dapat diperoleh dari loss opportunity yang dirasakan oleh BINUS Center akibat proses pembukaan kelas yang masih terlalu rumit dan sangat memperhitungkan kuota. Dalam setahun, BINUS Center memiliki target kelas yang ingin dicapai. Namun tentu saja hal tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan target dikarenakan faktor kuota yang telah ditentukan. Berikut adalah data perbandingan untuk tahun 2011.
Tabel 4.31 Perbandingan Buka Kelas BINUS Center Syahdan Tahun 2011
Dari data tersebut dapat diperoleh informasi bahwa terdapat selisih kelas yang ingin dibuka oleh BINUS Center dengan kejadian yang sesungguhnya terjadi. Sampai dengan Oktober 2011, terjadi sekitar 22 pembatalan kelas. Tentu saja hal tersebut berdampak bagi segi keuangan BINUS Center. BINUS Center
184
mengalami
opportunity
loss
untuk
mendapatkan
income
sebesar
Rp628.000.000,00 atau mengalami loss sebesar 29% dari hasil pembatalan kelas tersebut. Apabila kelemahan ini dibiarkan terus menerus, maka akan sangat merugikan dari sisi konsumen BINUS Center juga. Bagi mereka yang telah melakukan booking terhadap suatu modul training, harus menunggu lama karena pihak BINUS Center masih harus menunggu kuota kelas terpenuhi. Jika pada akhirnya tidak terpenuhi, maka BINUS Center akan melakukan class cancellation yang tentu saja akan membuat konsumen BINUS Center kecewa, dan hal tersebut merupakan kerugian BINUS Center secara intangible. Tentu saja hal tersebut tidak perlu terjadi apabila BINUS Center dapat mengalihkan kelemahannya dalam bidang pengadaan kelas tersebut ke produknya yang lain, dalam hal ini adalah layanan online learning berbasis IPTV yang ingin dikembangkan oleh BINUS Center. Sehingga apabila kelas tidak dapat dibuka karena faktor kuota, pihak BINUS Center dapat mengalihkan konsumennya dengan menawarkan program/produknya yang terbaru. Pada akhirnya, BINUS Center dapat menghindari opportunity loss yang selama ini dialaminya.