BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan 1. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL) adalah perusahaan operator telekomunikasi yang menyelenggarakan kasa fixed wireless access (FWA) dengan layanan mobilitas terbatas. Didirikan 13 Agustus 1993 sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk awalnya bernama PT Radio Telepon Indonesia, kemudian berubah menjadi Bakrie Telecom pada 2003 dan memakai teknologi CDMA 2000 1x. Bakrie Telecom mempunyai produk dengan nama Esia, Wifone, Wimode dan Bconnect. Awalnya jaringan Esia hanya bisa dinikmati di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Lalu pada 2007 berhasil menjangkau 26 kota di seluruh indonesia dan kota lainnya. Perusahaan yang memiliki visi menyediakan konektivitas informasi yang berkualitas dengan harga terjangkau ini telah go-public dan mendaftarkan sahamnnya dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 3 Februari 2006. Bakrie Telecom mengakuisisi 39% PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) pemilik operator ceria. Tahap pertama yang dilakukan adalah mengakuisisi 35% saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Menurut Dirut Bakrie Telecom, keuntungan akuisisi ini diharapkan mampu mendongkrak pendapatan perusahaan menjadi double digit pada 2016
87 http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
mendatang. Selain target pendapatan meningkat dua kali lipat, perusahaan juga memasang target pangsa pasar ikut meningkat dua kali lipat. 2. Smartfren Telecom Tbk (FREN) Smartfren Telecom Tbk (FREN)
didirikan 2 Desember 2002 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada 8 Desember 2003. Kantor pusat smartfren beralamat di Jl. K.H Agus Salim 45, Sabang, Menteng, Jakarta 10340. Pemegang saham yang memiliki 5%
atau lebih saham Smartfren
Telecom Tbk, antara lain : PT Wahana Inti Nusantara 29,65%, PT Globall Nusa Data 27,40%, dan PT Bali Media Telekomunikasi 31,13%, ketiga perusahaan ini dikendalikan oleh Keluarga Widjaja (Unit Usaha Sinarmas). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan FREN adalah melakukan kegiatan usaha dalam bidang telekomunikasi yang meliputi : menawarkan jasa telekomunikasi di dalam wilayah indonesia, menyediakan berbagai produk multimedia dan jasa terkait lainnya: membangun, menyewakan dan memiliki jaringan telekomunikasi tanpa kabel di frekuensi 800 MHz yang secara eksklusif berbasis teknologi Cde Division Multiple Access (CDMA), khususnya teknologi CDMA 2000 1X dan
EV-DO;
memperdagangkan,
mendistribusikan,
menjual
dan
menyediakan layanan purna jual atas barang-barang, perangkat-perangkat dan produk – produk telekomunikasi. Pada 15 November 2006, FREN memperoleh pernyataan efektif ydari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Sahamm FREN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.900.000.000 dengan nilai nominal Rp. 100,- per saham dengan harga penawaran Rp. 225,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 November 2006. 3. Inovisi Infracom Tbk (INVS) Inovisi Infracom Tbk (INVS) didirikan 11 Mei 2007 dengan nama PT Cipta Media Rekatama dan memulai kegiatan usaha komersialya pada bulan Juli 2007. Kantor pusat Inovisi berloksi Gedung Patra Jasa Office Tower, Lantai 21 Wing 2, Jalan Gatot Subroto Kav 32-34, Jakarta Selatan 12950. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Inovisi Infracom Tbk adalag PT Green Pine 60,25% dan Ascender International Limited 5,16%. Berdasaran Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INVS antara lain bergerak dalam bidang penyelenggaraan jasa infrastruktur telekomunikasi
bergerak
(mobile
telecommunication
infrastructure
services). Kegiatan utama Inovisi adalah jasa infrastruktur InoConnect VASmessaging, SMS/MMS Campaigner dan messagingh and badwith. Selain itu, INVS juga melakukan kegiatan perdagangan batubara dan konstruksi infrastruktur. Pada 22 Juni 2009 INVS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaean Umum Perdana Saham INVS (IPO) kepada masyarakat sebaganyak 320.000.000 dengan nilai nominal Rp. 100,- per saham dengan harga penawaran Rp. 125,- per saham. Saham-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 3 Juli 2009. 4. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari Post en Telegraaffienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (Persero). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No. 1 Bandung, Jawa Barat. Pemegang saham pegendali Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan 52,56% di saham Seri B. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Telkom
Indonesia
adalah
menyelenggarakan
jaringan
dan
jasa
telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan usaha utama Telkom Indonesia adalah menyediakan layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergeraj dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi selular, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data. Selain itu, Telkom Indonesia juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based dan server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
Anak Usaha Telkom Indonesia dibagi menjadi empat kelompok dan pemimpin bisnisnya, yaitu selular (Telkomsel), bisnis intenasional (Telin), bisnis multimedia (Telkom Metra), dan bisnis infrastruktur (Telkom Infra). Jumlah saham TLKM sesaat sebelum penawaran umum perdana (Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000, yang terdiri daro 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwaena yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republil Indonesia. Pada 14 November 1995, Pemerintah menjual saham Telkom yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan penawaran dan pencatatann di Bursa Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE) atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerinah dalam bentuk American Depositary Shares (ADS). Tedapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham seri B pada saat itu. Telkom hanya menerbitkan 1 saham Seri A Dwiwarna yang dimiliki oleh Pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada siapapun, dan mempunyai hak veto dalam RUPS Telkom berkaitan dengan pengangkatan dan penggatian Dewan Komisaris dan Direksi, penerbitan saham baru, serta perubahan Anggaran Dasar Perusahaan. 5. XL Axiata Tbk (EXCL) XL Axiata Tbk (dahulu Excelcomindo Pratma Tbk) (EXCL) didirikan 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Kantor pusat EXCL terletak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
di grhaXL, Jalan DR. Ide Anak Agung (dahulu Jalan Mega Kuningan) Lot. E4-7 No. 1 Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12950. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham XL Axiata Tbk, adalah Axiata Investments (Indonesia) Sdn.Bhd 66,36%, merupakan perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Axiata Investments (Labuan) Limited, Axiata Investments (Labuan) Limited adalah anak usaha Axiata Grup Berhad. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahan, ruang lingkup kegiatan AXCL
melakukan
kegiatan
dalam
usaha
penyelenggaraan
jasa
telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi dan multimedia. Kegiatan usaha utama XL Axiata adalah menyediakan layanan data dan telepon seluler dengan teknologi GSM 900/DCS 1800 dan IMT-2000/3G di Indonesia. Selain itu, XL Axiata juga memegang Lisensi Jaringan Tertutup Reguler (Leased Line), Lisensi Internet Service Provider (ISP), Lisensi Voice Over Internet Protocol (VoIP), dan Lisensi Internet Interkoneksi Layanan (NAP), serta izin e-Money (Uang Elektronik) dari Bank Indonesia, yang aka memungkinkan EXCL untuk menyediakan jasa pengiriman uang kepada pelanggannya. Pada 16 September 2005, EXCL memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham EXCL (IPO) kepada masyarakatt sebanyak 1.427.500.000 dengan nilai nominal Rp. 100,- per saham dengan harga penawaran Rp. 2.000 per saham. Saham-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
saham tesebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 September 2005. 6. Indosat Tbk (ISAT) Indosat Tbk (ISAT) didirikan tanggal 10 November 1967 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1969. Kantor pusat Indosat berkedudukan di Jl. Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta 1010 dan memiliki 5 kantor regional yang berlokasi di Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan dan Balikpapan. Induk Usaha Indosat adalah Ooredoo Asia Pte. Ltd (sebelumnya benama Qatar Telecom (Qtel Asia), Singapura. Sedangkan induk usaha terakhir ISAT adalah Ooredoo QSC (sebelumya Qatar Telcom QSC), Qatar. Pemegang saham yang memiliki 3% atau lebih saham Indosat Tbk. Antara lain: Ooredoo Asia Pte. Ltd (pengendali) 65,00% dan Negara Republik Indonesia 14,29%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiautan ISAT adalah melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, jasa telekomunikasi serta teknologi informasi dan teknologi konvergensi. Bisnis utama Indosat adalah menyediakan layanan selular (menggunakan teknologi GSM 900, DCS 1800, dan 3G 2100. Jasa utamanya adalah penyelenggara voice dan pengirimamn data yang dijual secara pascabayar dan prabayar, telekomunikasi tetap jasa sambungan internasional jarak jauh (SLJJ), jasa jaringan tetap nirkabel, dan jasa telepon tetap lokal dan MIDI (produk dan jasa termasuk internet, high-speed point-to-point
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
international dan domestic digital leased line broadband dan narrowband services, a high performance packet-switching service dan satellite transponder leasing dan jasa penyiaran. Pada tahun 1994, ISAT memperoleh pernyataan efektif dari BapepamLK melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ISAT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 103.550.000 dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per saham dengan harga penawaran p. 7.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 19 Oktobe 1994. Selain IPO di Bursa Efek Indonesia, ISAT juga melakukan penawaran dan pencatatan di Bursa Efek New York (NYSE) dalam bentuk American Depositary Shares (ADS, dimana setiap ADS mewakili 50 saham Seri B) ISAT, mulai diperdagangkan di Bursa Efek New York sejak tahun 1994 sampai dengan 17 Mei 2013. Pada 20 November 2003 Indoseat, Satelindo, PT Bimagraha Telekomindo (Bimagraha) dan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) melakukan penggabungan usaha (merger). Indosat menjadi entitas yang dipertahankan,
sedangkan
Satelindo,
PT
Bimagraha
Telekomindo
(Bimagraha) dan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) bubar secara hukum tanpa kewajiban untuk melakukan proses likuidasi.
B.
Analisis Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian
seperti nilai mean, median, minimum, makaismum, standar deviasi, range dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
grafik dari masing–masing variabel yang terdapat dalam penelitian. Perusahaan yang memenuhi kriteria dari penelitian ini sebanyak 6 sampel. Sugiyono (2014) Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 1. Statistik Deskriptif Harga Saham
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Harga Saham
Mean
2011
2012
2013
2014
2015
2.294
2.653
2.157
2.015
2.071
(360)
496
142
(56)
5.650
6.450
5.200
4.865
5.500
260
50
50
50
50
2.055
2.532
1.948
1.998
2.127
6
6
6
6
6
UP/ Down
-
Max Min Std. Dev Observation
(Perhitungan Excel) Data rata-rata Harga Saham mengalami fluktuasi setiap tahunnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan penurunan terendah tahun 2014, nilai maksimum dari harga saham terdapat pada ISAT tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 6.450, sementara nilai minimum terdapat pada BTEL tahun 2012, 2013, 2014, 2015 yaitu sebesar Rp. 50.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
Nilai standar deviasi dari harga saham tahun 2011-2015 yaitu sebesar Rp. 2.132 nilai tersebut lebih kecil dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar Rp. 2.238 sehinga mengindikasikan bahwa hasil yang cukup baik. Sebab standar deviasi merupakan pencerminan penyimpangan yang rendah, sehingga penyebaran data menunjukan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. 2. Statistik Deskriptif Current Ratio (CR) Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Current Ratio (CR)
Mean UP/ Down
2011
2012
2013
2014
2015
0,582
0,902
0,883
0,742
0,763
(0,320)
0,019
0,141
(0,021)
1,160
2,347
2,564
1,403
1,951
0,281
0,268
0,089
0,025
0,009
0,303 6
0,709 6
0,821 6
0,490 6
0,635 6
-
Max Min Std. Dev Observation
(Perhitungan Excel) Data rata-rata Harga Saham mengalami fluktuasi setiap tahunnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan penurunan terendah tahun 2014, nilai maksimum dari CR terdapat pada INVS tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 2,564, sementara nilai minimum terdapat pada BTEL tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 0,025.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Nilai standar deviasi dari harga saham tahun 2011-2015 yaitu sebesar Rp. 0,591 nilai tersebut lebih kecil dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar Rp. 0,774 sehinga mengindikasikan bahwa hasil yang cukup baik. Sebab standar deviasi merupakan pencerminan penyimpangan yang rendah, sehingga penyebaran data menunjukan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. 3. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER) Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Debt To Equity Ratio (DER)
Mean UP/ Down
2011
2012
2013
2014
2015
1,284
2,290
0,101
1,111
1,223
(1,005)
2,189
(1,010)
(0,112)
1,877
4,527
3,563
3,176
2,926
0,215
0,422
(10,060)
(2,965)
(1,764)
0,640 6
1,595 6
4,726 6
2,101 6
1,653 6
-
Max Min Std. Dev Observation
(Perhitungan Excel) Data rata-rata Harga Saham mengalami fluktuasi setiap tahunnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan penurunan terendah tahun 2013, nilai maksimum dari DER terdapat pada BTEL tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 4,527, sementara nilai minimum terdapat BTEL pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. -1,764.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
Nilai standar deviasi dari harga saham tahun 2011-2015 yaitu sebesar Rp. 2,143 nilai tersebut lebih besar dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar Rp. 1,202 sehinga mengindikasikan bahwa hasil yang kurang baik. Sebab standar deviasi merupakan pencerminan penyimpangan yang rendah, sehingga penyebaran data menunjukan hasil yang tidak normal dan menyebabkan bias. 4. Statistik Deskriptif Return on Asset (ROA) Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Return On Asset (ROA)
Mean
2011
2012
2013
2014
2015
0,032
(0,037)
0,148
(0,044)
(0,120)
0,069
(0,185)
0,192
0,076
0,165
0,159
1,150
0,140
0,086
(0,109)
(0,347)
(0,290)
(0,378)
(0,634)
0,096 6
0,177 6
0,467 6
0,164 6
0,238 6
UP/ Down Max Min Std. Dev Observation
-
(Perhitungan Excel) Data rata-rata Harga Saham mengalami fluktuasi setiap tahunnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan penurunan terendah tahun 2012, nilai maksimum dari ROA terdapat pada TLKM tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 0,165, sementara nilai minimum terdapat FREN pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. -0,109.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
Nilai standar deviasi dari harga saham tahun 2011-2015 yaitu sebesar Rp. 0,228 nilai tersebut lebih besar dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar Rp.-0,004 sehinga mengindikasikan bahwa hasil yang kurang baik. Sebab standar deviasi merupakan pencerminan penyimpangan yang rendah, sehingga penyebaran data menunjukan hasil yang tidak normal dan menyebabkan bias. 5. Statistik Deskriptif Divident per Share (DPS) Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Devidend Per Share (DPS)
Mean
2011
2012
2013
2014
2015
0,016
0,010
0,009
0,012
0,013
0,006
0,001
(0,003)
(0,000)
0,066
0,039
0,039
0,057
0,058
0,001
0,002
0,001
0,001
0,023 6
0,013 6
0,014 6
0,020 6
UP/ Down Max Min Std. Dev Observation
-
0 0,021 6
(Perhitungan Excel) Data rata-rata Harga Saham mengalami fluktuasi setiap tahunnya, kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2011 dan penurunan terendah tahun 2013, nilai maksimum dari DPS terdapat pada FREN tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 0,066, sementara nilai minimum terdapat BTEL pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 0.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
Nilai standar deviasi dari harga saham tahun 2011-2015 yaitu sebesar Rp. 0,018 nilai tersebut lebih besar dari nilai rata-ratanya yaitu sebesar Rp. 0,012 sehinga mengindikasikan bahwa hasil yang kurang baik. Sebab standar deviasi merupakan pencerminan penyimpangan yang rendah, sehingga penyebaran data menunjukan hasil yang tidak normal dan menyebabkan bias.
C.
Analisis Kelayakan Data Uji Stasioneritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, data
residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pengujian statistik. Untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan stasioner atau tidak stasioner, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji akar unit (unit root test). Uji akar unit dilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF),dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : terdapat unit root (data tidak stasioner) H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner) Yaitu sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
1. Uji Stasioner Harga Saham
Tabel 4.6 Unit Root Test Return Harga Saham Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: D(HARGA_SAHAM,2) Date: 12/15/16 Time: 21:18 Sample: 2011 2015 Exogenous variables: None Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 12 Cross-sections included: 6 Method ADF - Fisher Chi-square ADF - Choi Z-stat
Statistic 28.9144 -3.03752
Prob.** 0.0041 0.0012
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results D(HARGA_SAHAM,2) Cross Section 1 2 3 4 5 6
Prob. 0.5000 0.0380 0.2178 0.0242 0.0643 0.0829
Lag 0 0 0 0 0 0
Max Lag 0 0 0 0 0 0
Obs 2 2 2 2 2 2
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa variabel harga saham memiliki nilai prob > F yang lebih kecil dari α (5%) yaitu 0,0041 < 0,05 maka H0 ditolak menunjukan bahwa variabel stasioner atau tidak terkena akar unit pada tes level 2nd differencedan none.
2. Uji Current Ratio (CR)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
Tabel 4.7 Unit Root Test Current Ratio (CR) Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: D(CR,2) Date: 12/15/16 Time: 21:18 Sample: 2011 2015 Exogenous variables: None Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 12 Cross-sections included: 6 Method ADF - Fisher Chi-square ADF - Choi Z-stat
Statistic 31.3071 -3.32596
Prob.** 0.0018 0.0004
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results D(CR,2) Cross Section 1 2 3 4 5 6
Prob. 0.0729 0.0134 0.2110 0.0157 0.2606 0.1894
Lag 0 0 0 0 0 0
Max Lag 0 0 0 0 0 0
Obs 2 2 2 2 2 2
Sumber : Hasil Output Eviews 8
Dari hasil tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa variabel CR (Current Assets) memiliki nilai prob > F yang lebih kecil dari α (5%) yaitu 0,0018 < 0,05 maka H0 ditolak menunjukan bahwa variabel stasioner atau tidak terkena akar akar unit pada tes level 2nd difference dan none.
3. Uji Debt to Equity Ratio (DER)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
Tabel 4.8 Unit Root Test Debt to Equity Ratio (DER) Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: D(DER) Date: 12/15/16 Time: 21:21 Sample: 2011 2015 Exogenous variables: Individual effects Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 18 Cross-sections included: 6 Method ADF - Fisher Chi-square ADF - Choi Z-stat
Statistic 21.2556 -0.29471
Prob.** 0.0468 0.3841
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results D(DER) Cross Section 1 2 3 4 5 6
Prob. 0.2915 0.1498 0.0025 0.4354 0.5072 0.9999
Lag 0 0 0 0 0 0
Max Lag 0 0 0 0 0 0
Obs 3 3 3 3 3 3
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil diatas menunjukkan bahwa variabel DER (Debt to Equity Ratio) memiliki nilai prob > F yang lebih kecil dari α (5%) yaitu 0,0468 < 0,05 maka H0 ditolak menunjukan bahwa variabel stasioner atau tidak terkena akar akar unit pada tes 1st difference dan individual intercept.
4. Uji Return On Asset (ROA)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
Tabel 4.9 Unit Root Test Return On Asset (ROA) Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: D(ROA,2) Date: 12/15/16 Time: 21:29 Sample: 2011 2015 Exogenous variables: None Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 12 Cross-sections included: 6 Method ADF - Fisher Chi-square ADF - Choi Z-stat
Statistic 27.9139 -1.37250
Prob.** 0.0057 0.0850
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results D(ROA,2) Cross Section 1 2 3 4 5 6
Prob. 0.2160 0.0055 0.7771 0.9953 0.2221 0.0042
Lag 0 0 0 0 0 0
Max Lag 0 0 0 0 0 0
Obs 2 2 2 2 2 2
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil diatas menunjukkan bahwa variabel ROA (Return On Asset) memiliki nilai prob > F yang lebih kecil dari α (5%) yaitu 0,0057 < 0,05 maka H0 ditolak menunjukan bahwa variabel stasioner atau tidak terkena akar akar unit pada tes level 2nd difference dan none.
5. Uji Dividend Per Share (DPS)
Tabel 4.10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
Unit Root Test Dividend Per Share (DPS) Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: D(DPS,2) Date: 12/15/16 Time: 21:23 Sample: 2011 2015 Exogenous variables: None Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on SIC: 0 Total (balanced) observations: 12 Cross-sections included: 6 Method ADF - Fisher Chi-square ADF - Choi Z-stat
Statistic 40.2607 -4.15144
Prob.** 0.0001 0.0000
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality. Intermediate ADF test results D(DPS,2) Cross Section 1 2 3 4 5 6
Prob. 0.0444 0.1898 0.0009 0.0144 0.1238 0.1272
Lag 0 0 0 0 0 0
Max Lag 0 0 0 0 0 0
Obs 2 2 2 2 2 2
Sumber : Hasil Output Eviews 8
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa variabel DER (Dividend Per Share) memiliki nilai prob > F yang lebih kecil dari α (5%) yaitu 0,0001 < 0,05 maka H0 ditolak menunjukan bahwa variabel stasioner atau tidak terkena akar akar unit pada tes level 2nd difference dan none.
D. Analisis Regresi Data Panel Data panel adalah konstribusi dari data time series dan cross section. Data panel merupakan kumpulan data cross section yang diamati secara simultan / serentak dari waktu ke waktu (time series). Dalam estimasi model data panel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
terdapat tiga pilihan yang dapat dilakukan yaitu common effect, fixed effect dan random effect: 1. Common Effect Adalah teknik estimasi data panel yang paling sederhana yaitu dengan cara mengkombinasikan data time series dan cross section dengan metode Ordinary Least Square. Tabel 4.11 Common Effect Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:32 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CR DER ROA DPS
2796.931 -449.1203 366.6586 805.0720 -54964.32
663.8794 603.3827 139.6813 2091.646 20604.25
4.213010 -0.744337 2.624965 0.384899 -2.667620
0.0003 0.4636 0.0146 0.7036 0.0132
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.321904 0.213409 1943.427 94422724 -266.9996 2.966983 0.039100
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2237.967 2191.259 18.13331 18.36684 18.20801 0.949845
Sumber : Hasil Output Eviews 8
Dari hasil di atas diperoleh persamaan common effects: HARGA SAHAM = 2796,931 – 449,1203 CR + 366,6586 DER + 805,0720 ROA – 54964,32 DPS
http://digilib.mercubuana.ac.id/
107
t-Statistic
= 4,213010 – 0,744337 CR + 2,624965 DER + 0,384899 ROA – 2,667620 DPS
F-Statistic
= 2,966983
Prob (F-statistic)
= 0,0039100
2. Fixed Effects Fixed effect sudah memperhatikan keragaman atau heterogenitas individu yakni dengan mengasumsikan bahwa intersep antar kelompok individu berbeda, sedangkan slope-nya diangap sama. Pengertian fixed effect didasarkan adanya perbedaan intersep antar individu namun sama antar waktu (time invariant), sedangkan koefiseien regresi (slope) dianggap tetap baik antar kelompok individu maupun antar waktu. Dalam model fixed effect, generalisasi secara umum sering dilakukan dengan cara memberikan variable dummy. Tujuannya adalah untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu.
Tabel 4.12 Fixed Effect Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:32 Sample: 2011 2015 Periods included: 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
108
Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CR DER ROA DPS
1878.417 384.0989 -14.63010 269.8883 6579.695
484.1644 429.6565 65.72516 838.8435 28897.60
3.879709 0.893967 -0.222595 0.321739 0.227690
0.0009 0.3820 0.8261 0.7510 0.8222
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.921842 0.886672 737.6718 10883194 -234.5912 26.21037 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2237.967 2191.259 16.30608 16.77314 16.45550 1.627003
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dan dummy variable nya adalah : Kode BTEL FREN INVS TLKM EXCL ISAT
CROSSID 1 2 3 4 5 6
Effect -1850.468 -2173.484 -1606.811 -112.0773 2683.706 3059.134
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil di atas, di peroleh persamaan fixed effects : HARGA SAHAM = 1878,417 + 384,0989 CR – 14,63010 DER + 269,8883 ROA + 6579,695 DPS = 3,879709 + 0,893967 CR – 0,222595 DER +
t-Statictic
0,321739 ROA + 0,227690 DPS F-Statistic
= 26,21037
Prob (F-statistic)
= 0,000000
3. Random Effects Adalah metode regresi yang mengestimasi data panel dengan menghitung error dari model regresi dengan metode Generalized Least
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
Square. Dalam random effect parameter-parameter yang berbeda antara daerah maupun antar waktu dimasukkan kedalam error. Diasumsikan pula bahwa error secara individu (Ui) tidak saling berkolerasi, begitu juga dengan error kombinasinya (eit). Tabel 4.13 Random Effects Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 12/15/16 Time: 21:34 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CR DER ROA DPS
2407.258 110.9293 59.95757 379.2093 -27583.56
473.3343 349.9550 61.45823 823.3190 15328.55
5.085747 0.316982 0.975582 0.460586 -1.799489
0.0000 0.7539 0.3386 0.6491 0.0840
Effects Specification Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 724.8394 737.6718
Rho 0.4912 0.5088
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.078260 -0.069218 1109.163 0.530657 0.714308
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
927.0655 1072.661 30756090 0.765881
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.160107 1.17E+08
Mean dependent var Durbin-Watson stat
2237.967 0.265217
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil di atas, di peroleh persamaan random effects : HARGA SAHAM = 2407,258 + 110,9293 CR + 59,95757 DER + 379,2093 ROA – 27583,56 DPS
http://digilib.mercubuana.ac.id/
110
t-Statistic
= 5,085747 + 0,316982 CR + 0,975582 DER + 0,460586 ROA -1,799489 DPS
E.
F-Statistic
= 0,530657
Prob (F-statistic)
= 0,714308
Analisis Model Data Panel Untuk memilih salah satu model yang dianggap paling tepat dari tiga jenis
model data panel, maka perlu dilakukan serangkaian uji, yaitu: 1. Uji Chow-Test Untuk mengetahui model mana yang lebih baik dalam pengujian data panel, bisa dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji statistik F. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metode Fixed Effect lebih baik dari regresi model data panel variabel dummy atau metode Common Effect. Hipotesis
:
H0
: Common Effects Model
H1
: Fixed Effects Model
Tabel 4.14 Uji Chow-Test Redundant Fixed Effects Tests
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111
Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic
d.f.
Prob.
30.704048 64.816860
(5,20) 5
0.0980 0.0000
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa model Hipotesis memiliki nilai probabilitas Cross-section yang lebih kecil dari α (0,05) yaitu 0,0980 > 0,05 sehingga H diterima yang artinya Common Effect adalah metode yang 0
cocok.
F.
Pengujian Model Regresi Data Panel Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinansi, nilai statistik F dan nilai satistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik, apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Nilai koefisien determinasi (R2) mempunyai interval antara 0 sampai 1. Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
Koefisien Determinasi (R2)
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.321904 0.213409 1943.427 94422724 -266.9996 2.966983 0.039100
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2237.967 2191.259 18.13331 18.36684 18.20801 0.949845
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Berdasarkan hasil penghitungan Eviews seperti pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pengaruh kedua variabel bebas (independen) terhadap
variabel Harga Saham
dinyatakan
dengan
nilai
koefisien
determinasi (R²) yaitu sebesar 0,213409 atau 21,3%. Hal ini berarti 21,3% variasi Harga Saham yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel indepenen yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Devidend Per Share (DPS). Sedangkan sisanya sebesar 100% - 21,3% = 78,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai R² yang telah mencapai 50% dalam model ini, sudah terbilang sangat besar. Karena dengan empat variabel telah dapat menjelaskan secara teoritik 50% atau setengah dari pergerakan perubahan harga
saham
sementara, varibel-variabel
determinan mempengaruhi
perubahan harga saham sedikit banyak.
2. Pengujian Regresi Data Panel (Uji F)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Devidend Per Share (DPS) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. H 0 diterima : Berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen H 1 diterima : Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (return saham) secara simultan. Tabel 4.17 Uji Statistik F R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.321904 0.213409 1943.427 94422724 -266.9996 2.966983 0.039100
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2237.967 2191.259 18.13331 18.36684 18.20801 0.949845
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai probabilitas F-statistic sebesar 0,039100 lebih kecil dari pada α (0,05) sehingga dari hasil penghitungan tampak bahwa probabilitas F-statistic lebih kecil (0,039100 < 0,05), sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Harga Saham atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
114
dapat
dikatakan
bahwa CR, DER, ROA, DPS secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Harga Saham.
G.
Pengaruh Rasio Keuangan dan Kebijakan Deviden terhadap Harga Saham 1. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak. Sebaliknya, jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima. Hipotesis H 0 : Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara variabel Current ratio terhadap variabel Harga Saham. H 1 : Secara parsial terdapat pengaruh antara variabel Current Ratio terhadap variabel Harga Saham. Tabel 4.18 Uji Statistik t (CR) Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:33 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C CR
2796.931 -449.1203
663.8794 603.3827
4.213010 -0.744337
0.0003 0.4636
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 yaitu sebesar 1,997. Hipotesis 1 menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Dari data di atas terlihat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
115
nilai probabilitas untuk CR adalah 0,4636. Nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0,05), atau nilai 0,4636 > 0,05, maka H0 diterima. Variabel CR mempunyai Thitung yakni -0,744337 dengan Ttabel= 2,056. Jadi Thitung < Ttabel (-0,744337 < 2,056) dapat disimpulkan bahwa variabel CR tidak memiliki kontribusi terhadap Harga Saham. Nilai T negarif menunjukkan bahwa CR mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Harga Saham. Jadi dapat disimpulkan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Linda Rusli (2011) dan Daniel (2015) yang menyatakan Current Ratio tidak berpengaruh pada Harga Saham. 2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak. Sebaliknya, jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima. Hipotesis H 0 : Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara variabel Debt to Equity Ratio terhadap variabel Harga Saham. H 1 : Secara parsial terdapat pengaruh antara variabel Debt to Equity Ratio terhadap variabel Harga Saham.
Tabel 4.19 Uji Statistik t (DER) Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:33 Sample: 2011 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
116
Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Variable C DER
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
2796.931 366.6586
663.8794 139.6813
4.213010 2.624965
0.0003 0.0146
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 yaitu sebesar 1,997. Hipotesis 2 menyatakan bahwa Debt to Equity (DER) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Dari data di atas terlihat nilai probabilitas untuk DER adalah 0,0146. Nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05), atau nilai 0,0146 < 0,05, maka H0 ditolak. Variabel DER mempunyai Thitung yakni 2,624965 dengan Ttabel= 2,056. Jadi Thitung < Ttabel (2,624965 > 2,056) dapat disimpulkan bahwa variabel DER memiliki kontribusi terhadap Harga Saham. Nilai T positif menunjukkan bahwa DER mempunyai hubungan yang searah dengan Harga Saham. Jadi dapat disimpulkan DER berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hal ini memperkuat teori bahwa, perubahan pada Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi minta investor terhadap saham suatu perusahaan. Hal ini di sebabkan oleh karena investor cenderung akan lebih tertarik pada perusahaan yang tidak memiliki banyak beban hutang. Dengan kata lain, investor akan merespon perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio rendah, sehingga akan berpengaruh pada meningkatnya harga saham perusahaan yang bersangkutan ketika Debt to Equity Ratio nya rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Harianto, Wahidahwati, dan Priyadi (2013) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Pengaruh Return on Asset terhadap Harga Saham Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak. Sebaliknya, jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima. Hipotesis H 0 : Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara variabel Return on Asset terhadap variabel Harga Saham. H 1 : Secara parsial terdapat pengaruh antara variabel Return on Asset terhadap variabel Harga Saham.
Tabel 4.20 Uji Statistik t (ROA) Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:33 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Variable C ROA
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
2796.931 805.0720
663.8794 2091.646
4.213010 0.384899
0.0003 0.7036
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 yaitu sebesar 1,997. Hipotesis 3 menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Dari data di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
118
atas terlihat nilai probabilitas untuk ROA adalah 0,7036. Nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0,05), atau nilai 0,7036 > 0,05, maka H0 diterima. Variabel ROA mempunyai Thitung yakni 0,384899 dengan Ttabel= 2,056. Jadi Thitung < Ttabel (0,384899 < 2,056) dapat disimpulkan bahwa variabel ROA tidak memiliki kontribusi terhadap Harga Saham. Nilai T positif menunjukkan bahwa ROA mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Harga Saham. Jadi dapat disimpulkan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sarono (2007), Amanda dan Wahyu (2013) Sn Slviana dn Rocky (2013) yang menyatakan bahwa Return on Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Pengaruh Deviden per Share terhadap Harga Saham Kriteria pengujian hipotesis yaitu, jika probabilitas < 0,05 maka H 0 ditolak. Sebaliknya, jika probabilitas > 0,05 maka H 0 diterima. Hipotesis H 0
: Secara parsial tidak terdapat pengaruh antara variabel Return on Asset terhadap variabel Harga Saham.
H 1 : Secara parsial terdapat pengaruh antara variabel Return on Asset terhadap variabel Harga Saham.
Tabel 4.21 Uji Statistik t (DPS) Dependent Variable: HARGA_SAHAM Method: Panel Least Squares Date: 12/15/16 Time: 21:33 Sample: 2011 2015 Periods included: 5 Cross-sections included: 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
119
Total panel (balanced) observations: 30 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C DPS
2796.931 -54964.32
663.8794 20604.25
4.213010 -2.667620
0.0003 0.0132
Sumber : Hasil Output Eviews 8 Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 yaitu sebesar 1,997. Hipotesis 3 menyatakan bahwa Dividend
per Share
(DPS)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. Dari data di atas terlihat nilai probabilitas untuk DPS adalah 0,0132. Nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05), atau nilai 0,0132 < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Variabel DPS mempunyai Thitung yakni -2,667620 dengan Ttabel = 2,056. Jadi Thitung < Ttabel (-2,667620 < 2,056) dapat disimpulkan bahwa variabel DPSmemiliki kontribusi terhadap Harga Saham. Nilai T positif menunjukkan bahwa DPS mempunyai hubungan yang searah dengan Harga Saham. Jadi dapat disimpulkan DPS berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Deviden per Share mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Dengan kata lain H1 diterima, berdasarkan Tabel 4.12 yang dimana nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05). Hal ini memperkuat teori bahwa, Deviden per Share yang tinggi mencerminan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
120
membayarkan DPS dalam jumlah tinggi. Hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Intan (2009) dan Deitiana (2011) yang menyatakan bahwa Deviden per Share berpengaruh siugnifikan terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/