BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jumlah Daun Tanaman Nilam (helai) pada umur 3-13 MST. Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah daun (helai) didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1. di bawah ini : Tabel 1 . Rata-rata jumlah daun ( helai ) pada umur 3-13 MST pada berbagai perlakuan variasi sumber stek batang.
P1
3 MST 14a
5 MST 18,87a
7 MST 24,75a
8 MST 28,25a
9 MST 31,62a
10 MST 29,2a
11 MST 34,5a
12 MST 39,12a
13 MST 40,62a
P2
8b
16,37ab
24ab
27,62a
30,5a
30,5a
33,75a
39,25a
41,12a
P3
9,12b
14ab
19,75cb
21,62b
23b
26,25a
29,5ab
31,87ab
33,5ab
P4
8b
11,5b
17,12c
17,87b
18,62b
17,3b
22b
26,25b
29,25b
BNT 0.05
3,89
5,54
4,74
4,86
5,91
6,58
9,62
10,14
11
Keterangan : angka yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05%. Hal ini karena tanaman tersebut masih beradaptasi sehingga tanaman tersebut tidak di uji lanjut. Dari Tabel 1 tersebut di atas menujukkan bahwa hasil analisis sidik ragam pada minggu ke 2,4, dan 6 tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun dan pada minggu ke 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 MST analisis sidik ragam berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji lanjut BNT 5 % pada pengamatan 3 MST berbeda setelah tanam perlakuan 1 lebih banyak jumlah daunnya (14 helai) berbeda nyata dengan perlakuan 2,3 dan 4. pada minggu ke 13 setelah tanam perlakuan 1 dan 2 tidak berbeda nyata, jumlah daunnya 41,12 berbeda dengan perlakuan 3 dan 4 yang jumlah daunnya 29,25 helai . minggu ke 5 pada perlakuan 2 dan 3 jumlah daunnya berbeda nyata yaitu 16,37 dengan perlakuan 1 yang terdapat jumlah daunnya lebih banyak 18,87 helai dan perlakuan 4 dengan jumlah paling sedikit 11,5 helai dan begitu juga pada minggu ke 7 pada perlakuan 1,2,3 dan 4 sangat berbeda nyata yaitu pada jumlah daun yang paling banyak terdapat pelakuan 1 (batang atas 2 ruas) pada 24,75 helai dan paling sedikit jumlah daunnya terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) 17,12 helai. Minggu ke 8,9,11,12 dan 13
sangat berbeda nyata , bisa kita lihat pada perlakuan 1 dan 2 lebih banyak jumlah daunnya yaitu 28,25 helai, 31,62 helai, 34,5 helai, 39,25 helai, dan 41,12 helai dan perlakuan 3 dan 4 jumlah daunnya sedikit yaitu 17,78 helai, 18,62 helai, 22 helai dan 29,25 helai. Minggu ke 10 pada perlakuan 1,2, 3 dan 4 berbeda berbeda nyata dan jumlah daun yang paling banyak terdapat pada perlakuan 2 yaitu 30,5 helai, dan jumlah sedikit terdapat pada perlakuan 4 yaitu 17,3 helai.ini menunjukkan perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan 2 (batang atas 3 ruas) ruas pertambahan jumlahnya lebih banyak di bandingkan bandin dengan perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) dan 4 (batang batang bawah 3 ruas). ). Perbedaan tersebut karena adanya stek pucuk pada perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) rua dan 2 ( batang atas 3 ruas ) terdapat banyak karbohidrat sehingga jumlah daunnya bertambah banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardani, (2012). Peranan karbohidrat untuk membentuk perakaran sangat besar. Semakin banyak jumlah ruas akan menyebabkan semakin semakin meningkatnya kandungan karbohidrat tetapi kandungan nitrogennya sedikit, keadaan ini mengakibatkan bahan stek tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Demikian untuk bahan stek dengan jumlah ruas sedikit akan membawa pengaruh sebaliknya, yaituu kandungan karbohidrat sedikit dengan nitrogen tinggi sehingga mengakibatkan produksi akar dan tunas terhambat. terhambat. Perbedaan tersebut terlihat pada Gambar ambar 1 di bawah ini :
Gambar 1 : Kurva pertambahan jumlah daun tanaman berdasarakan perlakuan pada pengamatan 2-13 MTS
Dari Gambar 1 di atas menunjukkan perlakuan 1 dan 2 ( batang atas 2 ruas dan batang atas 3 ruas pada Pada umur 6 mst sampai dengan 13 mst ( minggu terakhir pengamatan) mempunyai rata-rata jumlah daun terbanyak walaupun tidak berbeda nyata antara perlakuan 1 dan 2, demikian sebaliknya pada perlakuan 3 dan 4 minggu ke 5 setelah tanam sampai minggu terakhir jumlah daunnya berbeda nyata. Demikian kita bisa melihat adanya perbedaan Perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan Perlakuan ( batang atas 3 ruas) memberikan hasil jumlah daun lebih banyak sedangkan perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) dan 4 (batang bawah 3 ruas) lebih sedikit . hal ini kemungkinan karena sumber pucuk terdapat banyak karbohidrat sehingga pembentukan akar lebih cepat, yang menyebabkan penyerapan unsur hara lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardani, (2012). Peranan karbohidrat untuk membentuk perakaran sangat besar. Semakin banyak jumlah ruas akan menyebabkan semakin meningkatnya kandungan karbohidrat tetapi kandungan nitrogennya sedikit, keadaan ini mengakibatkan bahan stek tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Demikian untuk bahan stek dengan jumlah ruas sedikit akan membawa pengaruh sebaliknya, yaitu kandungan karbohidrat sedikit dengan nitrogen tinggi sehingga mengakibatkan produksi akar dan tunas terhambat. Agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal dalam budidaya tanaman nilam lahan terbuka tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75 - 100 %. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi (Nuryani et al. 2005).
4.2. Panjang Daun Berdasarkan hasil analisis terhadap panjang daun didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2. di bawah ini : Tabel 2 . Pertambahan panjang daun berdasarkan sumber stek batang (minggu setelah tanam) 3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
13 MST
P1
0,97b
1,61b
2,85b
3,67b
4,22b
5,27b
5,61b
6,25ab
6,60ab
9,51a
P2
1,51ab 2,45a22 2,45ab
2,92b
3,58b
4,33ab
5,02b
5,23b
5,93b
6,51b
7,56b
P3
1,46ab
2,16ab
3,18ab
3,80b
4,60b
5,27b
5,53b
6,11b
6,70ab
7,76b
P4
2,13a
3,07a
4,08a
5,31a
5,92a
6,43a
7,03a
7,45a
8,0a
8,63ab
BNT 0,05
0,69
1,02
1,09
1,03
0,79
0,93
1,03
1,26
1,48
1,53
Keterangan : angka yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05%. Hal ini karena tanaman tersebut masih beradaptasi sehingga tanaman tersebut tidak di uji lanjut. Dari Tabel 2 dan 12 MST tersebut diatas menujukkan bahwa hasil analisis sidik ragam pada minggu ke 2 tidak berbeda nyata dan pada minggu ke 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 13 MST analisis sidik ragam berbeda nyata. Dari
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
panjang
daun
minggu
3,4,5,6,7,8,9,10,11 dan 13 pada perlakuan 1,2,3, dan 4 menunjukkan variasi stek yang berbeda nyata yaitu minggu ke 3 pada perlakuan 4 terdapat 2,13 panjang daun yang paling tinggi, sedangkan yang paling rendah yaitu 0,97 panjang daun batang. Minggu ke 4 pada perlakuan 2 dan 3 tidak berbeda nyata dan perlakuan 1 dan 4 sangat berbeda nyata yaitu perlakuan 1 panjang daunnya sangat rendah 1,61 dan sebaliknya perlakuan 4 terdapat 3,07 panjang daun.kemudian minggu ke 5 perlakuan 1 dan 2 tidak berbeda nyata dan perlakuan 3 dan 4 berbeda nyata. Panjang daun yang tinggi terdapat pada perlakuan 4 yaitu 4,08 helai daun yang paling rendah terdapat pada perlakuan 1 yaitu 2,85 helai. Minggu ke 6 perlakuan
1,2 dan 3 berbeda nyata dengan perlakuan 4 yaitu tinggi tanaman yang paling besar 5,31 dan yang paling kecil terdapat pada perlakuan 1 yaitu 3,67 panjang daun. Minggu ke 7 pada setiap perlakuan berbeda nyata dan panjang daun yang paling besar terdapat pada perlakuan 4 yaitu 5,92 dan paling kecil terdapat pada perlakuan 1 yaitu 4,22 panjang daun. Minggu ke 8 dan minggu ke 9 pada perlakuan 1,2, dan 3 berbeda nyata dengan perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) yaitu panjang daun lebih besar 6,43 dan 7,03 dan paling kecil 5,02 dan 5,23 yang terdapat pada perlakuan 2 batang atas 3 ruas). Minggu ke 10 dan minggu ke 11 setelah tanam, panjang daun yang paling banyak terdapat pada perlakuan 4 yaitu 7,45 dan 8,0 panjang daun dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan 2 yaitu 5,93 dan 6,51 panjang daun. kemudian pada minggu terakhir pengamatan antar perlakuan berbeda nyata yaitu pada perlakuan 1 terdapat panjang daun yang lebih besar 9,51 dan yang paling kecil terdapat pada perlakuan 2 yaitu 7,56 . Ini menunjukkan pertumbuhan panjang daun yang lebih baik terdapat pada perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas)dan perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas stek batang), di bandingkan pada perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan perlakuan 2 ( batang atas 3 ruas stek batang ) .
PANJANG DAUN
Perbedaan tersebut terlihat pada Gambar 2 di bawah ini 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
P1 P2 P3 P4 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MINGGU SETELAH TANAM
Gambar 2. Kurva pertambahan panjang daun tanaman berdasarakan perlakuan pada pengamatan 2-13 MTS
Perlakuan variasi sumber stek batang yang berbeda menunjukkan hasil atau respon tidak berbeda nyata terhadap panjang daun tanaman di permukaan atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 2 pada perlakuan 1, 2 dan 3 pada 2 MTS dan 12 MTS , pada gambar panjang Panjang daun terlihat sejak 11 MST- minggu ke 13 setelah tanam pada perlakuan P1 terjadi kenaikkan panjang daun dari 6,60cm menjadi 9,51cm. Hal ini dilihat dari batang stek atas yaitu pada perlakuan 1 dan 2 disebabkan oleh adanya kandungan karbohidrat yang banyak terdapat pada stek pucuk sehingga batang atas pada perlakuan 1 tumbuh lebih baik dari pada perlakuan P4 variasi stek batang bawah. sehingga pembentukan akar lebih cepat, yang menyebabkan penyerapan unsur hara lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardani, (2012). Peranan karbohidrat untuk membentuk perakaran sangat besar. Semakin banyak jumlah ruas akan menyebabkan semakin meningkatnya kandungan karbohidrat tetapi kandungan nitrogennya sedikit, keadaan ini mengakibatkan bahan stek tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Demikian untuk bahan stek dengan jumlah ruas sedikit akan membawa pengaruh sebaliknya, yaitu kandungan karbohidrat sedikit dengan nitrogen tinggi sehingga mengakibatkan produksi akar dan tunas terhambat.
4.3. Lebar Daun Berdasarkan hasil analisis terhadap lebar daun didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 3. di bawah ini : Tabel 3 . Pertambahan lebar daun berdasarkan sumber stek batang (minggu setelah tanam) P1
3 MST 0,78b
4 MST 1,41b
5 MST 2,16b
6 MST 2,76b
7 MST 3,26b
8 MST 3,72b
9 MST 3,95b
10 MST 4,47b
11 MST 4,87ab
P2
1,27b
2,0ab
2,22b
2,73b
3.08b
3,62b
3,78b
4,18b
4,63b
P3
1,16b
1,65b
2,22b
2,65b
3,48ab
3,87b
4,07b
4,35b
4,85ab
P4 BNT 0,05
1,81a
2,48a
3,07a
3,86a
4,26a
4,82a
5,16a
5,58a
5,92a
0,52
0,78
0,79
0,81
0,84
0,92
0,98
1,02
1,21
Keterangan : angka yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05%. Hal ini karena tanaman tersebut masih beradaptasi sehingga tanaman tersebut tidak di uji lanjut. Dari Tabel 3 diatas menujukkan bahwa hasil analisis sidik ragam pada Pada minggu ke 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 MST analisis sidik ragam berbeda nyata. Dari Tabel 3 diatas
menunjukkan, lebar daun pada minggu ke 2,12, dan 13 tidak ada
perbedaan antar perlakuan yaitu lebar daun yang paling besar terdapat pada perlakuan P4 yaitu 6,48 cm dan yang paling kecil terdapat pada perlakuan P2 (batang atas 3 ruas) yaitu 0,22 cm, Selanjutnya pada minggu ke 3 dan ke 4, terdapat lebar daun yang kecil 0,78cm pada perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan yang paling besar terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) terdapat 2,48cm kemudian pada minggu ke 5 paling kecil 2,16cm dan perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) terdapat 3,07cm lebar daun. Minggu ke 6 terdapat jumlah daun yang kecil 2, 76cm dan yang paling besar 3,86cm . Minggu 7 lebar daun yang paling kecil terdapat pada perlakuan 2 (batang bawah 3 ruas) terdapat 3,08 cm dan yang paling besar terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) terdapat
4,26 cm, minggu ke 8,9,dan 10 pada perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) terdapat lebar daun yang kecil yaitu 3,62cm, dan yang paling besar terdapat pada perlakuan 4 yaitu 5,58cm , minggu ke 11 pada perlakuan P1 (batang atas 2 ruas), P2 (batang atas 3 ruas), P3 (batang bawah 2 ruas) dan P4 (batang bawah 3 ruas) berbeda nyata yaitu lebar daun meningkat dari 4,63 cm dari perlakuan P4 (batang bawah 3 ruas) menjadi 5,92 cm. Hal ini menunjukan lebar daun yang kecil terdapat pada perlakuan P1 (batang atas 2 ruas) dan P2 (batang atas 3 ruas ) dan yang paling baik terdapat pada perlakuan P3 dan P4 ( batang bawah 2 dan 3 ruas ). hal ini menunjukkan perbedaan perluasan lebar daun tersebut karena adanya intersepsi cahaya ke daun agak kurang,
sehingga mengakibatkan
sebagian
daunnya tidak maksimum karena adanya naungan sejak awal. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Fitter dan Hay, 1991 dalam Haryanti,2010), fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman akibat respon metabolik yang langsung. 7 6
EBAR DAUN
5 4
P1
3
P2
Gambar 3 : Kurva pertambahan lebar daun tanaman berdasarakan perlakuan pada pengamatan 2-13 MTS
Dari Gambar 3 di atas menunjukkan perlakuan 1 (batang atas 2 ruas), perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dan perlakuan 3 (batang bawah 3 ruas) mempunyai lebar daun yang tidak berbeda nyata, pada minggu ke 2 dan minggu ke 3, tetapi pada saat minggu ke 12 dan 13 dari ke 4 perlakuan tersebut tidak berbeda nyata walaupun terlihat pada gambar ada trend kenaikkan p4 (batang bawah 3 ruas) lebih tinggi dari lainnya tetapi secara statistik tidak terjadi perbedaan antara ke empat perlakuan. Hal ini terjadi karena tidak berbedanya perlakuan 1 (batang atas 2 ruas), perlakuan 2 (batang atas 3 ruas), perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) dan perlakuan 4(batang bawah 3 ruas) pada lebar daun tersebut kemungkinan adanya intersepsi cahaya ke daun agak kurang,
sehingga mengakibatkan
sebagian daunnya tidak maksimal karena adanya naungan sejak awal. Secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat ( Fitter dan Hay, 1991 dalam Haryanti, 2010) bahwa pengaruh secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman akibat respon metabolik yang langsung. Menurut Fitter dan Hay (l99l) dalam Haryanti (2010) daun dari kebanyakan spesies menyerap lebih dari 90% cahaya ungu dan biru, demikian pula untuk cahaya jingga dan merah. Pada membran tilakoid setiap foton dapat mengeksitasi satu elektron dari karotenoid atau klorofil. Cahaya hijau, kuning, jingga dan
merah dipantulkan oleh kedua pigmen ini. Secara tidak langsung naungan sangat mempengaruhi
kelembaban
dan
kandungan
air
tanah,
sehingga
dapat
mempengaruhi perluasan daun maupun distribusi stomata pada permukaannya. Menurut Jumin, l992, jika melebihi potensial air daun 18 bar laju penurunan perluasan daun menjadi maksimum, dan setelah melewati 19 bar sampai 40 bar kecepatan fotosintesis menurun drastis.
4.4. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil analisis terhadap tinggi tanaman didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 4. di bawah ini : Tabel 4 . Pertambahan tinggi tanaman ( cm ) berdasarkan sumber stek batang (minggu setelah tanam) 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12 MST
13 MST
P1
9,25b
11,0b
11,25b
11,75b
11,87b
12,0b
12,0b
12,0b
12,0b
12,0b
12,0b
12,0b
P2
8,43b
8,87b
9,25b
9,12b
9,12b
9,12b
9,87b
9,87b
9,87b
9,87b
9,87b
9,87b
P3
7,37b
8,87b
8,87b
8,87b
8,87b
8,87b
9,31b
9,31b
9,31b
9,31b
9,31b
9,31b
P4
16,5a
17,5a
17,87a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
18,12a
BNT 0.05
3,85
3,84
3,91
3,76
3,75
3,71
3,7
3,7
3,7
3,7
3,7
3,7
Keterangan : angka yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT 0,05%. Hal ini karena tanaman tersebut masih beradaptasi sehingga tanaman tersebut tidak di uji lanjut. Dari Tabel 4 di atas menujukkan bahwa hasil analisis sidik ragam pada minggu 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 MST analisis sidik ragam berbeda nyata. Pada Perlakuan 1 (batang atas 2 ruas), perlakuan 2 (batang atas 3 ruas), dan perlakuan 3 (batang bawah 3 ruas) memberikan pengaruh terendah 9,25cm pada
pertumbuhan tinggi tanaman bila dibandingkan dengan perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) terdapat 18,12cm. Pada minggu ke 2 tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) yaitu 7,37cm, dan paling tinggi yaitu 16,5 yang terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas). Pada minggu ke 3 terdapat pada perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dan perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) yaitu 8,87cm yang terendah dan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan p4 (batang bawah 3 ruas) yaitu 17,5cm. Pada minggu ke 4 dan minggu ke 13 pengamatan minggu terakhir tinggi tanaman yang paling tinggi terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) yaitu 17,87cm dan yang terendah 9,31cm. Ini menunjukkan adanya perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dipengaruhi pemangkasan pucuk, sehingga terjadi suplai auksin dari tunas apikal sehingga kadar auksin dalam ruas dibawahnya berkurang, dan perlakuan batang bawah (2 dan 3 ruas) penyebabnya diperkirakan karena tanaman yang tidak dipangkas masih terus dapat bertambah tinggi dan ruas-ruas baru pada batang utama bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat sobardini et al ( 2006 ) auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel melalui dua fase, yaitu fase pembelahan dan fase pelebaran sehingga sel akan
TINGGI TANAMAN
mengalami kerenggangan dan penebalan.
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
P1 P2 P3 P4 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MST MINGGU SETELAH TANAM
Gambar 4 : Kurva pertambahan jumlah tinggi tanaman berdasarakan perlakuan pada pengamatan 2-13 MTS Dari Gambar 4 di atas menunjukkan perlakuan 1 (batang atas 2 ruas), perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dan perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) pada minggu ke 2 tinggi tanaman mempunyai kesamaan yang sama, tetapi pada minggu ke 3 terjadi peningkatan ketinggian pada perlakuan 1 (batang ats 2 ruas), dan pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) tinggi tanaman berbeda nyata pada ke 3 perlakuan tersebut. Hal ini menunjukkan Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar, sehingga mengakibatkankan tinggi tanaman tidak bertambah dan pertumbuhan lebih terkonsentrasi pada pembentukan cabang.
Berdasarkan hasil analisis terhadap berat basah didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5. di bawah ini : Tabel 5 . Berat basah berdasarkan sumber stek batang (minggu setelah tanam) P1
12,27ab
P2
7,0b
P3
9,07b
P4 BNT 0,05
16,96a 6,14
Pada Tabel 5 menunjukkan berat basah pada tabel 5 di atas menunjukkan perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dan perlakuan 3 (batang bawah 2 ruas) tidak berbeda nyata tetapi berbeda dengan perlakuan 1 (batang atas 2 ruas). Dari ke 4 perlakuan tersebut berat basah yang memiliki berat yang paling banyak terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) dan yang
terendah terdapat pada
perlakuan 2 (batang atas 3 ruas). Hal ini karena batang bawah 3 ruas memiliki
batang yang besar dan jumlah daun yang banyak di bandingkan dengan perlakuan 2 batang atas 3 ruas, penyebabnya karena faktor lingkungan yang memiliki intensitas cahaya yang rendah dan batang stek. Hal ini sesuai dengan pendapat (Crowder, 1986 dalam Akhmad et al, (2010), Berat basah tanaman nilam ini, selain dipengaruhi stek juga sangat dipengaruhi sumber bibit tanaman nilam tersebut. sumber bibit nilam ini dilakukan pada hamparan lokasi yang sama maka kondisi lingkungan makro (pedoklimatologi) di sekitar tempat tumbuh masingmasing nilam (asal sumber bibit) akan cenderung sama). Hal ini berarti bahwa perbedaan pertumbuhan diantara asal sumber bibit selain diakibatkan oleh perbedaan lingkungan mikro (iklim mikro) juga dikarenakan oleh perbedaan sifat genetik yang dibawa oleh masing-masing asal sumber bibit. Salah satu ekspresi dari sifat genetik adalah kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Selanjunya menurut Sirait (2006) dalam Isnaini et al. (2009), naungan mengakibatkan terjadinya pengurangan intensitas cahaya yang sampai pada tanaman. Naungan yang diberikan secara fisik tidak hanya menurunkan intensitas radiasi matahari, tetapi juga mempengaruhi unsur-unsur iklim mikro lainnya. Naungan juga akan mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam tanaman antara lain fotosintesis, respirasi, transpirasi, sintesis protein, translokasi dan penuaan yang merupakan sebagai hasil dari berat basah tanaman nilam tersebut. Dengan demikian berat basah tanaman nilam yang ditanaman dengan menggunakan stek berbeda berpengaruh nyata turut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, akibat bibit nilam didapatkan dari lingkungan dataran tinggi, lalu dilakukan penanaman bibit tersebut pada lingkungan yang berbeda di dataran rendah.
12MST 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
12MST
P1
P2
P3 Perlakuan
P4
Gambar 5 : Kurva berat basah berdasarakan perlakuan 1 ( batang atas 2 ruas ), perlakuan 2 ( batang atas 3 ruas ), perlakuan 3 ( batang bawah 2 ruas) , dan perlakuan 4 ( batang bawah 3 ruas. Dari Gambar 5 di atas menunjukkan berat basah pada variasi sumbet stek batang pada pengamatan terakhir di lihat dari perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) dan 3 ( batang bawah 2 ruas) tidak berbeda nyata, sebaliknya pada perlakuan 4 ( batang bawah 3 ruas ) sangat berbeda nyata dengan perlakuan yang ada. Dengan demikian berat basah tanaman nilam yang ditanaman dengan menggunakan stek berbeda berpengaruh nyata turut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, akibat bibit nilam didapatkan di dari lingkungan dataran tinggi, lalu dilakukan penanaman bibit tersebut pada lingkungan yang berbeda di dataran rendah. Berdasarkan hasil analisis untuk semua paramater pertumbuhan yang terbaik pada jumlah daun terdapat pada perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) diikuti oleh panjang daun tetapi untuk lebar daun, tinggi tanaman dan berat basah menunjukkan perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) lebih baik dari yang lain. Dilihat dari jumlah daun yang banyak
terdapat pada
perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) yaitu berkisar 40,62 dan 41,12cm dan pada panjang daun tinggi tanaman perlakuan 1 (batang atas 2 ruas) dan perlakuan 2 (batang atas 3 ruas) yaitu 7,56 dan 9,51cm. Kemudian pada lebar daun yang terbaik terdapat pada perlakuan p4 (batang bawah 3 ruas) yaitu 6,48cm, selanjutnya pada tinggi tanaman yang terbaik terdapat pada perlakuan 4 (batang bawah 3 ruas) yaitu 18,12cm dan pada timbangan berat basah terdapat juga hasil yang terbaik pada perlakuan p4 (batang bawah 3 ruas) yaitu 16,96. Hal ini menunjukkan diantara dari ke 4 perlakuan (batang bawah 3 ruas) mempunyai kelebihan dan kurangan pada masing-masing variasi sumber stek batang.