BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum PT. Pangansari Utama (PSU) adalah perusahaan dalam negeri yang
berbasis makanan, logistik, retail, dan manajemen fasilitas dengan kemampuan tingkat dunia. PSU merupakan perusahaan catering dan distribusi makanan terbesar di Indonesia, yang secara integrasi juga memberikan pelayanan housekeeping dan distribusi makanan ke area pertambangan dan eksplorasi energi di pelosok daerah Pendekatan bisnis dengan sistem integrasi tersebut, membuat PSU dalam melakukan efisiensi biaya dalam mendukung pelanggan kami sehingga mereka mendapatkan pelayanan dalam satu kesatuan. PSU juga merupakan perusahaan yang tersertifikasi ISO 9001:2008 untuk Sistem Manajemen Mutu, ISO 22000:2005 untuk Sistem Keamanan Pangan, ISO 14001:2004 untuk Sistem Manajemen Lingkungan serta NOSA untuk Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PSU berdiri pada tahun 1976 dengan memberikan layanan catering kepada Bontang LNG Plan untuk PT. Pertamina dan Bechtel. Seiring dengan meningkatnya permintaan, cakupan bisnis PSU juga bertambah, dengan memberikan pelayanan catering untuk memberikan pelayan catering ke perusahaan industrin dan juga pelayanan catering untuk area-area di pelosok. Selain itu, PSU juga memulai pembangunan gudang berpendingin dan gudang 41
42
kering guna menunjang fasilitas warehouse baik di Jakarta, Balikpapan dan Surabaya. Saat ini, PSU memberikan pelayanan ke setiap daerah di Indonesia dan juga beberapa area di luar negeri, dengan klien untuk perusahaan konstruksi, perusahaan pertambangan, pengeboran lepas pantai, pabrik, perkantoran, Rumah Sakit,
sekolah,
pesawat
terbang,
dsb.
PSU
senantiasa
mendorong
keberlanjutannya untuk mengembangkan kemampuannya demi kemudahan aktivitas dari semua kliennya. Jenis Pelayanan PSU meliputi : 1. Manufacturing & Processing Abattoir, Meat Processing, Beverage Production, Bakery Factory, PreCooked Meals 2. Distribusi Storage & Warehousing, Shopping & Handling, Trading, Licensed Meat Importer, Meat & Fish Department for Supermarket 3. Food Services Remote Site Catering, Industrial Catering, Community Catering, In-Flight Catering, Hospitality 4. Retail Restaurant, Fast Food Chains, Cafes, Food Courts 5. Facility Management Facilities in Maintenance, laundry, Security, Landscaping and Other Facilities Management.
43
4.2.
Produk Frozen Food Dalam skripsi ini akan dibahas salah satu produk PSU yaitu frozen food.
Adapun frozen food ini dibagi dalam dua jenis material yaitu daging (meat) dan ayam (poultry). Dari meat dan poultry ini dapat dibuat berbagai ragam masakan. Dalam hal ini lebih difokuskan pada masakan nusantara seperti daging rendang, daging rica-rica, ayam bakar kuning, ayam bakar kecap, dan ayam balado.
4.3.
Struktur Produk Langkah pertama yang dilakukan dalam sistem MRP adalah menentukan
struktur produk dari produk yang dipilih. Pada penelitian ini produk yang dipilih adalah produk frozen food. Struktur produk frozen food dapat dilihat pada gambar 4.1. Pembuatan struktur produk nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat BOM (Bill of Materials).
44
FROZEN FOOD MEAT DAGING RICA
CHIKEN DAGING RENDANG
In g re d i e n ts Bahan baku utama
AYAM BB KUNING
In g ri d i e n ts
AYAM BB KECAP
In g re d i e n ts
Bahan baku utama
Bahan baku utama
AYAM BALADO
In g ri d i e n ts Bahan baku utama
In g re d i e n ts Bahan baku utama
Knuckle
Knuckle
Ayam
Ayam
Ayam
Bumbu
Bumbu
Bumbu
Bumbu
Bumbu
Bawang Merah
Bawang Merah
Bawang Merah
Bawang Merah
Bawang Merah
Bawang Putih
Bawang Putih
Bawang Putih
Bawang Putih
Bawang Putih
Cabe Rawit Merah
Cabe Merah Keriting
Kemiri
Kecap Manis
Daun Jeruk
Cabe Hijau
Cabe Merah Besar
Kunyit
Tomato Sauce
Cabe Merah Besar
Daun Sereh
Jahe
Jahe
Mentega
Cabe M Keriting
Daun Jeruk
Daun Sereh
Daun Jeruk
Pala Bubuk
Garam
Daun Kunyit
Daun Jeruk
Daun Kunyit
Garam
Gula Pasir
Kunyit
Garam
Ketumbar
Merica / Lada Putih
Minyak Goreng
Daun Kemangi
Lada Putih Utuh
Santan
Lengkuas
Jeruk Nipis ( Juice )
Garam
Lengkuas
Garam
Daun Salam
Lada Putih Utuh
Jahe
Kapulaga
Lada Putih Utuh
Minyak Goreng
Air
Lada Putih Utuh
Bunga Lawang
Gula Pasir
Air
Gula Pasir
Kayu Manis
Terasi
Minyak
Jinten
Minyak Goreng
Air
Santan
Air
Daun Kunyit Minyak Goreng Kemiri Gula Merah Kelapa Parut Air
* Bahan baku Frozen Food hanya Knuckle (daging sapi) dan Ayam
Gambar 4.1. Struktur Produk Frozen Food
45
4.4.
Biaya Persediaan Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul
sebagai akibat dari adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.
4.4.1. Biaya Pembelian Material Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Besarnya biaya ini sesuai dengan jumlah bahan baku yang dibeli serta harga satuan bahan baku. Data umum biaya bahan baku diperoleh dari data harga bahan baku yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Harga Bahan Baku
No.
1 2
Qty
Product Code
1,000
1020100022
73,500
Kg
73,500
Ayam Gr 1,200 1030100003 Sumber : PT. Pangan Sari Utama (2014)
24,500
Kg
29,400
Item
Ukuran
Daging
Gr
Product Price (Rp)
Product Unit
Price per Qty (Rp)
4.4.2. Biaya Pemesanan Material Biaya pemesanan material adalah semua biaya pengeluaran yang timbul dari usaha mendatangkan material dari luar perusahaan. Biaya pemesanan pada produk ini meliputi biaya telekomunikasi dan biaya transportasi. a. Biaya telekomunikasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemesanan bahan baku pada supplier dengan menggunakan media telepon.
46
Biaya telekomunikasi ini dipengaruhi oleh faktor durasi percakapan serta lokasi pemesanan. Pemesanan bahan baku diasumsikan terjadi percakapan selama 10 menit setiap kali pemesanan. Biaya – biaya telepon tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3. b. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan bahan baku dari supplier ke pembeli dengan menggunakan alat transportasi. Biaya ini dikeluarkan tergantung dari lokasi pemesanan (jauh dekatnya tempat pemesanan, di area kota atau di luar kota). c. Total biaya pemesanan adalah penjumlahan dari biaya telepon dan biaya transportasi per pesan. Data umum total biaya pemesanan tiap material dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.2. Data Biaya Pemesanan per Bulan
No. 1
Keterangan Biaya Transportasi
2
Biaya Telepon
Sumber : Telkom (2014)
Area Area jakarta Luar jakarta Jakarta Luar jakarta
Price (Rp)
Total Price (Rp)
ditanggung supplier 2,500 per kg 122 per menit 2,270 per menit
1,220 22,700
47
Tabel 4.3. Tarif Telepon per Bulan No. Ingredients
Pemesanan Area (Transaksi) Ayam 1 3 Luar Jakarta Knuckle 2 3 Luar Jakarta Sumber : data yang diolah dari Telkom (2014)
Tarif telepon (Rp) 22,700 22,700
Total Tarif Telepon (Rp) 68,100 68,100
Tabel 4.4. Total Biaya Pemesanan per Bulan No. 1 2
Item
Total Tarif Telepon (Rp) 68,100 68,100
Daging Ayam Total Sumber : data yang diolah Telkom (2014)
Total Biaya Transportasi (Rp) -
Total Biaya Pemesanan (Rp) 68,100 68,100 136,200
4.4.3 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini dapat meliputi biaya memiliki persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Untuk biaya modal ini diperhitungkan berdasarkan asumsi :
Biaya kerusakan : 2% dari harga produk per bulan
Biaya penanganan persediaan : 1,5 % dari harga produk per bulan
Biaya fasilitas penyimpanan : 1,5 % dari harga produk per bulan
Total biaya : 5 % dari harga produk per bulan
Hasil perhitungan biaya penyimpanan material dapat dilihat pada Tabel 4.5.
48
Tabel 4.5. Biaya Simpan
Biaya Simpan (Rp) 1 Daging 73,500 5% 2 Ayam 29,400 5% Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014) No.
Harga (Rp)
Item
Total Biaya Simpan (Rp) 919 368
4.4.4 Biaya Persediaan Material Biaya persediaan material adalah biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan juga biaya penyimpanan material. Dari perhitungan masing – masing biaya diatas, maka dapat dilihat pada table 4.6
Tabel 4.6. Biaya Persediaan Material No.
Item
Biaya Pembelian
Biaya Pemesanan
Biaya Simpan
(Rp) (Rp) (Rp) 1 Daging 73,500 68,100 919 2 Ayam 29,400 68,100 368 Sumber : data yang diolah dari Telkom (2014) dan PT. Pangan Sari Utama (2014)
4.5
Analisa Kebutuhan Material Total Analisa kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu satuan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan proses tahapan MRP, analisa kebutuhan material merupakan suatu proses awal sebelum memasuki proses tahapan MRP yang meliputi jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode. Hasil dari
49
analisa kebutuhan material tersebut untuk selanjutnya akan dipergunakan dalam proses tahapan MRP, yaitu : a. Penentuan kebutuhan kotor b. Penentuan kebutuhan bersih c. Penentuan ukuran pemesanan Dalam proses tahapan MRP, selain hasil analisa kebutuhan material juga diperlukan informasi mengenai biaya- biaya persediaan dan waktu tunggu kedatangan material. Informasi ini yang nantinya akan digunakan dalam tahapan penentuan ukuran pemesanan (lotting). Kebutuhan material total per item selama 3 bulan dapat dilihat pada tabel 4.7.
4.6
Analisa Kebutuhan Bersih Dari data MPS mingguan yang juga merupakan kebutuhan kotor Dapat
diketahui kebutuhan bersih (net requirement) dengan mengurangi kebutuhan kotor (gross requirement) dengan persediaan yang dimiliki (on hand). Kebutuhan bersih ini merupakan banyaknya produk, part atau item yang harus diproduksi setiap periode untuk memenuhi pesanan konsumen. Berdasarkan data persediaan awal dan jumlah kebutuhan kotor, maka dapat dihitung berapa jumlah kebutuhan bersih per minggu. Hasil perhitungan kebutuhan bersih nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah lot setiap kali pembelian dilakukan.
50
Tabel 4.7. Kebutuhan Material Total
Kebutuhan (kg) No. 1 2
4.7
Item Januari 2014 Februari 2014 Daging 31,000 32,000 Ayam 52,800 51,600 Sumber : PT. Pangansari Utama (2014)
Maret 2014 34,000 49,200
Total (kg) 97,000 153,600
Jadwal Induk Produksi Jadwal induk produksi merupakan suatu jadwal produksi untuk membuat
sejumlah produk dalam suatu periode waktu dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Jadwal induk produksi per item per periode dapat dilihat pada tabel 4.8.
4.8
Analisa Kebutuhan Material Per Periode Kebutuhan material per periode dihitung berdasarkan kebutuhan material
total dan jadwal induk produksi untuk masing–masing item. Analisa kebutuhan material per periodenya dapat dilihat pada table 4.9.
51
Tabel 4.8 Jadwal Produksi Per Material
No.
Uraian Pekerajaan
Durasi 1
Januari 2 3
4
1
Februari 2 3
4
1
Maret 2 3
4
Daging 4 minggu 1 Ayam 4 minggu 2 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014)
Tabel 4.9 Kebutuhan Material Per Periode No.
Item Januari
1 2
1 2 3 4 1 Daging 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 Ayam 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014)
Kebutuhan (kg) Februari 2 3 8,000 8,000 12,900 12,900
Maret 4 8,000 12,900
1 8,500 12,300
2 8,500 12,300
3 8,500 12,300
4 8,500 12,300
52
4.9
Analisa Jumlah Pesanan Optimum Analisa jumlah pesanan optimum ini meliputi perhitungan penentuan
ukuran lot (lotting) dan waktu rencana pemesanan (offseting). Proses lotting bertujuan untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan material per periode pada Tabel 4.9. Pemilihan Metode yang tepat dapat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan material. Metode penentuan ukuran lot yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah : a. Metode Lot for Lot (L4L) b. Metode Fixed Periode Requirements (FPR) c. Metode Part Period Balancing (PPB) Proses offsetting bertujuan untuk menentukan waktu rencana pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih agar material dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhitungkan lead time pengadaan suatu material yaitu mengurangkan saat awal tersedianya volume material yang diinginkan dengan besarnya lead time. Pengertian lead time adalah durasi waktu saat material mulai dipesan sampai material tersebut diterima dan siap digunakan pada pekerjaan di proyek. Pada tugas akhir ini diasumsikan lead time dari masing-masing material adalah 2 hari.
4.9.1
Metode Lot for Lot Penetapan ukuran lot dengan Metode lot for lot dilakukan atas dasar
pesanan diskrit maka jumlah material yang dipesan adalah sama dengan jumlah material yang dibutuhkan. Metode ini merupakan Metode lotsizing yang paling
53
sederhana dan mudah dimengerti. Pada Metode ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan metode ini ongkos simpan menjadi nol. Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan untuk metode lot for lot pada tabel 4.10.
54
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan dengan Metode Lot For lot No.
Item
1 Daging
Periode
Januari
Februari
Maret
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7,750
7,750
7,750
7,750
8,000
8,000
8,000
8,000
8,500
8,500
8,500
8,500
NR
7,750
7,750
7,750
7,750
8,000
8,000
8,000
8,000
8,500
8,500
8,500
8,500
PORec
7,750
7,750
7,750
7,750
8,000
8,000
8,000
8,000
8,500
8,500
8,500
8,500
7,750
7,750
7,750
8,000
8,000
8,000
8,000
8,500
8,500
8,500
8,500
-
GR
(kg)
OH
PORel
No.
Item
2 Ayam
7,750
Periode
Januari
Februari
Maret
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13,200
13,200
13,200
13,200
12,900
12,900
12,900
12,900
12,300
12,300
12,300
12,300
NR
13,200
13,200
13,200
13,200
12,900
12,900
12,900
12,900
12,300
12,300
12,300
12,300
PORec
13,200
13,200
13,200
13,200
12,900
12,900
12,900
12,900
12,300
12,300
12,300
12,300
13,200
13,200
13,200
12,900
12,900
12,900
12,900
12,300
12,300
12,300
12,300
-
GR
97,000
(kg)
OH
PORel
13,200
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014)
153,600
55
Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Pembelian Material No.
Item
Satuan
Total Pemesanan
Biaya pembelian
(Kg) (Rp) 1 Daging kg 97.000 73.500 2 Ayam kg 153.600 29.400 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya Pembelian (Rp) 7.129.500.000 4.515.840.000
Pada tabel 4.11 dapat dilihat total biaya pembelian per material
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan LFL No.
1 2
Satuan
Frekuensi
Inventory
Biaya Pesan
Biaya Simpan
Total Biaya
Total Biaya
a
b
pesan c
d
(Rp) e
(Rp) f
Pesan (Rp) g=cxe
Simpan (Rp) h=dxf
Daging Ayam
kg kg
12 12
-
68.100 68.100
919 368
817.200 817.200
-
Ingredients
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014) Pada tabel 4.12 dapat dilihat total biaya pesan, dan total biaya simpan. Ongkos simpan menjadi nol karena metode ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan.
56
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan LFL No.
1 2
Ingredients
Satuan
Biaya Pembelian (Rp)
Daging kg 7,129,500,000 Ayam kg 4,515,840,000 Total Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya Besan (Rp) 817,200 817,200
Total Biaya Simpan (Rp) -
Total Biaya Persediaan (Rp) 7,130,317,200 4,516,657,200 11,646,974,400
Dari perhitungan di atas, dengan biaya simpan nol, maka pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan menggunakan metode lot for lot sebesar Rp. 11.646.974.400,-
57
4.9.2
Metode Fixed Periode Requirements (FPR) Metode FPR ini menggunakan konsep interval pemesanan yang konstan,
sedangkan ukuran kuantitas pemesanan (lot size) bervariasi. Dalam metode FPR ini selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih. Ukuran kuantitas pemesanan tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan bersih dari setiap periode yang tercakup dalam interval pemesanan yang telah ditetapkan. Penetapan interval penetapan dilakukan secara sembarang. Pada metode FPR ini, jika saat pemesanan jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya sama dengan nol, maka pemesanannya dilaksanakan pada periode berikutnya.Untuk perhitungan FPR dapat dilihat pada tabel 4.14.
58
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan dengan Metode FPR No.
Item
1 Daging
No.
Item
2 Ayam
Periode GR OH NR PORec PORel
Januari 1 7,750 15,500 23,250 23,250 23,250
Februari 3 7,750 -
4 7,750 16,000 23,750 23,750
5 8,000 8,000
23,750
Periode GR OH NR PORec PORel
2 7,750 7,750
39,600
2 13,200 13,200
Maret 7 8,000 16,500 24,500 24,500
8 8,000 8,500
24,500
Januari 1 13,200 26,400 39,600 39,600
6 8,000 -
9 8,500 -
39,000
4 13,200 25,800 39,000 39,000
5 12,900 12,900
6 12,900 -
11 8,500 8,500
25,500
Februari 3 13,200 -
10 8,500 17,000 25,500 25,500
Maret 7 12,900 25,200 38,100 38,100
38,100
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
8 12,900 12,300
9 12,300 -
36,900
10 12,300 24,600 36,900 36,900
11 12,300 12,300
Total 12 (kg) 8,500 97,000.00 97,750.00 97,000.00 97,000.00 97,000.00
Total 12 (kg) 12,300 153,600 152,700 153,600 153,600 153,600
59
Tabel 4.15 Perhitungan Biaya Pembelian Material No.
Item
Satuan
Total Pemesanan Biaya pembelian (Kg) (Rp) 1 Daging kg 97,000 73,500 Ayam 2 kg 153,600 29,400 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya Pembelian (Rp) 7,129,500,000 4,515,840,000
Pada tabel 4.15 dapat dilihat total biaya pembelian per material.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan FPR No.
1
Satuan
Frekuensi
Inventory
Biaya Pesan
Biaya Simpan
a
b
pesan c
d
(Rp) e
(Rp) f
Daging
kg
4
97,750
Ingredients
Ayam 2 kg 4 152,700 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya
Total Biaya
Pesan (Rp) g=cxe
Simpan (Rp) h=dxf
68,100
919
272,400
89,807,813
68,100
368
272,400
56,117,250
60
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan FPR No.
Ingredients
1 2
Satuan
Biaya Pembelian (Rp)
Daging kg 7,129,500,000 Ayam kg 4,515,840,000 Total Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya Besan (Rp) 272,400 272,400
Total Biaya Simpan (Rp) 89,807,813 56,117,250
Total Biaya Persediaan (Rp) 7,219,580,213 4,572,229,650 11,791,809,863
Dari perhitungan di atas, maka pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan menggunakan Metode FPR sebesar Rp.11,791,809,863
61
4.9.3
Metode Part Period Balancing (PPB) Part Period Balancing (PPB) merupakan Metode yang menggunakaan
pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look ahead/look back) dari periode yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang terlalu sedikit. Untuk menentukan besarnya ukuran lot yang digunakan, Metode ini menggunakan Equivalent Part Period (EPP). Pemilihan ukuran lot yang akan dilaksanakan adalah berdasarkan ukuran lot yang mempunyai nilai mendekati atau sama dengan nilai EPP. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan dengan ongkos simpan per unit per periode . Perhitungan nilai EPP setiap masing-masing material dapat dilihat pada Tabel 4.20, sedangkan untuk perhitungan dengan Metode Part Period Balancing (PBB) dapat dilihat pada Tabel 4.21. Tabel 4.18 Perhitungan EPP
No.
Item a
1 2
Satuan b
Biaya Pesan (Rp) c
Biaya Simpan(Rp) d
EPP e=c/d
Daging kg 68.100 918,75 74,12 Ayam kg 68.100 367,50 185,31 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Pembulatan f 74,12 185,31
62
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Metode PPB Periode No.
1 Daging GR OH NR PORec PORel
No.
Januari
Item
Item
2 Ayam
15,500
1 7,750 7,750 15,500 15,500 -
Periode GR OH NR PORec PORel
2 7,750 -
Februari 3 7,750 7,750 15,500 15,500
15,500
4 7,750 -
5 8,000 8,000 16,000 16,000
16,000
26,400
2 13,200 -
7 8,000 8,000 16,000 16,000
16,000
Januari 1 13,200 13,200 26,400 26,400
6 8,000 -
Maret 8 8,000 -
9 8,500 8,500 17,000 17,000
17,000
26,400
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
4 13,200 -
25,800
5 12,900 12,900 25,800 25,800
6 12,900 -
25,800
11 8,500 8,500 17,000 17,000
11 12,300 12,300 24,600 24,600
Total 12 (kg) 12,300 153,600 76,800 153,600 153,600 127,200
17,000
Februari 3 13,200 13,200 26,400 26,400
10 8,500 -
Total 12 (kg) 8,500 97,000.00 48,500.00 97,000 97,000.00 97,000.00
Maret 7 12,900 12,900 25,800 25,800
8 12,900 -
24,600
9 12,300 12,300 24,600 24,600
10 12,300 -
24,600
63
Tabel 4.20 Perhitungan Biaya Pembelian Material No.
1
Item
Satuan
Daging
Total Pemesanan
Biaya pembelian
Total Biaya Pembelian
(Kg)
(Rp)
(Rp)
97.000
73.500
7.129.500.000
29.400
4.515.840.000
kg
Ayam 2 kg 153.600 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Pada tabel 4.22 dapat dilihat total biaya pembelian per material.
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan PPB No.
Ingredients
Satuan
Frekuensi
Inventory
pesan
1 2
a Daging Ayam
b kg kg
c 6 6
d 48.500 76.800
(Rp)
Total Biaya Pesan (Rp)
Total Biaya Simpan (Rp)
f 919 368
g=cxe 408.600 408.600
h=dxf 44.559.375 28.224.000
Biaya Pesan
Biaya Simpan
(Rp)
e 68.100 68.100
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014) Pada tabel 4.23 merupakan hasil perhitungan untuk total biaya pesan dan total biaya simpan per material.
64
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan PPB No.
Ingredients
1 2
Satuan
Biaya Pembelian (Rp) 7,129,500,000 4,515,840,000
Daging kg Ayam kg Total Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Total Biaya Besan (Rp) 408,600 408,600
Total Biaya Simpan (Rp) 44,559,375 28,224,000
Total Biaya Persediaan (Rp) 7,174,467,975 4,544,472,600 11,718,940,575
Dari perhitungan di atas, maka pada tabel 4.24 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan menggunakan Metode PPB sebesar Rp. 11.718.940,575
65
4.10
Analisa Total Biaya Persediaan Material Berdasarkan hasil perhitungan lotsizing dengan menggunakan Metode
lotsizing yang berbeda-beda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan biaya total persediaan yang didapatkan dari hasil penjumlahan biaya pembelian material, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Tabel 4.13, Tabel 4.17, Tabel 4.22 berisi hasil perhitungan total biaya persediaan material dengan 3 Metode lotsizing tersebut.
4.11
Biaya Persediaan Minimum Hasil perhitungan total biaya persediaan dengan menggunakan 3 Metode
lotsizing yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap Metodenya. Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui perbedaan hasil perhitungan tersebut, Tabel 4.23 menjelaskan tentang perbandingan total biaya pembelian, biaya pesan, biaya simpan, dan biaya persediaan untuk setiap jenis material.
66
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Biaya Pembelian, Biaya Pesan, Biaya Simpan per Metode No.
Item
Metode
Biaya Pembelian (Rp)
Total Biaya Pesan (Rp)
Total Biaya Simpan (Rp)
Total Biaya Persediaan (Rp)
1
Daging
LFL
7,129,500,000
817,200
-
7,130,317,200
FPR
7,129,500,000
272,400
89,807,813
7,219,580,213
PPB
7,129,500,000
408,600
44,559,375
7,174,467,975
LFL
4,515,840,000
817,200
-
4,516,657,200
FPR
4,515,840,000
272,400
56,117,250
4,572,229,650
PPB 4,515,840,000 Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
408,600
28,224,000
4,544,472,600
2
Ayam
Pada tabel 4.23 terlihat untuk material daging dan ayam total biaya persediaan paling minimum adalah dengan Metode lot for lot.
67
4.12
Pembahasan Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan total biaya persediaan
minimum, terdapat beberapa Metode lotsizing yang menghasilkan biaya persediaan minimum untuk beberapa jenis material. Hal ini dikarenakan masingmasing Metode akan menghasilkan frekuensi pesan dan ukuran lot yang berbedabeda. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan perbedaan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan untuk masing-masing Metode lotsizing. Adapun alasan mengapa Metode lot for lot menghasilkan biaya persediaan minimum untuk material daging dan ayam adalah karena biaya simpan pada Metode ini nol. Sedangkan untuk Metode FPR dan PPB memiliki biaya simpan yang tinggi dikarenakan adanya nilai inventory yang besar akan mempengaruhi biaya simpan dan tentunya juga akan berpengaruh pada total biaya persediaan material. Pada tabel 4.23 terlihat untuk material daging dan ayam total biaya persediaan paling minimum adalah dengan Metode lot for lot.