48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1.
Survei Pendahuluan Pada tanggal 7 dan 8 April 2010 peneliti melakukan observasi pembelajaran matematika di kelas VIII-2. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas tersebut. Adapun hasil observasi pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: a) Metode yang digunakan guru adalah ekspositori, ceramah, dan penugasan. Guru menjelaskan materi, dan waktu lebih banyak dipergunakan untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS sebagai tugas. b) Selama proses pembelajaran matematika, siswa terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan siswa malah mengobrol dengan teman sebangku atau teman belakang tempat duduknya oleh sebab itu kelas terdengar cukup berisik. c) Siswa masih merasa takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat tentang materi pelajaran yang tidak dipahami atau belum dipahami dan banyak yang hanya diam saja. d) Dari 22 orang siswa hanya 10 orang siswa yang mencatat materi yang disampaikan guru, sisanya mencatat tetapi tidak lengkap. e) Siswa terlihat diam saja dengan ekspresi muka yang menunjukkan bosan dan mengantuk ketika pembelajaran matematika sedang berlangsung karena selama pembelajaran siswa hanya duduk dan memperhatikan guru mengajar di depan kelas. Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
penelitian
49
Gambar 1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Penelitian Pendahuluan Pada tanggal 12 April 2010 peneliti memberikan soal tes kemampuan komunikasi matematik pada pokok bahasan Lingkaran. Materi ini merupakan materi yang telah diajarkan pada siswa sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. Kemudian setelah siswa selesai mengerjakan tes kemampuan awal komunikasi matematik, peneliti
mensosialisasikan
tentang
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan bagaimana langkah-langkahnya disertai dengan pembagian kelompok. Hasil tes awal kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi lingkaran diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 46.75 dengan nilai terendah 20 serta nilai tertingginya 75 (terlampir). Dari data kemampuan awal komunikasi matematik siswa, hanya 22,72% siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah Hal ini mendorong peneliti melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan suatu model alternatif yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle. Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas, wawancara terhadap guru dan hasil tes kemampuan awal komunikasi matematik siswa tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
50
Selanjutnya
peneliti
berkonsultasi
dan
berdiskusi
dengan
guru
matematika untuk mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya untuk disesuaikan dengan kondisi kelas penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan setiap tindakan pembelajaran sesuai dengan sebagaimana mestinya. Sebelum proses pembelajaran disepakati bahwa guru matematika kelas bertindak sebagai kolaborator dan peneliti sebagai guru. Bersama dengan kolaborator, peneliti menyusun dan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti mengambil materi kubus dan balok serta prisma dan limas sebagai materi untuk penelitian, karena materi tersebut sudah pernah siswa pelajari waktu masih di SD walaupun sifatnya masih sederhana. Materi tersebut sangat cocok diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle karena siswa hanya tinggal mengulang dari apa yang telah mereka dapat di SD, jadi siswa sudah memiliki pengetahuan awal untuk materi tersebut. 2. Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan pembelajaran siklus 1 merupakan tindakan awal yang sangat penting , hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran tahap ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu Sifat-sifat kubus dan balok, menghitung diagonal bidang dan diagonal ruang pada kubus dan balok, menghitung luas bidang diagonal pada kubus dan balok, luas permukaan kubus dan balok, serta volume kubus dan balok. a) Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat instrumen-instrumen penelitian, yang terdiri dari lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar observasi kerjasama kelompok, jurnal harian siswa, alat dokumentasi, membuat lembar tugas diskusi untuk tiap pertemuan dan
51
soal tes kemampuan komunikasi matematik siklus I. Semua persiapan ini peneliti lakukan bersama kolaborator. Lembar tugas diskusi dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu proses pembelajaran agar diskusi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle bisa lebih terarah. Lembar soal tes siklus I dibuat
untuk
mengetahui
perkembangan
kemampuan
komunikasi
matematik siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengukur aspekaspek
kemampuan
komunikasi
matematik
siswa
selama
proses
pembelajaran berlangsung yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan, sedangkan lembar observasi kelompok digunakan untuk melihat bagaimana kerjasama siswa dalam kelompoknya. Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe InsideOutside Circle ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematiknya, dan memiliki respon yang positif terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle yang dilaksanakan di kelas. b) Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu (2x30 menit) tiap pertemuannya. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 13 28 April 2010 sebanyak 5 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran 1. 1) Pertemuan pertama (Selasa, 13 April 2010) Pertemuan pertama pokok bahasan yang akan dipelajari adalah sifatsifat kubus dan balok. Pada pertemuan ini ada 2 orang siswa yang tidak hadir, 1 orang sakit dan 1 orang tanpa keterangan. Kegiatan ini diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi. Guru melakukan
52
apersepsi dengan cara mengingatkan siswa sekilas tentang kubus dan balok. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran selanjutnya penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru. Kemudian guru memberikan penjelasan lagi secara sekilas langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan meminta siswa duduk atau mengambil posisi dalam kelompokkelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok inside berada pada posisi dalam lingkaran dan kelompok outside berada pada posisi luar. Pembagian
kelompok
sudah
dilaksanakan
pada
pertemuan
sebelumnya yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika kelas membagi kelompok menjadi 8 kelompok dari 22 siswa yaitu 12 perempuan dan 10 laki-laki. 6 kelompok terdiri dari 3 siswa dan 2 kelompok terdiri dari 2 siswa. Setiap kelompok dicapur antara laki-laki dan perempuan, namun siswa dengan peringkat 1-8 teratas disebar pada setiap kelompok berbeda. Siswa sudah duduk bersama kelompoknya dengan posisi yang telah ditentukan. Kemudian peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi pada tiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan lembar tugas diskusi berisi materi dan soal yang berkaitan dengan sifat-sifat kubus dan balok yang berbeda. Peneliti menginstruksikan bahwa waktu untuk mengerjakan lembar tugas diskusi ± 10 menit. Pada saat mengerjakan lembar tugas diskusi (1), antara siswa Inside dan Outside yang saling berhadapan mendapat isi lembar tugas diskusi (1) yang sama. Pada pertemuan pertama ini terlihat sebagian besar siswa terihat kurang memperhatikan apa yang diperintahkan peneliti dan masih belum kompak dalam bekerja sama. Suasana kelas menjadi ribut karena ada beberapa siswa yang masih bercanda di dalam kelas, tetapi observer
53
berusaha menegur mereka dan meminta siswa bekerja kembali. Selama mengerjakan lembar tugas diskusi ada kelomok yang mengerjakannya dengan bantuan buku paket dan LKS dari sekolah dan ada juga yang menggunakan kerangka kubus dan balok yang sudah mereka buat sebagai tugas pada pertemuan pertama. Pada saat diskusi kelompok, terlihat siswa yang pintar masih mendominasi kegiatan diskusi, siswa yang lainnya cenderung diam dan hanya sedikit yang mencoba bertanya kepada siswa yang pintar. Kemudian masih banyak sekali siswa yang bertanya kepada guru apa yang mereka belum pahami. Berikut ini petikan jawaban siswa dari Lembar Tugas Diskusi (1) kelompok 1 (outside): 1. Perhatikan gambar ! Bangun apakah gambar tersebut ? kubus
Tentukan : a. Rusuk : d. Diagonal ruang AB, BC, AD,DC, EF, EH, GH, HB, FD, AG, DF GF,HD, EA, FB, GC b. Sisi/bidang e. Bidang diagonal ABFE, BCGF, DCGH, ADEH BDFH, EGAC ABCD, EFGH . c. Diagonal bidang AF, BE, BG, FC, CH, DG, AH, ED, AC, BD, EG, HF 2. Sebutkan benda-benda di sekitar kamu yang berbentuk kubus ! Tempat spidol, lemari, monitor komputer
Dari jawaban kelompok 1 (outside) terlihat siswa cukup mampu merefleksikan dari gambar ke dalam kalimat matematika dengan menunjukkan sifat-sifat kubus. Ini artinya kemampuan drawing mereka cukup baik. Kemudian kemampuan mathematical expression mereka juga cukup baik terlihat dari mereka mampu menyebutkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus. Dilihat dari aspek-aspek kemampuan komunikasi pada pertemuan pertama ini kemampuan komunikasi matematik mereka cukup baik. Namun pada beberapa kelompok lain siswa yang pintar lebih banyak mendominasi, yang lainnya
54
belum terlihat mengungkapkan argumennya, ini berarti kemampuan kerjasama siswa belum terlihat. Hal ini bisa dilihat pada Lembar Observasi Kelompok pada pertemuan 1, skor rata-ratanya masuk ke dalam kategori rendah. Siswa juga masih sulit membedakan antara diagonal bidang dengan bidang diagonal, hal ini terlihat masih kurang lengkapnya jawaban siswa mengenai
bidang
diagonal.
Demikian
juga
kemampuan
siswa
merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar masih kurang, hal ini dapat dilihat dari petikan jawaban siswa pada kelompok 4 (inside) : d. Buatlah gambar sebuah balok KLMN.OPQR! Kemudian, Tentukan : R
Q
P O N K
M L
a. Rusuk d. KL, KN, NM, ML, LO, OP, PQ, QR, KR, RO, MP, NQ b. Sisi/bidang e. LMNK, LORK, LMPO, MPQN, OPQR, KNQR c. Diagonal bidang KM, LN, MQ, NP, LP, OM, OQ,
Diagonal ruang LQ, RM, KP, NO Bidang diagonal KRMP, NQLO, RQLM, KNOP
e. Sebutkan benda-benda di sekitar kamu yang berbentuk balok ! Tempat pensil, lemari, meja
Dari petikan jawaban kelompok 4 (inside) terlihat kemampuan drawing siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari siswa kurang baik dalam menggambar sketsa balok. Kemudian tata cara penamaan balok tersebut masih acak, sehingga agak membingungkan kelompok lain ketika mendapat penjelasan dari kelompok 4 (inside). Setelah siswa menyelesaikan Tugas diskusi (1) dalam waktu yang ditentukan dan sudah memastikan jawaban siswa sudah tepat walaupun belum lengkap, peneliti meminta kelompok outside berputar berlawanan arah jarum jam, sehingga bertemu dengan kelompok inside yang baru,
55
kemudian peneliti menginstruksikan untuk menerangkan hasil diskusi masing-masing kelompok selama 7 menit, begitu seterusnya sampai kelompok outside kembali pada kelompok inside asal. Peneliti menyampaikan kepada siswa bahwa semua mendapat giliran yang sama untuk menjelaskan pada kelompok lain. Di sini masih terlihat siswa bingung dan peneliti butuh waktu untuk mengatur posisi siswa. Kemudian kemampuan written text siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari siswa masih terlihat malu-malu untuk menjelaskan hasil diskusi dan argumennya kepada kelompok lain. Sehingga mereka masih ribut sendiri dan saling mengandalkan temannya untuk menerangkan. Siswa juga terlihat tidak mendengarkan kelompok lain saat menjelaskan hasil diskusi mereka. Hanya 2 kelompok yang mencatatat hasil diskusi mereka dengan kelompok lain, selebihnya hanya mendengarkan saja. Kemampuan Mathematical Expression mereka pada pertemuan ini cukup baik karena, mereka mampu menyebutkan bendabenda yang ada di lingkungan sekitar yang berbentuk kubus dan balok, karena pertanyaannya pun masih relatif mudah. Pada pertemuan pertama ini siswa masih pasif. Terlihat siswa masih malu-malu untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok pada temannya, sehingga saling mengandalkan. Kemudian tidak ada yang bertanya ketika temannya menjelaskan. Hal tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa dengan cara belajar seperti ini. Pada kegiatan akhir pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan menunjuk beberapa siswa secara acak untuk menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Dari 3 orang yang ditunjuk peneliti secara acak 2 orang dapat menjawab benar pertanyaan dari peneliti. Peneliti juga memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang diagonal bidang dan diagonal ruang pada kubus dan balok. Setelah itu peneliti memberikan angket
kepada
siswa
untuk
pembelajaran pada pertemuan ini.
mengetahui
respon
siswa
terhadap
56
2)
Pertemuan kedua (Rabu, 14 April 2010) Pada pertemuan kedua pokok bahasan yang akan dipelajari adalah
menentukan panjang diagonal bidang dan diagonal ruang pada kubus dan balok. Pada pertemuan ini terdapat 2 orang tidak hadir karena sakit. Kegiatan pembelajaran diawali membuka kegiatan pembelajaran dengan cara mengulang sedikit materi sebelumnya terutama mengenai diagonal bidang dan diagonal ruang pada kubus dan balok dan mengingat kembali teorema phytagoras. Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran harus sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi yang sama. Namun masih ada saja kelompok siswa yang belum menempati posisinya, sehinnga peneliti perlu mengaturnya lebih tegas lagi. Seperti biasa guru memberikan lembar tugas diskusi (2) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi “bidang diagonal kubus dan balok”. Sebagian siswa terlihat sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing dalam kelompok. Pada saat mengerjakan sebagian besar kelompok menggunakan bantuan buku paket dari sekolah dan LKS dari sekolah. Pada saat siswa mengerjakan lembar tugas diskusi (2), peneliti bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan. Namun, terlihat antusias siswa mulai meningkat dan aktif bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak mengerti
walaupun
kelas
menjadi
berisik.
Observer
berusaha
menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam lembar tugas diskusi (2). Pada saat kelompok siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kelompok tersebut agar siswa menjadi paham. Beberapa kelompok siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada lembar tugas diskusi namun kerjasama siswa belum terlalu terlihat, karena siswa membagi-bagi tugas untuk dikerjakan tetapi soal yang dikerjakan
57
anggota kelompok lain mereka tidak mau tahu. Anggota kelompok lainnya hanya fokus untuk mengerjakan soal yang menjadi bagiannya. Tetapi masih ada juga beberapa kelompok yang hanya mengobrol dan mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya. Akhirnya peneliti mendampingi kelompok tersebut untuk mengerjakan tugasnya. Berikut ini petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (2) yang dikerjakan kelompok 1 (outside) : Perhatikan gambar ! a. Buatlah garis AF pada gambar kubus di samping ! Jika panjang rusuk kubus tersebut 6 cm. Tentukan panjang AF! Dik : rusuk = …6.. cm Dit : Diagonal bidang AF ? Jawab :
b. Dengan cara yang sama tentukan panjang diagonal bidang BG !
c. Bandingkan hasil jawaban a dan b! Bagaimana hasilnya ? Hasilnya sama karena setiap rusuknya sama panjang
Dari jawaban kelompok 3 (outside) terlihat siswa cukup mampu merefleksikan soal dalam kalimat matematika ke dalam gambar hal ini bisa dilihat dari petikan jawaban siswa pada lembar tugas diskusi, siswa menggambar diagonal AF (drawing) dengan benar, namun masih ada kelompok yang menggambar diagonal bidang dan diagonal ruang masih keliru dan tertukar. Siswa juga sudah bisa menulis apa yang diketahui dari soal ke dalam kalimat matermatika (written text), namun argumen mereka masih terlihat kurang, hal ini terlihat siswa masih belum mampu mengungkapkan argumennya dengan bahasa sendiri dan tidak sistematis.
58
Sebagian besar siswa sudah bisa menghitung diagonal bidang pada kubus dan balok karena mereka sudah paham mengenai dalil phytagoras, tetapi mereka tidak yakin jawaban mereka benar ketika hasilnya tidak dapat diakar kuadratkan karena mereka belum bisa menyederhanakan bentuk akar. Setelah waktu habis untuk menyelesaikan lembar tugas diskusi (2), maka sekarang giliran kelompok inside circle yang berputar posisi, sedangkan kelompok outside circle tetap pada posisinya.
Kemudian
mereka berbagi dengan pasangan kelompok baru dalam waktu yang telah ditentukan dan seterusnya. Pada pertemuan ini kemampuan siswa mengungkapkan argumen masih kurang baik. Terlihat dari siswa masih tampak malu-malu apalagi ketika harus menerangkan pada siswa dalam kelompok lain yang berbeda jenis kelamin. Kemudian, sebagian besar siswa laki-laki ribut sendiri. Mereka kurang memperhatikan ketika siswa dari kelompok lain menjelaskan hasil diskusinya dan jarang mengungkapkan pemikiranpemikirannya. Siswa masih tampak malu untuk bertanya pada kelompok lain apabila penjelasan dari kelompok lain masih kurang dipahami. Namun, pada pertemuan ini masih lebih baik dari pertemuan sebelumnya karena siswa sudah paham langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle sehingga waktu diskusi mereka jadi tidak terbuang. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang luas bidang diagonal pada kubus dan balok. Kemudian peneliti memberikan angket
kepada
siswa
untuk
pembelajaran pada pertemuan ini.
mengetahui
respon
siswa
terhadap
59
3) Pertemuan ketiga (Kamis, 15 April 2010) Pada pertemuan ketiga pokok bahasan yang akan dipelajari adalah menentukan luas bidang diagonal pada kubus dan balok. Pada pertemuan ketiga ini terapat 1 orang diantaranya tidak hadir karena sakit dan observer sudah hadir untuk memberikan penilaian dalam kelas. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan mengulang sedikit materi mengenai bidang pada hubus dan balok. Siswa mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran harus sudah duduk
dengan
kelompoknya
masing-masing.
Seperti
biasa
guru
memberikan lembar tugas diskusi (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi materi “luas bidang diagonal kubus dan balok” . Kelompok 1 dan 3 (inside dan outside) mengerjakan tugas diskusi berisi luas bidang diagonal kubus, Kelompok 2 dan 4 (inside dan outside) mengerjakan tugas diskusi berisi luas bidang diagonal balok. Siswa terlihat sibuk membagi tugas kepada teman-teman dalam kelompoknya dan pada saat mengerjakan siswa menggunakan bantuan buku paket dan LKS dari sekolah. Selama mengerjakan lembar tugas diskusi (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (3). Siswa berebut untuk bertanya cara menyelesaikan soal yang terdapat pada lembar tugas diskusi (3). Namun, peneliti senang karena antusias siswa mulai kelihatan meningkat dan mulai aktif bertanya kepada peneliti apaapa yang tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Siswa banyak yang bertanya pada peneliti maupun observer karena siswa merasa materi kali ini cukup sulit. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang berkomentar materinya sulit pada lembar jurnal harian. Observer meminta siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam lembar tugas diskusi (3). Pada saat kelompok siswa bertanya kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kelompok tersebut agar siswa menjadi paham.
60
Sebagian kelompok sudah mampu untuk menyelesaikan lembar tugas diskusi (3), dan membagi-bagi tugas pada masing-masing anggota. Tetapi masih ada kelompok yang hanya mengandalkan satu orang saja dan yang lainnya mengobrol. Selama mereka mengerjakan Lembar Tugas Diskusi (3), peneliti berkeliling lagi untuk memastikan argumen dan jawaban mereka sudah tepat dan benar. Berikut ini petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (2) yang dikerjakan kelompok 1 (inside) : a. Pada kubus ABCD.EFGH berikut, ABGH adalah bidang diagonal. Berbentuk apakah bidang-bidang diagonal pada kubus? Persegi panjang
b. Jika panjang rusuk AB = 12 cm, maka tentukan luas bidang diagonal ABGH ! Dik : Dit : Jawab : = 122 + 122 BG = 144 + 144 = Luas ABGH = 12 x c. Dengan cara yang sama tentukan panjang diagonal bidang ACEG ! Dik : Dit : Jawab : = 122 + 122 = 144 + 144 = = 12 x
Terlihat dari petikan isi lembar tugas diskusi (3) yang dikerjakan oleh kelompok 3 (Outside), mereka belum menulis apa yang diketahui pada soal
dengan
baik.
Dalam
penyelesaian
soal,
mereka
mampu
menyelesaikannya dengan bahasa mereka sendiri dibantu dengan melihat rumus yang ada di buku paket, tanpa bertanya pada peneliti maupun observer. Namun,
masih
banyak
kelompok
yang
kebingungan
untuk
menyelesaikan lembar tugas diskusi. Karena berdasarkan angket yang diberikan rata-rata siswa berpendapat bahwa materi luas bidang diagonal itu sulit. Sehingga peneliti bersama observer membantu mereka untuk mengarahkan pada jawaban yang benar.
61
Kemudian kemampuan mathematical expression mereka juga masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari petikan jawaban salah satu kelompok pada lembar tugas diskusi. Jawaban mereka baru sebatas menentukan luas, namun belum sampai pada penyelesaian masalah yang ditanyakan. Berikut ini petikan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dikerjakan oleh siswa secara berkelompok : 1. Sebuah kandang berbentuk balok berukuran panjang 24 dm, lebar 7 dm, dan tinggi 8 dm disekat menjadi dua ruang seperti tampak pada gambar. Jika papan pemisah tersebut dicat pada dua sisinya dan setiap 1 dm3 membutuhkan 15 ml cat, maka berapa ml cat yang diperlukan ! Dik : p = 24 t = 8 l=7 Dit : berapa ml cat yang dibutuhkan Jawab : DB = = =
= 25
= 25 x 8 = 200 dm2
Dari petikan isi lembar tugas diskusi (3) tersebut, terlihat siswa cukup baik untuk menyatakan soal mengenai bidang diagonal kubus yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam kalimat atau simbol dalam matematika, namun ketika tahap penyelesaian mereka belum selesai sampai menemukan jawaban yang ditanyakan. Tetapi argumen mereka sudah mendekati benar. Pada pertemuan ini, ketika kelompok outside mulai berputar kemampuan siswa mengungkapkan argumen lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari siswa yang mulai mencoba menjelaskan dengan argumennya sendiri yang ditulis pada lembar tugas diskusi, walaupun masih kurang lancar karena masih kurang percaya diri padahal argumen mereka sudah benar. Ketika kelompok yang mendapat materi kubus dengan kelompok yang mendapat materi balok bertemu, siswa lebih serius memperhatikan karena memang belum tahu sama sekali dengan
62
materi kelompok diskusi lain. Namun ketika berputar, siswa bertemu dengan kelompok yang sama membahas kubus, perhatian mereka berkurang ketika kelompok lain menjelaskan argumennya karena mereka mengganggap sudah bisa. Kemudian terlihat hanya siswa yang pintar dalam kelompoknya saja yang mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait tentang argumen kelompok lain tentang cara mencari luas bidang diagonal, ketika kelompok lain menerangkan hasil diskusinya. 4 dari 8 kelompok yang ada sudah mulai mencatat hasil diskusi mereka dengan kelompok lain. Pada pertemuan kali ini, kemampuan drawing, written text, dan mathematical expression siswa sudah mulai ada peningkatan walaupun sedikit. Siswa sudah mulai mau berargumen dalam diskusi dengan kelompok lain, dan mengajukan pendapat serta pertanyaan-pertanyaan walaupun hanya sebagian saja. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Peneliti juga memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang luas permukaan pada kubus dan balok dan memberikaN tugas setiap kelompok untuk membuat jaring-jaring kubus dan balok dari karton. Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
4) Pertemuan keempat (Selasa, 27 April 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah Luas Permukaan Kubus dan Balok. Pada pertemuan ini terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit. Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu menunjuk salah satu siswa untuk menjawab materi sebelumnya. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya pada posisi biasanya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini.
63
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (4) dengan materi “Luas Permukaan Kubus dan Balok” kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Kerjasama siswa
dalam kelompok mulai
terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (4) walaupun siswa pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha untuk mengerti juga. 6 dari 8 kelompok yang ada sudah terlihat mendiskusikan dan menyusun argumennya masing-masing dengan baik untuk menentukan luas permukaan kubus atau balok. Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (4). Pada proses pembelajaran pertemuan 4 ini, peneliti sudah merasakan keringanan ketika berkeliling karena kelompok siswa sudah terlihat lebih rapih dan teratur. Siswa yang sering mengobrol dan membuat gaduh sudah mau mengerjakan lembar tugas diskusi (4) walaupun belum sepenuhnya mengerti dan peneliti berusaha memberi pengarahan dan penjelasan kepada siswa. Berikut ini petikan jawaban lembar tugas diskusi (4) yang dikerjakan kelompok 1 (inside) : a. Perhatikan gambar ! Sebutkan bidang pada gambar kubus disamping ! EFAB, BCFG, HGDC, HDEA, HGEF, ABCD Berbentuk apakah bidang pada kubus tersebut ? Persegi b. Jika panjang rusuk kubus tersebut 7 cm. Tentukan Luas permukaannya ! Dik : panjang rusuk = 7 Dit : Luas permukaannya? Jawab : ABEF = s x s = 7 x 7 = 49 ABDC = s x s = 7 x 7 = 49 BCFG = s x s = 7 x 7 = 49 ADEH = s x s = 7 x 7 = 49 DCHG = s x s = 7 x 7 = 49 EFHG = s x s = 7 x 7 = 49 + Luas permukaan = 294
Terlihat
dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (3) yang
dikerjakan oleh kelompok 1(inside), rata-rata siswa sudah mampu merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika. Kemudian terlihat
64
juga siswa sudah mampu mencari luas permukaan balok dengan cara mereka sendiri dan jawabannya pun sudah tepat. Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu menulis apa yang diketahui pada soal dengan baik walaupun belum sepenuhnya benar. Siswa juga sudah mampu membuat argumen dengan bahasanya sendiri, walaupun masih ada siswa yang menggunakan rumus sama dengan yang ada di buku paket. Namun, 3 kelompok masih kurang lengkap dalam menjawab sehingga masih membingungkan kelompok lain. Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi, pada pertemuan kali ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok outside yang baru. Kemudian siswa mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi (4) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai terbiasa dan tidak malu-malu seperti pada pertemuan
sebelumnya
untuk
berdiskusi
dengan
kelompok
lain.
Kemampuan siswa mengungkapkan argumennya lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Terlihat dari siswa mulai mencoba menjelaskan dengan argumennya yang sudah ditulis pada lembar tugas diskusi dengan bahasa sendiri. Tetapi, masih terlihat kurang percaya diri padahal argumennya sudah benar. Siswa juga sudah bisa membedakan mana gambar jaring-jaring kubus mana yang bukan. Bahkan ada salah satu kelompok menggunting-gunting kubus yang mereka buat dari karton untuk dapat menggambar jaring-jaring balok yang benar. Ketika kelompok yang mendapat materi kubus dengan kelompok yang mendapat materi balok bertemu, kelompok 3 dan 4 baik inside maupun outside agak kesulitan untuk menyampaikan argumennya mengenai cara mencari luas permukaan balok, sehingga siswa dari kelompok lain pun tidak paham dengan penjelasan mereka. Kemudian hanya sedikit siswa bertanya pada kelompok lain tentang cara mencari luas bidang diagonal, ketika kelompok lain menerangkan hasil diskusinya. Dan 4 dari 8
65
kelompok yang ada sudah mulai mencatat hasil diskusinya dengan kelompok lain. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, seperti yang sudah dipaparkan sebagian besar mereka masih kurang paham dengan cara mencari luas permukaan balok. Kemudian peneliti menjelaskan sedikit mengenai luas permukaan balok dan memberikan rumusnya. Peneliti juga mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari dan bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang volume kubus dan balok. Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
5) Pertemuan kelima (Rabu, 28 April 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah volume Kubus dan Balok. Pada pertemuan kelima ini terdapat 2 orang siswa yang tidak hadir karena izin. Peneliti mereview pembelajaran pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah menempati dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (5) yang berisi materi “volume kubus dan balok” kepada setiap kelompok dan berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (5). Siswa sudah terlihat mulai sibuk mengerjakan lembar tugas diskusi (5) dengan membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya tanpa instruksi dari peneliti terlebih dahulu sehingga proses menyelesaikan lembar tugas diskusi (5) dapat selesai tepat waktu. Kerjasama siswa dalam kelompok mulai
terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas
diskusi (5). Walaupun siswa pandai masih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha untuk mengerti juga dengan bertanya dan
66
memperhatikan penjelasan dari siswa yang pintar. Kemudian masih terlihat ada 3 kelompok yang belum aktif dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (5). Berikut ini petikan jawaban dari lembar tugas diskusi (5) yang dikerjakan oleh kelompok 3 outside : a. Ada berapa kubus kecil yang terdapat pada susunan gambar tersebut ! 18 kubus = 3 x 2 x 3
b. Jika panjang SR = 24 cm, UV = 18 cm, dan VR = 8 cm. Tentukan volume balok PQRS.TUVW ! Dik : SR = 24 cm UV = 18 cm VR = 8 cm Dit : volume balok PQRS.TUVW ? Jawab : = p x l x t = 24 x 18 x 8 = 432 x 8 = 3456 cm3
Terlihat
dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (5) yang
dikerjakan oleh kelompok 3 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika. Siswa juga sudah mampu mengungkapkan argumennya dengan baik. Terlihat dari petikan lembar tugas diskusi, argumen siswa sudah benar, karena sebetulnya pada materi ini siswa hanya mengulang dari Sekolah Dasar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan drawing dan written text siswa sudah mulai meningkat. Pada pertemuan ini, giliran kelompok outside yang berputar. Ketika kelompok outside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok inside yang baru. Kemudian siswa mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi(5) dengan kelompok baru tersebut dengan waktu yang ditentukan. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk memaparkan argumennya dalam lembar tugas diskusi(5), terlihat memang benar mereka
67
menguasai materi tersebut. Karena menguasai materi maka mereka jadi lebih bersemangat untuk memperhatikan dan mendengarkan kelompok lain dalam memaparkan hasil lembar tugas diskusi(5)nya. Kemudian mereka sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang membahas soal yang berbeda dari yang biasanya. Rasa ingin tahu mereka mulai meningkat. Siswa juga mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan volume kubus dan balok yang terkait dengan kehidupan sehari-hari walaupun belum sepenuhnya. Karena sedikit dibantu dalam memahami soal tersebut oleh peneliti. Siswa juga mampu menjelaskannya kepada kelompok lain. Kemudian dalam menjelaskan soal kepada kelompok lain ada beberapa siswa yang menjelaskannya dengan menggunakan bantuan gambar sehingga siswa lain menjadi mudah memahaminya. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari serta bersama-sama siswa
menyimpulkan
materi
yang
tadi
dipelajari.
Peneliti
juga
mengumumkan bahwa untuk pertemuan selanjutnya yaitu ulangan harian dengan materi ”kubus dan balok”. Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
6) Pertemuan keenam (Kamis, 29 April 2010) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuka pembelajaran dan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir siklus 1. Tes ini berbentuk essai yang telah di uji validitas isi oleh ahli, dalam hal ini dosen pembimbing. Soal berjumlah 6 butir yang terdiri dari menjelaskan sifatsifat kubus dan balok, menghitung panjang rusuk pada kubus dan balok, menentukan jaring-jaring kubus dan balok, menghitung luas permukaan kubus dan balok, dan menentukan volume kubus dan balok. Tes ini
68
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemapuan komunikasi matematik siswa. Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian siswa. Di akhir waktu sebelum siswa mengumpulkan soal dan jawaban mereka, peneliti menugaskan mereka untuk membuat kerangka prisma dan limas untuk pertemuan selanjutnya, adapun pembagian kelompoknya sebagai berikut : Kelompok 1 (inside dan outside)
: kerangka prisma alas segienam
Kelompok 2 (inside dan outside)
: kerangka prisma alas segitiga
Kelompok 3 (inside dan outside)
: kerangka limas alas segitiga
Kelompok 4 (inside dan outside)
: kerangka limas alas persegi
c) Tahap Observasi dan analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
69
Tabel 6 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Siklus I Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik (KKM) Written Text Drawing Mathematical Expression
Skor total
Rata2 tiap kemampuan
25 10
1 49,80% 50,00%
2 49,60% 48,50%
3 50,67% 51,90%
4 65,90% 52,86%
5 70,00% 64,00%
57,20% 53,45%
10
42,50%
41,00%
46,67%
43,33%
58,50%
46,40%
Rata2 (%) Rata2 KKM siswa siklus I Skor normal
Rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pertemuan ke -
47,43% 46,36% 49,74% 54,03% 64,16% 52,34% 27
60%
Berdasarkan tabel 6, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Written Text Written Text meliputi kemampuan komunikasi matematik yang berupa kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar, memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung, mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada lembar tugas diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase kemampuan written text siswa hanya 57,20%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan written text siswa masih rendah, karena persentase tersebut masih dibawah persentase skor normal(rata-rata). Masalah yang terjadi yaitu ketika siswa harus menjelaskan argumen mereka pada kelompok lain masih terlihat malu-malu. Mereka belum menguasai materi yang akan dijelaskan kepada kelompok lainnya dan masih terlihat kurang percaya diri dengan jawaban dan argumen mereka. Kemudian sebagian besar siswa kurang memperhatikan apalagi bertanya ketika siswa dari kelompok lain menjelaskan argumennya. Selain itu, siswa yang pintar
70
masih terlihat mendominasi dalam diskusi dan menyusun argumen sementara yang lainnya hanya mengandalkan pada siswa yang pintar. Hanya sedikit siswa yang mencatat hasil diskusinya dengan kelompok lain. Namun sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan apa yang diketahui pada soal dengan benar. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar kemampuan written text siswa pada setiap pertemuan makin meningkat. Persentase kemampuan written siswa untuk siklus I ini masuk dalam kategori cukup. Namun, masih perlu diadakan perbaikan pada siklus dua dengan membuat suasana belajar yang lebih menyenangkan dan peneliti memberikan motivasi yang lebih baik lagi. 2) Drawing Kemapuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemampuan drawing siswa pada lembar observasi dari tiap pertemuan makin meningkat selama siklus I ini yaitu mencapai 53,45%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan drawing siswa masih rendah, karena persentase tersebut masih dibawah persentase skor normal(rata-rata). Kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar ke dalam kalimat atau simbol matematika masih dikatakan cukup. Hal ini dapat dilihat ketika siswa nenulis apa yang diketahui dari gambar ke dalam kalimat matematika sudah benar, namun masih banyak ditemukan kelompok yang belum baik dalam merefleksikan dari gambar kedalam kalimat matematika. Kemudian dari lembar tugas diskusi belum banyak tugas yang memuat merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar. Ini dapat dijadikan refleksi pada siklus selanjutnya. Sehingga dikatakan secara keseluruhan kemampuan drawing siswa belum baik dan perlu adanya perbaikan pada siklus II. 3) Mathematical Expression Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel diatas rata-rata persentase kemapuan mathematical expresion siswa masih rendah yaitu hanya 46,40%.
71
Masalah yang terjadi adalah pada saat menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa masih banyak yang bertanya pada observer maupun pada peneliti. Kemudian dalam menjawab soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa baru hanya sebatas argumennya saja belum sampai menjawab apa yang ditanyakan pada soal. Selain itu, dalam lembar tugas diskusi belum banyak memuat soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini masih perlu perbaikan pada siklus II, misalnya dengan lebih banyak memberikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa banyak berlatih mengasah kemampuan mathematical expresionnya, apalagi ketika pada saat kelompok inside atau outside berputar dan bertemu dengan kelompok lain, lalu mereka masing-masing menjelaskan hasil diskusinya maka akan semakin banyak masukan bagi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematik siswa pada saat pembelajaran siklus I rata-rata persentase kemampuan komunikasi matematik siswa diperoleh sebesar 52,34%. Namun masih banyak perbaikan dalam pembelajaran siklus I ini dalam semua aspek kemampuan komunikasi, seperti kemampuan menyusun argumen, menjelaskan dan bertanya tentang materi yang dipelajari, merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar, kemampuan menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupan seharihari, dan sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena kemampuan komunikasi matematik siswa belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu persentasenya diatas 60%. Peneliti juga menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa dalam kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Hasil pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
72
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Siklus I KELOMPOK
1 16 10 15 9 12 9 10 9
PERTEMUAN 2 3 4 18 22 16 12 14 18 13 18 20 11 15 18 13 16 21 11 15 18 11 15 17 11 13 15
5 24 21 23 23 21 20 21 17
1 (OUTSIDE) 1 (INSIDE) 2 (OUTSIDE) 2 (INSIDE) 3 (OUTSIDE) 3 (INSIDE) 4 (OUTSIDE) 4 (INSIDE) Skor rata-rata 11,25 12,50 16,00 17,88 21,25 tiap pertemuan
RATARATA 19.20 15.00 17.80 15.20 16.60 14.60 14.80 13.00
Keterangan Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Keterangan : Skala penilaian jumlah rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok: 9-18 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok rendah 19-27 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok sedang 28-36 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok tinggi
Tabel 7 menunjukkan bahwa skor kerjasama siswa dalam kelompok dari tiap pertemuan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa dalam kelompok semakin membaik. Pada pertemuan awal hanya siswa yang pintar saja yang mengerjakan lembar tugas diskusi yang lain hanya memperhatikan bahkan ada yang mengobrol, namun setelah diberikan pengarahan, pada pertemuan selanjutnya tampak ada perbaikan. Siswa mulai membagi tugas dalam mengerjakan lembar tugas diskusi. Namun pembagian tersebut belum berjalan dengan baik karena siswa hanya peduli dengan soal yang menjadi bagian tugasnya, sementara soal yang lain mereka tidak memperhatikan. Kemudian selama proses pem tetap siswa yang pintar yang banyak mengajukan argumennya dalam menyelesaikan soal yang lain hanya mengikuti saja. Selain itu, pada saat bertemu dengan kelompok lain untuk menjelaskan hasil diskusi, siswa dalam kelompok masih malu-malu, mereka masih saling mengandalkan Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II.
73
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle pada siklus I ini. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal harian siswa Dari jurnal harian siswa selama pembelajaran pada siklus 1, pendapat siswa sangat bervariasi. Sebagian besar siswa menyatakan respon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas. Hal ini dapat dilihat dari komentar-komentar mereka pada jurnal harian. Ada yang menuliskan seru, inovatif karena biasanya kita hanya duduk mendengarkan, have fun, menarik dan mudah dimengerti, serta menyenangkan. Komentar-komentar positif ini didapat karena pada pembelajaran biasanya mereka cenderung hanya duduk mendengarkan penjelasan guru saja, sehingga pembelajaran jadi membosankan. Kemudian, dengan adanya interaksi antar siswa, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Apalagi dengan ada beberapa siswa yang menjelaskan hasil diskusinya dengan gaya yang agak sedikit lucu, itu menjadi hiburan tersendiri bagi siswa. Selain itu ada juga beberapa siswa yang berkomentar biasa saja, bahkan tidak memberikan komentar apapun. Namun ada siswa yang berkomentar negatif. Komentar mereka antara lain agak sulit, komentar ini banyak didapat ketika pada pertemuan ketiga karena mereka rata-rata berpendapat materinya sulit. Tidak seru, kurang seru, dan bosan, komentar ini didapat karena ada siswa yang tidak mau satu kelompok dengan yang bukan sahabatnya, sehingga mereka jadi agak malas untuk mengikuti pembelajaran. Respon-respon yang negatif ini akan dipelajari peneliti, sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus II. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati kerjasama siswa di dalam kelompok siswa apa saja yang dilakukan siswa ketika proses diskusi sebagaimana pada gambar berikut:
74
Gambar 2 Guru Sedang Memberi Pengarahan Gambar 2 menunjukkan guru sedang membimbing siswa dalam kelompok belajarnya. Hal ini agar siswa lebih terarah dan lebih mengerti apa yang harus mereka kerjakan dari penjelasan peneliti.
Gambar 3 Siswa yang Lebih Pintar sedang Memberi Penjelasan kepada Siswa Lain pada Saat Berdiskusi Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa berdiskusi terlihat serius dan tampak pada gambar siswa yang lebih pintar berusaha menjelaskan kepada teman-teman yang lain dan teman yang lain pun terlihat serius memperhatikan. Pada awal-awal proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle siswa masih terlihat malu-malu karena sebelumnya siswa belum pernah diajarkan secara berkelompok apalagi menjelaskan hasil diskusi kelompoknya pada kelompok lain. Pada gambar di bawah ini terlihat siswa ketika menjelaskan argument mereka kepada kelompok lain yang ada dihadapan mereka .
75
Gambar 4 Siswa sedang menjelaskan argument mereka ketika menjelaskan hasil Lembar Tugas Diskusi kepada kelompok lain Nilai tes kemampuan komunikasi matematik selama siklus I diperoleh dari tes akhir kemampuan komunikasi matematik siklus I pada pertemuan keenam. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I INTERVAL > 96.20 82.57-96.20 55.31 - 82.57 41.68 - 55,31 < 41.68
F 0 2 18 1 1
F% 0.00 9.09 81.82 4.55 4.55 Keterangan:
KETERANGAN sangat baik baik cukup kurang sangat kurang
Nilai tertinggi
= 83,33
Jumlah siswa = 22
Nilai terendah
= 20.83
Rata-rata
= 68,94
Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 68,94. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I ini cukup baik dan mengalami peningkatan dari tes kemampuan awal. Namun masih ada 8 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM, artinya hanya 63,64% siswa yang sudah mencapai KKM.
76
Hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I ini masih belum memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 75% siswa mencapai KKM. Sehingga tindakan pada siklus I ini masih perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya.
d) Tahap refleksi Berdasarkan
hasil
jurnal
harian,
lembar
observasi
kemampuan
komunikasi matematik siswa dan wawancara dengan guru terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 9 Refleksi Kegiatan Tindakan Siklus I No 1
2
Aspek
Temuan Peneliti
Siswa
Rencana Perbaikan
Penerapan - Pengaturan - Siswa masih - Mengoptimalkan waktu Model waktu tidak sedikit untuk mengerjakan Pembelajaran sesuai apa bingung dalam Lembar Tugas Diskusi Kooperatif yang menjalankan dan ketika siswa Tipe Insidedirencanakan Model berputar menjelaskan sebelumnya pembelajaran hasil diskusinya kepada Outside - Pegelolaan inside-outside kelompok lain Circle kelas yang circle - Menjelaskan kembali belum - Tempat/posisi bagaimana menepakan maksimal, kelompok Model Pembelajaran sehingga agak Kooperatif Tipe Insidemasih banyak berantakan Outside Circle pada terdapat siswa siswa yang - Tempat/posisi lebih ribut ditegaskan lagi agar sebelum mulai pembelajaran harus rapi Kemampuan - Masih - Beberapa - Guru memperbaiki soalKomunikasi kesulitan siswa masih soal latihan agar matematik dalam kurang mengacu semua aspeksiswa dalam membimbing memahami aspek komunikasi model siswa karena soal-soal matematik. Pembelajaran siswa masih latihan yang - Memberikan reward kooperatif sering teriakada pada berupa pujian dan tipe insideteriak jika Lembar Tugas pemberian coklat pada
77
memanggil Diskusi guru - Siswa masih - Soal-soal malu-malu pada Lembar untuk Diskusi menjelaskan Siswa masih argument belum mereka pada lengkap kelompok lain mewakili - Masih banyak aspek-aspek yang salah kemampuan pada saat komunikasi menjelaskan matematik soal-soal dalam Lembar Tugas Diskusi - Masih banyak siswa yang tidak mencatat hasil diskusinya Kerjasama - Belum bisa - Kerjasama siswa dalam mengkondisi siswa dalam kelompok kan kelas kelompoknya dengan baik masih kurang, terlihat dari pembagian tugas yang belum merata dan siswa yang pandai masih mendominasi proses diskusi - Suasana kelas menjadi sangat ribut - Keaktifan siswa mengemukaka n pendapat dalam menyelesaikan Lembar Tugas Diskusi masih kurang outside circle
3
kelompok yang berargumen dengan baik pada saat diskusi dengan kelompok lain sehingga siswa tidak malu dan lebih termotivasi untuk menjelaskan hasil diskusinya. - Setiap kelompok mempunyai 4 rangkap Lembar Tugas Diskusi sehingga siswa tinggal mencatat hasil diskusi dari kelompok lain tanpa mencatat soalnya, jadi lebih hemat tenaga dan waktu.
- Meningkatkan keaktifan siswa dengan cara memberikan reward berupa pujian dan pemberian coklat pada siswa yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik sehingga setiap kelompok tidak hanya mengandalkan satu orang saja - Guru lebih tegas lagi dalam menghadapi siswa yang ribut agar kondisi kelas kondusif - Memberikan reward berupa pujian dan pemberian coklat pada kelompok yang mengerjakan tugas kelompoknya dengan baik dan kompak
78
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II a) Tahapan Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), menyiapkan lembar tugas diskusi, lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, dan jurnal harian siswa. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus lebih diarahkan. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu yang digunakan agar seluruh tahapan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outsid circle dapat selesai sesuai waktu yang diinginkan seperti mengelola kelas lebih baik sehingga waktu tidak terbuang untuk mengatur siswa. Peneliti memperbaiki soal-soal pada lembar tugas diskusi agar soal tidak terlalu banyak dan dapat mewakili seluruh aspek komunikasi. Peneliti harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan tidak terburu-buru. Memberikan reward kepada kelompok siswa yang mampu mempresentasikan argumen atau hasil diskusinya dengan baik kepada kelompok lain agar siswa termotivasi baik keaktifannya maupun prestasinya. Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah menyebutkan sifat-sifat pada prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma dan limas, menghitung luas permukaan prisma dan limas serta menghitung volume prisma dan limas. Target pada siklus II ini siswa semakin baik dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan kemampuan komunikasi matematik siswa semakin meningkat melalui lembar observasi dibandingkan dengan siklus I. Tes kemampuan komunikasi matematik siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti dimana rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa mencapai nilai KKM yaitu 70 dan sebesar 75% dari jumlah siswa di kelas sudah mencapai KKM.
79
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu (2x30 menit) tiap pertemuannya. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 5-12 Mei 2010 sebanyak 4 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran 2.
1) Pertemuan ketujuh (Rabu, 5 Mei 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah sifat-sifat prisma dan limas. Pertemuan ketujuh ini siswa yang tidak hadir 2 orang karena izin. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi. Peneliti mereview soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham dan mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II dan memberikan penjelasan dan pengarahan agar proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin aktif dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe
inside-outside
circle.
Sebelum
proses
pembelajaran
dilaksanakan, guru meminta siswa untuk duduk bersama kelompok sebelumnya. Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (6) yang berisi materi “sifat-sifat prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa instruksi peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (6) walaupun siswa pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha untuk mengerti juga. Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan Tugas Diskusi (6), pada proses pembelajaran di pertemuan 6 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti menegur siswa tersebut dengan memberi pengertian kalau siswa yang tidak ikut mengerjakan
80
akan dikeluarkan dari kelas dan tidak mendapatkan nilai. Lembar tugas diskusi (6) dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan walaupun masih ada 2 kelompok yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi mengerjakan tugas diskusi (6) sesuai waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (6), pada pertemuan ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok outside yang baru. Kemudian siswa mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi(6) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk menjelaskan argumennya pada lembar tugas diskusi (6). Setiap siswa dalam satu kelompok mulai bergantian mengungkapkan argumen mereka terkait hasil pengerjaan dari hasil lembar tugas diskusi. Kemudian perhatian siswa juga sudah mulai meningkat, ini dapat dilihat siswa sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang membahas bangun ruang yang agak rumit, seperti prisma segienam. Namun masih ada beberapa siswa yang hanya memperhatikan saja tetapi tidak aktif bertanya. Selain itu dalam menjelaskan soal kepada kelompok lain ada beberapa siswa yang menjelaskan menggunakan bantuan gambar dan kerangka yang sudah dibuat oleh kelompoknya sehingga siswa lain menjadi mudah memahaminya. Siswa juga sudah banyak yang mulai mencatat namun hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap hingga akhir putaran. Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (6) yang dikerjakan oleh kelompok 2 outside :
81
1. Buatlah gambar sebuah limas segiempat T.ABCD! Kemudian, Tentukan : a. Rusuk AB, BC, CD, DA, AT, BT, CT, DT b. Sisi/bidang ABCD, TAB, TBC, TCD, TDA c. Diagonal bidang AC, BD d. Diagonal ruang A Gak ada
T
D
C
B
e. Bidang diagonal Gak ada 2. Coba sebutkan bangun-bangun lainnya yang termasuk limas ! Pyramid, topi ulang tahun(kerucut), limas segi5, limas segi 6, segi 7, segi 8, …… 3. Sebutkan benda-benda disekitarmu yang berbentuk limas dan tentukan banyak rusuk serta bidangnya! Pyramid, topi ulang tahun, permen payung
Terlihat dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (6) yang dikerjakan oleh kelompok
2 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan kalimat
matematika ke dalam gambar. Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu menyebutkan rusuk, sisi/bidang, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal dengan baik. Siswa juga sudah mampu mengungkapkan argumennya dengan baik menggunakan bahasa sendiri dan mampu menyebutkan bendabenda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk prisma dan limas. Namun, sebagian besar kelompok tidak menyebutkan sifat-sifat dari benda-benda tersebut. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil siswa secara acak untuk menyebutkan salah satu sifat-sifat dari prisma dan limas yang sudah dibahas serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti menugaskan mereka untuk membuat bangun prisma dan limas dari karton untuk pertemuan selanjutnya, adapun pembagian kelompoknya sebagai berikut : Kelompok 1 (inside dan outside)
: bangun prisma alas segitiga
82
Kelompok 2 (inside dan outside)
: bangun prisma alas belahketupat
Kelompok 3 (inside dan outside)
: bangun limas alas persegi
Kelompok 4 (inside dan outside)
: bangun limas alas persegi panjang
kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
2) Pertemuan kedelapan (Kamis, 6 Mei 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah jaring-jaring Prisma dan Limas. Pertemuan delapan ini siswa yang tidak hadir 2 orang karena izin. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi Jaringjaring Prisma dan limas. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (7) yang berisi materi “Jaring-jaring Prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (7) walaupun siswa pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha untuk mengerti juga. Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (7) dan memberikan penilaian pada lembar observasi terhadap siswa. Pada proses pembelajaran ini sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Siswa sudah tidak begitu ribut dan peran penelitipun sudah mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan sendirinya. Dari 8 kelompok terlihat 4 kelompok agak kesulitan untuk menggambar jaring-jaring yang diperintahkan dalam lembar tugas diskusi (7), yaitu jaring-jaring prisma alas belah ketupat dan prisma alas persegi panjang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk mengunakan bangun prisma
83
belah ketupat yang sudah mereka buat dan
membimbing siswa untuk
membuat gambar jaring-jaring yang benar. Lembar tugas diskusi (7) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan walaupun masih ada 2 kelompok yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi mengerjakan lembar tugas diskusi (7) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (7), pada pertemuan ini, giliran kelompok outside yang berputar dan mulai observer memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Ketika kelompok outside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok inside yang baru, kemudian mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi(7) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk menjelaskan argumennya pada lembar tugas diskusi (7). Sesuai dengan instruksi yang peneliti berikan, setiap siswa dalam satu kelompok harus bergantian mengungkapkan argumennya pada kelompok lain. Siswa pun mulai saling berbagi dan terlihat berdiskusi. Perhatian siswa juga sudah mulai meningkat, mereka sudah mulai bertanya pada kelompok lain ketika kelompok lain menjelaskan argumennya. Namun tetap masih ada beberapa siswa yang hanya memperhatikan saja tetapi tidak aktif bertanya. Masalah yang terjadi pada pertemuan ini adalah siswa agak kesulitan untuk memahami gambar jaring-jaring prisma ataupun limas jika tidak ada jaring-jaringnya secara langsung. Dalam hal menjelaskan soal kepada kelompok lain ada beberapa siswa yang menjelaskannya dengan menggunakan bantuan gambar dan bangun prisma dan limas yang mereka buat dari karton sehingga siswa lain menjadi mudah memahaminya. Siswa sudah banyak yang mulai mencatat namun hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap hingga akhir putaran. Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (6) yang dikerjakan oleh kelompok 3 outside
84
1. Gambar jaring-jaring limas alas persegi dengan menggunakan model limas alas persegi yang telah kamu buat !(minimal 3 model jaring-jaring)
2. Jaring-jaring limas alas persegi terdiri atas ...1..buah bangun berbentuk ……sebagai alasnya dan ...4... buah bangun berbentuk … .. sebagai sisi tegaknya. 3. Tentukan luas permukaan dari bangun tersebut dari jaring-jaring yang telah kamu gambar! + L +L +L +L L=L 4. Perhatikan gambar di samping ! Berbentuk bangun apakah kardus makanan tersebut ? Buatlah jaring-jaringnya !
5. Tentukan luas permukaan bangun tersebut berdasarkan dari jaring-jaring yang telah kamu buat ! L= L +L +L +L Terlihat dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (7) yang dikerjakan oleh kelompok 3 (Outside), rata-rata mereka sudah mampu merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar. Dari 8 kelompok, 6 kelompok sudah mampu mengungkapkan argumen mereka dengan bahasa sendiri dalam menentukan rumus luas permukaan prisma dan limas berdasarkan jaringjaring yang mereka buat sebelumnya. Kemudian mereka juga mampu menentukan cara mencari luas permukaan benda-benda yang berbentuk prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka masih kesulitan untuk menentukan luas permukaan prisma belah ketupat dan prisma segienam.
85
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil siswa secara acak untuk menentukan jaring-jaring prisma dan limas yang sudah dibahas serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
3) Pertemuan kesembilan (Selasa, 11 Mei 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah luas permukaan prisma dan limas. Pada pertemuan kesembilan ini terdapat 2 siswa yang tidak hadir karena izin. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi luas permukaan Prisma dan limas dan mereview kembali materi pelajaran sebelumnya dengan cara tanya jawab secara lisan. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan ini. Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (8) yang berisi materi “Luas permukaan Prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam lembar tugas diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Peran siswa dalam kelompok sudah membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya. Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (8) dan memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran. Pada pertemuan kali ini sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, siswa sudah tidak begitu ribut dan peran penelitipun suda mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan sendirinya. Lembar tugas diskusi (8) dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
86
Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (8), pada pertemuan ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok outside yang baru, kemudian mempresentasikan hasil Lembar Tugas Diskusi(8) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan ke 8 ini siswa sudah mulai terbiasa menjelaskan argumen mereka menggunakan bahasa sendiri dan terlihat sudah lebih percaya diri dalam menyampaikan argumennya. Sesuai dengan instruksi yang peneliti berikan, setiap siswa dalam satu kelompok mulai bergantian menjelaskan argument mereka terkait hasil pengerjaan dari lembar tugas diskusi.
Perhatian siswa juga sudah lebih meningkat, ini dapat dilihat
mereka sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang menjelaskan bangun ruang yang agak rumit, bahkan tidak hanya bertanya tetapi mereka juga menyumbangkan pemikiran mereka walaupun tugas tersebut bukan tugas kelompok mereka. Disini mulai terjadi diskusi antar kelompok yang sebenarnya. Namun masih ada saja beberapa siswa yang hanya memperhatikan saja tetapi tidak aktif bertanya. Siswa sudah banyak yang mulai mencatat namun hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap hingga akhir putaran, kelompok lainnya mencatat namun tidak lengkap. Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (8) yang dikerjakan oleh kelompok 3 outside : 1. Perhatikan gambar limas alas persegi O. KLMN ! Tentukan luas permukaannya ! Dik : Alas = 13 Tinggi = 18 Dit : L. permukaan ? Jawab : (4 x L. ) + L. ) =4x + 12 x 12
= 4 x 60 + 144 = 240 + 144 = 384
87
2. Atap sebuah rumah berbentuk limas dengan alas berbentuk persegi berukuran 12 m x 12 m, dan tinggi limas 8 m. tentukan banyak genting yang diperlukan untuk menutup atap itu, jika setiap 1 m2 memerlukan 14 genting! = (4 x L. ) =4x = 4 x 60 = 240 = 240 x 14 = 3360 genteng
Terlihat dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (8) yang dikerjakan oleh kelompok 3 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika walaupun belum sepenuhnya lengkap. siswa juga sudah mampu mengungkapkan argumennya dengan benar dan menggunakan bahasa mereka sendiri. Kemudian mereka juga mampu menyelesaikan soalsoal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan prisma dan limas hingga tuntas. Itu artinya mathematical expression mereka sudah baik Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil siswa secara acak ke depan untuk menyelesaikan salah satu soal yang terdapat pada Lembar Tugas Diskusi (8). Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
4) Pertemuan kesepuluh (Kamis, 12 Mei 2010) Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah volume prisma dan limas. Pada pertemuan kesepuluh ini terdapat 2 siswa yang tidak hadir karena sakit. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi. yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mereview kembali materi pelajaran sebelumnya dengan cara tanya jawab secara lisan. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan ini.
88
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (9) yang berisi materi “volume prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa insrtuksi peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Kontribusi siswa dalam kelompok sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya. Peneliti hanya memantau dari depan tidak lagi berkeliling seperti biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan tugasnya dan seperti biasa observer tetap berkeliling untuk memberikan penilaian pada lembar observasi terhadap siswa, pada proses pembelajaran di pertemuan 10 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Semua siswa dapat mengerjakan lembar tugas diskusi (9) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah mengerjakan lembar tugas diskusi (9), pada pertemuan ini, giliran kelompok outside yang berputar dan mulai observer memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Ketika kelompok outside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok inside yang baru. kemudian mempresentasikan hasil lembar yugas diskusi (9) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk menjelaskan argumennya dalam lembar tugas diskusi (9). Ssesuai dengan instruksi yang peneliti berikan, siswa juga sudah terlihat bergantian membagi tugas untuk menjelaskan hasil diskusi dan argumen mereka dari hasil lembar tugas diskusi (9) pada kelompok lain dihadapannya. Mereka pun mulai saling berbagi dan terlihat berdiskusi. Kemudian perhatian siswa juga sudah meningkat, siswa terlihat memperhatikan dan bertanya apa yang belum dipahami pada kelompok lain ketika kelompok lain menjelaskan argumennya. Siswa sudah banyak yang mulai mencatat namun hanya 2 kelompok saja yang catatannya belum lengkap hingga akhir putaran. Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (9) yang dikerjakan oleh kelompok 2 inside :
89
1. Perhatikan gambar ! a. Bangun apakah gambar tersebut ? b. Tentukan volumenya ? L. alas =
= = 57 cm V
= L. alas x t. prisma =
x 14
= 57 x 14 = 798 cm3 2. Sebuah kolam renang yang berisi penuh oleh air dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 5 m. Kedalaman air pada ujung yang dangkal 1 m dan terus menurun sampai 3 m pada ujung yang paling dalam. Berapa literkah volume air dalam kolam itu ? Dik : p = 20, l = 5, kedalaman = 1 – 3 m Dit : v ….?
V
=
5m 20 m 1m
= = 40 x 5
3m
Jawab :
= 200 m3 = 200.000 liter
Terlihat dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (9) yang dikerjakan oleh kelompok 2 (inside), mereka sudah mampu merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika. Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu mengungkapkan argumennya dengan bahasa sendiri dalam menentukan volume prisma dan limas berdasarkan diskusi dengan kelompoknya, dan menuliskan apa yang diketahui dari soal cukup lengkap. Kemudian mereka juga mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terkait dengan bangun prisma dan limas. Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Kemudian
90
peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
5) Pertemuan kesebelas (Selasa, 18 Mei 2010) Pertemuan kesebelas sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung 2x30 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuka pembelajaran dan memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir siklus II. Tes ini berbentuk essai yang telah di uji validitas isi oleh ahli, dalam hal ini dosen pembimbing. Soal berjumlah 6 butir yang terdiri dari sifat-sifat prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma dan limas, mencari luas permukaan prisma dan limas, dan mencari volume prisma dan limas. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa. Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal harian siswa.
c) Tahap Observasi dan analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan pembelajaran
kooperatif
tipe
inside-outside
circle
dan
kemampuan
komunikasi matematik siswa secara lisan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
91
Tabel 10 Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Siklus II Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik Written Text Drawing Mathematical Expression
Skor total
Rata2 tiap kemampuan
25 10
6 71,60% 64,50%
7 76,91% 72,73%
8 79,20% 78,50%
9 80,20% 79,00%
76,98% 73,68%
10
65,00%
71,82%
74,00%
74,50%
71,33%
Rata2 (%) Rata2 KKM siswa siklus II Skor normal
Rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pertemuan ke -
67,03% 73,82% 77,23% 77,90% 74,00% 27
60%
Berdasarkan tabel 10, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Written Text Written Text yaitu kemampuan komunikasi matematik yang meliputi kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar, memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung, mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada Lembar Tugas Diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase siswa dalam kemampuan written text hanya sebesar 76,98%. Persentase ini terbilang sudah cukup memuaskan, karena sudah mencapai diatas persentase skor normal(rata-rata). Pada saat siswa harus menjelaskan argumen mereka pada kelompok lain terlihat lebih percaya diri karena pada saat berdiskusi mengisi lembar tugas diskusi siswa ikut terlibat dan memperhatikan penjelasan siswa lainnya dalam satu kelompok sehingga pada saat menjelaskan argumennya pada kelompok lain terlihat lebih percaya diri., hanya satu atau dua siswa yang kurang mampu dalam menyampaikan ide-ide matematikanya. Kemudian sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik apa yang dijelaskan kelompok lain, karena
92
peneliti memotivasi mereka bahwa setiap soal ulangan tidak jauh berbeda dengan soal yang ada pada lembar tugas diskusi sehingga siswa benar-benar memperhatikan. Kemudian terlihat rasa keingintahuan siswa juga meningkat, siswa sudah tidak malu-malu bertanya pada kelompok lain apabila penjelasannya masih kurang dipahami, dan mengoreksi kelompok lain apabila ada kesalahan. Karena pada siklus I siswa banyak yang tidak mencatat maka pada siklus II ini diperbaiki, setiap kelompok memiliki lembat tugas diskusi kelompok lain sehingga pada saat diskusi antar kelompok inside dan outside mereka langsung mencatat hasil diskusinya tanpa harus menulis soalnya lagi secara bergantian antar anggota kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan written text siswa menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya mencapai 57,20%. 2) Drawing Kemampuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemapuan drawing siswa pada saat diskusi dengan kelompoknya maupun pada saat menjelaskan hasil diskusinya pada kelompok lain dari tiap pertemuan yaitu 73,68%. Persentase ini terbilang baik, karena sudah mencapai diatas persentase skor normal(rata-rata). Pada saat diskusi dalam kelompoknya sebagian besar siswa mampu merefleksikan apa yang diketahui dari gambar ke dalam kalimat atau simbol matematika maupun sebaliknya. Demikian juga ketika siswa menjelaskan argumennya pada kelompok lain, siswa mampu menggunakan media gambar atau benda-benda yang berbentuk prisma dan limas yang sudah dibuat agar penjelasan mereka dipahami oleh siswa anggota kelompok lain. 3) Mathematical Expression Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel diatas persentase kemampuan
mathematical
expresion
siswa
mengalami
peningkatan
93
dibandingkan sebelumnya yaitu 71,33%. Persentase ini terbilang baik, karena karena sudah mencapai diatas persentase skor normal(rata-rata). Sebagian besar siswa mampu menyatakan menyatakan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika namun pada tahap penyelesaian soal masih ada kelompok yang bertanya pada observer maupun pada peneliti. Disini observer dan peneliti hanya memberi arahan saja kepada namun penyelesaiannya tetap dikerjakan oleh siswa. Kemudian pada pertemuan selanjutnya terlihat adanya peningkatan. Hal ini ditandai dengan dari 8 kelompok 6 kelompok sudah mampu menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupupan seharihari. Dengan lebih banyak memberikan soal-soal yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari, siswa banyak berlatih mengasah kemampuan mathematical expresionnya, apalagi ketika pada saat kelompok inside atau outside berputar dan bertemu dengan kelompok lain, lalu mereka masingmasing menjelaskan hasil diskusinya maka akan semakin banyak masukan bagi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian peneliti juga menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa dalam kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Hasil pengamatan kerjasama siswa dalam kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle pada siklus II melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
94
Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Siklus II KELOMPOK
PERTEMUAN
6 7 8 9 1 (OUTSIDE) 27 27 30 32 1 (INSIDE) 23 26 27 30 2 (OUTSIDE) 22 26 27 32 2 (INSIDE) 19 26 25 31 3 (OUTSIDE) 24 25 28 31 3 (INSIDE) 18 27 25 32 4 (OUTSIDE) 22 27 27 34 4 (INSIDE) 22 27 27 32 Skor rata-rata 22,13 26,38 27,00 31,75 tiap pertemuan
RATAKeterangan RATA 29.00 26.50 26.75 25.25 27.00 24.00 29.00 28.25
Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Keterangan : Skala penilaian jumlah rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok: 9-18 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok rendah 19-27 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok sedang 27-36 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok tinggi
Tabel 11 menunjukkan bahwa skor kerjasama siswa dalam kelompok dari tiap pertemuan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa dalam kelompok semakin membaik dibandingkan dengan siklus I. Pada pertemuaan-pertemuan di siklus II ini, siswa terbiasa dengan belajar berkelompok. Peran mereka masing-masing dalam kelompok sudah mulai terlihat, seperti berbagi tugas dalam mengerjakan lembar tugas diskusi, bertanya, memperhatikan dan mendengarkan teman satu kelompoknya ketika menyatakan
argumennya.
Siswa
juga
tidak
malu-malu
lagi
untuk
mengeluarkan pendapatnya, sehingga peran setiap anggota sama, walaupun siswa yang pintar lebih banyak mengeluarkan pendapatnya, namun yang lain berusaha juga bertanya agar mengerti juga. Pada saat berputar dan siswa bertemu dengan kelompok lain, sebagian besar kelompok sudah terlihat bergantian untuk menjelaskan argumennya pada kelompok lain, sehingga dapat terlihat kemampuan masing-masing.
95
Ketika kelompok lain ada yang bertanya mengenai lembar tugas diskusi yang sudah mereka kerjakan, mereka berusaha saling membantu menjawab pertanyaan. Namun, masih ada sebagian kecil kelompok yang masih mengandalkan anggota kelompoknya yang pintar untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari kelompok lain. Dari penjabaran tadi dapat disimpulkan bahwa kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik. Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle pada siklus II ini. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa. Dari jurnal harian siswa selama pembelajaran pada siklus II, pendapat siswa bervariasi. Sebagian besar siswa menyatakan respon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas. Hal ini dapat dilihat dari komentar-komentar mereka pada jurnal harian, ada yang menuliskan seru, menarik, mudah dimengerti, asik dan menyenangkan. Ada yang berkomentar seru, karena terlihat selama pembelajaran mereka sudah akrab satu sama lain, karena sebelumnya tidak. Kemudian selama proses pembelajaran berlangsung siswa makin terlihat lebih baik dalam menjelaskan hasil diskusi mereka, sehingga bnayak yang berkomentar mudah dipahami. Ada juga beberapa siswa yang berkomentar biasa saja, ada yang bingung ada yang tidak bahkan tidak memberikan komentar apapun. Ada juga sebagian kecil siswa yang berkomentar negatif, antara lain agak sulit dipahami, komentar ini banyak didapat karena menurut sebagian siswa materi prisma dan limas lebih sulit dibandingkan dengan materi kubus dan balok, lalu ada juga yang siswa berkomentar enak tapi bosan. Namun dapat disimpulkan untuk siklus II ini sebagian besar siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati kerjasama siswa di dalam kelompok siswa apa saja yang dilakukan siswa ketika proses diskusi sebagaimana pada gambar berikut:
96
Gambar 5 Siswa Sedang Berdiskusi Ketika Mengerjakan Lembar Tugas Diskusi Gambar 5 menunjukkan siswa sedang berdiskusi dengan kelompoknya dalam mengerjakan Lembar Tugas Diskusi, dalam siklus II ini dapat dilihat sebagian besar siswa ikut berkontribusi dalam diskusi dalam kelompoknya.
Gambar 6 Kelompok Inside dan Outside sedang Menjelaskan Argumen Mereka Masing-Masing Gambar 6 menunjukkan bahwa siswa terlihat lebih serius berdiskusi menjelaskan argument mereka ketika bertemu dengan kelompok lain. Terlihat banyak peningkatan pada siklus II ini, siswa sudah terlihat memperhatikan dengan serius ketika teman dari kelompok lain menjelaskan hasil diskusinya. Setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
model
guru selalu melakukan
evaluasi salah satunya menunjuk secara acak siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan menjelaskan materi yang masih sulit dipahami
97
siswa. Pada gambar di bawah ini terlihat siswa mencoba menyelesaikan salah satu soal yang dianggap sulit didepan pada akhir pembelajaran.
Gambar 7 Siswa Maju ke Depan Menyelesaikan Soal Ketika Guru Menunjuknya pada Akhir Pembelajaran Hasil tes kemampuan komunikasi matematik selama siklus II diperoleh dari nilai tes akhir kemampuan komunikasi matematik siklus II pada pertemuan kesepuluh. Hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematik siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel 12 berikut: Tabel 12 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II INTERVAL > 96.63 88.18 - 96.63 71.28 - 88.18 62.83 - 71.28 < 62.83
F 0 2 15 4 1
F% KETERANGAN 0.00 sangat baik 9.09 baik 68.18 cukup 18.18 kurang 4.55 sangat kurang Keterangan:
Nilai tertinggi
= 91,67
Jumlah siswa = 22
Nilai terendah
= 62,50
Rata-rata
= 79,73
Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus II ini mencapai rata-rata 79,73. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II ini cukup baik, dan sebesar 81,82% siswa sudah mencapai nilai diatas KKM, sehingga penelitian dapat dihentikan.
98
d) Tahap refleksi Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru
pada proses pembelajaran telah sesuai yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle walaupun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran melalui lembar observasi sudah baik dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa siklus II sudah menunjukkan hasil yang baik, rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan dari 68.94 pada siklus I menjadi 79,73 pada siklus II dan peningkatannya sebesar 10,79.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk instrumen tes digunakan tes kemampuan komunikasi matematik yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa pada tiap siklus. Instrument tes kemampuan komunikasi matematik dilakukan uji validitas secara isi (content validity). Validitas isi mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan apa yang hendak diukur, sehingga mendapatkan data yang absah.Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan matematika. Instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan wawancara yang ditujukan untuk guru. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada kegiatan pra penelitian dan di akhir penelitian. Untuk mendapatkan data yang absah dan memiliki tingkat
99
keterpercayaan yang tinggi dilakukan validasi dengan teknik triangulasi dan saturasi. Triangulasi yaitu menggali data dari berbagai sumber, dan data dari sumber yang satu dibandingkan dengan data dari sumber berikutnya, dan seterusnya. Sedangkan saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus. Selain melakukan triangulasi dan saturasi, untuk mendapatkan data yang absah dilakukan pula member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya dan dapat dipastikan kebenaran data. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
C. Analisis Data Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Data kemampuan komunikasi matematik siswa pada setiap akhir siklus didapat dari Tes kemampuan komunikasi matematik
dan lembar observasi kemampuan komunikasi
matematik siswa, adapaun analisis datanya sebagai berikut : Hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa tiap akhir siklus, diperoleh tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa tertinggi, tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa terendah dan rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa yang dirangkum dalam Tabel 13 berikut :
100
Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik (KKM) Tingkat KKM tertinggi Tingkat KKM terendah Rata-rata tingkat KKM
Hasil Tes KKM Tes Awal 75.00 20.00 46.75
Siklus I 83.33 20.83 68.94
Siklus II 91.67 62.50 79.73
Indikator ketercapaian kemampuan komunikasi matematik siswa dalam penilaian ini adalah jika siswa mendapatkan nilai rata-rata ≥70 dan sebanyak 70% sudah mencapainya, maka penelitian dihentikan. Dilihat dari persentase tingkat KKM siswa mengalami peningkatan mulai dari tes awal ke siklus I kemudian ke siklus II. Dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 22,19 dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 10,79 sehingga dari kemampuan awal siswa ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 32,98. Persentase tingkat KKM siswa dapat dikonversikan dalam Diagram 1 berikut : 100 80 60
Tingkat KKM terendah Tingkat KKM tertinggi
40
Tingkat KKM rata-rata 20 0 Tes Aw al
Siklus I
Siklus II
Diagram 1 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik (KKM) Siswa
Selain data hasil tes kemampuan komunikasi matematik, observasipun dilakukan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan, adapun analisis datanya sebagai berikut :
101
Tabel 14 Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Tingkat KKM Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor total
Siklus I
Siklus II
RataRatarata skor rata skor Written Text Drawing
25 10
57,20% 53,45%
76,98% 73,68%
Mathematical Expression
10
46,40%
71,33%
52,34%
74,00%
rata-rata
a. Written text Written Text yaitu kemampuan komunikasi matematik yang meliputi kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar, memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung, mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada Lembar Tugas Diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase siswa dalam kemampuan written text pada siklus I hanya sebesar 57,20%. Persentase ini terbilang masih rendah, karena masalah yang terjadi yaitu siswa masih malu-malu dalam menjelaskan argumennya pada kelompok lain. Hal ini terjadi kerena siswa masih belum terbiasa cara belajar seperti ini dan terlihat kurang percaya diri dengan jawaban mereka. Kemudian siswa Siswa juga masih banyak yang tidak memperhatikan apalagi bertanya ketika kelompok lain sedang menjelaskan argumennya. Seiring berjalannya waktu siswa sudah mulai terbiasa dengan cara belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside Circle, kemampuan written textnya pun mulai terasah. Pada saat siswa harus menjelaskan argumen mereka pada kelompok lain terlihat lebih percaya diri karena pada saat berdiskusi mengisi Lembar Tugas Diskusi mereka ikut terlibat dan memperhatikan penjelasan siswa lainnya dalam satu kelompok. Kemudian mereka sudah mulai aktif bertanya pada kelompok lain sedang
102
menjelaskan argumennya. Sehingga pada siklus II, rata-rata kemampuan written text siswa meningkat menjadi 76,98%.
b. Drawing Kemampuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemampuan drawing siswa pada siklus I baru mencapai 53,45%. Sehingga dapat dinyatakan kemampuan drawing siswa pada siklus I masih rendah. Masalah yang terjadi adalah sebagian besar siswa belum mampu merefleksikan apa yang diketahui pada soal ke dalam gambar, hanya siswa yang pintar saja yang sudah mampu melakukannya. Kemudian dalam hal kemampuan merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika mereka juga masih kurang. Sangat jarang sekali mereka menggunakan media gambar untuk membantu menyelesaikan masalah yang terdapat pada lembar tugas diskusi. Namun,
karena
seringnya
mereka
berdiskusi
dan
menjelaskan
argumennya, mereka sering menggunakan gambar untuk mempermudah kelompok lain memahami apa yang mereka sampaikan, sehingga kemampuan drawingnya makin terlihat baik. Pada siklus II rata-rata kemampuan drawing siswa meningkat menjadi 73,68%.
c. Mathematical expression Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel 11 persentase kemampuan mathematical expresion siswa pada siklus 1 hanya mencapai 46,40%. Kemudian pada siklus II, peneliti lebih banyak lagi memberikan soalsoal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada lembar tugas diskusi untuk mengasah kemampuan Mathematical Expression siswa. Hasil dari lembar observasi pada siklus II, kemampuan Mathematical Expression mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya yaitu 71,33%. Sebagian besar siswa mampu menyatakan menyatakan soal yang berhubungan dengan
103
kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika dan sudah ada beberapa kelompok yang mampu sampai pada tahap penyelesaian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya melihat bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa tetapi juga menggunakan lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa dalam kelompok sebagai data pendukung dengan asumsi bahwa jika kerjasama siswa dan peran siswa dalam kelompok itu baik maka kemampuan komunikasinya pun juga baik. Hasil dari lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok dapat dilihat dari tabel 15 berikut : Tabel 15 Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok KELOMPOK 1 (OUTSIDE) 1 (INSIDE) 2 (OUTSIDE) 2 (INSIDE) 3 (OUTSIDE) 3 (INSIDE) 4 (OUTSIDE) 4 (INSIDE) rata-rata
Rata-rata skor kerjasama siswa dalam kelompok Siklus I Ket Siklus II Ket 19,20 sedang 29,00 tinggi 15,00 rendah 26,50 sedang 17,80 rendah 26,75 sedang 15,20 rendah 25,25 sedang 16,60 rendah 27,00 sedang 14,60 rendah 24,00 sedang 14,80 rendah 29,00 tinggi 13,00 rendah 28,25 tinggi 15,77 rendah 26,96 sedang
Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kerjasama siswa dalam kelompok , dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan untuk semua kelompok. Rata-rata peningkatan tersebut sebesar 11,19, artinya sebagian besar siswa sudah mengalami peningkatan saat bekerja sama dalam kelomponya. Hal ini terlihat dari siswa memberikan kontribusinya dalam kelompok, membagi-bagi tugas pada tiap anggota dan aktivitas siswa dalam kelompoknya meningkat selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting untuk dijadikan pertimbangan dan perbaikan bagi penyusunan rencana
104
pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam sebuah jurnal harian siswa yang diberikan kepada siswa setiap akhir pembelajaran. Respon yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar baik, komentar negatif, bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung persentasenya dan hasilnya dirangkum pada Tabel 16 berikut : Tabel 16 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran Komentar Positif
Negatif
Netral Tidak berkomentar
Alternatif Jawaban Seru dan menyenangkan Jadi mudah dipahami Asik dan menarik Inovatif total Susah materinya dan sulit dipahami Kurang asik dan seru Bosan total Biasa saja
Persentase siklus I siklus II 44,95 9,81 14,67 1,00 70,43
47,45 15,68 15,68
3,90
7,27
14,76 2,00 20,66 4,90
3,75 11,02 7,16
4,00
3,64
78,81
Berdasarkan tabel 16, pada siklus I sebagian besar siswa memberikan respon yang baik dan positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Pada siklus II terdapat peningkatan dimana respon positif siswa dari 70,43% naik menjadi 78,18% pada siklus II, dengan kenaikan sebesar 7,75%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya peresentase siswa yang memberikan respon positif dari setiap siklus, dan menurunnya
105
persentase siswa yang berkomentar negatif. Peningkatan ini tentunya berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Selain data yang diperoleh dari observasi dan jurnal harian siswa diperkuat lagi dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian terhadap guru matematika yang bersangkutan untuk mengetahui keadaan awal siswa di kelas dan keadaan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut : 1. Minat siswa kelas VIII-2 terhadap matematika masih kurang, sehingga nilai dalam pelajaran matematika juga kurang memuaskan. 2. Rata-rata maksimal hanya 50% siswa mencapai nilai KKM pada setiap ulangan harian. 3. Metode yang sering digunakan guru adalah konvensional, ceramah, tanya jawab,
penugasan dan belum pernah menerapkan pembelajaran
berkelompok. 4. Sebagian besar siswa kelas BP-2 sangat pasif dalam belajar matematika namun berisik pada saat pembelajaran matematika berlangsung. 5. Beberapa siswa masih takut bertanya kepada guru, mereka harus dipicu dulu untuk bertanya karena memang minat mereka dalam belajar matematika kurang. 6. Seluruh siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Namun ada beberapa siswa yang meremehkan tugas sehingga terlambat dalam megumpulkan tugas. 7. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang rendah mulai dari aspek kemampuan komunikasi, koneksi sampai aspek pemecahan masalah. 8. Sebagian besar siswa sudah terlihat lebih aktif setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Karena suasana kelas tidak monoton. Minat mereka juga sudah mulai terlihat dan justru lebih antusias dengan pembelajaran seperti ini. Mereka sudah berani berbicara mengelurkan ide-idenya, kemudian bertanya apabila ada yang kurang dipahami dan memperhatikan dengan serius saat berdiskusi. Mereka juga
106
terlihat antusias ketika menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. 9. Kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannnya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle, meskipun tidak signifikan.
D. Interpretasi Hasil Analisis Pada siklus I dari hasil pengamatan dan jurnal harian siswa menunjukkan bahwa siswa cukup senang dan semangat belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Dengan antusias dan semangat siswa dalam belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat menciptakan sikap positif siswa terhadap matematika. Siswa juga terlihat semakin terbiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Hal ini ditandai dengan mereka mengungkapkan argumen ketika berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan berbagi tugas dalam menyelesaikan lembar tugas diskusi. Kemudian ketika mereka berputar bertemu dengan kelompok baru, mereka berusaha menjelaskan argumennya dibantu dengan gambar atau media lain agar siswa lain dapat memahami. Disamping itu siswa juga terlihat memperhatikan dan bertanya ketika siswa dari kelompok lain mengungkapkan argumenya. Kegiatan lain yang juga terlihat dari siswa adalah menulis hasil diskusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematiknya semakin meningkat. Namun pada pembelajaran siklus I masih banyak terdapat hambatan, sebagian siswa tidak mau laki-laki dan perempuan berada satu kelompok, namun hali ini dapat diatasi dengan membujuk mereka dan menasehati mereka. Sehingga proses pembelajaran pun akhirnya berjalan lancar. Pada penelitian pendahuluan diperoleh rata-rata skor kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu 46,75 dan setelah tindakan siklus I diperoleh skor rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa sebesar 68,94. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh skor rata-rata
107
kemampuan komunikasi matematik siswa sebesar 79,75 ini artinya terjadi peningkatan skor kemampuan komunikasi matematik siswa, dari skor awal terhadap skor hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa siklus I sebesar 22,19 sedangkan dari siklus I terhadap siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,81. Peningkatan skor kemampuan komunikasi matematik siswa ini terjadi karena pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas. Dan dari hasil observasi kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan
lembar
observasi
menunjukkan
persentase
rata-rata
kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I yaitu 52,34% sedangkan pada siklus II mencapai 74%. Sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dari siklus I terhadap siklus II sebesar 21,66%. Adapun peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa pada setiap aspek yaitu sebagai berikut : kemampuan written text pada siklus I sebesar 57,20% sedangkan pada siklus II persentase rata-rata kemampuan written text sebesar 76,98%, ini artinya terjadi peningkatan kemampuan written text siswa dari siklus I terhadap siklus II sebesar 19,78%. Kemudian persentase rata-rata kemampuan drawing siswa juga meningkat dari siklus I sebesar 53,45% menjadi 73,68% pada siklus II, sehingga terjadi kenaikan skor kemampuan drawing siswa sebesar 20,23%. Dan terakhir persentase rata-rata kemampuan mathematical expression siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I yaitu sebesar 46,40% dan siklus II sebesar 71,33% maka terjadi kenaikan sebesar 24,93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua aspek kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami kenaikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran dari siklus I dan II melalui lembar observasi menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai dengan siswa berperan aktif dan berbagi tugas dengan baik dalam kelompoknya. Pada siklus I, hasil observasi kerjasama
siswa dalam kelompok tercatat skor rata-rata sebesar 15,77
108
sedangkan pada siklus II skor rata-rata hasil observasi mengalami peningkatan menjadi 26,96. Ini artinya semakin baik kerjasama siswa dalam kelompoknya maka setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam mengungkapkan argumennya tanpa didominasi oleh satu anggota kelompok saja. Dengan bertanya, memperhatikan dan mengungkapkan argumen mereka dengan bahasanya sendiri ketika diskusi maka sesungguhnya mereka sedang menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya. Selain itu, jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada, tujuannya agar data yang diperoleh kuat keberadaannya. Berdasarkan hasil jurnal harian siswa yang diperoleh bahwa persentase siswa yang memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle pada siklus I sebesar 70,43% sedangkan persentase siswa yang memberikan respon yang negatif sebesar 20,66%. Namun pada siklus II persentase siswa yang memberikan respon naik menjadi 78,18% dan persentase siswa yang berkomentar negatif
turun menjadi
11,02%. Peningkatan ini tentunya berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Rekapitulasi hasil pengukuran kemampuan komunikasi matematik siswa dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :
109
Tabel 17 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa No 1 2
3
4
Instrumen Tes KKM Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Lembar Observasi Kerjasama Siswa Dalam Kelompok
Jurnal Harian Siswa
Tes Awal 46,75
Siklus I 68,94
Siklus II 79,73
WT : 57,20% DR : 53,45% ME : 46,40%
WT : 76,98% DR : 73,68% ME : 71,33%
15,77 (rendah)
26,96 (sedang)
Respon : Positif : 70.43% Negatif : 20.66% Netral : 4.90% tidak berkomentar : 4%
Respon : Positif : 78.18% Negatif : 11.02% Netral : 7.16% tidak berkomentar : 3.64%
Ket : WT : Written Text DR : Drawing ME : Mathematical Expression
Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematik, jurnal harian siswa, wawancara guru dan hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa di setiap akhir siklus terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Semakin pandai siswa berdiskusi dan menjelaskan kembali hasil diskusinya kepada temannya dari kelompok lain maka kemampuan komunikasi matematik siswa pun dapat terus meningkat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dalam pembelajaran kooperatif dapat melatih kemampuan komunikasi matematik siswa. Seperti pada model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yang menekankan siswa berdiskusi mengungkapakan argumen-argumen matematiknya, mempresentasikan dan menerangkan hasil diskusinya pada kelompok lain, memperhatikan dan bertanya, serta menulis hasil diskusi sesungguhnya siswa sedang menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya.
110
E. Pembahasan Temuan Penelitian Selama penelitian berlangsung, peneliti mencacat semua kegiatan-kegiatan siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal yang terjadi tentu sangat banyak, namun ada beberapa temuan penelitian yang unik ditemukan selama penelitian. Temuan-temuan unik yang terjadi antara lain, pada saat peneliti melakukan kegiatan pra penelitian, terlihat mereka cenderung berkelompokkelompok dalam bergaul. Hal ini terbukti ketika peneliti membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara acak banyak sekali siswa yang keberatan karena tidak satu kelompok dengan teman dekatnya. Namun setelah pembelajaran dengan cara ini siswa terlihat berbaur lebih akrab satu sama lainnya baik selama pembelajaran maupun diluar jam pelajaran. Kemudian selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle siswa-siswa yang sebelumnya cenderung terlihat pendiam dan pasif selama peneliti melakukan observasi di kelas, menjadi lebih aktif berbicara mengungkapkan argumennya pada saat diskusi. Hal ini dapat dilihat dari lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa yang pada tiap pertemuan skornya relatif meningkat. Selain itu, ketika siswa berdiskusi dalam kelompoknya pada pertemuan ke 7 yaitu pada saat materi jaring-jaring prisma dan limas, ada beberapa kelompok menggunting bangun prisma dan limas yang sudah mereka buat untuk mendapatkan pola jaring-jaring yang benar. Mereka terlihat belum yakin jika hanya membayangkan gambarnya saja. Hal ini berarti mereka sedang melatih kemampuan komunikasi matematiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ternyata setelah penelitian selesai, siswa menjadi terbiasa mengerjakan latihan soal dengan memulai menuliskan apa yang diketahui dari soal kemudian baru mengerjakan penyelesaiannya. Temuan- temuan yang unik selama pembelajaran ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembelajaran
matematika
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan argumen-argumen matematisnya dalam diskusi. Siswa menjadi lebih aktif ketika belajar matematika di kelas. 2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe insideoutside circle karena memberikan suasana baru yang membuat siswa senang dalam belajar matematika. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dalam pembelajaran matematika di kelas, dapat meningkatkan kerjasama siswa. 4. Kemampuan
komunikasi
matematik
siswa
meningkat
setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dalam pembelajaran matematika. B. Saran Apabila pembelajaran ini dilaksanakan di dalam kelas maka guru perlu persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle diantaranya : 1. Kelas harus dikelola secara baik dan diperhatikan ketersediaan waktu yang ada. 2. Guru harus memperhatikan keragaman siswa dalam kelompok, agar kelompok yang dibuat terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen agar tidak terjadi kecemburuan sosial 3. Mempersiapkan banyak model lembar kerja untuk siswa. 111
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah "Apakah Model
112
Pembelajaran Kooperatif tipe Inside‐Ouside Circle Dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa?" Dari perumusan masalah tersebut, maka dijabarkan beberapa pertanyaan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Bagaimana penerapan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle di kelas?
2.
Bagaiamana respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle?
3.
Bagaiamana kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle?
4.
Bagaiamana kemampuan komunikasi matematik siswa setelah pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle?
113
112
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 2. Anitah, Sri. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. Revisi, Cet. 10. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara, Cet ke-4. Aryan, Bambang. Komunikasi dalam Matematika. dari http://rbaryans.wordpress.com, 27 Januari 2010. _____. Membangun Ketrampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen. dari http://rbaryans.wordpress.com, 20 Januari 2010 Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press. Cet. II. Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ed. Revisi. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ed. 2. Isjoni. 2009. Cooperative Larning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. Lindquist, Mary M.. 1996. NCTM 1996 year book: Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA : NCTM INC. Muin, Abdul. 2005. Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematik Siswa SMA, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Jakarta : CeMED Jur. Pend Matematika. Vol. 1. Mumun Syaban. Menumbuhkan Daya Matematis Siswa, dalam http://educare.efkipunla.net, 24 Januari 2010. NCTM. 2000. Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.
113
Putu Suarta, I Gusti dan I Made Suarjana. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematika. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan GANESHA. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana. Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1. Sanjaya, Wina. 2005. Kurikulum dan pembelajaran Tori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Grup. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Grup. Cet. 3, Ed. 1. _____. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Saputra, M Yudha dan Iis Marwan. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif. Bandung: CV. Bintang WarliArtika. Satriawati, Gusni. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 1. Shodiq, Fajar. Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di P4TK (PPPG) Matematika. dalam : www.docstoc.com, 4 Maret 2010 Soemanto, Wasti. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. 5. Stone. 2000. Cooperative LearningReading Activities. Kagan Publishing. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
114
Triyanto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka. _____. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. I. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wiranataputra, Udin S, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. I. Zurinal dan Wahyu Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan. UIN Jakarta Press. Cet. 1.