BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan pengolahan tanah
analisis
sidik
ragam
menunjukan
bahwa
perlakuan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
kedelai tahapan umur pengamatan yaitu:2 MST, 4 MST, 6 MST, 8MST dan Saat panen.
Perlakuan pengolahan tanah
yang paling baik dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yaitu perlakuan pengolahan tanah dengan bajak sapi α = 5 %, seperti dijelaskan pada Tabel 1 tentang rata-rata tinggi tanaman kedelai pada tahapan umur pengamatan. Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman kedelai (cm) Perlakuan Tanpa Olah Tanah Bajak Sapi Traktor tangan BNT 5% Grobogan Kaba Agromulyo BNT 5%
2 MST 9,62 tn 10,86 tn 9,76 tn 10,73 tn 9,87 tn 9,67 tn -
Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 6 MST 21,62a 41,05a 27,06b 47,49b 25,48b 45,90b 2,28 3,065 25,33 tn 40,05a 25,10 tn 50,51c 23,73 tn 43,89b 3,549
8 MST 50,27 tn 55,19 tn 54,94 tn -
Panen 52,08 tn 57,27 tn 56,98 tn -
43,22a 68,49c 48,68b 4,674
45,30a 70,37c 50,67b 4,756
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan pengolahan tanah dengan bajak sapi memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi tananan yang paling tinggi yaitu 47,49 cm pada semua tahapan umur pengamatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
4.2. Prosentase Polong Berisi Berdasarkan
analisis
sidik
ragam
menunjukan
bahwa
perlakuan
pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap prosentase polong berisi tahapan umur pengamatan yaitu: pada saat panen. Tetapi perlakuan Varietas berpengaruh nyata pada prosentase polong berisi, yaitu varietas kaba pada taraf α = 5 %, seperti tertera pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 2. Rata-Rata Prosentase Polong Berisi (%) Perlakuan Tanpa Olah Tanah Bajak Sapi Traktor tangan BNT 5% Grobogan Kaba Agromulyo BNT 5%
Prosentase Polong Berisi (%) 78,22 tn 83,09 tn 81,09 tn 74,75a 90,01b 78,07a 6,832
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
4.3. Bobot 100 Biji Kering Bobot 100 biji kering hasil pengamatan dan sidik ragam di sajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan varietas keduanya memberikan pengaruhnya nyata terhadap bobot 100 biji kering pada tanaman kedelai dan perlakuan pengolahan tanah dengan traktor tangan berpengaruh nyata yaitu 14,00 cm dan perlakuan varietas agromulyo yaitu 19,00 gr Tabel 3. Rata-Rata Bobot 100 Biji Kering Perlakuan Tanpa Olah Tanah Bajak Sapi Traktor tangan BNT 5% Grobogan Kaba Agromulyo BNT 5%
Bobot 100 Biji Kering (gram) 14,00b 12,33a 12,22a 1,333 7,67a 12,11b 19,00c 1,5503
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan varietas agromulyo memiliki nilai tertinggi yaitu 19,00 cm. Pada tahapan umur pengamatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 4.4. Hasil biji Kering Perpetak Berdasarkan hasil biji kering perpetak dan sidik ragam di sajikan pada tabel 4. Sidik ragam menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan varietas keduanya tidak memberikan pengaruhnya nyaata terhadap presentase hasil biji kering perpetak pada tanaman kedelai. Tabel 4. Rata-Rata Hasil Biji Kering PerPetak Perlakuan Tanpa Olah Tanah Bajak Sapi Traktor tangan BNT 5% Grobogan Kaba Agromulyo BNT 5%
Hasil biji Kering Perpetak(kg) 92,11= (0,31 t/ha) 98,89= (0,33 t/ha) 92,44= (0,31 t/ha) 91,11 =( 0,30 t/ha) 104= (0,35 t/ha) 87, 66 (0,29 t/ha) -
Keterangan; Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Melihat tabel 4 di atas bahwa pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata pada hasil biji kering perpetak begitu juga pada Varietas.
4.2 . Pembahasan 1. Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan, 4MST, 6MST, 8MST dan saat panen. Tinggi tanaman kedelai pada umur 4MST ,6MST ,8MST, saat panen dan yang di sajikan pada tabel 1 di atas, menujukkan rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 4MST sampai saat panen tertinggi adalah perlakuan bajak sapi yaitu 27,07cm,47,49 cm, 55,19 cm, 57,27 cm, dan perlakuan varietas pada umur 2 dan 4 adalah varietas grobogan dengan capaian 10,73 cm, dan 25,33 cm, pada perlakuan varietas 6, 8, saat panen tertinggi adalah varietas kaba dengan capaian 50,51, 68,49 dan 70,37 cm. Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak sapi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman lebih tinggi di banding lainnya, hal ini kemungkinan di sebabkan karena menggunakan bajak sapi, mata bajak masuk lebih dalam kedalam tanah sehingga dapat mengolah tanah lebih efisien dan sempurna, sementara menggunakan traktor tangan untuk luasan 3x2 tidak efektif pengolahannya. Menurut Musfae, Lamid, Nasir dan Dahono (1994), pengolahan tanah adalah proses mempercepat perombakan organisme tanah, pelepasan mineral atau hara dan meningkatnya jumlah pori makro di dalam tanah. Dengan meningkatnya jumlah pori makro, aerasi menjadi lebih baik dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan akar sehingga tanaman akan hara dan air dalam jumlah cukup. Selanjutnya Arsyad (1989), menyatakan bahwa tanah
yang diolah menjadi
gembur lebih mudah tererosi, oleh karena itu disarankan mengolah tanah seperlunya saja, merubah didalamnya pengolahan tanah dan melakukan pengolahan tanah menurut kontur. Pengolahan tanah tidak perlu dilakukan jika struktur tanah dan porositas tanah baik. Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pengaruhnya pada akar tanaman dan pada proses-proses fisiologi akar tanaman, sehingga perlu adanya pengolahan tanah. Hal ini yang dijelaskan oleh Muhammad (2012), Proses fisiologi akar tanaman dipengaruhi oleh struktur tanah termasuk absorbsi hara,
absorbsi air dan respirasi. Selain itu olah tanah juga menyebabkan struktur tanah menjadi lebih remah sehingga tidak menghambat perkecambahan. Olah tanah menghasilkan pertumbuhan yang baik karena membentuk kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Olah tanah menciptakan struktur dan aerasi tanah lebih baik dibanding tanpa olah tanah. Olah tanah akan menyebabkan perkembangan akar tanaman lebih baik sehingga kemampuan akar menyerap unsur hara, air dan O2 lebih besar. Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan cukup O2 untuk respirasi. Jika rata-rata masukan O2 ke permukaan tanah terbatas maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Olah tanah sangat berpengaruh pada aerasi tanah dengan besarnya perubahan pada keadaan tanah awal. Olah tanah pada tanah padat dengan aerasi yang miskin dapat memperbaiki masalah aerasi secara berangsurangsur, hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Pratama (2011). Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman pada 6MST,8MST dan saat panen, Varietas yang menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi adalah Karietas Kaba sebab varietas ini pertumbuhannya lebih baik dan sempurna dibanding dengan varietas lainnya. Tinggi tanaman Varietas Kaba (70,37 cm) yang menunjukan hasil berbeda nyata dengan varietas agromulyo (50,67 cm) dan varietas grobogan (45,40 cm). Hal ini kemungkinan faktor genetik menyebabkan perbedaan
yang
beragam
seperti
penampilan
fenotip
tanaman
dengan
menampilkan ciri dan sifat khusus yang berbeda antara satu sama lain. Susunan genetik dapat berbeda di antara biji yang berasal dari tanaman yang berbeda, bahkan dari tanaman yang sama. Berdasarkan deskripsi beberapa tanaman kedelai BPTPI (2010), bahwa tinggi tanaman kedelai untuk varietas Kaba (64 cm), Grobogan (50-60 cm), Agromulyo (40 cm) . Hasil percobaan menunjukkan tinggi tanaman beberapa Varietas kedelai yang digunakan lebih tinggi dibanding dari daerah asal. Hal ini diduga bahwa masing-masing Varietas berada pada lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan pertumbuhan yang optimal. Sesuai dengan Darliah et al. (2001), bahwa respon genotip terhadap faktor lingkungan biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan dan salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhannya. pengaruh
genetik dari varietas yang dominan, yang juga dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan Varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap tinggi tanaman tidak terdapat interaksi antara perlakuan Pengolahan tanah dan varietas. 2. Prosentase Polong Berisi Berdasarkan
analisis
sidik
ragam
menunjukan
bahwa
perlakuan
pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap prosentase polong berisi pada tahapan umur pengamatan saat panen. Demikian pula hasil penelitian terhadap jumlah polong berisi tidak terdapat interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dan Varietas. Sedangkan varietas
berpengaruhnya nyata
terhadap polong berisi, yaitu Varietas Kaba (90,01 %), lebih tinggi presentasenya dibanding Varietas lainnya. Varietas Agromulyo (78,07 %) tidak berbeda nyata dengan Varietas Grobogan (74,75 %). Dari analisis sidik ragam dilihat bahwa Varietas berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah polong berisi Varietas Kaba.Varietas Kaba menunjukkan jumlah polong terbesar dibandingkan dengan varietas Grobogan dan varietas Agromulyo, tetapi meskipun varietas Kaba memiliki jumlah polong yang banyak tetapi ukuran bijinya kecil-kecil sehingga berpengaruh pada berat bijinya. Respons terbaik terdapat pada varietas kaba dengan nilai heritabilitas tertinggi pada peubah jumlah polong berisi (90,01), Hal ini diduga adanya pengaruh genetik dari Varietas yang dominan, yang juga dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi. Setiap kultivar memiliki sebuah kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Harjadi (2006), mengemukakan bahwa batasan adaptasi yaitu suatu proses dimana indivudu atau populasi atau spesies berubah bentuk atau fungsinya untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan tertentu. Hal ini diperjelas oleh Kasno (1991) yang membedakan adaptasi menjadi 2 macam yaitu adaptasi umum dan adaptasi khusus. Adaptasi umum diartikan sebagai kemampuan kultivar untuk dapat cepat menunjukan sifat unggulnya pada berbagai macam lingkungan,
sedangkan adaptasi khusus dimana kultivar hanya dapat menunjukkan sifat unggulnya pada kondisi lingkungan tertentu. Menurut penjelasan Irwan (2006), yang menyatakan bahwa varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. 3. Bobot 100 Biji Kering Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan tanpa olah tanah dan
varietas berpengaruh nyata terhadap bobot pada tahapan umur
pengamatan yaitu:4MST, 6MST, 8MST dan pada saat panen. Tetapi interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dan varietas tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanpa olah tanah berpengaruh nyata pada parameter 100 biji kering yaitu 14,00 gr, sedangkan pelakuan varietas agromulyo (19,00 gr) berbeda nyata dengan varietas kaba (12,11 gr) varietas grobogan (7,67 gr). Tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa perlakuan Pengolahan tanah (tanpa olah tanah) berpengaruh nyata pada bobot 100 biji kering lebih tinggi di banding lainnya, hal ini kemungkinan di sebabkan karena tanpa olah tanah (TOT), akan mendukung kelestarian kesuburan tanah lahan karena tidak terjadi kerusakan struktur tanah maupun hilangnya unsur hara melalui pencucian akibat pengolahan tanah maupun pelumpuran. Dalam hal ini (TOT) akan dapat mewujudkan struktur tanah yang aerotis karena ruang-ruang pori tercipta akibat perakaran dan tanaman terdahulu yang telah mati dan membusuk. Varietas Agromulyo memiliki nilai tertinggi yaitu 19,00gr dan masuk pada kategori polong besar. Cahyono (2007) dalam tulisannya membagi ukuran biji dalam 3 ketegori yaitu : Berukuran kcil 6-10g/100 biji), sedang (11-12g/100 biji), dan besar ( lebih besar dari 13g/100 biji). Namun di luar negeri, misalnya di Amerika dan jepang biji yang memiliki bobot 25g/100 biji dikategorikan berukuran besar, sedangkan yang berukuran lebih dari 25g/100 biji dikategorikan berukuran kecil. Produksi tanaman ditentukan oleh faktor lingkungan dan kultivar
tanaman, setiap kultivar memiliki morfologi dan daya adaptasi yang berbeda dalam memanfaatkan lingkungan pertumbuhannya. Kondisi lingkungan yang beragam memerlukan teknologi yang spesifik dalam meningkatkan produksi tanman. Bobot 100 biji Varietas Agromulyo menunjukkan berat 100 biji yang lebih berat 19,00% tetapi tidak berbeda nyata dengan Varietas Kaba, dibandingkan Varietas Grobogan. Bobot 100 biji kedelai berbeda nyata, ukuran biji yang besar memberikan total hasil biji kering yang tinggi. Hal ini terlihat pada varietas Agromulyo. Menurut Goldworthy dan Fisher (1996) pengisian biji berasal dari fotosintat yang dihasilkan setelah pembungaan dan translokasi kembali fotosintan yang tersimpan. Selanjutnya Gardner et al (1991) sepanjang masa pertumbuhan reproduktif tanaman semusim yang menghasilkan biji sebagai organ pemanfaatan yang dominan. Oleh karena itu, selama pengisian biji fotosintat yang baru terbentuk maupun yang tersimpan dapat digunakan untuk meningkatkan berat biji. Hal ini menjadikan ukuran atau bobot biji sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam. Berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan gejala-gejala yang saling berhubungan. pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma yang mungkin terjadi baik ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Pertumbuhan protoplasma berlangsung melalui suatu rentetan peristiwa-peristiwa dimana air, karbondioksida dan garam-garam anorganik diubah menjadi bahan-bahan hidup (Harjadi 1984). Menurut Gardner et al (1985) menyatakan bahwa, untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang normal, tanaman memerlukan unsur hara, cahaya, karbodioksida dan air yang cukup. Selanjutnya meningkatnya luas daun menyebabkan laju fotosintesis meningkat karena bertambahnya permukaan luas daun yang menangkap cahaya. Peningkatan jumlah energi cahaya sampai taraf
tertentu meningkatkan laju fotosintesis yang berarti fotosintat yang dihasilkan semakin banyak. Pada saat penelitian berlangsung pada saat tertentu terjadi kekeringan dan tidak adanya hujan. Hal ini dapat mengurangi bobot biji tanaman kedelai. Menurut Hapsoh et al. (2005), cekaman kekeringan mengurangi berat kering biji oleh karena ukuran biji dan jumlah biji berkurang. Selanjutnya menurut Mimbar (1991), jumlah dan ukuran biji maksimal ditentukan oleh faktor genetik serta kondisi yang dialami selama pengisian biji. Pada saat pengisian polong, maka polong akan menjadi daerah penyaluran asimilasi. Sebagian besar asimilasi akan digunakan untuk meningkatkan bobot biji.
4. Hasil biji Kering Perpetak Berdasarkan hasil pengamatan hasil biji kering perpetak dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel 4. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, Varietas serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen hasil biji kering per petak. Berdasarkan hasil analisis rata- rata hasil biji kering perpetak pada Tabel 4, menunjukan rata–rata hasil biji kering perpetak Pada perlakuan pengolahan tanah, Varietas maupun interaksi antar perlakuan tidak berbeda nyata pada hasil biji kering, hal ini di duga kemungkinan kondisi tanah yang digunakan sebagai lokasi penelitian yang tidak memberi dukungan yang kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai. Pada lokasi penelitian tekstur tanahnya Andosol sehingga kapasitas menyimpan airnya rendah. Pada saat hujan tergenang tetapi segera hilang setelah tidak ada hujan. Hal ini diduga yang menyebabkan tanaman kedelai kekurangan air sehingga pembentukan biji berkurang. Menurut Hakim (1986) mengemukakan bahwa, selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorbsi tumbuhan dari tanah, sifat tanah misalnya tanah liat dan tanah berpasir. Tanahtanah berpasir mempunyai kapasitas memegang air lebih rendah dari pada tanahtanah liat jumlah air kapiler dalam tanah berpasir dapat meningkat dengan menambah kandungan bahan organik.
Hal ini senada dengan pernyataan Suprapto (1990) bahwa sejak tumbuh sampai pada fase pengisian polong, keadaan tanah hendaknya cukup lembab, struktur tanah gembur dan cukup sinar matahari. Curah hujan yang cukup dan merata tiap hari, bulan sangat membantu pertumbuhan kedelai. Namun demikian curah hujan yang terlalu banyak atau kurang kebutuhan minimal akan menurunkan hasil kedelai. Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah yang berhawas panas, apalagi di tempat yang tidak terlindungi oleh tanaman lain pertumbuhan optimum pada suhu 20-250C. Suhu 12-200C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan
benih
pemunculan
kecambah,
serta
pembungaan
dan
pertumbuhan biji. Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena air tersebut berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generatif, akan menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam, jumlah air yang berlebihan tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena mengakibatkan akar membusuk. Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang menyerang tanaman tersebut.