BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Untuk mengetahui pengaruh penggunaan FMA bagi pertumbuhan jati di persemaian, dilakukan perhitungan prosentase peningkatan parameter pertumbuhan terhadap kontrol untuk setiap perlakuan. Selain itu juga, untuk mengetahui pengaruh penggunaaan FMA pada pertumbuhan jati, maka perhitungan prosentase peningkatan parameter pertumbuhan dibagi menjadi lima sub bab. Lima sub bab tersebut adalah status FMA pada jati dan prosentase infeksi akar, efektifitas inokulasi FMA terhadap pertumbuhan jati, pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis media tumbuh terhadap pertumbuhan jati, pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis pupuk terhadap pertumbuhan jati, dan teknik inokulasi pada jati. 4.1.1. Status FMA Pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 1, Lampiran 1, dan Lampiran 2. Tabel 1 Rekapitulasi status mikoriza pada tanaman jati dan prosentase infeksi akar No Jenis Mikoriza Infeksi Akar (%) 1 G. aggregatum (a) + 2 G. aggregatum (b) + 3 G. manihotis-3 + 4 Mikofer 150 gr + 5 Mikofer 100 gr + Keterangan : (a), (b) = berasal dari sumber penelitian yang berbeda = ada infeksi +
Sumber Suraya (2002) Hapsari (2001) Turjaman et al. (2003) Muslim (2004) Muslim (2004)
4.1.2. Efektifitas Inokulasi FMA Pada Pertumbuhan Jati Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 3. Tabel 2 Rekapitulasi efektifitas inokulasi FMA pada pertumbuhan jati No
Jenis Mikoriza
1 2
G. aggregatum (a) G. aggregatum (b1)
Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol ∆T (%) ∆D (%) BKT (%) + + + + + +
Sumber Hapsari (2001) Suraya (2002)
Lanjutan Tabel 2 No
Jenis Mikoriza
Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol ∆T (%) ∆D (%) BKT (%) + td +
Sumber
3
G. aggregatum (b2)
4
+
+
-
5
Glomus manihotis (Vitex) + G. roseae G. manihotis-3
+
+
+
6 7 8
Mikofer 150 gr Mikofer 100 gr Mikofer
+ + +
td td +
+ + td
Irianto et al. (2003) Turjaman et al. (2003) Muslim (2004)
9
Glomus sp-2
+
+
+
Suraya (2002)
Irianto et al. (2003) Turjaman et al. (2003)
Keterangan : (a), (b1) = berasal dari sumber penelitian yang berbeda (b1),(b2) = dari sumber yang sama dengan perlakuan berbeda + = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber
4.1.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis – Jenis Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jati Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5. Tabel 3 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis media tumbuh terhadap pertumbuhan jati
No.
Jenis Inokulum dan Media Tumbuh
1
G. rosea + Tanah
Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol ∆T (%) ∆D BKT (%) (%) +
2
G. etunicatum + Serbuk Gergaji
+
-
-
3
G. rosea + Sekam
+
+
-
4
FMA jalur (G. etunicatum ) + Media Steril (pasir:tanah) Mycofer + Media standar jati Perhutani : tanah kurus = 100: 0 (v/v) G.manihotis (Vitex) + G. roseae + Media standar jati Perhutani : tanah kurus = 50:50 (v/v) G. manihotis (Bio-Phil) + G. etunicatum + Media standar jati Perhutani : tanah kurus = 100: 0 (v/v) G. manihotis (Vitex) + G.roseae + Media standar jati Perhutani tanah : kurus = 25:75 (v/v)
+
+
+
+
+
td
+
+
td
+
+
td
+
+
td
5 6 7 8
Sumber
Faisal (2005) Faisal (2005) Faisal (2005) Umam (2008) Irianto et al. (2003) Irianto et al. (2003) Irianto et al. (2003) Irianto et al. (2003)
Lanjutan Tabel 3 No.
Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol ∆T ∆D BKT (%) (%) (%) td td +
Jenis Inokulum dan Media Tumbuh
9
Bibit dengan pemberian mikoriza dan tanpa pemberian limbah jamur Keterangan : + = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan (-) = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber
Sumber
Uyun (2006)
4.1.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis – Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Jati Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 4, Lampiran 6, dan Lampiran 7. Tabel 4 Rekapitulasi pengaruh interaksi penggunaan FMA dan jenis-jenis pupuk terhadap pertumbuhan jati No.
Perlakuan
∆T (%)
1
Mikofer 100 g + M-Dext dosis 10 cc/l
152.5
2
Mikofer 100 g + M-Dext dosis 30 cc/l
3
∆D (%)
BKT (%)
Sumber
tn
50.67
Muslim (2004)
155.83
tn
16.64
Muslim (2004)
Mikoriza 3 gr + NPK 4 gr
56.45
td
-7.5
4
Mikoriza 1.5 gr + NPK 3 gr
7.46
td
56.41
5
FMA 10 gram vermikompos 7,5%
24.09
tn
tn
Suwandi et al. (2006) Suwandi et al. (2006) Ningsih (2007)
6
G. etunicatum 13,5 g dan vermikompos 1,5 g
0.73
-5.89
-13.55
Ramadani (2008)
7
+
G. etunicatum 9 g dan -15.87 -18.07 11.24 vermikompos 6 g Keterangan :+ = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan - = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan td = data tidak disajikan pada sumber tn = tidak berpengaruh nyata pada sumber
Ramadani (2008)
4.1.5. Pengaruh Teknik Inokulasi pada Pertumbuhan Jati Hasil analisis data mengenai status FMA dan prosentase infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 5, Lampiran 8, dan Lampiran 9. Tabel 5. Rekapitulasi pengaruh teknik inokulasi pada pertumbuhan jati No
Teknik Inokulasi
Jenis CMA
1
Sistem lubang
G.manihotis-3
Prosentase Pertumbuhan Terhadap Kontrol ∆T (%) ∆D (%) BKT (%) 287.27 311.11 808.82
2
Sistem lapis
Mikoriza mix
62.33
83.33
126.47
3
Sistem lubang
G. aggregatum (a1)
56.92
52
266.21
4
Sistem lapis
G. aggregatum (b1)
120.71
td
178.82
5
Sistem lapis
G. aggregatum (b2)
33.90
td
67.12
6
Sistem lubang
Mikofer 150 gr
91.51
td
21.71
7
Sistem lubang
Mikofer 100 gr
83.70
td
23.92
8
Sistem lubang
Glomus manihotis (Vitex) + G. roseae
38.57
18.38
td
Sumber
Turjaman et al. (2003) Turjaman et al. (2003) Turjaman et al. (2003) Suraya (2002) Suraya (2002) Muslim (2004) Muslim (2004) Irianto et al. (2003)
Keterangan : + = memberikan pengaruh positif terhadap parameter pertumbuhan = tidak memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan (a1), (b1), (b2) = berasal dari sumber yang berbeda (b1), (b2) = dari sumber yang sama dengan perlakuan berbeda td = data tidak disajikan pada sumber
4.2. Pembahasan 4.2.1. Status FMA Pada Jati dan Prosentase Infeksi Akar Hubungan simbiotik antara FMA dengan tanaman inang, ditandai dengan adanya infeksi akar pada tanaman inang. Infeksi yang dilakukan oleh mikoriza menjadi salah satu faktor yang menentukkan tingkat penyerapan fosfor pada tanaman yang bermikoriza.Waktu yang diperlukan untuk terjadinya infeksi antara suatu cendawan mikoriza dengan inangnya sangat bervariasi. Hal tersebut dikarenakan, infeksi akar ditentukan oleh tingkat infektivitas dan faktor-faktor lingkungan. Status FMA yang dapat bersimbiosis dengan tanaman inang dapat dilihat dari adanya infeksi akar yang terjadi antara mikoriza dengan inangnya. Terdapat tiga jenis FMA yang memberikan respon positif terhadap prosentase infeksi akar yaitu G. aggregatum, G. manihotis-3, dan Mikofer dengan dosis pemberian sebesar 150 gr dan 100 gr.
4.2.2. Efektifitas Inokulasi FMA Pada Pertumbuhan Jati Pembentukan endomikoriza selain ditentukan oleh kondisi fisiologis akar juga dipengaruhi oleh tingkat efektifitas mikoriza. Mikoriza tidak akan terbentuk pada akar yang telah suberisasi, oleh karena itu inokulasi mikoriza lebih baik dilakukan pada saat fase semai (anakan). Variasi respon pertumbuhan terhadap inang yang bermikoriza tidak hanya ditentukan oleh jenis mikoriza, tetapi juga ditentukkan oleh jenis inang dan kondisi lingkungan. Tanaman yang bermikoriza mampu menyerap unsur fosfor dalam tanah yang berguna untuk proses ATP dalam tanaman. ATP tersebut digunakan untuk proses fotosintesis yang menghasilkan fosintat. Fotosintat tersebut menjadi parameter untuk besarnya nilai BKT dalam suatu tanaman. Berat kering total dijadikan parameter untuk melihat efektifitas inokulasi FMA pada pertumbuhan jati. Jika dilihat dari nilai posentase BKT yang tertinggi terhadap kontrol, G.manihotis-3 memberikan efektifitas pertumbuhan jati yang positif.
4.2.3. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jati Kondisi lingkungan yang tidak terlalu basah dengan drainase dan aerasi yang baik menjadi salah satu faktor untuk mendukung terbentuknya mikoriza. Media tumbuh selain berguna untuk menopang tanaman juga sebagai tempat bagi tanaman untuk mendapatkan unsur hara selama daur hidupnya. Ketersediaan hara terutama nitrogen dan fosfat yang rendah akan mendorong pertumbuhan mikoriza. Pada tabel 3 terlihat bahwa pemberian interaksi penggunaan FMA dan jenisjenis media tumbuh memberikan prosentase peningkatan pertumbuhan terhadap kontrol yang berbeda – beda. Dari data interaksi jenis inokulum dengan media tumbuh, perlakuan G.roseae dengan media tumbuh tanah tidak memberikan prosentase pertumbuhan tinggi dan diameter yang positif. Sedangkan pemberian perlakuan G.etunicatum dengan media tumbuh serbuk gergaji juga tidak memberikan prosentase pertumbuhan diameter dan BKT yang positif. Penambahan media tumbuh pasir : tanah yang disterilkan terlebih dahulu memberikan respon positif terhadap nilai BKT bibit jati bermikoriza. 4.2.4. Pengaruh Interaksi Penggunaan FMA dan Jenis-Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Jati Pupuk dalam arti luas ialah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur essensial bagi pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan nutrisi sangat bervariasi. Oleh karena itu, dalam rangka menyediakan pemenuhan nutrisi pada tanah, maka pemberian pupuk dapat membantu dalam pemenuhan unsur-unsur hara bagi tanaman. Prosentase peningkatan BKT yang memberikan respon positif dihasilkan oleh perlakuan Mikofer 100 g + M-Dext dosis 10 cc/l, Mikofer 100 g + M-Dext dosis 30 cc/l, Mikoriza 1.5 gr + NPK 3 gr, dan G. etunicatum 9 g + vermikompos 6 g.
4.2.5. Pengaruh Teknik Inokulasi pada Pertumbuhan Jati Teknik inokulasi mikoriza yang efektif dan efisien ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya berupa tingkat kecocokan cendawan dengan inang, kondisi lingkungan, jenis inokulan, dan ketersediaan inokulan yang akan digunakan (Indriyanto 2008). Terdapat dua cara inokulasi FMA di persemaian yaitu sistem lapis (layering) dan sistem lubang (koakan). Teknik inokulasi yang dapat diaplikasikan terhadap semai jati ialah teknik inokulasi dengan sistem lubang dan sistem lapis (Tabel 5). Inokulasi mikoriza dengan menggunakan teknik sistem lubang adalah dengan memberikan mikoriza pada koakan selebar 3 cm dan kedalaman 3 cm pada media yang telah disiapkan dalam kantongkantong plastik (Setiadi 2005).
Inokulasi dengan sistem lapis adalah dengan
menaburi bak kecambah yang diisi dengan media pasir atau zeolit terlebih dahulu dengan inokulum FMA setebal ± 1 – 2 cm, kemudian ditaburi kembali dengan media pasir atau zeolit. Setelah itu disebarkan biji yang siap berkecambah ke atas lapisan tersebut yang didiamkan selama 14 – 21 hari sebelum akhirnya dipindahkan ke dalam polybag.