BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat fisik tanah vertisol Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah : tekstur tanah merupakan liat 35 %, pasir 27 % dan debu 38 % dengan permeabilitas tanah yang lambat 1,59% dengan kadar air 8,47 %. Sifat kimia tanah merupakan C organik sangat rendah 0,69 %, N total sangat rendah 0,06 %, P2O5 tersedia 3,80 ppm, K2O dapat ditukar 0,24me/100g, pH agak masam, H2O 6,48 %, pH KCl 5,64 %, KTKsangat tinggi 29,95 (me/100 g), K+ 0,24 % sangat rendah, Ca2 14,90 % sangat tinggi, Mg2+ 6,0 5% sangat tinggi, Na+ 0,50 % sedang, Kejenuhan Basa 70,08% sangat tinggi (Tabel 3). Dengan demikian, berdasarkan kriteria status kesuburan tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983), maka status kesuburan tanah setempat tergolong sedang. Tabel 3. Sifat-sifat tanah Vertisol (Endoaquerts Ustic) di lokasi penelitian No 1
2
Sifat-Sifat Tanah Fisik Tanah : - Tekstur: Pasir (%) Liat (%) Debu (%) - Permebilitas Tanah (cm/jam) - Nilai Cole - Kadar Air Tersedia Kimia Tanah - C-Organik (%) - N total (%) - P2O5 tersedia (ppm) - K2O dapat ditukar (me/100 g) - pH: H2O pH KCl - KTK (me/100 g) - Kation Basa (me/100 g): K+ Ca2+ Mg2+ Na+ - Kejenuhan Basa (%)
Nilai
27 35 38 1,59 0,98 8,47
Sebelum Penelitian Kriteria*
Lempung Berliat Lambat Kembang-kerut nyata
0,69 0,06 3,80 0,24
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah
6,48 5,64 29,95
Agak Masam Sangat Tinggi
0,24 14,90 6,05 0,50 70,08
Sangat Rendah Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Merujuk pada sifat-sifat tanah dan status kesuburan tanah sedang, maka upaya pemberian bahan amelioran ini dapat memperbaiki sifat-sifat tanah Vertisol ini. Dengan demikian diharapkan produktifitas tanah Vertisol meningkat. 5.2 Tinggi Tanaman Data hasil pengamatan tinggi tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi hanya pada umur 28 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 42, dan 56 HST tidak berpengaruh nyata. Rata-rata tinggi tanaman padi pada Endoaquert Ustic hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan tinggi tanaman hasil padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Pasir (S) 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) Sabut kelapa (C) 0 ton ha-1 (C0) 10 ton ha-1 (C1) 20 ton ha-1 (C2) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha-1 (B0) 10 ton ha-1 (B1) 20 ton ha-1 (B2) Interaksi BNT0,05 KK (%)
Tinggi tanaman I (cm)
Tinggi tanaman II (cm)
Tinggi tanaman III (cm)
Tinggi tanaman IV (cm)
14,94tn 13,91 14,49
22,38a 19,30b 21.38a
28,80tn 28,14 28.00
27,70tn 30,97 30.22
14,37tn 14,82 14,14
20,13tn 21,99 20,94
27,85tn 27,94 29,14
29,56 tn 30,01 29,31
14,78tn 14,53 14,02 tn
21,36tn 21,07 20,62 tn 2,07 18.12
29,99a 27,24b 27,71b tn 2,46 16.02
30,95tn 29,29 28,65 tn
18,14
21.14
Superskrip yang sama pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf BNT 0,05 tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Walaupun hanya pada umur 28 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian pasir sungai pada setiap pengamatan telah menunjukkan peningkatan tinggi tanaman. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, pemberian 0% pasir justru meningkatkan tinggi tanaman sebesar 7,40% dibanding perlakuan 25% penambahan pasir sungai dan 3,10% dibanding
penambahan 50% pasir sungai. Kondisi tersebut terjadi pula pada pengamatan 28 dan 42 HST, tetapi tidak berlaku pada pengamatan 56 HST karena justru mengalami penurunan sebesar 10,56% dibanding perlakuan 25% pasir sungai dan 8,34% dibanding perlakuan 50% pasir sungai. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan tinggi tanaman membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 3).
Gambar 3. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan pasir sungai Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukan pada pemberian sabut kelapa tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 14 hari setelah tanam pada perlakuan 0 ton ha-1
mengalami penurunanan 3,03%
dibandingkan dengan perlakuan sabut kelapa 10 ton ha-1 mengalami kenaikan 3,13%, sedangkan pada perlakuan 20 ton ha-1 sabut kelapa mengalami penurunan
4,58%. Hal ini diduga pemberian sabut kelapa dapat mengikat air lebih banyak sehinga tidak ada perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman(Gambar 4). Pemberian sabuk batang pisang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi hanya pada umur 42 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 28, dan 56 HST tidak berpengaruh nyata. Walaupun hanya pada umur 42 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian sabut batang pisang pada setiap pengamatan telah menunjukkan peningkatan tinggi tanaman.
Gambar 4. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan sabut kelapa Pada pengamatan tinggi tanaman umur 42 HST, pemberian 0 ton ha-1 sabut batang pisang justru meningkatkan tinggi tanaman sebesar 10,09% dibanding perlakuan 10 ton ha-1 dan meningkat sebesar 8,23% dibanding perlakuan sabut batang pisang sebanyak 20 ton ha-1. Sementara pemberian sabut batang pisang sebanyak 20 ton ha-1 hanya mengalami peningkatan tinggi tanaman sebesar 1,72%. Keragaan tinggi tanaman dengan pemberian sabut kelapa disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan sabut batang pisang Hal ini diduga disebabkan karena ketersediaan air yang cukup pada media tumbuh tanaman, juga karena pada umur ini sudah memasuki fase perkembangan generatif. Selain itu, diduga hal ini disebabkan oleh kelebihan air pada perlakuan yang mendapat penambahan sabut batang pisang. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. 5.3 Panjang Daun Data hasil pengamatan panjang daun tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian pasir sungai berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi hanya pada umur 56 hari setelah tanam (HST). Sementara untuk umur 14, 28, dan 42 HST tidak berpengaruh nyata. Rata-rata panjang daun tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan panjang daun padi dengan pemberian pasir sungai, dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Panjang Panjang Panjang Perlakuan daun I daun II daun III (cm) (cm) (cm) Pasir (S) 0% (S0) 11,l72tn 15,66 tn 21,10tn 25% (S1) 10,53 14,73 21,14 50% (S2) 11,65 15,40 20,72 Sabut kelapa (C) 0 ton ha-1 (C0) 11,32tn 14,71tn 20,72tn 10 ton ha-1 (C1) 11,72 16,04 20,96 -1 20 ton ha (C2) 10,85 15,04 21,27 Sabut batang pisang (B) 0 ton ha-1 (B0) 11,45tn 16,11a 21,59tn 10 ton ha-1 (B1) 11,54 15,62ab 20,60 -1 b 20 ton ha (B2) 10,91 14.05 20,77 Interaksi tn tn tn BNT0.05 1,70 KK (%) 20.65% 20.59% 19,87%
sabut kelapa Panjang daun IV (cm) 20,27b 24,04a 23,01a 21,99 tn 22,55 22,78 23,89tn 21,43 21,99 tn 2,78 19,87%
Superskrip yang berbeda pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0.05
tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05
Walaupun hanya pada umur 56 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian pasir sungai pada setiap pengamatan telah menunjukan peningkatan panjang daun tanaman. Pada pengamatan panjang daun tanaman umur 14 dan 28 HST mempunyai pola yang relatif sama yang mana pemberian 0% pasir sungai meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 11,30% dan 6,31% dibandingkan dengan penambahan pasir sungai sebesar 25%, sedangkan terhadap penambahan pasir sungai sebesar 50% hanya meningkatkan panjang daun yang masing-masing sebesar 0,60% dan 1,69% saja. Sementara tinggi tanaman pada umur 42 HST dan 56 HST cenderung relatif sama, yaitu justru pada penambahan 25% pasir sungai yang meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 0,19% dan 18,59% terhadap perlakuan kontrol, sedangkan terhadap pemberian pasir sungai 50% hanya mengalami peningkatan masingmasing sebesar 2,03% dan 4,47%. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 6).
Gambar 6. Keragaan panjang daun pada perlakuan pasir sungai Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian sabut kelapa tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi. Pada umur 14 HST dan 28 HST cenderung menunjukkan pola yang sama. Perlakuan 10 ton ha-1 sabut kelapa meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 3,53% dan 9,04% dibanding perlakuan 0 ton ha-1 dan meningkatkan panjang daun sebesar 8,01% dan 6,65% pada penambahan 20 ton ha-1sabut kelapa. Sementara pada umur 42 HST dan 56 HST juga menunjukkan pola yang sama. Perlakuan 10 ton ha-1 sabut kelapa meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 1,15% dan 2,55% dibanding perlakuan 0 ton ha-1 dan meningkatkan panjang daun sebesar 1,48% dan 1,02% saja pada penambahan 20 ton ha-1 sabut kelapa (Gambar 7). Hal ini diduga karena pada perlakuan 10 ton ha-1 kandungan kandungan air lebih banyak.
Gambar 7. Keragaan panjang daun pada perlakuan sabut kelapa Sementara itu, hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang hanya berpengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman padi pada umur 28 HST. Walaupun hanya pada umur 28 HST yang berpengaruh nyata, tetapi secara keseluruhan untuk pemberian sabut batang pisang telah menunjukan peningkatan panjang daun tanaman.
Pada pengamatan panjang daun tanaman umur 28, 42 dan 56 HST pada pemberian 10 ton ha-1 sabut kelapa mempunyai pola yang relatif sama yang mana justru menurunkan panjang daun masing-masing sebesar 3,04%., 4,58% dan 10,29% dibanding perlakuan 0 ton ha-1. Sementara pada pemberian 20 ton ha-1 sabut kelapa hanya pada umur 42 HST dan 56 HST yang berpola sama, yaitu meningkatkan panjang daun masing-masing sebesar 0,83% dan 2,16% terhadap penambahan 10 ton ha-1sabut kelapa. Sementara pada umur 14 HST dan 28 HST cenderung relatif sama dengan pemberian 20 ton ha-1 sabut kelapa. Hal ini diduga disebabkan karena sabut batang pisang memiliki daya serap air yang tinggi sehinga tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan 0 ton ha-1 penembahan sabut batang pisang, 10 ton ha-1 penembahan sabut batang pisang dan 20 ton ha-1 penembahan sabut batang pisang (Gambar 8). Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011) menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur–unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
Gambar 8. Keragaan panjang daun pada perlakuan sabut batang pisang 5.4 Jumlah Anakan Data hasil pengamatan jumlah anakan tanaman padi pada Endoaguert Ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan
padi. Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada Tabel 6. Pada pengamatan jumlah anakan menunjukan bahwa pemberian pasir sungai pada perlakuan 0% dan 50% mempunyai pola relatif sama dimana pemberian 0% pasir sungai meningkat 38,11%, dan pemberian 50% pasir sungai 34,83% dibandingkan dengan penambahan pasir sungai 25% menurun 2,37%, Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah (Gambar 9). Tabel 6. Rataan jumlah anakan padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Jumlah anakan Pasir (S) 0% (S0) 2.44tn 25% (S1) 3.37 50% (S2) 3.29 Sabut kelapa (C) 0 ton ha-1 (C0) 2.74tn 10 ton ha-1 (C1) 3.29 20 ton ha-1 (C2) 3.07 Sabut batang pisang (B) 0 ton ha-1 (B0) 2.55tn -1 10 ton ha (B1) 3.55 20 ton ha-1 (B2) 3.00 Interaksi tn KK (%) 20.59% tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05
Sementara itu hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa tidak berbeda nyata terhadap jumlah anankan tanaman padi. pada perlakuan 0 ton ha-1 sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan 20,07%, pada perlakuan 20 ton ha1
sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan tanaman padi 12,04 % dibandingkan
pada perlakuan 10 ton ha-1 sabut kelapa meningkatkan jumlah anakan tanaman padi 6,68%.Hal ini menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa dapat mengikat air yang dengan baik. Sementara itu,hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang tidak berpengaruh nyata pada jumlah anakan tanaman padi namun dengan pemberian sabut batang pisang telah menunjukan peningkatan jumlah anakan pada tanaman padi, pada perlakuan 0 ton ha-1 sabut batang pisang 39,21% dan pada perlakuan 20 ton ha-1 sabut batang pisang 17,64% dibanding dengan penambahan pada perlakuan 10 ton ha-1 sabut batang pisang 15,49% . Hal ini diduga disebabkan pada perlakuan 0 ton ha-1 lebih baik karena kandungan liat yang banyak dapat menyimpan air lebih banyak sehinga membuat tanaman lebih mudah menyerap air. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011) menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur–unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) 4
Jumlah Anakan
Pengamatan
3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0% 25% 50% (S0) (S1) (S2)
0 ton 10 ton 20 ton ha-1 ha-1 ha-1 (C0) (C1) (C2)
Perlakuan
0 ton 10 ton 20 ton ha-1 ha-1 ha-1 (B0) (B1) (B2)
Gambar 9. Ragaan Jumlah anakan padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic
5.5 Jumlah Daun Data hasil pengamatan jumlah daun tanaman padi pada endoaguert ustic dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil sidik ragam menunjukan bahawa pemberian sabut batang pisang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman padi hanya pada perlakuan 0 ton ha-1, sementara pada penambahan10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 tidak berpengaruh nyata.Rata-rata hasil tanaman padi pada Endoaquert Ustic dengan hasil uji BNT (0,05) disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan jumlah daun hasil padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic Perlakuan Pasir (S) 0% (S0) 25% (S1) 50% (S2) Sabut kelapa (C) 0 ton ha-1 (C0) 10 ton ha-1 (C1) 20 ton ha-1 (C2) Sabut batang pisang (B) 0 ton ha-1 (B0) 10 ton ha-1 (B1) 20 ton ha-1 (B2) Interaksi BNT0.05 KK (%)
Jumlah daun (cm) 10.29tn 14.18 14.03 11.88tn 13.19 13.33 9.88b 16.37a 12.25a tn 4.78 68.62%
Superskrip yang sama pada kolom sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 0.05 tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0.05
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian pasir sungai tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman padi namun telah menunjukan peningkatan disetiap pengamatan Pada perlakuan 0% pasir sungai dan 50% pasir sungai dengan masing-masing 37,80% dan 36,34%, dibandingkan dengan penembahan 25% pasir sungai 1,05%. Hal ini diduga disebabkan karena proses penambahan panjang daun membutuhkan ketersediaan air yang cukup, sementara dengan pemberian pasir justru meningkatkan jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah bagian bawah yang mungkin tidak terjangkau oleh akar tanaman (sesuai umur pengamatan). Nursyamsi (2009) telah mengunakan pasir sebagai media tanam (sand culture) untuk mempelajari pengaruh pemberian K dan pengunaan varietas terhadap eksudat asam organik dari akar jagung pada pengamatan berbagai umur tanaman, serta pengaruh perlakuan tersebut terhadap serapan N, P, dan K, serta produksi brangkasan kering tanaman jagung. Muchtar dan soeleman (2010) melaporkan bahwa liat vertisol yang ditambahkan ke tanah pasiran pesisir memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah seperti bulk density, porositas, kemantapan agregat dan permeabilitas tanah. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut kelapa tidak berbeda nyata pada jumlah daun tanaman. Pada perlakuan 0 ton ha-1sabut kelapa dan pada perlakuan 20 ton ha-1 sabut kelapa masing-masing meningkat 11,02 % dan 12,20% di bandingkan pada perlakuan 10 ton ha-1 sabut kelapa 1,06% . Hal ini diduga sabut kelapa memiliki kemampuan untuk mengikat air dan menjaga kelembaban tanah. Sementara itu, hasilsidik ragam menunjukan bahwa pemberian sabut batang pisang berpengaruhn yata terhadap jumlah daun tanaman padi. Walaupun hanya pada perlakuan 0 ton ha-1 sabut batang pisang 65,68% yang berpengaruhnyata akan tetapi secara keseluruhan menunjukan peningkatan jumlah daun tanaman padi. Pada pengamatan 10 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 sabut batang pisang masing –masing menunjukan peningkatan 25,16% dan 23,98%. Hal diduga disebabkan sabut batang pisang memiliki daya serap air yang tinggi. Indrawati (2009) melaporkan bahwa pelepah pisang kering akan menjadi bahan yang memiliki daya serap dan daya simpan tinggi. Lebih lanjut wulandari et al. (2011)
menyatakan bahwa dalam batang pisang terdapat unsur–unsur penting yang
Pengamatan
dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K)(Gambar 10).
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jumlah Daun
0% 25% 50% (S0) (S1) (S2)
0 ton 10 ton 20 ton ha-1 ha-1 ha-1 (C0) (C1) (C2)
0 ton 10 ton 20 ton ha-1 ha-1 ha-1 (B0) (B1) (B2)
Perlakuan Gambar 10. Jumlah daun padi dengan pemberian pasir sungai, sabut kelapa, dan sabut batang pisang pada Endoaquert Ustic