BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
Letak Geografis Provinsi Gorontalo, melalui undang-undang Nomor 38 Tahun 2000
merupakan Provinsi ke 32 setelah memarkan diri dari provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 16 Februari 2001. Secara geografis terletak diantara 0,19ˈ-1,15ˈ Litang Utara (LU) dan 121,23ˈ123,43ˈ Bujur Timur (BT), batas wilayah Provinsi, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol Toli-Toli dan Laut Sulawesi. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Donggola. Sebelah Timur berbatasan dengan Bolaang Mongondow.Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tominip. Provinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa khusus untuk Kota Gorontalo yang terdiri dari 9 Kecamatan dan 100 Kelurahan dalam luas 66,25 km2 dengan jumlah penduduk 185.378 jiwa menurut sumber data profil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2011. Kota Gorontalo Merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara Geografis mempunyai luas 79,03 km² atau o.65 persen dari luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 Kecamatan, terdiri dari 50 Kelurahan. Kecamatan dengan luas terbesar adalah Kecamatan Kota Barat. Secara astronomis, Kota Gorontalo terletak antara 00º 28´ 17´´- 00º 35´ 56´´ Lintang Utara dan antara 122º 59´44´´-123º05´59´´ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Gorontalo memiliki batas-batas: Utara- Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango, Selatan – Teluk Tomini, Barat– Kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo, Timur – Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolanggo. Kondisi topografi Kota Gorontalo adalah tanah datar yang dilalui tiga buah sungai yang brmuara di Teluk Tomini, Pelabuhan Gorontalo. Bagian selatan diapit dua pegunungan berbatu kapur/pasir. Ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai 470 meter. Pesisir pantai landai berpasir.
2.
Keadaan Penduduk Penduduk merupakan salah satu wilayah yang cukup luas dengan berbagai
potensi serta didukung oleh sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Secara umum keadaan penduduk dibedakan menurut mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Gorontalo 196.897 jiwa dengan tingkat kepadatan 2.491 orang/km2 Untuk lebih jelas melihat pendududuk Kota Gorontalo di lihat pada tabel di bawah. Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Org)
Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Hulontalangi Dombo Raya Kota Utara Kota Tengah Sipatana Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,2011
22.222 24.533 23.941 27.191 16.902 18.453 17.879 27.911 17.865 196.897
Berdasarkan tabel 2 di atas, yang paling terbanyak di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo dengan jumlah penduduk yang berjumlah 27.911 orang dan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo dengan jumlah 16.902 penduduk. 3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan
pembangunan di suatu negara adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di Kota Gorontalo pada tahun 2011, angka partisipasi sekolah (APS) pada penduduk kelompok usia sekolah 7-12 tahun sebesar 99,40 persen atau naik dari tahun 2010 yang sebesar 98,08 persen. Sementara itu, APS penduduk kelompok usia sekolah 13-15 tahun dan 16-18 tahun naik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Angka partisipasi murni (APM) tingkat SD/MI
pada tahun 2011 sesar 89,39 persen. Sementara itu, AMP tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA masing-masing sebesar 63,08 persen dan 75,43 persen. Tabel 3. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Gorontalo (Persen), 2011. No 1 2 3
jenjang Pendidikan (1) SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
Sumber: BPS RI (Susenas, Agustus,2011)
APM (2) 89,39 63,08 54,57
APK (3) 104,71 93,78 75,43
Berdasarkan Tabel 3. Maka dapat diketahui angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar. Untuk jenjang pendidikan SD/MI angka partisipasi murninya mencapi 89,39 dan angka partisipasi kasar mencapai 104,71, kemudian untuk SMP/MTS angka partisipasi murni mencapai 63,08 dan angka partisipasi kasar yaitu 93,78 sedangkan pada SMA/SMK/MA angka partisipasi murni mencapi 54,57 dan angka partisipasi kasar mencapi 75,43. 4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan salah satu upaya peningkatan taraf hidup
sehari-hari dalam segala hal, rata-rata umur yang yang sudah mempunyai pekerjaan yaitu di atas 15 tahun karena sudah produktif dan bisa memenihi kebutuhan hidup, untuk itu penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel 4 tentang jenis kegiatan sehari-hari sebagai berikut:
Tabel 4. Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Gorontalo, 2008-2011. Jenis Kegiatan Utama (1) I. Angkatan kerja 1. Berkerja 2. Pengangguran II. Bukan Angkatan Kerja 1. Sekolah 2. Mengurus Rumah Tangga 3. Lainnya Jumlah/Total
Sumber: BPS RI (Sakrnas 2011)
2008 (2) 74.367 67.195 7.172 48.789 12.998 31.572 4.219 123.156
2009 (3) 79.167 72.140 7.027 49.110 14.433 29.887 4.790 128.277
2010 (4) 76.249 70.213 6.036 52.207 16.582 30.403 5.222 128.456
2011 (5) 81.400 76.613 4.787 47.479 7.618 30.238 9.623 128.879
Berdasarkan Tabel 4. Maka dapat dilihat penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan utama mereka dala 4 tahun terakhir. Pada tahun 2008 total keseluran 123.156 orang dalam melakukan kegiatan mereka sehari-hari, pada tahun 2009 mencapai 128.277 orang, kemudian pada tahun 2010 mencapai 128.456 orang sedangkan pada tahun 2011 mencapi 128.879 orang. Jadi dalam tabel ini di lihat yang paling banyak penduduk yang melakukan kegiatan/bekerja yaitu pada tahun 2011, sedangkan yang paling sedikit penduduk yang bekerja pada tahun 2008.
B. Gambaran Pasar Sentral Kota Gorontalo Pasar Sentral merupakan salah satu pasar yang terbesar di Kota Gorontalo, yang terletak di pusat Kota. Pasar Sentral tersebut buka setiap hari mualai dari jam 06.00-18.00 wita, di sana juga menjual bermacam-macam barang dan jasa. Terutama menjual kebutuhan sehari-hari dari pakaian sampai keperluan dapur hingga makanan. Pasar sentral ini terletak di jalan Setiabudi No.1 Kelurahan Limba U1 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Luas pasar Sentral 13.360 m2 kepemilikan pasar Sentral adalah pemerintah dan diserahkan oleh pengelolah pasar. Jumlah pasar tradisional yang ada di Provinsi Gorontalo adalah 128 pasar tersebar di sejumlah Kabupaten dan Kota. Untuk Kota Gorontalo sendiri terdapat 11 pasar. Pasar Sentral adalah salah satu dari pasar yang beroperasi di Kota
Gorontalo. Jumlah pedagang yang ada di pasar Sentral berjumlah ± 882 pedagang yang terjadi dari pedagang bahan pangan. Pedagang ikan dan daging, dan pedagang-pedagang lainnya, untuk itu dapat dilihat pada table 5 tentang rekapitulasi jumlah pedagang di Pasar Sentral Kota Gorontalo pada bagian area landasan adalah sebagai berikut: Tabel 5. Jumlah Pedagang di Pasar Sentral Kota Gorontalo Pada Bagian Area Landasan, 2013. No
Nama Tempat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Landasan A Landasan E Pelantara A Pelantara C Pelantara D Pelantara F Selasar Blok B Selasar Blok C Selasar Blok D Selasar Blok E Landasan Ikan/Daging Landasan Ayam Hidup Kaki Lima Atas (PKL) Jumlah
Jenis Dagangan Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Ikan dan daging Ayam Kantin
Sumber : Data Dinas Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013
Jumlah Pedagang (Org) 135 48 25 31 16 97 19 19 16 10 141 11 27 595
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah pedagang di Pasar Sentral Kota Gorontalo pada bagian area landasan sekitar 595 orang pedagang sedangkan jumlah pedagang yang paling banyak yaitu pada landasan A yaitu 135 orang, sedangkan pedagang yang paling sedik pada bagian Selasar blok E yaitu 10 orang. Untuk itu jumlah pedagang yang menjual di Pasar Sentral Kota Gorontalo, pada bagian area blok mencapai 921. Untuk lebih jelas dapat di sajikan pada tabel 6 tentang rekapitulasi jumlah pedagang.
Tabel 6. Jumlah Pedagang di Pasar Sentral Kota Gorontalo Pada Area Petak,
2013.
NO
Nama Tempat
Jenis Dagangan
Jumlah Pedagang (Org)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Petak Blok BA Petak Blok BB Petak Blok CB Petak Blok DA Petak Blok DB Petak Blok EB Petak Blok FA Petak Blok FB Petak Blok GA Petak Blok GB Petak Bawah Tangga Jumlah
Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran Barang Campuran
34 34 52 24 24 12 47 47 1 12 4 291
Sumber : Dinas Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013
Berdasarkan Tabel 6 maka diketahui jumlah pedagang yang ada di pasar Sentral Kota Gorontalo pada bagian area petak mencapai 291 orang sedangkan jumlah pedagang yang paling bayak pada area bagian petak blok CB yaitu 52 orang pedagang, sedangkan yang paling sedikit pedagangnya pada Area bagian petak blok GA yaitu 1 orang pedagang.
C. Identitas Responden Peternakan 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemampuan dalam mengelola usaha terutama dalam beternaknya. Umumnya Peternak yang masih muda dan sehat relativ lebih mudah menerima serapan teknologi dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat dan berenergik untuk bekerja dibandingkan pedagang yang sudah lanjut usia. Untuk mengetahui lebih jelas umur peternak sapi dapat dilihat pada Tabel 7 beriku:
Tabel 7. Karakteristik Peternak Daging Sapi Responden berdasarkan Tingkat Umur di Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Umur 0 – 15 15 – 60 > 60 Jumlah
Jumlah Responden 1 8 1 10
Sumber : Data diolah, 2013
Presentase (%) 10 80 10 100
Keterangan Belum Produktif Produktif Tidak Produktif
Berdasarkan Tabel 7 diatas, terbagi atas 3 tingkatan umur peternak. Pertama, pedagang dari 0 - 15 tahun 10%, pada umur ini pedagang belum produktif dan masih dalam kisaran umur wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik pedagang masih labil belum maksimal. Kedua, peternak yang memiliki kisaran umur 15-60 tahun berjumlah 8 orang atau 80%, pada umur ini peternak telah bekerja produktif, karena di usia yang masih terbilang muda kemampuan fisik peternak sangat kuat dan berenergik, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas berternak Ketiga, sedangkan peternak yang berumur lebih dari 60 tahun atau tidak propduktif berjumlah 1 orang atau 0%, karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya sangat lemah. Ketiga kelompok ini tergolong kelompok belum produktif, produktif dan tidak produktif. 2. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan pola fikir semakin rasional untuk menerima inovasi atau teknologi baru dalam pengembangan usahanya. Dengan tingkat pendidikan tersebut, sehingga peternak menjadi lebih dinamis dalam berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang. Presentase jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Karakteristik Peternak Sapi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SMA Jumlah
Jumlah (Org) 6 2 2 10
Sumber: Data diolah, 2013
Persentase (%) 60 20 20 100
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar peternak responden memiliki tingkat pendidikan yang relativ rendah. Hal ini terlihat dari umumnya peternak responden sebagian besar duduk di bangku sekolah dasar (SD), sebanyak 6 orang atau 60%. Sedangkan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), sebanyak 2 orang atau 20% dan yang melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas (SMA), hanya berjumlah 2 orang atau 20%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan peternak responden, dan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal peternak telah dapat mengetahui pentingnya suatu usaha dalam berternak. 3.
Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga Peternak akan termotifasi untuk
bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga yang produktif bagi peternak
merupakan
sumber tenaga kerja yang utama untuk menunjang kegiatan usahanya, peternak responden di Kota Gorontalo dapat disajikan pada Tabel 10 berikut : Tabel 9. Karakteristik Peternak Sapi berdasarkan Jumlah Tanggungan KotaGorontalo, 2013 No 1 2 3
Jumlah Tanggungan (Org) 0–3 4–6 >6 Jumlah
Sumber: Data diolah, 2013
Jumlah Responden (Org) 8 1 1 10
Persentase (%) 80 10 10 100
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak sapi responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar, ini dapat dilihat dimana jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 4-6 orang
atau lebih, sebanyak 8 orang atau 80%. Hal tersebut akan mengakibatkan pengeluaran untuk keperluan pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin bertambah. Sedangkan yang memiliki tanggungan 0-3 orang berjumlah 1 orang atau 5%, kemudian jumlah tanggungan yang > 6 orang berjumlah 1 orang atau 10% Pengeluaran tersebut terbilang standar untuk biaya tanggungan keluarga petenak daging sapi responden, karena biaya yang ditanggung hanya sedikit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pengalaman Bertenak Peternak yang berpengalaman lebih berhati-hati dalam menerima suatu teknologi, karena mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Pengalaman dari peternang responden ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengalaman pedagang yang kurang dari 5 tahun dan pengalaman beternak yang lebih dari 5 tahun keatas. Karakteristik pedagang responden berdasarkan pengalaman dalam berdagang daging sapi dapat disajikan pada Tabel 10 berikut : Tabel 10. Karakteristik Peternak Sapi berdasarkan Pengalaman Berternak Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Pengalaman Berdagang (Tahun) < 5 5 – 10 > 10 Jumlah
Sumber: Data yang di olah, 2013
Jumlah Responden (Orang) 2 5 3 10
Persentase (%) 20 50 30 100
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pengalaman berternak yang dimiliki peternak responden cukup lama karena rata-rata peternak telah memiliki pengalaman beternak lebih dari 5 tahun sebesar 5 orang atau 50%, peternak yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar 20% atau 2 orang. Sedangkan sisanya peternak responden yang sudah tidak produktif lagi sebanyak 3 orang atau 30%, karena mengingat usia yang sudah lanjut usia. Pada umumnya nelayan memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai beternak sapi secara turun temurun.
D. Identitas Responden Pedagang di Tempat Pemotongan Sapi dan Pedagang di Pasar Sentral 1.
Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan
Pedagang dalam mengelolah usahanya. Umumnya Pedagang yang masih muda dan sehat relative lebih mudah menerima serapan teknologi dan mudah menanggung resiko serta memiliki kemampuan fisik yang kuat dan berenergik untuk bekerja dibandingkan Pedagang yang sudah lanjut usia. Persentase jumlah Pedagang responden berdasarkan tingkat umur disajikan pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Karakteristik Pedagang Daging Sapi Responden berdasarkan Tingkat Umur di Tempat Pemotongan dan di Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Umur 0 – 15 15 – 60 > 60 Jumlah
Jumlah Responden 1 18 1 20
Sumber : Data diolah, 2013
Presentase (%) 5 90 5 100
Keterangan Belum Produktif Produktif Tidak Produktif
Berdasarkan Tabel 11 diatas, terbagi atas 3 tingkatan umur pedagang. Pertama, pedagang dari 0 - 15 tahun 5%, pada umur ini pedagang belum produktif dan masih dalam kisaran umur wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik pedagang masih labil belum maksimal. Kedua, pedagang yang memiliki kisaran umur 15-60 tahun berjumlah 18 orang atau 90%, pada umur ini pedagang telah bekerja produktif, karena di usia yang masih terbilang muda kemampuan fisik pedagang sangat kuat dan berenergik, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas berdagang. Ketiga, sedangkan pedagang yang berumur lebih dari 60 tahun atau tidak propduktif berjumlah 1 orang atau 5%, karena umur yang sudah lanjut usia kemampuan fisiknya sangat lemah. 2.
Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan pola fikir semakin rasional
untuk menerima inovasi atau teknologi baru dalam pengembangan usahanya. Dengan tingkat pendidikan tersebut nelayan menjadi lebih dinamis dan berani mengambil resiko dengan pertimbangan yang matang. Persentase jumlah
responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kota Gorontalo, dapat disajikan pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Karakteristik Pedagang Daging Sapi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Temapat Pemotong dan Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SMA Jumlah
Sumber : Data diolah, 2013
Jumlah (Org) 16 3 1 20
Presentase (%) 80 15 5 100
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar pedagang responden memiliki tingkat pendidikan yang relativ rendah. Hal ini terlihat dari umumnya pedagang responden sebagian besar duduk di bangku sekolah dasar (SD), sebanyak 16 orang atau 80%. Sedangkan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), sebanyak 3 orang atau 15% dan yang melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas (SMA), hanya berjumlah 1 orang atau 5%. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan pedagang responden, dan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan, meskipun dengan pendidikan rendah minimal pedagang telah dapat mengetahui pentingnya suatu usaha dalam berdagang. 1. Tanggungan Keluarga Semakin besar jumlah tanggungan keluarga Pedagang akan termotifasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga yang produktif bagi Pedagang merupakan sumber tenaga kerja yang utama untuk menunjang kegiatan usahanya, pedang responden di Kota Gorontalo dapat disajikan pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Karakteristik Pedagang Daging Sapi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Pedagang Pemotongan Sapi dan Pedagang di Pasar Sentra Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Jumlah Tanggungan (Org) 0–3 4–6 >6 Jumlah
Sumber : Data diolah, 2013
Jumlah Responden (Org) 1 18 1 20
Presentase (%) 5 90 5 100
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa sebagian besar pedagang daging sapi responden memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar, ini dapat dilihat dimana jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 4-6 orang atau lebih, sebanyak 16 orang atau 90%. Hal tersebut akan mengakibatkan pengeluaran untuk keperluan pemenuhan kebutuhan sehari-hari semakin bertambah. Sedangkan yang memiliki tanggungan 0-3 orang berjumlah 1 orang atau 5%, kemudian jumlah tanggungan yang > 6 0rang berjumlah1 orang atau 5% Pengeluaran tersebut terbilang standar untuk biaya tanggungan keluarga pedagang daging sapi responden, karena biaya yang ditanggung hanya sedikit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2. Pengalaman Berdagang Pedagang yang berpengalaman lebih berhati-hati dalam menerima suatu teknologi, karena mengandalkan kemampuan yang dimilikinya. Pengalaman dari pedagang
responden ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengalaman
pedagang yang kurang dari 5 tahun dan pengalaman nelayan yang lebih dari 5 tahun keatas. Karakteristik pedagang responden berdasarkan pengalaman dalam berdagang daging sapi dapat disajikan pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Karakteristik Pedagang Daging Sapi Responden Berdasarkan Pengalaman Berdagang Daging Sapi, di Tempat Pemotong dan di Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013 No 1 2 3
Pengalaman Berdagang (Tahun) < 5 5 – 10 > 10 Jumlah
Sumber: Data diolah, 2013
Jumlah Responden (Orang) 2 5 13 20
Presentase (%) 10 25 65 100
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa pengalaman berdagang yang dimiliki pedagang responden cukup lama karena rata-rata pedagang telah memiliki pengalaman bedagang lebih dari 5 tahun sebesar 5 orang atau 25%, pedagang yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar 10% atau 2 orang. Sedangkan sisanya nelayan responden yang sudah tidak produktif lagi sebanyak 13 orang atau 65%, karena mengingat usia yang sudah lanjut usia. Pada umumnya nelayan memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai berdagang daging sapi secara turun temurun.
E. Deskripsi Pedagang Daging Sapi Pedagang daging sapi merupakan orang memperjual belikan hasil produk yang di miliki, salah satunya menjual daging sapi di pasar sentral Kota Gorontalo. Daging sapi di jual bermacam-macam harga dari Rp.50.000/kg sampai Rp.85.000/kg, karena tergantung kualitasnya yang di jual. Pedagang yang ada di Pasar Sentral Kota Gorontalo berasal dari berbagai tempat tinggal di Kota Gorontalo, pedagang daging sapi di pasar sentral berjumlah 10 orang rata-rata yang menjual kaum pria. Keberhasilan dalam berdagang merupakan strategi yang di lakukan oleh setiap pedagang, untuk merpertimbangkan harga yang akan di tetapkan dalam penjualan. Dalam menjual harus menyesuaikan setiap keuntungan yang di peroleh para pedagang. Ketersediaanya sarana dan transportasi dalam melakukan usaha berdagang merupakan salah satu penghambat setiap pedagang dalam mempertimbangkan kondisi fluktuasi harga daging sapi yang
mereka temui. Setiap daging sapi
diperjual belikan di Pasar Sentral Kota Gorontalo merupakan daging sapi yang
mereka beli di tempat pemotongan sapi.
Harga yang diperoleh dari para
pemotong sapi berkisar Rp.45.000/kg sampai Rp.80.000/kg tergantung pembelian dan tergantung kualitas yang akan di jual. dalam satu hari pemotongan daging sapi berkisar 2-4 ekor sapi yang di potong . Banyak ternak sapi yang dipotong tergantung permintaan setiap pedagang Pasar Sentral Kota Gorontalo. Strategi pemotongan sapi yang di lakukan di tempat pemotongann sapi di mulai dari pagi hari, itu karena mereka ingin mempercepat proses pembersihan daging sap untuk jemput oleh para pedagang di pasar sentral Kota Gorontalo.
F. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran daing sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo yaitu : a.
Peternak sapi Peternak sapi merupakan orang yang membudidayakan atau memelihara sapi
dan menjual sapi kepada pedagang di tempat pemotongan sapi dan konsumen. Rata rata umur peternak sapi ini berumur lebih dari 15 tahun ke atas dengan pengalaman berusaha lebih dari 1 tahun. Peternak menjual sapi dengan bermacam macam harga yaitu sebesar Rp. 5.000.000/ekor, Rp. 6.000.000/ekor, dan Rp. 7.000.000/ekor tergantung besar kecilnya sapi tersebut. b. Pedagang tempat pemotongan sapi Pedagang pemotong yaitu pedagang yang membeli sapi langsung dari peternak untuk diproses yaitu dipotong, dibersihkan dari bulu dan isi perutnya kemudian dijual kepada pedagang pasar sentral. Rata rata usia pedagang pemotong yaitu lebih dari 21 tahun dengan pengalaman berusaha lebih dari 4 tahun. Pedagang pemotong menjual daging sapi ke Pasar Sentral Kota Gorontalo dan melakukan pemotongan di tempat tersebut kemudian lansung dijual ke konsumen. Adapun pedagang pemotong menjual daging sapi di rumah tanpa harus datang ke Pasar Sentral Kota Gorontalo. Pedagang pemotong membeli sapi dari peternak dengan rata rata harga sebesar Rp. 4.000.000 – 6.000.000/ekor setiap hari pedagang pemotong mampu menjual daging sapi sampai 80 - 100 kg per hari tergantung permintaan konsumen.
c.
Pedagang Pasar Sentral Pedagang Pasar Sentral adalah pedagang yang membeli daging sapi dari
pedagang pemotong sapi dan langsung menjual kepada konsumen dengan cara menjajakan daganganya ke konsumen yang datang di Pasar Sentral Kota Gorontalo. Rata rata umur pedagang kecil yaitu berumur lebih dari 21 tahun dengan pengalaman beusaha lebih dari 10 tahun. Pedagan Pasar Sentral Kota Gorontalo membeli daging sapi dari pedagang pemotong setelah di potong, dibersihkan bulu dan isi perutnya. Pedagang Pasar Sentral membeli daging sapi dari pedagang pemotong (pemasok) dengan rata rata harga sebesar Rp. 70.000 – Rp. 75.000/kg dan menjual kembali konsumen dengan harga sebesar Rp. 80.000 – Rp. 85.000/kg Pedagang pasar sentral mampu menjual daging sapi sampai 80 kg per hari, tergantung bayaknya pembeli. d. Konsumen akhir Konsumen yaitu orang yang membeli daging sapi dari pedagang pemotong, maupun dari pedagang Pasar Sentral. Konsumen membeli daging sapi di pasar tradisional melalui pedagang pemotong, pedagang Pasar Sentral Kota Gorontalo atau datang lansung ke tempat pemotongan yang tersebar di Kota Gorontalo. konsumen biasanya membeli daging sapi harga berkisar Rp. 70.000 – Rp. 80.000/kg tergantung pembeliannya.
G. Saluran Pemasaran Daging Sapi Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga pemasaran yang mengambil alih hak, atau membantu dalam pengalihan hak dalam hal ini pedagang membantu penyaluran komoditi daging sapi dari peternak hingga konsumen. Saluran pemasaran komoditi daging sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo melibatkan beberapa lembaga pemasaran, diantaranya: saluran I yaitu dari peternak, pedagang pemotong, pedagang Pasar Sentral sampai kekonsumen akhir. Untuk itu dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah tentang saluran pemasaran daging sapi.
Peternak Sapi
TPS
Pedagang Pasar Sentral
Konsumen Akhir
Gambar 2. Bentuk-bentuk Saluran I Pemasaran Daging Sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo Berdasarkan Gambar 2 dapat kita lihat bahwa saluran I merupakan pemasaran yang di awali dari peternak, pedagang tempat pemotongan sapi, pedagang pasar sentral dan sampai ke konsumen akhir. Untuk itu pada saluran pemasaran dapat kita lihat pada gambar 3 yang di sajikan di bawah ini adalah sebagai berikut: Peternak Sapi Gambar 3.
Pedagang Pasar Sentral
Konsumen Akhir
Bentuk-bentuk Saluran II Pemasaran Daging Sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo
Berdasarkan Gambar 3 maka dapat dilihat sistem saluran II dapat menggambarkan proses penyaluran daging sapi diawali dari peternak menjual kepedagang di Pasar Sentaral Kota Gorontalo Setelah itu pedagang Pasar Sentral langsung menjual daging sapi tersebut ke konsumen.
H. Efisiensi Pemasaran Daging Sapi Dalam pemasaran ini yang digunakan dalam mengetahui efisiensi pemasaran daging sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo dapat dilihat dari marjin pemasaran, bagian harga yang diterima peternak/produsen (farmer’s share), rasio keuntungan biaya, efisiensi operasional, dan elastisitas harga . 1. Marjin pemasaran, Distribusi Marjin dan Farmer’s Share Marjin pemasaran merupakan selisih antra harga yang diterima oleh peternak. Komponen marjin pemasaran sendiri dan biaya-biaya yanag dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan yang ingin diperoleh oleh lembaga pemasaran, sehingga besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan antara biaya-biaya dan keuntungan di terima lembaga pemasaran. Analisis marjin pemasaran daging sapi
pada setiap saluran pemasaran di Pasar Sentral Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Analisis Marjin, Distribusi Marjin dan Farmers’s Share pada Saluran I pemasaran Daging Sapi pada saluran I di Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013. No
Uraian
Harga (Rp/kg)
1 Peternak Harga jual 2 Pedagang TPS Harga beli Biaya Transportasi Biaya pemotongan Keuntungan Harga jual 3 Pedagang Pasar Sentral Harga beli Biaya Transportasi Sewa tempat Rentribusi Keuntungan Harga jual 4 Marjin pemasaran
Sumber : Data Diolah, 2013
Distribusi Marjin (%)
Framer's Share (%)
47.000
62,667
47.000 870 870 18.260 67.000
62,667 1,16 1,16 24,347 89,333
67.000 434 1.500 2.500 3.566 75.000 28.000
3,107 3,107 65,214
1,55 5,357 8,929 12,736
89,333 0,579 20 3,333 4,754
100
Tabel 15 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran I besarnya marjin pemasaran sebesar Rp. 28.000, (farmer’s share) untuk peternak adalah sebesar 62,667% dan untuk pedagang pasar sentral adalah sebesar 89,333%. Sedangkan pada distribusi marjin keuntungan dari pemasaran yang diperoleh pedagang tempat pemotongan sapi adalah sebesar 65,214%, kemudian keuntungan yang dipeoleh pada pedagang Pasar Sentral adalah sebesar 12,736%. Untuk analisis marjin pemasaran dan distribusi marjin dan farmer’s share pada saluran pemasaran II dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Analisis Marjin, Distribusi Marjin dan Farmer’s Share Pemasaran Daging Sapi Pada Saluran II di Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013 No
Uraian
1 Peternak Harga jual 2 Pedagang Pasar Sentral Harga beli Biaya Transportasi Biaya pemotongan sewa tempat Retribusi Keuntungan Harga jual 3 Marjin pemasaran
Sumber : Data Diolah, 2013
Harga (Rp/kg)
Distribusi Marjin (%)
Framer's Share (%)
47.000
72,308
47.000 434 870 1.500 2.500 12.000 65.000 18.000
72,308 0,668 1,338 2,308 3,846 19,532
2,411 4,833 8,333 14 70,54 100
Tabel 16 dapat dilihat bahwa dari saluran II nilai dari marjin pemasaran adalah Rp. 18.000/kg. Bagian harga yang diterima peternak (Farmer’s Share) adalah 72,308%, untuk biaya transportasi 0,668% dan keuntungan 3,846%. Sedangkan distribusi marjin pemasaran untuk biaya transportasi adalah sebesar 4,833% dan keuntungan 70,54%. Dari kedua saluran pemasaran yang terbentuk, saluran pemasaran I memiliki nilai marjin terbesar yaitu 28.000, besarnya selisih harga daging sapi antara panjangnya saluran pemasaran dan untuk selisih marjin pada saluran II melalui harga daging sapi antra pedagang pasar sentral dan peternak sapi. Untuk itu saluran pemasaran yang efisien berada pada saluran II, karena nilai marjinnya sebesar Rp.18.000. sehinga semakin panjang saluran, maka makin sedikit keuntungan yang diperoleh dan semakin pendek salurannya maka, semakin besar keuntungan yang diperoleh. 2. Elastisitas Tranmisi Harga Analisis elastisitas transmisi harga digunakan untuk mengetahui respon harga daging sapi ditingkat peternak karena perubahan harga ditingkat pedagang Pasar Sentral. Elastisitas transmisi harga dapat dilihat dari hasil regresi sederhana untuk mengetahui hasil analisis regresi linier sederhana digunakan program Komputer
SPSS 16.00 for Window. Hasil elastisitas transmisi harga dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 17. Elastisitas Transmisi Harga daging Sapi di Pasar Sentral Kota Gorontalo, 2013 Variabel
Β
SE
T
Constant
5,296
3,053
1,734
0,628
0,209
X 0,131 Sumber : Data Diolah, 2013
R2
Sig 0,121
0,119
0,840
Nilai persamaan regresi untuk elastisitas transmisi harga sebagai berikut: Ln Pr = Ln β1 Ln Pr + e Ln Pr = 5,296 + 0,131 + e Dari persamaan di atas maka dapat di lihat hasil analisis elastisitas transmisi harga adalah 0,131 (lebih kecil dari satu) artinya, perubahan harga sebesar 1% di tingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat produsen sebesar 0,131% dan menunjukan harga terbentuk antara peternak dan pasar konsumen lemah sehingga stuktur pasar yang terbentuk bukan pasar persaingan sempurna yaitu pasar oligopoli karena dilihat dari banyaknya penjual hanya terdapat sedikit penjual daging sapi melakukan perubahan dapat mempengaruhi penjual lainnya. Menurut Sudiyono, (2004:242 ) pada umumnya nilai elastisitas transmisi harga lebih kecil dari pada satu. Menurut Rahim dan Hastuti (2002:156 ) bahwa jika Er < 1 maka keadaan tersebut mencerminkan lembaga pemasaran pada persaingan tidak sempurna dan efisien suatu sistem pemasaran tidak terlepas dari kondisi persaingan yang bersangkutan. Pasar persaingan sempurna dapt menciptakan sistem yang efisien. Maka jika pasar yang terbentuk bukan pasar persaingan sempurna dapat dikatakan sistem pemasarannya tidak efisien.