BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST, dan 6 MST berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air, terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman caisin. Tabel 1. Rekapitulasi rata-rata tinggi tanaman berdasarkan perlakuan interval waktu pemberian air. Perlakuan Siram setiap hari Siram 2 hari sekali Siram 3 hari sekali Siram 4 hari sekali BNT 5 %
2 MST 3,97 tn 3,78 3,54 3,76 -
Rataan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST 4 MST 5 MST tn 6,15 10,75 b 20,30 b 5,10 9,90 b 17,75 ab 5,48 8,98 a 16,95 a 5,38 7,93 a 15,18 a 1,78 3,07
6 MST 30,75 b 26,55 a 27,82 ab 24,97 a 3,80
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman caisin 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah perlakuan siram setiap hari (10,75 cm) walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan siram 2 hari sekali dan lainnya. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah siram setiap hari (20,30 cm) perlakuan siram 2 hari sekali berbeda dengan lainnya. Pada pengamatan 6 MST perlakuan siram setiap hari berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Tinggi Tanaman (cm)
35,00 30,00 25,00 S1
20,00
S2
15,00
S3
10,00
S4
5,00 0,00 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Gambar 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Caisin Dari Gambar 1 di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan
3 MST
pertambahan tinggi tanaman untuk keempat perlakuan sama atau tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST dan selanjutnya perbedaan pada minggu ke 6 MST, adanya perbedaan perlakuan siram setiap hari dengan 3 perlakuan lainnya (siram 2 hari sekali, siram 3 hari sekali dan siram 4 hari sekali). Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan siram setiap hari, dan tidak berpengaruh nyata perlakuan siram 2 hari sekali, siram 3 hari sekali, siram 4 hari sekali. Jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis tanah vertisol di mana kapasitas menyimpan airnya tinggi (mampu mengikat air lebih baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Tisdale dan Nelson (1975) bahwa ketersediaan air dipengaruhi oleh kemampuan tanah untuk mengikat air. Jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah tergantung dari bahan organik dan tekstur tanah.
Perlakuan siram setiap hari pertambahan tinggi tanaman lebih baik, air tidak terlalu tergenang dan kemungkinan kebutuhan air pada kondisi tersebut optimal, hingga berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan ratarata tinggi tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1996) bahwa air adalah komponen utama dalam tanaman, merupakan salah satu unsur utama yang dibutuhkan pertumbuhan, karena air berfungsi sebagai penyusun utama jaringan tanman, pereaksi dalam proses fotosintesis dan berbagai proses hidrolisis, serta untuk menjaga turgiditas tanaman di antaranya dalam pembesaran sel. Tanaman caisin berbatang lunak, tetapi dapat di siram setiap hari karena tanaman tersebut sangat membutuhkan air dan tanahnya juga harus selalu dalam keadaan lembab. Air yang berlebihan dalam tanah dapat merugikan tanaman, sama halnya dengan kekurangan air. Aspek yang banyak merugikan akibat sedikit suplai oksigen. Tanaman basah akan menghambat nitrifikasi yang menyebabkan tanaman menjadi kuning dan tampak kurang sehat. Meningkatnya tekanan kelebihan air akibat genangan, menyebabkan laju fotosintesis menurun. Oleh karena kelebihan air tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi klorosis daun, dan akhirnya akan mengering sehingga daun tidak aktif lagi sebagaimana mestinya, pemanjangan batang berkurang, tanaman tumbuhnya tidak normal dan akhirnya menyebabkan kegagalan (Asona, 2013). Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya penambahan air baik dari air hujan ataupun air irigasi. Hal ini penting dalam kaitannya dengan peranan air dalam tubuh tanaman. Interval pemberian air setiap hari memberikan hasil yang baik, karena pemenuhan kebutuhan digunakan untuk pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang
aktivitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang dan akar lebih panjang, dan daun lebih lebar. Air yang tersedia bagi tanaman berada dalam kisaran kapasitas lapang sampai pada titik layu permanen. Semakin rendah potensial matrik air tanah maka semakin sedikit air yang tersedia bagi tanaman (Siagian et al. 1994 dalam Nurlaili, 2009). Sebaliknya, pertumbuhan tanaman yang terhambat akibat kekurangan air sering dihubungkan dengan penurunan laju fotosintesis sebagai akibat dari pembukaan stomata yang berkurang untuk mengurangi transpirasi agar kehilangan air berkurang. Menurunnya aktifitas fotosintesis akan menghambat pertumbuhan yang pada akhirnya pertumbuhan tanaman akan menurun. Tanaman yang kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bagian tanaman berbentuk kecil. Tanaman yang menderita kekurangan air mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal (Asona, 2013). 4.2 Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun caisin dilakukan 5 kali ( 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST, dan 6 MST yang berpengaruh nyata akibat interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Rataan pertumbuhan jumlah daun caisin.
Tabel 2. Rekapitulasi rata-rata jumlah daun berdasarkan perlakuan interval waktu pemberian air. Perlakuan
2 MST 3,60 tn 3,10 3,10 3,00 -
Siram setiap hari Siram 2 hari sekali Siram 3 hari sekali Siram 4 hari sekali BNT 5 %
Rataan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST tn 4,10 5,60 b 7,00 b 3,80 5,10 a 6,60 b 3,90 4,80 a 6,20 ab 3,50 4,60 a 5,80 a 0,64 0,70
6 MST 8,70 b 8,20 b 7,70 a 7,50 a 0,70
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman caisin 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah perlakuan siram setiap hari 5,60 helai berbeda nyata dengan perlakuan siram 3 hari sekali dan siram 4 hari sekali tapi tidak berbeda nyata dengan siram 2 hari sekali. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah perlakuan siram setiap hari 7,00 helai tidak berbeda nyata dengan perlakuan siram 2 hari sekali, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan siram 3 hari sekali. Pada pengamatan 6 MST perlakuan siram setiap hari berbeda nyata dengan siram 3 hari sekali, tetapi tidak berbeda nyata dengan siram 2 hari sekali. Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada Gambar berikut : Jumlah Daun (Helai)
10,00 8,00
S1
6,00
S2
4,00
S3
2,00
S4
0,00 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Gambar 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah daun Caisin
Dari Gambar 2 di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan 3 MST pertambahan jumlah daun tanaman untuk keempat perlakuan sama atau tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST, dan selanjutnya pada minggu ke 6 MST adanya perbedaan perlakuan siram setiap hari dan siram 2 hari sekali dengan 2 perlakuan lainnya siram 3 hari sekali dan siram 4 hari sekali. Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan siram setiap hari, dan tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan siram 2 hari sekali. Keadaan ini mengindikasikan bahwa, pertambahan jumlah daun sudah dapat optimal dengan perlakuan interval penyiraman setiap hari, tetapi lebih efisien setiap 2 hari sekali. Interval pemberian air memberikan hasil terbaik, karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang aktifitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang, akar lebih panjang dan daun lebih lebar. Semakin diperjarang periode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan (Nurlaili, 2009). 4.3 Berat Basah Tanaman Berat basah tanaman ditimbang pada saat panen, yaitu tanaman sudah berumur 45 HST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan interval waktu pemberian air berpengaruh nyata pada produksi tanaman caisin. Selanjutnya hasil uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang paling memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman caisin. Hasil uji BNT terlihat pada Tabel 3. Rataan berat basah tanaman.
Tabel 3. Rekapitulasi rata-rata berat basah tanaman berdasarkan perlakuan interval waktu pemberian air (gram)
Perlakuan
Rataan Berat Basah Tanaman (gr)
Siram setiap hari
42,40 b
Siram 2 hari sekali Siram 3 hari sekali Siram 4 hari sekali BNT 5 %
25,00 a 27,10 a 33,20 ab 12,10
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa, dari hasil uji BNT perlakuan siram setiap hari berbeda nyata dengan perlakuan siram 2 hari sekali dan siram 3 hari sekali, tetapi sama dengan siram 4 hari sekali. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:
45,00
Berat Basah (gram)
40,00 35,00 30,00 25,00 Series1
20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Perlakuan
S1
S2
S3
S4
Gambar 3. Rataan Berat Basah Tanaman Caisin
Dari Gambar 3 di atas, terlihat bahwa perlakuan siram setiap hari memiliki berat basah tertinggi yaitu 42,40 gram, walaupun hasilnya tidak berbeda nyata dengan pemberian air 4 hari sekali, dimana pada fase ini sudah masuk ke fase generative, dimana pada fase ini tanaman caisin tidak terlalu membutuhkan air.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhartono (2008) menyatakan tentang “Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max ( L) Merril ) Pada Berbagai Jenis Tanah “ menunjukkan bahwa rata-rata berat basah tanaman terendah terdapat pada perlakuan interval pemberian air 1 liter/4 hari, dan berat basah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan interval pemberian air 1 liter/2 hari. Pengaruh interval pemberian air dan berbagai jenis tanah terhadap berat basah tanaman kedelai, mempunyai relevansi atau menunjukkan pengaruh yang sama terhadap berat kering tanaman. Kelebihan air akan mengganggu kesimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya (Asona, 2013). Dari uraian di atas, perlakuan interval pemberian air dengan pemberian setiap hari memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik walaupun pada fase vegetatif pemberian air 2 hari sekali sama dengan setiap hari tetapi lebih efisien jika disiram 2 hari sekali. Demikian pula pada saat memasuki fase generatif lebih efisien jika diberi perlakuan pemberian air 4 hari sekali.