39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian dari sampel yang telah terkumpul. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan pengujian asumsi klasik. B. Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut diperoleh 26 perusahaan yang menerbitkan sustainability report yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 dan 2014 sehingga ada 52 sampel dalam penelitian ini.
C. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menjelaskan diskripsi data dari seluruh variabel yang dimasukan dalam konsep penelitian. Tabel 4.1 menunjukkan statistik deskriptif dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Statistik deskriptif menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi masing – masing variabel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR Indeks
52
.11
.92
.3817
.18550
ROA
52
.00
.54
.1022
.10163
DKOM
52
.29
.80
.4223
.10530
LEV
52
.10
.99
.6012
.24124
FO
52
.04
.96
.2735
.22253
PS
52
.00
.60
.2704
.16431
Valid N (listwise)
52
(sumber : data diolah) Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel CSR memiliki nilai terendah 0,11, nilai maksimum 0,92, mean 0,3817 dan standar deviasi 0,18550. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan dari 52 sampel penelitian dengan indeks CSR G4 yang terdiri dari 91 kategori ini, hanya 38,17% tingkat pengungkapan CSR, walaupun perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan Sustainability Report. Standar deviasi 0,18550 kurang dari 3, artinya varian data tidak terlalu menyebar, sehingga data diolah lebih lanjut dengan regresi. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai terendah 0,00, nilai maksimum 0.54, mean 0,1022 dan standar deviasi 0,10163. Nilai mean sebesar 0,1022 menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini nilai profitnya kecil hanya sebesar 10,22%. Variabel dewan komisaris independen memiliki nilai minimum 0,29, nilai maksimum 0,80, mean 0,4223, dan standar deviasi 0,10530. Variabel leverage memiliki nilai minimum 0,10, nilai maksimum 0,99, mean 0,6012 dan standar deviasi 0,24124. Variabel kepemilikan saham asing memiliki nilai minimum 0,04, nilai maksimum 0,96, mean 0,2735 dan standar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
deviasi 0,22253. Variabel kepemilikan saham publik memiliki nilai minimum 0.00, nilai maksimum 0,60, mean 0,2704 dan standar deviasi 0,16431. D. Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui keberartian hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2006). Menurut Gudono (2015:151): Uji asumsi klasik sering disebut juga dengan analisis residual. Disebut demikian karena penelitian mengenai pelanggaran terhadap asumsi klasik biasanya dilakukan dengan mengamati pola nilai residual. Misalnya dilihat keacakan penyebarannya dan fluktuasinya. Mengapa residual (ε) yang dicermati? Karena ε bisa dianggap representasi varians Y yang tidak bisa dijelaskan oleh model yang diusulkan. Oleh sebab itu bilamana ada pelanggaran atas asumsi, maka hal tersebut akan ditunjukkan oleh pola pergerakan ε 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan uji kolmogorov-smirnov yang ditunjukan pada Tabel 4.2. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig sebesar 0,065 lebih besar dari 0,05, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai risidual pada penelitian ini berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Tabel 4.2. Uji Kolmogorof-Smirnov Unstandardized Residual N a,b Normal Parameters
52 .0000000 .15695897 .119 .119 -.056 .119 c .065
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(sumber : data diolah)
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 10 persen dan nilai VIF semua variabel kurang dari 10, maka berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas.
Tabel 4.3. Uji Multikolinearitas
Model 1 (Constant) ROA DKOM LEV FO
Unstandardized Coefficients Std. B Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
.433
.171
2.535
.015
-.602 .653 -.556 .084
.386 .249 .177 .109
-.330 -1.562 .371 2.622 -.723 -3.150 .101 .776
.125 .012 .003 .442
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tolerance .349 .779 .295 .917
VIF 2.866 1.284 3.387 1.090
43
PS .170 a. Dependent Variable: CSR Indeks
.151
.150
1.120
.269
.866
1.155
(sumber : data diolah)
3. Uji Heteroskedastisitas Uji
Heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
terjadi
ketidaksamaan variance residual suatu pengamatan kepengamatan lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas digunakan uji glejser yang ditunjukan tabel 4.4. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4, terlihat bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai sig lebih besar dari 0,05, hal ini Tabel 4.4. Uji Glejser
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
Beta
.047
.093
-.084
.210
.209
LEV
t
Sig.
.503
.617
-.094
-.401
.690
.135
.243
1.546
.129
-.082
.096
-.219
-.858
.396
FO
.039
.059
.096
.663
.511
PS
.145
.082
.263
1.762
.085
ROA DKOM
a. Dependent Variable: RES2 ( sumber : data diolah )
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. E. Uji Hipotesis 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F ditunjukan pada Tabel 4.5 sebagai berikut. : Tabel 4.5. Uji Signifikansi Simultan (uji f) a
ANOVA Model 1
Regression Residual
Sum of Squares .499 1.256
df 5
Mean Square .100
46
.027
http://digilib.mercubuana.ac.id/
F 3.650
Sig. b .007
44
Total
1.755
51
a. Dependent Variable: CSR Indeks
b. Predictors: (Constant), Saham Publik, profitabilitas, saham asing, Dewan Komisaris Independen, Leverage (sumber data : diolah)
berdasarkan uji statistik F yang ditunjukkan tabel 4.5 dapat diketahui nilai F hitung sebesar 3,650 dengan probabilitas 0,007. Nilai probabilitas yang ditunjukan memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan peneliti, yaitu sebesar 5 persen atau 0,05. Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi CSR, dapat dikatakan bahwa profitabilitas, proporsi dewan komisaris independen, leverage, kepemilikan saham asing dan kepemilikan saham publik secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 2. Uji Signifikan Parameter Individual (uji statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Uji statistik t ditunjukan pada Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6. Uji Statistik t a
Model 1
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant)
.433
.171
ROA -.602 DKOM .653 LEV -.556 FO .084 PS .170 a. Dependent Variable: CSR Indeks
.386 .249 .177 .109 .151
(sumber : data diolah)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
-.330 .371 -.723 .101 .150
t
Sig. 2.535
.015
-1.562 2.622 -3.150 .776 1.120
.125 .012 .003 .442 .269
45
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui pengaruh secara parsial dari variabel – variabel profitabilitas, proporsi dewan komisaris independen, leverage, saham asing dan saham publik terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure sebagai berikut : 1) Profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar -0,602 dan sig sebesar 0,125. Nilai sig sebesar 0,125 yang lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR disclosure. 2) Proporsi dewan komisaris independen (DKOM) memiliki koefisien sebesar 0,653 dan nilai sig sebesar 0,012. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure. 3) Leverage (LEV) memiliki koefisien sebesar -0,556 dan nilai sig sebesar 0,003 Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure 4) Kepemilikan saham asing (FO) memiliki koefisien sebesar 0,084 dan nilai sig sebesar 0,442. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure. 5) Kepemilikan Saham Publik (PS) memiliki koefisien sebesar 0,170 dan nilai sig sebesar 0,269. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure.
F. Nilai Adjusted R Square Tabel 4.7. Nilai Adjusted R Square
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Model Summary Std. Error of the Model
R
1
R Square .533
a
.284
Adjusted R Square
Estimate
.206
.16527
a. Predictors: (Constant), Saham Publik, profitabilitas, saham asing, Dewan Komisaris Independen, Leverage
(sumber : data diolah)
Berdasarkan analisis regresi berganda yang ditunjukkan tabel 4.7 dapat diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,206 atau sebesar 20,6%. Hasil ini berarti bahwa selain faktor profitabilitas, proporsi dewan komisaris independen, leverage, kepemilikan saham asing dan kepemilikan saham publik masih ada lagi sebesar 79,4% faktor-faktor lain yang memengaruhi Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure.
G. Pembahasan 1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure. Dari penelitian yang dilakukan, didapat bahwa profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar -0,602 dan sig sebesar 0,125. Nilai sig sebesar 0,125 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR Disclosure, sehingga hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh profitabilitas terhadap CSR Disclosure ditolak. Artinya, besar kecilnya laba perusahaan tidak memengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan CSR. Selain merupakan kewajiban bagi perusahaan, sebagaimana diatur dalam undang-undang PT nomor 40 tahun 2007 dan PP nomor 47 tahun 2012, pengungkapan CSR merupakan suatu kesadaran akan kebutuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
untuk mengungkapkan. Perusahaan menyadari bahwa tujuan perusahaan bukan hanya untuk memperoleh keuntungan semata, akan tetapi yang utama adalah keberlanjutan perusahaan dapat terpenuhi. Untuk itu, sesuai dengan teori stakeholder, perusahaan perlu menjaga hubungan yang baik dengan seluruh stakeholder, dengan memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan, tanpa memperhatikan tingkat laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kokubu et. al., (2001) dalam Sembiring, (2005), yang menyatakan bahwa political visibility perusahaan tergantung pada ukuran (size), bukannya pada profitabilitasnya. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori keagenan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Irawan (2006) dalam Utami dan Prastiti (2011), bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Selain itu pengungkapan yang lebih luas dimaksudkan untuk mengurangi konflik keagenan. Dengan demikian manajemen menunjukkan bahwa perolehan laba tidak hanya digunakan untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan investor melalui pengungkapan sosial yang dilakukan (Utami dan Prastiti, 2011). Penelitian ini juga tidak berhasil mendukung teori legitimasi yang menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Donovan dan Gibson (2000).
Akan tetapi, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Gemitasari dan Nursiam (2013) dan Evandini dan Darsono (2014), bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sari (2012) dan Indraswari dan Astika
yang
menemukan pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR dan penelitian Ulum, et., al. (2011) yang menemukan adanya hubungan negatif signifikan profitabilitas terhadap pengungkapan CSR.
2.
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Corporate
Social Responsibility (CSR) Disclosure. Surya dan Yustivandana (2006) dalam Yunita (2011) menjelaskan bahwa dewan komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Dewan komisaris independen yang netral dan tidak terpengaruh oleh intervensi manajemen akan melindungi kepentingan para stakeholder dalam dorongan kepada perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkannya (Yulianto dan Nugroho, 2015). Proporsi dewan komisaris independen (DKOM) memiliki koefisien sebesar 0,653 dan nilai sig sebesar 0,012. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05, menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure. Artinya, fungsi dewan komisaris independen sebagai salah satu cara untuk menciptakan good corporate governance melalui prinsip transparansi terwujud. Keberadaan dewan komisaris independen menciptakan keseimbangan kepentingan berbagai pihak. Sikapnya dianggap netral terhadap segala
kebijakan
yang
dibuat,
sehingga
mendorong
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan
untuk
49
mengungkapkan informasi yang lebih luas kepada para stakeholder-nya, termasuk informasi tentang CSR Disclosure. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nugroho dan Yulianto (2015) yang tidak mendapatkan pengaruh dewan komisaris independen terhadap CSR Disclosure. Akan tetapi, penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurkhin (2010) dan Santioso dan Chandra (2012),
Dengan demikian, hipotesis kedua (H2) yang
menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap CSR Disclosure dapat diterima.
3.
Pengaruh leverage terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)
Disclosure. Dalam penelitian ini, leverage (LEV) memiliki koefisien sebesar -0,556 dan nilai sig sebesar 0,003 Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure. Sehingga hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan leverage berpengaruh negatif terhadap CSR Disclosure diterima. Penelitian ini sejalan dengan teori agensi yang mengemukakan bahwa tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR, serta pendapat Belkaoui dan Karpik (1989) yang menyatakan semakin tinggi tingkat leverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Oleh karenanya, agar laba yang dilaporkan tinggi, maka manajer mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya pengungkapan tanggung jawab sosial.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Dengan demikian, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yintayani (2011) , Wijaya (2012) dan Zanirah (2015) yang mendapatkan pengaruh negatif leverage terhadap CSR Disclosure. Akan tetapi, penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Prastiti (2011), Majidah dan Sihite (2014) dan Felicia dan Rasmini (2015) yang mendapatkan pengaruh positif siginifikan leverage terhadap CSR Disclosure dan berbeda juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Reni (2006) dan Utami dan Prastiti (2011) yang tidak menemukan pengaruh leverage terhadap CSR Disclosure.
4.
Pengaruh
Kepemilikan
Saham
Asing
terhadap
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Disclosure. Kepemilikan saham asing (FO) memiliki koefisien sebesar 0,084 dan nilai sig sebesar 0,442. Nilai sig yang lebih besar dari 0,1 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure. Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan kepemilikan saham asing terhadap CSR Disclosure ditolak. Nilai rata-rata kepemilikan saham asing dalam penelitian ini hanya sebesar 27.35%, sehingga belum dapat mendorong pengungkapan CSR. Selain itu, pihak asing yang memiliki saham pada perusahaan yang terdaftar dan menjadi sampel dalam penelitian, belum mempunyai kesadaran terhadap aspek lingkungan dan sosial sebagai isu penting yang harus diangkat ketika mengungkapkan laporan tahunan. Argumen bahwa kepemilikan saham oleh pihak asing yang disinyalir concern terhadap isu sosial dan lingkungan, sehingga akan mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan aktivitas CSR dan meningkatkan pengungkapan CSR, dalam penelitian ini tidak terbukti.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Menurut Waryanto (2010) dalam Oktariani dan Mimba (2014), kepemilikan asing dikonsolidasikan dengan perusahaan di Indonesia berjumlah kecil sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan kurang diperhatikan. Pendapat ini dipertegas oleh Machmud dan Djakman (2008) dalam Oktariani dan Mimba (2014), bahwa kepemilikan asing di Indonesia belum memperdulikan problem lingkungan sebagai hal serius untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktariani dan Mimba (2014). Oleh karena itu, hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Rakhmawati dan Syafruddin (2009), Oktariani dan Mimba (2014) dan Yuliani (2014), yang menemukan bahwa kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi, bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Suaryana (2015) yang menunjukkan pengaruh signifikan kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan CSR.
5.
Pengaruh
Kepemilikan
Saham Publik
terhadap
Corporate Social
Responsibility (CSR) Disclosure. Kepemilikan Saham Publik (PS) memiliki koefisien sebesar 0,170 dan nilai sig sebesar 0,269. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05,
menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan saham publik tidak berpengaruh signifikan pada CSR Disclosure, sehingga hipotesis kelima (H5) yang menyatakan terdapat pengaruh kepemilikan saham publik terhadap CSR Disclosure ditolak. Nilai rata-rata kepemilikan saham Publik dalam penelitian ini sebesar 27.04% dan belum dapat mendorong pengungkapan CSR. Penelitian ini tidak mendukung argumentasi bahwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
perusahaan yang memiliki kualitas baik akan dengan sengaja memberikan signal, yang salah satunya berupa tanggung jawab sosial, agar pasar dapat membedakan kualitas perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dalam Maulida (2013) dan Adnantara (2013) yang menemukan pengaruh kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan CSR, tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian Priantinah dan Nur (2012), Indraswari dan Astika (2014) dan Evandini dan Darsono (2014) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
http://digilib.mercubuana.ac.id/