BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu : 1.
Desa Bulila
2.
Desa Mongolato
3.
Desa Luhu
4.
Desa Hulawa
5.
Desa Pilohayanga
6.
Desa Pilohanyanga Barat
7.
Desa Dulohupa
8.
Desa Dulamayo Selatan, dan
9.
Desa Dulamayo Barat.
4.1.2 Letak dan Luas Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari Ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 100,47 Km2 dan berjarak 19 m dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
23
Tabel 1. Luas dan Geografis Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 Luas (Km2) Area 1 Bulila 0,74 2 Mongolato 0,96 3 Luhu 2,12 4 Hulawa 2,04 5 Pilohayanga 2,06 6 Dulamayo Selatan 22,00 7 Dulamayo Barat 25,02 8 Pilohayanga Barat 2,00 9 Dulohupa 1,50 Jumlah 54,38 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 No
Desa
Persentase (%) 1,27 1,64 3,63 3,49 3,52 37,46 42,81 3,42 2,57 100,00
Pada Tabel 1, menunjukan bahwa Desa di Kecamatan Telaga yang memiliki luas area terbesar adalah Desa Dulamayo Barat. Luas Desa Dulamayo Barat ini sebesar 25,02 Km2 (42,81%) sedangkan desa yang luas areanya terkecil adalah Desa Bulila yaitu sebesar 0,74 Km2 (1,27%). Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Desa Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo Selatan Dulamayo Barat Pilohayanga Barat Dulohupa
Jumlah penduduk 2381 2635 3772 3675 2350 1285 1047 1320 1626
Persentase (%) 11,85 13,12 18,77 18,29 11,70 6,40 5,21 6,57 8,09
21091
100,00
Jumlah Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 24
Berdasarkan Tabel 2, terlihat banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Telaga pada tiap-tiap desa. Adapun desa yang penduduknya lebih banyak adalah Desa Luhu, penduduk di Desa ini mencapai 3,772 jiwa (18,77%), dan desa yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 1,047 jiwa (5,21%). Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 Kepadatan Penduduk per km2 1 Bulila 3,175 2 Mongolato 2,803 3 Luhu 1,788 4 Hulawa 1,833 5 Pilohayanga 940 6 Dulamayo Selatan 89 7 Dulamayo Barat 42 8 Pilohayanga Barat 660 9 Dulohupa 1,084 Jumlah 1741,68 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 No
Desa
Presentase (%) 25,58 22,58 14,40 14,77 7,57 0,72 0,34 5,32 8,73 100,00
Tabel 3 menunjukan bahwa adanya perbedaan kepadatan penduduk di Kecamatan Telaga untuk tiap-tiap desa. Hal ini disebakan oleh program pemekaran desa. Desa yang penduduknya lebih padat yaitu Desa Bulila yang mencapai 3,175 km2 (25,58%) sedangkan desa yang kepadatan penduduknya relatif kecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 42 km2 (0,34%). 4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor camat Kecamatan Telaga bahwa jumlah penduduk di daerah penelitian ini sebanyak 21.091 jiwa dengan perincian dewasa berjumlah 10.535 jiwa dan anak-anak berjumlah 10.556 dengan jumlah kepala keluarga 5.850 KK. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
25
Tabel 4.
Keadaan Penduduk
di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011 No
Jumlah (Jiwa) 1 Dewasa 10,535 2 Anak-anak 10,556 Jumlah 20,091 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 a)
Jumlah Penduduk
Persentase (%) 49,95 50,05 100,00
Tingkat Pendidikan Distribusi penduduk Kecamatan Telaga menurut pendidikan terdiri dari beberapa
tamatan yaitu tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, akademi (D1-D3) dan sarjana. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 5.
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011
Jumlah (Jiwa) 1 SD 5.524 2 SLTP 2.452 3 SLTA 2.964 4 Akademi (D1-D3) 190 5 Sarjana 446 6 Pernah Sekolah Tapi tidak tamat 9.543 Jumlah 21,119 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 No
Tingkat Pendidikan
Persentase (%) 26,15 11,61 14,03 0,90 2,11 45,20 100
Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Telaga menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah pernah sekolah tapi tidak tamat
yaitu
sebanyak 9.543 jiwa (45,20%), dan yang paling terkecil adalah tamat akademi (D1D3) sebanyak 190 jiwa(0,90%).
26
b) Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Kecamatan Telaga bervariasi, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan jasa lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 Jumlah (Jiwa) 1 Pertanian 1,054 2 Kehutanan 172 3 Pertambangan/penggalian 33 4 Listrik dan air 7 5 Konstruksi 155 6 Perdagangan 586 7 Transportasi 300 8 Keuangan 4 9 TNI/Polri 63 10 Pegawai Negeri 495 11 Pegawai Swasta 252 12 Jasa Lainnya 515 Jumlah 3,636 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 No
Jenis Mata Pencaharian
Persentase (%) 28,99 4,73 0,91 0,19 4,26 16,12 8,25 0,11 1,73 13,61 6,93 14,16 100,00
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa lapangan usaha penduduk di Kecamatan Telaga bervariasi. Sebagian besar penduduk yang memiliki lapangan usaha dibidang pertanian mencapai 1,054 jiwa (28,99%), hal tersebut dikarenakan oleh adanya lahan pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan pemukiman. Sedangkan lapangan usaha yang tidak terlalu banyak diminati penduduk yaitu pada bidang keuangan. Banyaknya penduduk yang memiliki minat dibidang ini sebanyak 4 jiwa (0,11%).
27
hanya
4.2 Identitas Responden Identitas Responden merupakan gambaran serta latar belakang dari keseluruhan responden yang menjadi sampel penelitian. Identitas responden terdiri dari umur, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan, dan pengalaman berusahatani. 4.2.1
Umur Umur merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengelola usahatani
karena umur sangat mempengaruhi kemampuan petani untuk meningkatkan produktivitas. Tingkatan umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Umur Petani Sampel di Kecamatan Telaga
No
Jumlah (Jiwa) 3 22 23 10 10 9 2 79
Kelompok Umur
31 – 36 37 – 43 44 – 50 51 – 56 57 – 63 64 – 70 >71 Jumlah Sumber : Data diolah, 2012 1 2 3 4 5 6 7
Persentase (%) 3,80 27,85 29,11 12,66 12,66 11,39 2,53 100,00
Berdasarkan Tabel 7, bahwa tingkatan umur responden di Kecamatan Telaga paling banyak yaitu yang berumur 44-50 tahun sebanyak 23 jiwa (29,11%), dan paling sedikit responden yang berumur diatas 71 tahun yaitu sebanyak 2 jiwa (2,53%). Artinya petani sampel memiliki potensi besar dalam mengelola usahataninya. 4.2.2
Status Kepemilikan Lahan Pengenalan dan pemahaman unsur pokok usahatani menjadi sangat penting,
terutama yang menyangkut pemilikan dan penguasaan terhadap faktor-faktor. Kepemilikan akan memberikan kekuatan dan kekuasaan dalam kegiatan produksi 28
usahatani padi sawah. Status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Status Kepemilikan Lahan Petani Sampel No
Jumlah (Org) 3 33 43 79
Status Lahan
1 2 3
Sewa Penggarap Pemilik Penggarap Jumlah Sumber : Data diolah,2012
Persentase (%) 3,80 41,77 54,43 100,00
Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa status lahan para responden di daerah penelitian bervariasi, yang paling banyak adalah petani pemilik penggarap yaitu 43 orang (54,43%), dan yang paling sedikit adalah petani yang menyewa lahan orang lain kemudian diolah sebanyak 3 orang (3,80%). Artinya status lahan pemilik penggarap lebih memberikan keuntungan. 4.2.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh petani yang menjadi sampel di Kecamatan Telaga, mulai dari yang tidak tamat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan ini dapat menggambarkan bagaimana pola pikir petani dalam mengelola usahatni padi sawah. Tingkat pendidikan petani disajikan pada Tabel 9 di bawah ini.
29
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden yang Menjadi Sampel Penelitian
No
Jumlah (Jiwa) 5 47 11 15 1 0 79
Tingkat Pendidikan
1 2 3 4 5 6
Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Akademi (D1-D3) Sarjana Jumlah Sumber : Data diolah, 2012
Persentase (%) 6,33 59,49 13,92 18,99 1,27 0 100,00
Dari Tabel 9, dapat diketahui identitas responden menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang terbesar adalah lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 47 jiwa (59,49%), dan sebanyak 1 jiwa (1.27%) adalah lulusan akademi D3. Berdasarkan presentase tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel relatif rendah. 4.2.4 Luas Lahan Luas lahan adalah salah satu hal yang menjadi objek teliti di Kecamatan Telaga. Karena lahan merupakan unsur pokok usahatani khususnya usahatani padi sawah, karena semakin besar lahan maka produksi padi semakin meningkat. Luas lahan usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.\
30
Tabel 10. Luas Lahan Petani Sampel Luas Lahan (ha) 1 0,1 – 0,18 2 0,2 -0,3 3 0,4 – 0,5 4 0,6 – 0,8 5 1 – 1,2 6 1,3 – 1,5 7 2 Jumlah Sumber : Data diolah, 2012
Jumlah (Jiwa) 3 29 18 16 9 3 1 79
No
Persentase (%) 3,80 36,70 22,78 20,25 11,40 3,80 1,27 100,00
Berdasarkan Tabel 10 tentang luas lahan responden di daerah penelitian, yang paling besar yaitu responden yang memiliki luas lahan sebesar 0,2 -0,3 ha sebanyak 29 orang (36,70%), 0,4 -0,5 ha sebanyak 18 orang (22,78%), 0,6 – 0,8 ha sebanyak 16 orang (20,25), dan yang paling sedikit yaitu 2 ha sebanyak 1 orang (1,27%). 4.2.5 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga merupakan semua anggota keluarga petani yang hidupnya dibiayai oleh petani sampel. Adapun banyaknya tanggungan keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel No
Jumlah (Jiwa) 15 47 12 2 3 79
Jumlah Tanggungan
2–3 4–5 6–7 8–9 10 – 11 Jumlah Sumber : Data diolah, 2012 1 2 3 4 5
31
Persentase (%) 18,99 59,49 15,19 2,53 3,80 100,00
Pada Tabel 11, menunjukan bahwa jumlah tanggungan petani sampel di Keamatan Telaga Kabupaten Gorontalo paling banyak yaitu responden dengan jumlah tanggungan sebanyak 4 – 5 orang sebanyak 47 jiwa (59,49%), dan paling sedikit adalah keluarga responden dengan jumlah tanggungan lebih dari 8 - 9 orang yaitu sebanyak 2 jiwa (3,80%). 4.2.6
Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani adalah salah satu faktor tertentu dalam keberhasilan
usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan
maka semakin banyak
pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak
memiliki
pengalaman
dalam
mengelola
usahataninya.
Pengalaman
berusahatani di Kecamatan Telaga ini dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12. Pengalaman Berusahatani Petani Sampel Pengalaman Berusahatani (Tahun) 1 2–9 2 10 – 17 3 18 – 25 4 26 – 33 5 34 – 41 6 42 – 49 7 50 – 57 8 58 – 66 Jumlah Sumber : Data diolah, 2012
Jumlah (Orang) 15 8 23 18 11 0 3 1 79
No
Persentase (%) 18,99 10,13 29,11 22,78 13,92 0,00 3,80 1,27 100
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa petani sampel di Kecamatan Telaga yang paling dominan dalam hal pengalaman berusahatani adalah petani sampel dengan pengalaman usahatani selama 18 – 25 tahun yaitu sebanyak 23 orang (29,11%), dan yang kecil yaitu pengalaman usahatani petani sampel selama 58 – 66 tahun sebanyak 1 orang (1,27%). Hal ini menunjukan bahwa petani sampel di Kecamatan Telaga memiliki kemampuan dalam mengelola usahatani padi sawah.
32
4.3 Karakteristik Petani Sampel Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi petani yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan. Untuk lebih jelasnya dapat diliht padaTabel 13 dibawah ini : Tabel 13. Karakteristik Petani Responden yang Menjadi Sampel No Karakteristik Sosial Ekonomi 1 Umur 2 Tingkat Pendidikan 3 Pengalaman Berusahatani 4 Jumlah tanggungan 5 Luas Lahan Sumber : Data diolah 2012
Satuan Tahun Tahun Tahun Tahun Ha
Range 31 – 72 0 – 15 2 – 60 2 – 11 0,1 - 2
Rata-Rata 50,14 4,55 22,52 4,76 0,55
Umur rata-rata petani sampel berkisar antara 31-72 tahun dengan rata-rata 50 tahun, dari rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa petani sampel berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki petani tersebut dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani berkisar antara 0 - 15 tahun dengan rata-rata 5 tahun. Dengan demikian dapat diketahui wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak dalam rangka pengelolaan usahataninya masih tergolong rendah yaitu diperkirakan rata-rata tidak tamat SD. Pengalaman berusahatani petani sampel berkisar antara 2 – 60 tahun dengan ratarata 23 tahun. Dari rataan tersebut dapat diasumsikan bahwa pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama sehingga memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat baik dalam mengelola usahatani padi sawah, walaupun pendidikan rata-rata tidak tamat SLTP namun pengalaman tersebut dapat membantu petani untuk lebih baik dalam mengelola usahataninya. Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2 - 11 jiwa dengan rata-rata 5 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan petani sampel
33
tidak begitu besar sehingga pendapatan usahatani dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih diperlukan. Luas lahan petani sampel berkisar antara 0,10-2 ha dengan rata-rata 0,5 ha. Data ini mengindikasikan luas lahan yang relatif kecil. 4.4 Penggunaan Sarana Produksi (Saprodi) Saprodi atau sarana produksi adalah salah satu faktor penting dalam sebuah usahatani. Dalam melakukan usahatani padi sawah ada beberapa sarana produksi yang digunakan diantaranya yaitu bibit, pupuk, dan obat-obatan (pestisida). Sarana produksi tersebut digunakan untuk dapat memperoleh hasil panen yang sesuai dengan yang diharapkan. 4.4.1 Benih Benih merupakan salah satu sarana produksi yang menunjang untuk keberhasilannya sebuah usahatani terutama untuk usahatani padi sawah. Di kecamatan Telaga tidak sedikit petani yang menggunakan varietas unggul. Tetapi ada juga benih yang didapat dari bantuan pemerintah. Dalam hal ini petani sampel di Kecamatan Telaga paling banyak menggunakan benih yang menurut para petani dapat memberikan hasil yang maksimal. Benih tersebut antara lain Mekongga, Ciguli, dan Infarisilo. Penggunaan dosis ketiga jenis benih ini pun berbeda-beda. Biasanya untuk 1 ha lahan petani menggunakan benih ± 5 sak atau 25 kg. 1 sak benih mempunyai berat bersih sebesar 5 kg atau dapat dirata-ratakan sebesar 52,64 Kg/Ha. 4.4.2 Pupuk Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun nonorganik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun 34
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Pemberian pupuk oleh petani pada usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Dosis Pemberian Pupuk Responden Pada Usahatani Padi Sawah No
Jenis Pupuk
Jumlah (Kg)/Ha 34,07 251,22 204,06 6,33 7,38 503,06
1 2 3 4 5
Pelangi Urea Ponska Organik KCL Jumlah Sumber : Data diolah, 2012
Persentase (%) 6,77 49,94 40,56 1,26 1,47 100,00
Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa adanya perbedaan penggunaan dosis antara tiap-tiap pupuk. Jenis pupuk yang paling banyak digunakan adalah Urea, Ponska. Pupuk Urea yang digunakan pada usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga sebanyak 251,22 Kg/Ha dan Ponska sebanyak 204,06 Kg/Ha. Hal ini karena penggunaan kedua jenis pupuk tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal untuk petani sampel. 4.4.3 Pestisida (Obat-obatan) Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, bakteri,
35
virus, atau mikrobia yang dianggap mengganggu tapi tak selalu beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sebagian besar petani padi sawah di Kecamatan Telaga menggunakan pestisida untuk melindungi tanamannnya. Adapun pestisida yang digunakan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Dosis Pemberian Pestisida Responden Pada Usahatani Padi Sawah No
Jenis Pestisida
Jumlah (Liter) 2 2,02 0,19 0,08 0,36 0,83 0,111 0,07 0,25 0,055 5,966
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Spontan Klensect Matador Centatin Pasta Cypermax Supermax Skor Darmabast Obat keong Jumlah Sumber : Data diolah, 2012 36
Persentase (%) 33,52 33,86 3,18 1,34 6,03 13,91 1,86 1,17 4,19 0,92 100,00
Pada Tabel 15, terlihat bahwa jenis obat (pestisida) yang banyak digunakan adalah klensect yaitu sebanyak 2,02 liter/Ha (33,86%). Selain itu petani sampel di Kecamatan Telaga juga menggunakan jenis obat spontan sebanyak 2 liter/Ha. Penggunaan pestisida ini bertujuan untuk memelihara tanaman agar tetap tumbuh tanpa adanya serangan hama penyakit yang akan menimbulkan kerugian bagi petani. 4.5 Sistem Upah Tenaga Kerja Upah merupakan imbalan yang diterima petani atas jasa yang diberikan dalam kegiatan proses produksi usahatani padi sawah. Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya. Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap waktu yang telah ditetapkan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Sistem upah atau cara pemberian upah yang dilakukan oleh responden yaitu sebagai berikut: 1. Upah menurut waktu Upah menurut waktu adalah upah yang jumlahnya dihitung berdasarkan lamanya pekerjaan tersebut dilakukan. Lama pekerjaan atau waktu tersebut dapat dihitung berdasarkan jam, hari, atau bulan. Contohnya seorang petani dibayar per hari atau per minggu. Sementara itu, upah tiap bulan biasanya dibayarkan untuk petani yang mempunyai ikatan kerja dalam waktu lama. 2. Upah menurut hasil Upah menurut hasil atau upah satuan besarnya ditentukan oleh banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja tersebut dalam waktu tertentu. Misalnya, petani yang dibayar berdasarkan jumlah produksi gabah atau beras yang dihasilkan. 3. Upah borongan Upah borongan diberikan sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dengan pihak yang memberi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya upah untuk pemupukan padi sawah adalah sebesar Rp 50.000/hari.
37
Sistem upah yang banyak digunakan responden yaitu upah menurut hasil. Para petani bekerja dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Upah petani pada tiap kegiatan produksi bervariasi. Adapun sistem upah yang digunakan petani padi sawah di Kecamatan Telaga berdasarkan kegiatan produksi yaitu sebagai berikut : 1. Pengolahan tanah Pada proses pengolahan tanah petani menggunakan sistem upah borongan. Hal ini dikarenakan kesepakatan kerja antara petani dan pekerja (buruh tani). Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut maka pada kegiatan ini pekerja (buruh tani) diberi imbalan jasa sebesar Rp 200.000/0,2 ha. Pengolahan tanah ini biasanya di kerjakan oleh dua orang tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin. 2. Penanaman Untuk penanaman biasanya petani padi sawah diberi upah sebesar 200.000/0,2 ha. Pada kegiatan ini besarnya upah tersebut akan dibagi kembali dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Sistem upah yang digunakan pada kegiatan ini yaitu sistem upah borongan. Biasanya tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan penanaman akan kembali mengerjakan pekerjaannya pada kegiatan panen. 3. Pemupukan I, II, III Kegiatan pemupukan atau pemeliharaan ini menggunakan sistem upah menurut waktu. Tenaga kerja yang digaji untuk kegiatan ini mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya. Pada kegiatan pemupukan petani padi sawah di Kecamatan Telaga diberi upah sebesar 50.000/hari/orang. Karena pemupukan merupakan kegiatan yang tidak memakan waktu yang lama. 4. Penyiangan dan Pemberantasan Hama Penyakit Penyiangan dan pemberantasan hama penyakit merupakan kegiatan dimana petani diharuskan untuk membersihkan serta memelihara daerah persawahannya dari serangan rumput-rumput liar, hama penyakit atau sejenisnya. Upah pada kegiatan ini sama dengan upah tenaga kerja pada kegiatan pemupukan I, II, III yaitu sebesar 50.000/hari/orang. 38
5. Panen Pada kegiatan ini petani responden menggunakan sistem upah menurut hasil. Apabila petani menghasilkan produksi sebanyak 480 Kg/Ha maka upah yang diterima oleh para pekerja sebesar 80 Kg gabah. 1 kg gabah dapat dijual dengan harga Rp 30.000/Kg. Maka dapat dikatakan upah yang diterima oleh pekerja pada kegiatan panen adalah sebesar 2.400.000 dibagi dengan jumlah tenaga kerja.
4.6 Alokasi Tenaga Kerja Usahatani Alokasi tenaga kerja merupakan curahan jam kerja usahatani keluarga dan luar keluarga. Curahan jam kerja adalah waktu yang digunakan secara langsung oleh tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada proses pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja selama satu kali musim tanam. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada umumnya berakar pada keyakinan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dapat memberikan keuntungan terutama penghematan penggunaan tenaga kerja luar keluarga atau mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikurangi. Petani di Kecamatan Telaga dalam mengelola usahatani padi sawah menganut pola 2 kali tanam dalam setahun. Kegiatan-kegiatan usahatani sangat menentukan besar kecilnya curahan tenaga kerja. Tahapan kegiatan tersebut antara lain : pengolahan tanah, penanaman, pemupukan
I, penyiangan, pemupukan II,
pemberantasan hama penyakit, pemupukan III, dan panen. 4.6.1 Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Kegiatan Usahatani Tenaga kerja usahatani adalah faktor produksi kedua selain modal, dan pengelolaan. Hal itu menunjukan posisi petani pada usahataninya, karena petani bukan hanya pengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahatninya. Dalam hal ini kita mengenal jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja
39
manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Peran aktif tenaga kerja dalam rumah tangga dapat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani padi sawahnya. Semakin banyak tanggungan dalam rumah tangga maka semakin besar dorongan petani untuk meningkatkan usahanya dan semakin besar pula tenaga kerja keluarga yang membantu dalam kegiatan usahataninya, sehingga dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Pada lokasi penelitian ini tidak banyak petani yang meggunakan tenaga kerja dalam keluarga meskipun lahan sawah yang dimiliki hanya seluas 0,1 ha. Hal ini dikarenakan oleh kesibukan para petani sampel di luar sektor pertanian padahal potensi tenaga kerja yang tersedia di Kecamatan Telaga sangat besar akan tetapi tidak di pergunakan secara efektif, atau dapat dikatakan bahwa pada kegiatan produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga para tenaga kerja tidak menggunakan tenaga kerja wanita dan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja pria mempunyai tenaga yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja wanita. Gender adalah pembagian peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas menurut norma-norma adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Adapun penggunaan tenaga kerja di kecamatan telaga berdasarkan
kegiatan produksi yaitu sebagai berikut : 1. Pengolahan Tanah Pada kegiatan ini banyak petani menggunakan tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin yang berasal dari luar keluarga. Banyaknya penggunaan tenaga kerja ini berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Lama pengerjaannya pun tergantung dari besarnya luas lahan.
40
2. Penanaman Pada kegiatan penanaman petani sampel masih menggunakan tenaga kerja pria yang berasal dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan pada kegiatan ini pula tergantung dari luas lahan yang akan diusahakan. 3. Pemupukan I Petani sampel hanya melakukan dua kali pemupukan. Kegiatan pemupukan dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Biasanya dalam sehari kegiatan pemupukan dilakukan selama 4 jam (2 jam pagi dan 2 jam sore). 4. Penyiangan Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja tergantung dari luas lahan yang diusahakan tanaman padi sawah. Biasanya pada kegiatan ini petani membutuhkan waktu selama 7 hari. 5. Pemupukan II dan III Pemupukan II dan III merupakan lanjutan kegiatan pemupukan I. pada kegiatan ini petani menggunakan tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu pelaksanaannya sama dengan waktu pada pemupukan I. 6. Pemberantasan Hama dan Penyakit Kegiatan Penyemprotan ini dilakukan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu yang dibutuhkan pada kegiatan ini hanya memakan waktu selama kurang lebih 2 jam, karena pemberian obat dalam dosis yang berlebihan akan memberikan dampak buruk pada tanaman padi sawah. 7. Panen Panen merupakan kegiatan kedua dari tahap pasca panen. Kegiatan ini menggunakan tenaga kerja pria yang masih berasal dari dalam dan luar keluarga. Lama kegiatan panen tergantung dari luas lahan yang dimiliki oleh petani sampel.
41
4.6.2 Curahan Kerja Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah seluruh pekerja yang menjadi petani sampel usahatani padi sawah. Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja pria (P), wanita (W), anak-anak (Aa), mesin (M), dan tenga kerja hewan (H). Dalam penelitian ini alokasi waktu kerja merupakan curahan waktu kerja oleh petani dan keluarga dalam kegiatan usahatani padi sawah. Perbedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan dalam usahatani berbeda-beda, misalnya pekerjaan mengolah tanah yang memerlukan tenaga kerja pria dan traktor. Begitu juga pada kegiatan penanaman yang memerlukan banyak tenaga kerja. Adapun curahan tenaga kerja petani sampel menurut jenis tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah
No
Kegiatan UT
P Pengolahan tanah 1,86 Penanaman 2,09 Pemupukan I 0,35 Penyiangan 0,62 Pemupukan II 0,35 Pemberantasan 0,35 Hama Penyakit 7 Pemupukan III 0,35 8 Panen 4,37 Jumlah 10,34 Persentase 88,60 Sumber : Data Diolah, 2012 1 2 3 4 5 6
Tenaga Kerja (HOK) W Aa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
M 1,33 0 0 0 0 0
H 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 1,33 11,40
0 0 0 0
0 0 0 0
Total
Persentase (%)
3,19 2,09 0,35 0,62 0,35 0,35
27,34 17,91 3,00 5,31 3,00 3,00
0,35 4,37 11,67
3,00 37,44 100,00
Tabel 16 terlihat bahwa pada setiap kegiatan produksi usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja pria lebih banyak dibandingkan tenaga kerja lainnya, penggunaan tenaga kerja pria lebih besar dibandingkan tenaga kerja wanita dan anakanak. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiap kegiatan usahatani berikut :
42
1. Pengolahan tanah Kegiatan pengolahan tanah ini merupakan kegiatan awal pada usahatani padi sawah. Pada kegiatan ini tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktu kerjanya sebesar 1,86 HOK/Ha. Sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja mesin (M), curahan waktu kerjanya hanya sebesar 1,33 HOK/Ha. Karena kegiatan ini berada menggunakan dua tenaga kerja yang berbeda maka total penggunan kedua tenaga kerja tersebut sebesar 3,19 HOK/Ha (27,34%). Lama pengolahan tanah yang dilakukan petani tergantung luas lahan yang dimiliki oleh petani tersebut. 2. Penanaman Penanaman merupakan salah satu kegiatan produksi dalam usahatani padi sawah yang banyak menggunakan tenaga kerja, baik itu tenaga kerja dal keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Pada kegiatan ini tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktunya sebesar 2,09 HOK/Ha (17,91). Biasannya pada kegiatan ini pula waktu yang dicurahkan oleh tenaga kerja untuk 2 Ha lahan sawah itu selama 14 hari kerja. 3. Pemupukan I Kegiatan pemupukan adalah kegiatan pemeliharaan tanaman padi agar dapat tumbh dan memberikan hasil yang maksimal. Pada kegiatan ini petani sampel mencurahkan waktu kerjanya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). Kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga kerja pria (P) yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Lama waktu kerja untuk kegiatan ini tergantung dari besarnnya lahan sawah yang diusahakan. 4. Penyiangan Penyiangan atau dapat dikatakan sebagai kegiatan pembersihan lahan sawah dari berbagai tanaman pengganggu yang akan merusak pertumbuhan padi sawah dilakukan oleh tenaga kerja pria (P) yang masih berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja pria ini mencurahkan waktu kerjanya sebesar 0,62 HOK/Ha (5,31%). Kegiatan ini biasanya dikerjakan selama 14 hari kerja untuk luas lahan yang mencapai 2 Ha.
43
5. Pemupukan II dan III Kegiatan ini merupakan kegiatan produksi lanjutan dari pemupukan I, curahan tenaga kerja pada kegiatan ini tidak jauh berbeda penggunaan waktunya dengan pemupukan I. Pada pemupukan II dan III tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktunya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). Penggunaan tenaga kerjanya lebih banyak berasal dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan agar petani bisa mengurangi biaya upah untuk tenaga kerja luar keluarga. 6. Pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman padi sawah rentan dengan yang namanya hama dan penyakit. Untuk itu para petani sampel menggunakan kegiatan ini sebagai salah satu kegiatan produksi usahatani padi sawah. Penberantasan hama penyakit dilakukan petani agar tanaman tersebut terhindar dari hama atau penyakit yang bisa menyebabkan tanaman ini tidak tumbuh baik (rusak). Pada kegiatan ini petani mencurakan waktu kerjanya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). 7. Panen Panen adalah tahap akhir dari kegiatan produksi usahatani padi sawah. Kegiatan produksi inilah yang paling banyak menggunakan tenaga kerja pria (P) yang berasal dari luar keluarga karena dalam kegiatan ini ada beberapa kegiatan lain yang mengharuskan petani untuk lebih banyak menggunakan tenaga kerja. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang relatif besar ini bekerja tergantung dari besarnya luas lahan yang dimiliki oleh petani. Penggunaan tenaga kerja pria (P) untuk kegiatan ini mencapai 4,37 HOK/Ha (37,44%). 4.6.3 Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Sumbernya 1.
Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Padi Sawah Pada umumnya petani sampel usahatani padi sawah menggunakan tenaga kerja
dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga digunakan agar dapat mengurangi
44
biaya pengeluaran bagi keluarga petani yang berupa upahan/gaji. Penggunaan tenaga kerja keluarga di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah
No
Curahan Kerja (HOK)/Ha 3.84 1.01 2.48 4.50 2.44 4.50 2.44 1.12 22.33
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan I Penyiangan Pemupukan II Pemberantasan Hama Penyakit Pemupukan III Panen Jumlah Sumber : Data Diolah, 2012
Persentase (%) 17,20 4,52 11,11 20,15 10,93 20,15 10,93 5,02 100,00
Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga yang paling banyak berada pada kegiatan pemberantasan hama penyakit dan penyiangan yaitu sebesar 4,50 HOK/Ha (20,15 %), dan yang relatif kecil penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini berada pada kegiatan penanaman sebesar 1,01 HOK/Ha. Artinya petani sampel sedikit menggunakan potensi tenaga kerja dalam keluarga. 2. Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi Sawah Penggunaaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi sawah digunakan pada saat tenaga kerja dalam keluarga tidak mampu mengerjakan beberapa kegiatan produksi yang mengharuskan agar petani membutuhkan tenaga kerja lebih. Di lokasi penelitian penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini.
45
Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah
No
Curahan Kerja (HOK) 25.35 29.47 0.27 2.82 0.28 0.59 0.23 15.12 74.13
Tenaga Kerja Luar Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan I Penyiangan Pemupukan II Pemberantasan Hama Penyakit Pemupukan III Panen Jumlah Sumber : Data Diolah, 2012
Persentase (%) 34,20 39,75 0,36 3,80 0,38 0,80 0,31 20,40 100,00
Pada tabel 18, menunjukan bahwa potensi penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada tiga proses produksi yaitu pengolahan tanah, penanaman dan panen. Pada pengolahan tanah penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar 25,35 HOK/Ha (34,20%), sedangkan untuk penanaman mencapai 39,75% atau sebesar 29,47 HOK/Ha dan panen sebesar 15,12 HOK/Ha (20,40%). Dengan adanya tenaga kerja luar keluarga ini petani menggunakan sistem upah, baik itu upah menurut waktu maupun sistem upah menurut hasil. 4.7 Komposisi Curahan Tenaga Kerja Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya pencurahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang digunakan dalam suatu kegiatan usahatani. Untuk melihat besarnya curahan tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah per petani dapat dilihat pada tabel 19 berikut :
46
Tabel 19. Komposisi Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Petani Sampel
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kegiatan UT Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan I Penyiangan Pemupukan II Pemberantasan HP Pemupukan III Panen Jumlah
Curahan Kerja (HOK) LK DK 25,35 3,84 29,47 1,01 0,27 2,48 2,82 4,50 0,28 2,44 0,59 4,50 0,23 2,44 15,12 0,92 74,13 22,33 (76,85%) (23,15%)
Total 29,19 30,48 2,75 7.32 2,72 5,09 2,67 16,24 96,46
Sumber : Data diolah, 2012 Keterangan : LK
: Luar Keluarga
DK : Dalam Keluarga Berdasarkan Tabel 19, menunjukan bahwa dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap kegiatan usahatani padi sawah petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga ini mencapai 74,13 HOK/Ha (76,85%). Sedangkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 22,33 HOK/Ha (23,13%). Perbedaan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga ini disebabkan oleh adanya tingkat kesibukan petani diluar sektor pertanian khususnya usahatani padi sawah. Perbedaan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga ini disebabkan oleh adanya tingkat kesibukan petani diluar sektor pertanian khususnya usahatani padi sawah. Untuk melihat besarnya presentase curaha tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 20 berikut :
47
Tabel 20. Presentase Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Berdasarkan Sumber
No
Kegiatan UT
1 Pengolahan Tanah 2 Penanaman 3 Pemupukan I 4 Penyiangan 5 Pemupukan II 6 Pemberantasan HP 7 Pemupukan III 8 Panen Sumber : Data Diolah, 2012
Persentase (%) Curahan Kerja (HOK) LK DK 86,84 13,16 96,69 3,31 9,82 90,18 38,52 61,48 10,29 89,71 11,59 88,41 8,61 91,39 94,26 5,74
Total 100 100 100 100 100 100 100 100
Dari Tabel 20, menunjukan presentase penggunaan tenaga luar dan kerja dalam keluarga untuk tiap kegiatan usahatani padi sawah bervariasi. Presentase penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang terbesar berada pada kegiatan penanaman sebesar 96,69 HOK/Ha , sedangkan yang paling kecil ada pada kegiatan pemupukan III yaitu sebesar 8,61 HOK/Ha. Untuk presentase penggunaan tenaga kerja dalam keluarga terbesar pada kegiatan pemupukan III yang mencapai 90,39 HOK/Ha. Sedangkan yang paling kecil berada pada kegiatan penanaman yaitu 3,31 HOK/Ha. Selisih tersebut diartikan sebagai penggunaan jumlah tenaga kerja keluarga lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
4.8 Konklusi Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, kajian ini difokuskan pada dinamika ketenagakerjaan yang khusus mengambil lokasi penelitian di pedesaan lahan sawah. Dinamika ketenagakerjaan mencakup keragaan struktur curahan/alokasi waktu kerja, tingkat upah
serta komposisi penggunaan tenga kerja. Struktur curahan/alokasi
waktu kerja tenaga kerja dibedakan menurut kegiatan produksi usahatani padi sawah.
48
Berdasarkan hasil penelitian lama waktu kegiatan produksi bervariasi dan tergantung dari besarnya luas lahan yang dimiliki. Dalam hal ini petani sampel di lokasi penelitian menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Waktu yang dicurahkan tenaga kerja luar keluarga pada proses pengolahan tanah mencapai 25,35 HOK/Ha, penanaman 29,47 HOK/Ha, pemupukan I 0,27 HOK/Ha, penyiangan 2,82 HOK/Ha, pemupukan II 0,28 HOK/Ha, pemberantasan hama dan penyakit 0,59 HOK/Ha, pemupukan III 0,23 HOK/Ha, dan panen sebesar 15,12 HOK/Ha. Sedangkan waktu yang dicurahkan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan pengolahan tanah yaitu 3,84 HOK/Ha, penanaman sebesar 1,01 HOK/Ha, pemupukan I 2,48 HOK/Ha, penyiangan 4,50 HOK/Ha, pemupuka II 2,44 HOK/Ha, pemberantasan hama penyakit 4,50 HOK/Ha, pemupukan III 2,44 HOK/Ha, dan panen sebesar 0,92 HOK/Ha. Kegiatan produksi dari kedua sumber tenaga kerja tersebut menggunakan tenaga kerja pria. Untuk komposisi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenisnya pada lokasi penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja pria (P) dan mesin (M), penggunaan tenaga kerja pria pada usahatani padi sawah sebesar 10,34 HOK/Ha (88,60%) sedangkan penggunaan mesin hanya sebesar 1,33 HOK/Ha (11,40%). Pada hasil penelitian Simanjuntak (2007), bahwa tenaga kerja pria lebih banyak mencurahkan waktunya pada kegiatan usahatani padi sawah. Pada kegiatan usahatani tersebut tenaga kerja pria mencurahkan waktunya sebesar 54,6 HOK/Ha, sedangkan Tenaga kerja wanita hanya 11,38 HOK/Ha. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kecenderungan yang dilakukan oleh petani padi sawah yaitu semakin sedikit penggunaan tenaga kerja wanita, anak-anak dan hewan. Keadaan ini menunjukan bahwa petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja upahan (tenaga kerja luar keluarga) dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dibuktikan oleh tingginya penggunaan tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin. Rendahnya pemanfatan potensi tenaga kerja keluarga pada usahatani padi sawah ini merupakan suatu fenomena yang tidak mendukung asumsi Hernanto (1995), yang 49
mengatakan bahwa potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani . dengan kata lain jika penggunaan tenaga kerja keluarga tidak efektif maka hipotesis ini diterima dengan hasil penelitian bahwa pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga lebih besar dibandingkan tenaga kerja lainnya.
50