16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi,
diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang dan bokashi. Respon pertumbuhan semai jabon yaitu tinggi, diameter, berat kering dan NPA dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan terhadap parameter pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) Parameter yang diamati Faktor Berat Kering NPA (Nisbah Tinggi Diameter Total Pucuk Akar) Arang * tn * * Bokashi * * * * ArangxBokashi * tn * * *=perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0,05 (α) ; tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F)< 0,05 (α)
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian arang, bokashi serta interaksi antara arang dan bokashi memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% untuk tinggi semai jabon, sedangkan untuk pertumbuhan diameter, pemberian arang memberikan pengaruh yang tidak nyata, begitu pula interaksi antara arang dan bokashi. Pengaruh yang nyata untuk pertumbuhan diameter ditunjukkan dengan pemberian tunggal bokashi, sedangkan untuk parameter berat kering dan NPA perlakuan arang, bokashi serta interaksi arang dan bokashi memberikan pengaruh yang nyata. 4.1.1 Pertumbuhan Tinggi Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa arang, bokashi dan interaksi antara arang dan bokashi
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
jabon, pada taraf uji F 0,05 (Lampiran 1). Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh pemberian arang dan bokashi yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai jabon sehingga dilakukan uji lanjut Duncan pengaruh interaksi pemberian
17
arang dan bokashi terhadap pertumbuhan semai jabon, yang dapat dilihat pada Gambar 1.
a ab bc bc
Tinggi (cm)
bcd cde
cdfe ef
ef ef
ef
cde dfe
dfe ef
ef
dfe
ef ef
ef
Perlakuan
Gambar 1 Hasil uji Duncan interaksi pemberian arang dan bokashi terhadap tinggi semai jabon (A=arang; B= bokashi) Pemberian dosis arang dan bokashi yang berbeda menunjukkan respon yang berbeda pula. Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh kombinasi dapat dilihat bahwa A4B3 (arang 10% dan bokashi 60 g) memberikan rata-rata respon pertumbuhan tinggi yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbuhan tinggi terendah yaitu kontrol A0B0 (tanpa pemberian arang dan bokashi) A1B1 (arang 2,5% dan bokashi 20 g), A1B3 (arang 2,5% dan bokashi 60 g), A0B2 (arang 0% dan bokashi 40 g), A3B0 (arang 5% dan bokashi 0 g), A1B0 (arang 2,5% dan bokashi 0 g), A1B2 (arang 2,5% dan bokashi 20 g), A2B1 (arang 5% dan bokashi 20 g) dan A2B3 (arang 5% dan bokashi 60 g). 4.1.2 Pertumbuhan Diameter Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tunggal arang tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan diamater, begitu pula interaksi pemberian arang dan bokashi, sedangkan untuk pemberian tunggal bokasi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan jabon, pada taraf uji F 0,05 (Lampiran 2). Untuk itu dilakukan uji lanjut Duncan
18
pengaruh tunggal bokasi terhadap pertumbuhan diameter semai jabon yang dapat dilihat pada Gambar 2. ab
a
b
Diameter (mm)
b
Dosis Bokashi (g)
Gambar 2 Hasil uji Duncan pengaruh tunggal pemberian bokashi terhadap diameter semai jabon Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan mengenai pemberian tunggal bokasi pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian bokashi dengan dosis lebih tinggi menunjukkan pertumbuhan diameter semai jabon yang lebih meningkat, peningkatan secara nyata terlihat setelah semai diberikan bokashi dengan dosis 40 g, yang menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan dosis 0 g dan 20 g, sedangkan untuk pertumbuhan semai yang secara nyata menunjukkan pertumbuhan diamater terbaik adalah ketika diberikan bokashi dengan dosis tertinggi yaitu 60 g. Pemberian dosis bokashi 20 g menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan pemberian bokashi 0 g untuk pertumbuhan diameter semai jabon. 4.1.4 Berat Kering Total Hasil sidik ragam pemberian arang, bokashi dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering total semai jabon dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 (Lampiran 3). Oleh karena itu, dilakukan uji lanjut Duncan mengenai pengaruh interaksi pemberian arang dan bokasi terhadap berat kering total semai jabon, yang dapat dilihat pada Gambar 3.
19
a b c
Berat Kering Total (g)
d
h
h i
jk
i
ij
h
h
g
f
f
f
e
d
g
k
Perlakuan
Gambar 3 Hasil uji Duncan interaksi arang dan bokasi terhadap berat kering total semai jabon (A=arang; B= bokashi) Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh interaksi antara arang dan bokashi terhadap berat kering total semai jabon didapat hasil bahwa pemberian arang dan bokashi tertinggi meningkatkan biomasa semai jabon dibandingkan dengan kontrol. Berat kering total tertinggi ketika semai diberikan dosis arang dan bokasi tertinggi yaitu arang A4B3 (10% dan bokasi 60 g), yang secara nyata meningkatkan biomassa tanaman, sedangkan berat kering terendah dialami oleh perlakuan A1B1. 4.1.4 NPA (Nisbah Pucuk Akar) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa arang, bokashi dan interaksi antara arang dan bokashi berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar (NPA) semai jabon pada taraf uji F 0,05 (Lampiran 4). Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian arang dan bokashi terhadap NPA (nisbah pusuk akar) semai jabon dengan dosis dan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.
20
a
Nisbah Pucuk Akar
efgh j
i
ij
j
bc
cde h
fgh
gh
b
b cd def defgh
def defg
cd
j
Perlakuan
Gambar 4 Hasil uji Duncan interaksi arang dan bokasi terhadap NPA semai jabon (A=arang; B= bokashi) Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pengaruh kombinasi arang dan bokashi terhadap nisbah pucuk akar semai jabon didapat bahwa perlakuan yang memiliki dosis paling tinggi A4B3 (10% dengan bokashi 40 g), berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan NPA dibandingkan dengan A0B0 (arang 0% dan bokashi 0 g). Selain itu pengaruh perlakuan kontrol juga tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan semai jabon dengan perlakuan A0B3 (arang 0% dan bokashi 60 g), A1B0 (arang 2,5% dan bokashi 0 g), dan A1B1 (arang 2,5% dan bokashi 20 g) yang memiliki NPA terendah.
Gambar 5
A B C Pertumbuhan semai jabon pada akhir pengamatan : A. Pertumbuhan terbaik; B. Kontrol; C. Pertumbuhan terjelek
Pertumbuhan semai jabon pada tiga perlakuan yang berbeda, yaitu perlakuan yang memiliki dosis terbesar A4B3 (arang 10% dan bokashi 60 g),
21
dengan pertumbuhan yang terendah yaitu A1B1 (arang 2,5% dan bokashi 20 g) dibandingkan dengan kontrol A0B0 (arang 0% dan bokashi 0 g).
A B C Gambar 6 Akar semai jabon pada akhir pengamatan : A. Pertumbuhan terbaik; B. Kontrol; C. Pertumbuhan terjelek Akar semai jabon yang menggunakan perlakuan A4B3 (arang 10% dan bokashi 60 g) yang merupakan perlakuan dengan dosis tertinggi memiliki akar yang lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan kontrol (arang 0% dan bokashi 0 g) serta tanaman dengan perlakuan A1B1 (2,5% dan bokashi 20 g). Analisis sifat kimia tailing, pengaruh pemberian tunggal bokashi dan pemberian tunggal arang serta interaksi arang dan bokashi pada tailing terhadap peningkatan unsur hara dalam tailing dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil analisis sifat kimia tailing Sifat
Tailing
pH H2O C-Org (%)
7,10 0,72
Tailing +arang 7,40 1,12
N-Total (%)
0,07
0,12
P Bray I (ppm) Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g) KTK (me/100g)
5,7 28,58 1,12 0,66 1,58 7,58
6.1 28,14 1,19 1,70 2,37 9,98
Perlakuan Tailing+ Bokashi 7,20 1,52
Standar (Harjowigeno 1995) Rendah Sedang Tinggi
Tailing+Arang +Bokashi 7,30 1,60
5,6- 6,5 1,00 - 2,00
0,14
0,15
0,10 - 0,20
7.8 29,11 1,68 1,13 1,70 10,78
7.9 27,92 1,68 2,45 3,76 11,58
10 - 15 2-5 0,4 - 1,0 0,1 - 0,2 0,1 - 0,3 5 - 16
dalam
kehidupan
6,6-7,5 2,01 3,00 0,21 0,50 16 - 25 6 – 10 1,1 - 2,0 0,3 - 0,5 0,4 - 0,7 17 - 24
7,6-8,5 3,01 -5,00 0,51 -0,75 26 - 35 11 - 20 2,1 - 8,0 0,6 - 1,0 0,8 - 1,0 25 - 40
4.2 PEMBAHASAN Pertumbuhan
adalah
proses
tanaman
yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ
22
tanaman) akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel (Sitompul dan Guritno 1995). Dalam penelitian ini menggunakan parameter pertumbuhan berupa tinggi dan diameter selain itu juga dilakuakan pengukuran biomassa tanaman untuk menentukan NPA (Nisbah Pucuk Akar). Biomassa tanaman merupakan parameter yang dapat menggambarkan pengaruh pertumbuhan karena berat tanaman yang relatif mudah diukur. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995). Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman yang kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dibandingkan tanaman yang mendapatkan cahaya yang cukup. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian tunggal arang memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, begitu pula dengan pemberian bokashi juga interaksi antara arang dan bokashi. Hal ini menandakan bahwa dengan dosis arang dan bokashi yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata. Pertambahan dosis yang terbesar memberikan pertumbuhan yang terbaik. Pengaruh tunggal pemberian arang dengan dosis yang berbeda yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, menunjukkan pertumbuhan yang berpengaruh nyata ketika diberikan dosis 10%, dibandingkan kontrol. Pengaruh pemberian arang terhadap tinggi tanaman yang terendah ketika tanaman diberikan dosis arang 2,5% dan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata degan kontrol, pemberian dosis arang 5% juga menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pemberian tunggal bokashi dengan dosis 60 g memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan dosis 0 g, 20 g, dan 40 g, pertumbuhan terendah adalah ketika tanaman diberikan bokashi dengan dosis 20 g dan 0 g. Menurut Giller (2001) pemberian arang pada tanah tidak hanya meningkatkan populasi mikroba dan aktivitasnya di dalam tanah tetapi juga meningkatkan penyediaan unsur hara dan modifikasi habitat. Selain itu, morfologi arang yang mempunyai pori, sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara.
23
Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karena hara tersebut tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai (Gusmailina 2006). Pemberian bahan organik (bokashi) dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi mudah diolah dan dapat meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak, kelengasan air tanah lebih terjaga, permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Bokashi juga dapat menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), dan sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian penggunaan arang dan bokashi pada media tailing untuk tanaman jabon dimana berdasarkan hasil diperoleh pemberian kombinasi arang dan bokashi dengan berbagai dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian dosis arang yang terbesar 10% dengan kombinasi pemberian dosis bokashi sebesar 60 g, dengan peningkatan pertumbuhan yang signifikan, hingga mencapai lebih dari 100%. Pertumbuhan terendah tinggi semai jabon dialami semai yang mendapat perlakuan tanpa pemberian arang dan bokashi (kontrol). Arang berfungsi sebagai penyerap unsur yang tidak diperlukan oleh tanaman (seperti racun) dan unsur lainnya, selain itu juga arang meyerap hara yang berlebihan pada tanah yang kemudian diberikan oleh arang ketika tanaman membutuhkan. Bahan organik bokashi berfungsi sebagai penyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, untuk menunjang siklus hidup tanaman tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian arang dan interaksi antara arang dengan bokashi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter semai jabon, hanya pemberian bokashi yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter semai jabon. Hal ini karena pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan penyerapan air serta mineral (Daniel et al. 1989 dalam Handayani 2009). Proses fisiologis tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, tanah, angin dan cuaca. Media tanam dalam hal ini tailing juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
24
tanaman dari segi ketersediaan hara, ketersediaan air, keremahan media yang mempengaruhi ketersediaan oksigen dan pergerakan serta penetrasi akar. Selain itu menurut Lewenusa (2009) pada usia muda, tanaman cenderung menunjukkan pertumbuhan yang cepat ke atas (vertikal), pertumbuhan diameter akan terpenuhi apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, dan pergantian akar telah terpenuhi. Pertumbuhan diameter tanaman jabon terbaik ketika diberikan dosis arang dan bokashi tertinggi yaitu arang 10% dan bokashi 60 g, tetapi kombinasi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap diameter semai jabon. Hal ini dapat dikarenakan oleh pengaturan letak posisi polibag pada saat penelitian berlangsung, karena di beberapa tempat peletakan polibag tergenang air, selain itu juga pemberian jarak antar polibag harus diperhatikan untuk memberi ruang tumbuh yang lebih besar dan pengambilan cahaya matahari dapat berlangsung secara optimal sehingga pertambahan diameter dapat terjadi maksimal (Hildalita 2009). Pertumbuhan terbaik semai jabon ketika diberikan bokashi dengan dosis tertinggi yaitu 60 g yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai jabon pemberian dosis yang lebih besar dari 20 g dan 40 g menunjukkan peningkatan pertumbuhan diameter secara nyata, namum pemberian bokashi 20 g tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dengan pemberian dosis bokashi 0 g. Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara dalam tanah. Pemberian arang pada lahan marjinal dapat membangun dan meningkatkan kesuburan tanah. Arang dapat meningkatkan fungsi sirkulasi udara dan air, menetralkan pH tanah, menyerap kelebihan CO2 dalam tanah, hara dalam arang kompos akan dilepaskan secara perlahan sesuai dengan kebutuhan tanaman, hara tidak mudah tercuci sehingga akan selalu ada dalam kondisi siap pakai bagi tanaman (Pari 2006). Menurut Ogawa (1989) pemberian arang pada media tanam dapat meningkatkan kemampuan akar untuk berkembang dan dapat memberikan habitat yang baik untuk pertumbuhan semai tanaman. Berat kering total tanaman dihitung dengan cara menggabungkan antara pucuk dengan akar tanaman setelah dioven. Berat kering digunakan karena cenderung nilainya konstan tidak ada pengaruh kandungan air dari luar, dan dari
25
kandungan air tanaman. Berat kering menunjukkan hasil fotosintesis tanaman (Ratnaningsih 2006). Bila berat kering diketahui maka tanaman sebagai penghasil fotosintat dapat diketahui (Goldworthy dan Fisher 1992), sedangkan menurut Harjadi (1990) berat kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang terjadi pada tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh tunggal pemberian arang dengan dosis tertinggi memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan berat kering, dibandingkan dengan dosis pemberian arang yang lebih rendah. Hal ini juga terjadi pada pemberian tunggal bokashi, menunjukkan peningkatan berat kering. Pengaruh kombinasi antara arang dan bokashi menunjukkan hal yang serupa, dimana pemberian arang dan bokashi tertinggi memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan berat kering, sedangkan perlakuan yang tidak mendapatkan pemberian arang dan bokashi (kontrol) lebih rendah dibandingakn dengan perlakuan A4B3 (arang 10% dan bokashi 60 g). Berat kering terkecil dialami oleh perlakuan A1B1 (arang 2,5% dan bokashi 20 g). Hal ini menandakan bahwa aktivitas fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat sebagai cadangan makanan, lebih banyak dialami oleh tanaman dengan perlakuan A4B3 yaitu dengan mendapatkan arang dan bokashi dengan dosis tertinggi, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dalam penghitungan NPA digunakan biomassa tanaman yaitu bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh gravitasi, sehingga bersifat konstan. Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya, sehingga parameter ini merupakan indikator paling representatif untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu (akar, daun atau batang). Alasan pokok lainnya dalam penggunaan biomassa tanaman adalah bahwa bahan kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman, oleh karena itu parameter ini dapat
26
digunakan sebagai ukuran global pertumbuhan tanaman dengan segala peristiwa yang dialamainya. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) penghitungan NPA menggunakan berat kering akar dan pucuk (daun dan batang), karena penggunaan berat basah untuk penghitunggan NPA mengindikasikan masih terdapatnya kadar air yang menunjukkan nilai yang berubah-ubah, kandungan air dari suatu jaringan atau keseluruhan tubuh tanaman berubah dengan umur dan dipengaruhi oleh lingkungan. Informasi mengenai nisbah pucuk akar diperlukan untuk mengetahui keseimbangan antara pertumbuhan pucuk tanaman sebagai tempat terjadinya proses fotosontesis dengan pertumbuhan akar sebagai bidang serapan unsur hara dan air (Wulandari et al. 2011). Bibit dengan nisbah pucuk akar yang tinggi relatif menunjukan bahwa pertumbuhan tunas lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan akar. Namun akar cukup mampu mendukung pertumbuhan tunas. Selain itu nisbah pucuk akar yang tinggi merupakan salah satu indikator untuk menentukan media yang digunakan relatif subur dan tersedia air yang cukup. Nisbah pucuk akar yang kecil lebih banyak pembentukan akar jika dibandingkan dengan tunas, hal ini menunjukan bahwa kondisi media yang kurang mengandung unsur hara sehingga pembentukan akar relatif lebih banyak jika dibandingkan dangan tunas, untuk mendukung tanaman tersebut meningkatkan serapan yang menghasilkan nisbah pucuk akar yang rendah (Frianto 2006). Nilai nisbah pucuk yang kecil sebenarnya membuat bibit lebih tahan untuk ditanam dilapangan karena memiliki perakaran yang kuat, namun perlu diperhatikan keseimbangan antara kemampuan akar dalam menyerap unsur hara dengan kemampuan tunas dalam melakukan transpirasi dan fotosintesis. Menurut Duryea dan Brown dalam Yulianto (2002) nilai nisbah tunas akar yang baik adalah 1−3, namun yang terbaik adalah yang mendekati nilai minimum yakni 1. Nilai nisbah pucuk akar yang tinggi menjadi indikator bahwa media yang digunakan lebih subur dan tersedia air yang cukup, semakin tinggi nilai nisbah tunas akar maka semakin subur media yang digunakan. Penggunaan arang dapat menambah jumlah daun serta memperluas tajuk pohon, sehingga efektif untuk menyerap CO2 dari udara.
27
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NPA semai jabon yang menggunakan arang dan bokashi dengan berbagai kombinasi dosis yang berbeda, memiliki nilai yang berkisar 1,7−2,3. Hal ini menunjukkan nilai nisbah pucuk akar yang baik karena nilai hasil uji lanjut Duncan pengaruh kombinasi arang dan bokashi yang berkisar dari 1−3. Pengaruh kombinasi arang dan bokashi dengan dosis terbesar menunjukkan nilai NPA yang terbesar yaitu 2,969 dan memiliki pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol (tanpa arang dan bokashi), sedangkan nilai NPA terendah dialami oleh perlakuan A0B0 dan A0B2 (arang 0 g dan bokashi 20 g). Nilai nisbah pucuk akar yang terendah menunjukkan bahwa akar lebih cenderung untuk tumbuh dibandingkan dengan pucuk dikarenakan akar mencari unsur hara untuk pemenuhan kebutuhan tanaman sehingga akar lebih panjang, hal ini menandakan media tanam yang kurang subur, tailing merupakan media yang kurang subur dan miskin hara. Hasil kombinasi pemberian arang dan bokashi dengan dosis yang semakin banyak menunjukkan nilai nisbah pucuk akar yang cenderung lebih besar seiring dengan penambahan bahan organik di dalamnya. Dapat dilihat pada Gambar 4 hasil uji duncan pengaruh kombinasi pemberian arang dan bokashi yang menunjukkan nilai nisbah pucuk akar yang semakin besar dengan semakin besarnya pemberian dosis arang dan bokashi, yang menandakan bahwa media semakin subur, dalam arti kata terdapat cukup hara dan juga air yang cukup untuk memenuhi siklus hidup tanaman. Gambar 6 juga menunjukkan akar semai jabon yang lebih banyak terdapat pada media yang memiliki dosis yang lebih besar yaitu perlakuan A4B3 (arang 10% dan bokashi 60 g) dibandingkan dengan kontrol dan tanaman pada perlakuan A1B1 (arang 25% dan bokashi 20 gr) yang memiliki pertumbuhan terendah. Tailing memiliki karakteristik pH yang cenderung netral 5,8−6,4, selain itu media dengan water holding capacity yang rendah, yaitu kemampuan tailing dalam memegang air rendah, sehingga mudah untuk meloloskan air yang menyebabkan air untuk tanaman menjadi tidak tersedia. Selain itu juga tailing miskin akan hara, walaupun kandungan Al dan Fe dalam tailing cenderung rendah. Tailing merupakan tanah yang miskin hara dengan KTK yang sangat rendah berdasarkan hasil analisis tanah, tailing hanya memiliki KTK 7,8 me/100 gr dengan standard 17−24, oleh karena diperlukan penambahan bahan organik
28
untuk meningkatkan kesuburan tailing. Pemberian arang dapat meningkatkan pH tailing, tailing dengan pemberian tunggal arang memiliki pH yang lebih besar, dibandingkan dengan tailing saja atau pemberian tunggal bokashi. Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, bahwa pemberian arang dan bokashi dapat meningkatkan KTK tanah, tailing yang diberikan arang saja dan bokashi saja memiliki KTK (Kapasitas Tukar Kation) yang lebih rendah dibandingkan pemberian kombinasi keduanya. Pemberian tunggal bokashi meningkatkan KTK lebih tinggi dibandingkan pemberian tunggal arang, hal ini dikarenakan bokashi mengandung bahan organik yang dapat memperbaiki struktur tanah. Kapasitas Tukar Kation yang lebih tinggi menunjukkan ketersediaan hara yang lebih banyak yang dibutuhhkan dan dapat diserap oleh tanaman. Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah (Noor et al. 2008). Dalam hal ini pH tailing dapat dikatakan netral, yaitu 7,1. Pemberian arang meningkatkan pH tanah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5, dimana tailing yang diberi tambahan arang memiliki pH yang tertinggi. Bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah COrganik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah (Harjowigeno 2003). Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat berkaitan erat dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Dalam hal ini kandungan bahan organik pada perlakuan yang diberi arang dan bokashi memiliki kandungan yang lebih tinggi, walaupun kurang dari 2%, dengan KTK yang lebih tinggi pula. Hal ini
29
menunjukkan bahwa pemberian arang dan bokashi dapat meningkatkan bahan organik dan meningkatkan KTK pada tailing. Dari hasil analisis tanah dapat dilihat bahwa tailing kelebihan unsur hara Ca, K dan Na yang sangat tinggi, Ca memiliki fungsi untuk menebalkan dinding sel tumbuhan, sedangkan K memiliki fungsi untuk pembukaan stomata pada daun dan juga untuk pembentukan protein dan karbohidrat. Arang dapat menyerap unsur hara yang berlebihan dan dapat memberikannya kepada tanaman ketika diperlukan. Hasil analisis tanah tersebut mendukung hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian arang dan bokashi untuk pertumbuhan pada media tailing, dengan hasil pertumbuhan tanaman yang baik dengan pemberian dosis kombinasi arang dan bokashi yang lebih tinggi.