137
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsep Perancangan Konsep perencanaan dan perancangan Museum didasarkan pada pentingnya menampilkan suatu citra atau image khusus, yang melalui suatu penampilan visual mampu membawa pengunjung kepada suatu persepsi, bahwa suasana pada ruangan yang ada mengajak pengunjung untuk berimajinasi, berfikir kreatif, inovatif dan interaktif tentang kebudayaan dan sejarah pada periode masa sejarah saat itu. Selain itu perancangan ini bertujuan untuk memberikan pendidikan secara informal kepada para pengunjung. Sesuai dengan proyek perancangan desain Interior Museum kopi Indonesia. Seperti yang telah diketahui Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil produksi setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang yang patut kita jaga, kopi membawa indonesia masuk ke pasar dunia dan dikenal dengan kopi yang bercita rasa spesial. Saat ini banyak orang mengkonsumsi kopi untuk menghilangkan kepenatan, stres, bahkan menjadikan sebagai gaya hidup masa kini. Sebagian besar mayarakat mengkonsumsi kopi karena kenikmatan dan aromanya yang menyegarkan jika diminum pagi hari atau malam hari ketika sedang bekerja ataupun bersantai. Dilihat dari penggunaan kopi yang sudah ada dari abad XV pada jaman kekuasaan Belanda hingga saat ini dengan memberikan ciri khas dari aroma dan cita rasa berbeda yang dihasilkan dari setiap tanah di berbagai daerah Indonesia dan dengan adanya proses perubahan cara dalam menikmati secangkir kopi dari zaman ke zaman baik itu dalam proses pengolahan kafein ataupun dalam penyajiannya. Maka dalam perancangan ini menginspirasi untuk mengabil sebuah konsep desain dengan tema The Addicting sense of Revolution, dimana kandungan kafein yang dimiliki kopi dapat membuat seseorang yang telah menikmatinya mempunyai keingin untuk menikmati lagi
138
rasa dari kopi itu sendiri baik dalam penyajian sejara lama ataupun dengan berbagai perubahan cara penyajian yang telah ada sekarang. cita rasa dan aroma khas kopi dapat ditimbulkan dan memperkenalkan ke seluruh masyarakat Indonesia hingga mancanegara tentang nikmatnya kopi. Dalam perancangan museum kopi Indonesia dapat mengingkatkan kembali dan memberikan informasi ke masyarakat tentang proses penting sebuah kopi dari dulu hingga menjadi terkenal dan menjadi gaya hidup saat ini. Tema dalam perancangan ini dihubungkan ke dalam konsep Industrial, dimana kopi mempunyai proses pengolahan dari buah kopi mentah menjadi biji kopi dan proses pengolahan tersebut akhirnya menjadi serbuk kopi yang dapat dinikmati oleh semua orang melalui secangkir kopi dan menikmati aroma serta rasanya.
4.2
Citra Ruang Citra ruang dalam sebuah museum merupakan bagian yang penting untuk menampilkan suasana yang mendukung konsep dan mengajak pengunjung untuk ikut merasakan pencitraan konsep yang dimaksud. Dalam perancangan museum kopi Indonesia menggunakkan konsep Industrial yang akan memberikan kesan tegas, kuat, dan suasana yang keras tetapi tetap cozy. Konsep Industrial dapat mengajak pengunjung untuk merasakkan suasana dalam proses pengolah kopi. Dengan tema The Addicting Sense of Revolution dimaksudkan agar pengunjung yang telah berpetualang di dalam museum kopi Indonesia akan mendapat tambahan ilmu dan pengetahuan dari proses penyajian dan desain di dalam museum kopi Indonesia tersebut. Sifat Addicting bertujuan untuk membangkitkan minat pengunjung agar kembali lagi ke dalam museum tersebut yang ditampilkan dalam bentuk-bentuk geometris, diagonal seperti bentuk dari kandungan zat kafein yang menjadi ciri khas utama kopi. Suasana yang menonjolkan unsur asli material tanpa finishing sperti dinding bata exposed, ceiling exposed, dll , memberikan tambahan suasana sperti di dalam tempat penyimpanan dan pengolahan kopi yang di sajikan dengan prubahan yang berbeda dapat mengajak pengunjung untuk dapat merasakan secara langsung proses perkembang kopi dari penanaman dan proses pengolahan hingga produksi kopi yang saat ini dapat dinikmati oleh semua orang.
139
4.3 Konsep material Lantai, dinding dan ceiling Material yang akan digunakan untuk Museum kopi Indonesia ini mengikuti konsep Industrial yang menggunakan material Bata expose, concreted exposed, steel frame, plat besi, kaca, alumunium,dll. untuk menampilkan kesan tegas, kuat dan maskulin dalam konsep Industrial, dan untuk menyeimbangi material tersebut diterapkan juga material kayu dengan unfinised atau penggunaan finishing PU warna natural agar membuat ruang lebih clean, nyaman dan hangat. Dalam perancangan ini material diterapkan pada pengaplikasian, Ceiling exposed : ceiling pada museum pada museum kopi ini tidak diolah dalam bentuk yang berat melainkan di biarkan terbuka agar memberikan kesan industrial yang tidak menggunakkan banyak bentuk dan permainan ceiling, dan menampilkan kesan luas dan tinggi dalam ruangan. Terkecuali di ruangan – ruangan tertentu akan menerapkan permainan drop ceiling dengan bentuk dinamis dan menggunakan ceiling gypsum Ceiling Exposed
(Gambar 4.1 : Down ceiling gypsum 9mm) Sumber : Internet
Dinding : Material dinding menggunakan memakai bentuk geometris, persegi dan diagonal yang di ambil dari unsur kafein dalam kopi, agar dapat merasakkan citra kafein yang semakin erat dengan kopi. batu bata exposed, beton, kayu, dan baja yang dibiarkan apa adanya membuat tampilan lebih santai dan nyaman, penggunaan kaca & cermin membuat ruang berkesan luas.
140
Dinding beton yang masih memperlihatkan keasliannya, akan di terapkan pada area pameran.
Kaca yang akan dipakai pada dinding ruang pameran.
Dinding concrete exposed dan bata exposed untuk tampilan yang Industrial.
Penempatan keterangan tulisan pada dinding
(Gambar 4.2 : contoh aplikasi material dinding pada museum kopi Indonesia) Sumber : Internet
Lantai : pola lantai menjadi salah satu bagian yang terpenting karena berguna sebagai petunjuk dan perbedaan antar setiap ruang yang memberikan arah dan tujuan pada alur cerita didalam museum. Dengan penerapan material alami dan permainan pola lantai akan dihadirkan dalam ruangan yang ada di dalam museum agar menghadirkan ruang yang dinamis. Material lantai menggunakan yaitu lantai Homogenus tile, parquet dan lantai exposed untuk memberikkan kesan industri, selain itu juga mudah dalam perawatannya jika di tempatkkan di area public.
Lantai semen Exposed yang memperlihatkan kesan asli dari Industrial.
(Gambar 4.3 : contoh aplikasi material lantai pada museum kopi Indonesia) Sumber : Internet
Lantai kayu : memberikan suasana hangat, nyaman dan memberikan kesan alami.
141
Analisa Material Lantai No g 2. 3. 4. 5. 6. 7.
4.4
Kategori Tahan gesekan / beban Mudah dibersihkan Ragam motif Kekuatan Proses plaksanaannya Estetika Ekonomis
keramik tile ++ +++ +++ ++ +++ + +++
Finishing Lantai Homogenus tile +++ +++ +++ +++ ++ +++ ++
Kayu + ++ +++ + ++ ++ ++
Marmer ++ + ++ ++ + +++ +
Konsep Warna Warna dalam perancangan museum ini menggunakan warna-warna yang diambil dari warna Buah & biji kopi itu sendiri seperi :
Buah kopi yang
Buah kopi yang sudah
Biji kopi yang belum
belum matang
matang
disangrai
Biji kopi yang sudah telah disangrai
(Gambar 4.4 : Aplikasi warna dari biji & tanaman kopi
142
Terdapat 4 warna skema warna yang diambil dari proses pembuahan sampai proses sangrai biji kopi, yaitu hijau,merah, abu-abu dan coklat. Ke empat warna tersebut menggambarkan proses dari buah kopi yang belum matang (hijau), buah kopi yang sudah matang (merah), biji kopi yang belum disangrai (abu-abu) dan biji kopi yang telah disangrai(coklat). Adapun warna-warna lain yaitu seperti kuning, dan warna-warna momochrome dari biji kopi lainnya untuk memberikan kesan hangat. Rekomendasi Warna Pada Museum Kopi : Nama
Kombinasi
Ruang
warna
Efek
Saran
Warna
pada
museum Kopi Lobby
Putih,
coklat, -Memberikan
dan hijau
tidak
kesan - Dinding monotonn
:
menggunakan
warna coklat atau turunannya
bersih dan menyatu
untuk
dengan alam.
welcoming
mendapatkan dan
kesan
diberikan
aksen warna hijau sebagai - Suasana yang ramah -Tidak
menimbulkan
rasa bosan
kesan yang natural dan santai. - Ceiling : putih, memberikan kesan bersih dan luas. - Lantai : menggunakan warna yang tidak terlalu berat sperti kream dan coklat kayu untuk menciptakan suasana yang ramah.
Area
Kombinasi
Pamer
antara
warna
-Memberikan santai
dan
kesan -Dinding : coklat dikombinasi merasa
kan
dengan
abu-abu
coklat, abu-abu,
kan sensasi seperti di
hitam,
hijau,
alam perkotaan
perkotaan yang santai dan
merah,Biru dan hitam
dan -Suasana yang tenang, santai
dan
tidak
menimbulkan
rasa
bosan
memberikan
dan
aksen
merah
kesan
yang
didominasi hijau dan biru yang
tidak
membuat
terlalu ruang
mempunyai cerita.
berat teras
143 -Ceiling : Putih, hitam, untuk memberikan
kesan
tenang
dan mengikuti alur crita. -Lantai : Coklat muda, agar lebih dinamis dan tidak kaku merasa sperti berada di alam bebas. Caffe
Kombinasi
- Suasana
warna coklat tua
yang - Dinding
nyaman
aksen merah
warna
hitam
kesan
alami
yang santai dan aksen merah - Cozy
dan
tidak
membosankan
dan - Memberikan
kuning
coklat,
memberikan
dan turunannya serta, hitam dan
:
dan
kuning
memberikan
kesan Hangat, luwes tapi rasa
tidak menghilangkan kesan
tenang, santai untuk
elegan yang modern dari
berlama-lama
perkotaan.
dan
berkumpul,dinamis dan
tidak
terlalu
- Ceiling : putih memberikan kesan luas dan bersih.
informal. - Lantai : abu-abu kehitaman memberikan kesan kuat pada lantai.
Office
Putih,
Coklat, - Memberikan
hijau dan cream.
tenang
kesan - Dinding : coklat dan warna dan
turunannya
dikombinasikan
menambahkan tingkat
warna hitam agar memberi
konsentrasi
kan kesan nyaman dan tidak terlalu
-Tidak
menimbulkan
rasa bosan - Suasana nyaman dan menyenangkan
formal,
hijau
menambah ketenangan dan dan meningkatkan daya fikir yang baik. Cream sebagai aksen tambahan agar ruangan menjadi terasa lembut. - Ceiling : putih membuat kesan luas dan bersih
144 - Lantai : kream, coklat kayu.
(Tabel 4.1 : Tabel Rekomendasi warna pada museum kopi Indonesia)
4.5
Konsep Pencahayaan Pencahayaan dalam museum menggunakan pencahayaan buatan, pencahayaan alami sangat sedikit digunakan guna untuk menjaga dan melindungi bendabenda koleksi museum terhadap sinar ultraviolet yang di pancarkan oleh sinar matahari langsung. Konsep pencahayaan pada koleksi :
-
Untuk area display koleksi perlu memperhatikan kualitas cahaya yang sesuai dengan kebutuhan manusia dan juga unsur estetika dalam ruangan. Pencahayaan pada ruang pamer museum menggunakkan pencahayaan yang sifatnya umum (general Ligthing) dan pencahayaan yang sifatnya pencahayaan khusus. 1. Untuk benda koleski yang dipamerkan menggunakan pencahayaan khusus, pencahayaan khusus yang digunakan adalah sebagai berikut : • Recessed Down light, digunakan untuk pencahayaan benda koleksi yang tidak tertutup kaca yang diletakan pada pedestal, serta benda koleksi yang dipamerkan pada display kolom. Untuk down light menggunakan jenis lampu hallogen 20 watt dengan diameter armatur 15 cm , alumunium reflektor
(Gambar 4.5 : Recessed Down Light) Sumber : Internet
145
• Recessed Wallwasher, digunakan untuk pencahayaan benda koleksi dalam vitrin, sehingga cahaya tidak dapat dipantulkan olek kaca vitrin yang akan mengakibatkan silau mata. Menggunakan Hallogen 20 watt, alumunium reflector warm light dengan diameter armatur 10 cm.
(Gambar 4.6 : Recessed Wallwasher) Sumber : Internet
• Spotlight/lampu sorot, digunakan untuk menyinari ruang pameran dan menyinari benda-benda tertentu yang hendak diekspos. Seperti foto dan lukisan. Jenis penyinaran , fleksibel dan dapat diarahkan kebidang yang dikehendaki. Memberikan kesan menarik pada benda yang disinari, karena fleksibel maka penyinarannya dengan mudah dapat diubah-ubah dan dapat menimbulkan akses yang khas.
(Gambar 4.7 : Spotlight / lampu sorot) Sumber : Internet
• LED flexible Strip Light Digunakan untuk pencahayaan benda koleksi dalam vitrin, kemudian ditutupi dengan akrilik putih sehingga cahaya tidak dapat dipantulkan oleh kaca vitrin yang akan mengakibatkan silau mata.
146
(Gambar 4.8 : LED flexible Strip Light) Sumber : Internet
• LED Wall Washer dan LED flexible strip Light digunakan untuk pencahayaan yang sifatnya general. Diletakkan pada dinding dan kolom.
(Gambar 4.9 : LED Wall Washer) Sumber : Internet
Uplight yang mengarah dari bawah ke atas, digunakkan untuk koleksi stand on floor dengan menggunakkan lampu Light Emitting Diode (LED). Berguna sebagai flow pengunjung pada saat memasuki ruangan. Selain itu LED juga sangat ramah lingkungan karena lampu berjenis Led bebas dari merkuri. dan Lampu Led biasanya lebih awet dari pada jenis lampu
lainnya.
Selain
Hemat
Energi
Lampu LED juga
tidak
memancarkan sinar UV. Lampu LED juga dapat memberikkan kesan nyaman pada ruangan dengan variasi warna membuat ruang menjadi dinamis. 2. Untuk Pencahayaan yang sifatnya general menggunakan pencahayaan menyebar dengan menggunakan recessed Fluorenscent :
2 x 18 watt,
menggunakan reflektor warna putih natural. Penggunaan reflector ini untuk menghindari batas kesilauan dan energi yang terbuang relatif sedikit.
147
4.6
Konsep Pengawaan Penghawaan dalam museum kopi Indonesia menggunakan penghawaan buatan
berupa
AC
central.
Pemilihan
sistem
penghawaan
dengan
mempertimbangkan penggunaan dan pengaturan kondisi suhu ruang supaya sirkulasi udara dalam ruangan tetap konstan, teratur sehingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung. AC central yang telah terintegrasi dengan dehumidifier dimaksudkan agar kelembaban ruangan selalu terjaga. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelembaban yang berlebihan pada ruangan yang nantinya akan berpengaruh negatif pada barang-barang yang disimpan di museum. kontrol penghawaan, Suhu udara yang dianjurkan adalah 24 C° sampai 26 C°. dengan kelembaban 60 -70 %. Pengontrolan penghawaan dilakukan 2- 3 kali sehari oleh bagian koleksi dan perawatan. Alat pengontrol penghawaan disebut termohidrograf, diletakan disetiap ruang pamer.
4.7
Konsep akustik ruang Untuk memperoleh derajat reduksi bising yang diinginkan maka tindakan yang dilakukan adalah memberikan lapisan akustik. Akustik dapat mengatasi masalah yang berhubungan langsung dengan desain interior, antara lain tingkat kejelasan percakapan dengan latar belakang suara, perlindungan privacy ruang, tingkat bunyi yang berlebihan dalam situasi tertentu. Dalam perancangan interior sebuah museum diciptakan suasana yang tenang agar pengunjung dapat menikmati, mempelajari, membaca dan merenungkan peninggalan kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, perlunya bahan penyerap bunyi dalam jumlah yang cukup untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan didalam ruang. Bahan-bahan penyerap bunyi dalam rancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising yaitu bahan berpori, penyerap panel atau penyerap selaput dan resonator rongga ini diterapkan pada elemen interior museum yaitu dinding dan lantai. Pada dinding menggunakan dasar semua bahan berpori yaitu terdiri dari rangka kayu, papan serap ( fiber board ), busa polyurethane. Pada lantai juga digunakan akustik penyerap bunyi dan kebisingan di udara yang ada di dalam ruang. Maka
148
material yang digunakan terdiri dari papan gips, batang berpegas, selimut isolasi, batang baja dan kayu lapis bantalan. Selain itu pengurangan kebisingan pada setiap area publik atau ruang pamer tetap dan temporer dapat dimanipulasikan dengan memperdengarkan musikmusik klasik yang mengalun lewat sound system tertentu. Penggunaan musik akan memberikan kenyamanan secara psikologis dan emosional, serta dapat mengurangi suasana dan keadaan yang monoton. 4.8
Konsep Keamanan dan Signage 1. Sistem keamanan yang diterapkan pada museum kopi Indonesia agar terciptanya keamanan benda koleksi museum, pengelola museum dan pengunjung, maka keamanan terbagi tiga bagian, yaitu : • Sistem keamanan terhadap kebakaran - Detektor panas derajat rata-rata. - Detektor asap dengan cara ionisasi, digunakan pada ruang saluran AC, tangga dan saluran pipa. • Penempatan pintu darurat yang menghubungkan ruangan dengan daerah yang diperkirakan aman. • Sistem pemadam kebakaran Menggunakan fire hydrant dengan meletakannya pada area yang mudah untuk dilihat dan menggunakan jenis buih, digunakan untuk kebakaran besar didalam ruang pameran sedang untuk bagian luar digunakan spingkler otomatis. • Sistem keamanan terhadap bahaya pencurian tingkah laku pengunjung, - Pengadaan pos pengawasan dalam ruang pamer - Penggunaan Closed Circuit TeleVision (CCTV), sehingga terhindarnya benda koleksi dari tindak pencurian. • Sistem keamanan dari gangguan manusia, kondisi cuaca serta gangguan serangga - Penggunaan pembatasa keamanan pada media penyimpanan, ada dua jenis pembatas yaitu semu dan tidak semu. Salah satu pembatas semu
149
dengan menggunakan perbedaan pola dan ketinggian lantai pada area perletakkan media penyimpanan benda koleksi. - Pembatas semu menggunakan pembatas seperti kaca yang dapat terlihat jelas oleh pengunjung, dan untuk mengamankan benda koleksi lain berukuran besar menggunakan tali pembatas atau pagar untuk membatasi ruang gerak pengunjung. - Mengatasi gangguan kondisi cuaca untuk material yang bersifat organik menggunakan suhu yang sesuai dengan objek yang dipamerkan. - Menghindari dari serangan serangga yaitu dengan cara fumigasi menggunakan gas pembasmi serangga. 2. Signage : Petunjuk
Informasi
Uuntuk
pengunjung dibuat agar pengunjung
mengetahui petunjuk untuk memperoleh informasi yang jelas. Sangat pentingnya informasi dimuseum maka disetiap koleksi diberikan label keterangan. Petunjuk informasi dapat dibuat dengan penambahan lampu agar pengunjung meyadari adanya petunjuk arah dan iformasi yang mereka inginkan. Selain itu di sediakan pula lcd monitor untuk petunjuk informasi.
(Gambar 4.10 : Signage) Sumber : Internet