BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal) Pada kondisi pra siklus dilakukan pengamatan pada pembelajaran IPA yang berlangsung. Pengamatan yang dilakukan mendasarkan pada lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap siswa tentang rasa keingin-tahuannya, keterbukaan terhadap
pengalaman dan mau
menerima resiko. Oleh karena pada kondisi pra siklus ini, belum ada tindakan yang diberikan maka pengamatan terhadap rasa keingin-tahuan siswa, diamati dari respon siswa terhadap apa yang diberikan oleh guru baik guru menjelaskan materi maupun guru memberi tugas, seperti adanya pertanyaan dari siswa kepada guru, kesediaan siswa mencatat penjelasan guru tanpa diminta guru, kesediaan siswa mengerjakan tugas dari guru. Sedangkan pengamatan terhadap keterbukaan terhadap pengalaman melalui adanya tanggapan siswa atas penjelasan guru dan berani menerima resiko diamati melalui kesediaan menjawab pertanyaan guru. Pengamatan tersebut tetap dilakukan meskipun pembelajaran yang terjadi tanpa ada tindakan yakni menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan menyampaikan materi. Pembelajaran berlangsung secara konvensional, artinya pembelajaran berpusat pada guru. Target guru adalah menyampaikan materi sampai selesai, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru. Seluruh waktu didominasi oleh guru. Hanya sesekali saja, guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pembelajaran berjalan dari atas ke bawah (dari guru ke siswa) atau
dengan kata lain komunikaksi searah, yang
menyebabkan interaksi antara siswa dan guru menjadi terbatas. Dalam pembelajaran seperti ini, kreativitas
siswa tidak dipacu untuk
dikembangkan, sehingga siswa seperti dianggap benda mati yang tidak dapat menimbulkan inisitif dan mengembangkan kreativitasnya. Apalagi apabila guru tidak dapat mengajar di kelas, siswa diberi tugas untuk dikerjakan. Siswa belajar sendiri di dalam kelas, jarang sekali guru mendampingi siswa, ditambah lagi tanpa ada contoh penyelesaian permasalahan. Kondisi belajar seperti ini, berdasarkan pengamatan di
37
lapangan menunjukkan bahwa ada kreativitas dari siswa, namun persentasenya kecil yakni sebesar 10 %. Secara rinci hal ini dijelaskan melalui tabel 4.1 tentang distribusi kreativitas belajar siswa berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus
Ketersediaan Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
Ada Tidak Ada. Jumlah
F 2 18 20
Aspek Kreativitas 2.Keterbukaan 3. Mau menerima terhadap resiko pengalaman F % F % 2 10 2 10 18 90 18 90 20 100 20 100
% 10 90 100
Berdasarkan hasil penelitian pada pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang, sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012, kreativitas siswa diamati dengan ada tidaknya kreativitas siswa yang meliputi aspek rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman dan mau menerima resiko adalah hanya ada 2 siswa (10 %) dari seluruh siswa yang ada yang berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau tidak jelas (aspek ingin tahu). Dalam hal ini, siswa yang lain diam saja. Sedangkan aspek keterbukaan terhadap pengalaman yang nampak pada tanggapan siswa terhadap pertanyaan guru atau respon siswa terhadap penjelasan guru, hanya ditunjukkan oleh 2 orang saja (10 %). Begitu juga aspek toleransi terhadap resiko yakni keberanian dalam menjawab pertanyaan guru, juga ditunjukkan oleh 2 orang saja atau 10 % dari seluruh siswa yang ada. Distribusi kreativitas belajar siswa tersebut di atas, apabila di gambar melalui diagram ditunjukkan melalui gambar 4.1 di bawah ini. Nampak jelas sekali, tingkat kreativitas belajar siswa yang dapat dicapai melalui pembelajaran konvensional dengan metode pembelajaran ceramah, yang sangat rendah. Kreativitas siswa tidak dapat dikembangkan melalui penggunaan ceramah penuh oleh guru. Pendekatan pembelajaran inkuiri tidak dilaksanakan dalam pra siklus.
38
Gambar 4.1 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Pada Kondisi Prasiklus 4.2 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 1 4.2.1 Perencanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang diberikan dalam siklus 1 terdiri dari 3 tahapan yaitu; 1) perencanaan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation), dan 3) refleksi (reflection). Dalam perencanaan pembelajaran telah didesain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang dilakukan dalam siklus 1 adalah: 1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa berupa menyiapkan materi pelajaran dengan diawali berdoa, mengabsen siswa dan membentuk kelompok terdiri 4 siswa. 2. Guru merumuskan tujuan pembelajaran. 3. Menyiapkan masalah materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi yang akan dipecahkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. 4. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan (contoh pengaruh angin terhadap gerak benda )
39
5. Menyiapkan RPP. RPP dirancang dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung 70 menit (2 X 35 menit). Dalam RPP terdapat 2 lembar kerja siswa (LKS), butir soal tes formatif 1, yang semuanya disajikan dalam lampiran 1. 6. Membuat lembar observasi kreativitas siswa untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas, disajikan dalam lampiran 2. 7. Membuat lembar evaluasi untuk melihat hasil belajar yang dilakukan. 4.2.2
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah tersusun dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan mengembangkan kreativitas siswa, yaitu: 1. Membuka pelajaran Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, dengan diawali mengucapkan salam, mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. 2. Apersepsi Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon. Guru menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak. Guru memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting. Kemudian guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin. Guru memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina terhadap gerak ranting. 3. Pembentukan kelompok Pada tahap ini siswa membentuk kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dalam kelompok, siswa diminta untuk merumuskan permasalahan yang terkait dengan energy angin. Guru memberi skor kepada siswa yang dapat merumuskan apakah energi angin dapat menyebabkan gerak benda. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menentukan alat dan bahan untuk membuat baling-baling dari kertas. Bagi kelompok yang telah selesai dalam menentukan alat dan bahan diberi skor. Guru meminta siswa untuk membuat baling-baling. Siswa
40
membuat baling-baling dan bekerja sama dalam kelompok. Siswa yang telah selesai baling-balingnya, diberi skor oleh guru. 4. Penemuan Siswa menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas dengan mendemonstrasikan cara kerja baling-baling, siswa yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru memberi skor kepada siswa yang paparan dan memberi tanggapan. 5. Membuat kesimpulan Siswa secara bersama-sama dalam kelas membuat kesimpulan dan diberi skor oleh guru. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh observer. Observer dalam penelitian dilakukan oleh teman sejawat. Hasil penelitian menunjukkan adanya distribusi kreativitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri yang dapat ditunjukkan melalui tabel. 4.2 di bawah ini Tabel. 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1
Ketersediaan Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
Ada Tidak Ada. Jumlah
F 16 4 20
Aspek Kreativitas 2.Keterbukaan 3. Mau menerima terhadap resiko pengalaman F % F % 15 75 17 85 5 25 3 15 20 100 20 100
% 80 20 100
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran pra siklus, yakni rasa ingin tahu mencapai 80 %, keterbukaan terhadap menerima resiko 85 %.
pengalaman mencapai 75 % dan mau
Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa
menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka
41
aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling. Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 1 ini ditunjukkan melalui gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 1 4.2.3 Refleksi Siklus 1 Berdasarkan hasil observasi implementasi RPP menunjukkan adanya peningkatan kreativitas belajar, namun belum maksimal karena belum dapat mencapai skor yang diharapkan diharapkan. Ada beberapa penyebab kenaikan kreativitas belajar IPA siswa kelas IV SD pada siklus 1, meskipun telah menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri, antara lain: 1. Guru kurang mengorganisasi kelas dan ketika siswa belajar secara berkelompok tanpa ada bimbingan dari guru. 42
2. Guru terlalu cepat menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik. 3. Guru sudah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran namun belum optimal . 4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa. 5. Belum adanya diskusi antara siswa dan guru. Kekurangan-kekurangan tersebut diperbaiki dalam siklus 2. yakni: 1. Guru harus dapat mengorganisasi kelas dengan baik. 2. Kegiatan belajar siswa ada pendampingan dari guru 3. Guru memberikan penjelasan dengan baik 4. Guru menggunakan alat peraga yang maksimal, memberikan penguatan dalam pembelajaran 5. Guru memberikan pengarahan dengan berdiskusi dengan siswa 6. Guru memberikan penghargaan dalam pembelajaran. Refleksi dari hasil kreativitas menunjukkan peningkatan yang signifikan disbanding dengan adanya kreativitas pada pra siklus. Kenaikan itu secara rata-rata mencapai 70 % dari seluruh siswa yang ada, berarti menyangkut 14 siswa dari 20 siswa yang ada. Kenaikan kreativitas yang sungguh bermakna. Oleh karena itu, dalam siklus ke 2 diadakan pemantapan terhadap pelaksanaan pendekatan pembelajaran inkuiri dengan mengembangkan kreativitas siswa, agar siswa dapat menemukan sendiri. 4.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2 4.3.1 Perencanaan Tindakan Dalam siklus 2 ini terdiri dari 2 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung 70 menit (2 X 35 menit). Perencanaan yang dilakukan seperti pada perencanaan siklus 1, namun untuk merencanakan bentuk kegiatan dalam pemberian tindakan mendasarkan pada hasil refleksi siklus 1 yakni RPP dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dan mengembangkan kreativitas siswa dan lembar observasi guru dan siswa, serta lembar LKS. RPP disajikan dalam lampiran 2, lembar observasi lampiran 3 dan 4.
43
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Dalam pelaksanaan tindakan ini, siswa menyelesaikan materi belajar sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai secara berkelompok. Pembelajaran dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Membuka Pelajaran Dalam mengorganisasi kelas. Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan mengatur suasana kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. 2. Apersepsi Pada tahap ini guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati gerak ranting pohon. Guru memberi skor kepada siswa yang mengamati pohon. Guru menanyakan kepada siswa, apa yang menyebabkan ranting pohon bergerak. Guru memberi skor kepada siswa yang menemukan penyebab gerak ranting. Kemudian guru menanyakan gerak benda apa saja yang dipengaruhi oleh angin. Guru memberi skor kepada siswa yang mengetahui pengaruh energi angina terhadap gerak ranting. 3. Pembentukan kelompok Pada tahap ini siswa membentuk kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa diminta belajar secara berkelompok. Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatankegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, yakni upaya penentuan alat dann bahan untuk membuat parasut dan membuat parasut. 4. Penemuan Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas serta mendemonstrasikannya, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat juga mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami topik yang sedang dipelajari. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat kesalahan. Guru mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga
44
mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami dan topik yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 yang dilakukan di SDN Tumbrep 02 Bandar Batang, menunjukkan bahwa kenaikan kreativitas siswa terlihat signifikan. Pemantapan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus 2 yakni dimulai dengan guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar secara
kelompok. Dalam mengorganisasi kelas, nampak guru melakukan
pendampingan ke kelompok-kelompok. Observasi terhadap tindakan siklus 2 dilakukan selama proses pembelajaran
dilaksanakan oleh observer yaitu teman
sejawat, yaitu guru yang mengajar di kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang. Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan bahwa tahapan-tahapan inkuiri telah dilaksanakan oleh guru sesuai dengan rencana yang tertuang dalam RPP IPA tentang Pengaruh angin terhadap gerak suatu benda. Tahapan-tahapan pendekatan inkuiri itu meliputi tahap orientasi, tahap verifikasi, tahap eksperimentasi, tahap merumuskan peristiwa yang terjadi dan tahap analisis proses penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kreativitas belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri secara terperinci dapat ditunjukkan dalam tabel 4.3 berikut ini Tabel. 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2
Ketersediaan Kreativitas
1. Rasa ingin tahu
Ada Tidak Ada. Jumlah
F 18 2 20
Aspek Kreativitas 2.Keterbukaan 3. Mau menerima terhadap resiko pengalaman F % F % 18 90 19 95 2 10 1 5 20 100 20 100
% 90 10 100
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan adanya kenaikan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri dibandingkan pada pembelajaran siklus 1, yakni rasa ingin tahu mencapai 90 %, keterbukaan terhadap pengalaman juga mencapai 90 % dan
45
mau menerima resiko 95 %. Rasa ingin tahu tersebut nampak melalui indikator siswa menyimak pohon, siswa menemukan penyebab gerak ranting, siswa mengetahui pengaruh energi angin terhadap gerak baling-baling dan siswa dapat merumuskan masalah angin dan gerak. Ternyata jika siswa melakukan pengamatan sendiri, maka aktivitas yang diminta oleh guru dapat dilakukannya dengan baik, dan nampak rasa keingin-tahuan terhadap gerak benda dan angin sangat besar. Begitu pula toleransi terhadap resiko nampak pada keberanian siswa dalam menentukan alat dan bahan untuk membuat baling-baling dan keberanian siswa untuk membuat baling-baling. Keadaan ini, terbukti bahwa siswa juga dapat bekerja bersama dengan kelompoknya. Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan, nampak pada keberanian siswa untuk mendemonstrasikan baling-baling dan mendiskripsikannya serta keberanian untuk membuat kesimpulan. Jadi aktivitas yang diberikan kepada siswa, dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. Untuk itu, lebih jelas lagi, deskripsi kreativitas pada siklus 2 ini ditunjukkan melalui gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Siklus 2
46
4.3.3 Refleksi Siklus 2 Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan kreativitas belajar yang sudah optimal. Kenaikan kreativitas dibanding dengan peningkatan kreativitas dari pra siklus ke siklus 1 lebih besar daripada kenaikan kreativitas dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dipahami, bahwa pada siklus 1 merupakan pemberian tindakan yang benar-benar baru, sementara pada siklus ke 2, pemberian tindakan sudah mengulang, sehingga kreativitas yang dikembangkan tidak dapat mencapai maksimal. Dengan demikian, diperlukan pemberian motivasi yang lebih serius terutama kepada dua siswa yang belum kreatif. Ada beberapa penyebab kenaikan kreativitas belajar, antara lain: 1. Guru sudah mengorganisasi kelas, siswa belajar secara berkelompok tanpa ada bimbingan. 2. Guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dengan cermat dan teliti, sehingga siswa dapat melaksanakan tugas dengan baik. 3. Guru memberikan penguatan kepada siswa. Refleksi kreativitas berdasarkan lembar observasi menunjukkan hasil yang baik dan menggembirakan, meski belum mencapai 100% seluruh siswa kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa kurang optimal pada materi pengaruh energi angin terhadap gerak benda terutama dalam pembuatan parasut. Masih ada 2 siswa atau 1 siswa saja yang tidak optimal terhadap rasa ingin-tahu, toleransi terhadap pengalaman dan mau menerima resiko. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan temuan observasi baik observasi dari penskoran kreativitas siswa, maupun observasi dari implementasi RPP, yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan, terbukti menunjukkan ada perubahan kreativitas belajar terhadap jumlah siswa yang signifikan dengan mengembangkan kreativitas siswa yang di desain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dalam IPA pada setiap siklusnya. Hasil observasi implementasi RPP menunjukkan, bahwa guru telah memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, siswa diminta belajar secara berkelompok, guru
47
sudah menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, guru mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topic. Siswa sudah memulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan, siswa aktif bekerjasama dengan teman dalam kelompok, guru memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa, beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami topik yang sedang dipelajari. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya dan memperbaiki, guru mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa mengajukan permasalahan atau pertanyaan, guru menilai atau melakukan evaluasi belajar tentang materi yang dipelajari. Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dari keadaan pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini. Tabel. 4.4 Perbandingan Distribusi Kreativitas Belajar Siswa Antar Siklus Keters ediaan Kreativ itas Ada Tidak Ada Jumlah
Aspek Kreativitas 2.Keterbukaan terhadap pengalaman
1. Rasa ingin tahu
3. Mau menerima resiko
Pra Siklus
Siklu s1
Siklus 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
10
80
90
10
75
90
90
20
10
90
25
10
10 90
85 15
95 5
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Besarnya skor kreativitas belajar pada pra siklus untuk ke 3 aspek masing-masing 10 %. Keadaan ini mengalami perubahan, yakni terjadi kenaikan yang drastis mulai dari siklus 1 untuk ke 3 aspek yakni 80 %, 75 % dan 85%. Sedangkan pada siklus 2 untuk ke 3 aspek tersebut naik menjadi 90 % , 90 % dan 95 %. Persentase kenaikan kreativitas nampak pada skor 1 terendah adalah keterbukaan yang mencapai 75 % dan skor tertinggi mencapai 85 % yakni mau menerima resiko. Kenaikan yang tinggi pula dalam siklus 2, dengan kenaikan terendah 90 dan teringgi 95 %. Adanya kreativitas yang muncul ini
48
disebabkan diterapkannya pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan sebuah pembelajaran yang menekankan pada penemuan, sehingga proses pembelajarannya dimulai dari tahap orientasi yakni melakukan pengamatan, mencari penyebab benda bergerak berarti disini siswa sudah berupaya untuk menemukan, menjawab permasalahan pengaruh angina terhadap gerak benda apa saja berarti siswa harus kreatif menemukan jawaban itu, membuat rumusan masalah, menentukan
alat
dan
bahan,
melakukan
percobaan,
menjelaskan
dan
mendemonstrasikan hasil percobaan dan membuat kesimpulan. Langkah-langkah inilah yang mendorong siswa untuk kreatif dalam menemukan dan mencari. Jadi penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terbukti dapat mengembangkan kreativitas siswa, hal ini sejalan dengan Sullivan, Florence R dalam penemuan penelitian mengatakan bahwa terdapat 4 aspek yang terbukti sangat penting dalam pengembangan kreatifitas siswa dapat tercapai dalam pembelajaran inkuiri. Di samping iitu, Longo juga menunjukkan penemuannya dari hasil penelitiannya yang dilakukan, dengan membuktikan bahwa metode inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan kreatifitasnya.
49