perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL Salah satu aspek K3 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta adalah perencanaan dan pelaksanaan sistem tanggap darurat. Hal ini yang mendasari Rumah SakitPKU Muhammadiyah Surakarta untuk mengendalikan dan mencegah kemungkinan terjadinya kondisi darurat, yang meliputi terjadinya kecelakaan kerja, kerusakan prasarana, terhentinya proses produksi serta kerugian materi maupun non materi lainnya. Hasil observasi yang diperoleh berkaitan dengan Sistem tanggap darutrat yang telah diimplementasikan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta meliputi: 1. Area yang Berpotensi Memiliki Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Penetapan area yang memiliki potensi bahaya kebakaran di atur dalam Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Nomor : 55/SK/RS.PKU/2014 Tentang Penetapan Tempat atau Daerah Beresiko di Lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Area yang memiliki potensi bahaya kebakaran tersebut meliputi : a. Instalasi Gizi b. Instalasi Loundry c. Genset d. Instalasi Farmasi e. Instalasi Oksigen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
f. Laboratorium
2. Kebijakan Sitem Tanggap Darurat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Kebijakan sistem tanggap darurat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
dimuat
dalam
Surat
Keputusan
Direktur
Rumah
Sakit
PKU
Muhammadiyah Surakarta Nomor : 1529/SK/RS.PKU/XII/2013 tentang Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja Tahun 2013 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kebijakan tersebut disusun oleh Ketua P2K3, anggota P2K3 dan perwakilan manajemen fungsionaris rumah sakit. Kebijakan initelah ditandatangani dan mendapatkan persetujuan dari dewan direksi.Kebijakan tanggap darurat ini mengatur danmengintruksikan kepada semua pihak yang meliputi pekerja, pasien dan pengunjung rumah sakit untuk lebih tanggap dan siapsiaga terhadapsegala kemungkinan yang timbul akibat paparan dari sumber bahaya potensial ditempat kerja.Manajemen dan kebijakan prosedur tanggap di rumah sakit ini, merupakan kebijakan internal rumah sakit dan berlaku dalam ruang lingkup rumah sakit. 3. Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Tim) a. Tim
tanggap
darurat
penanggulangan
Muhammadiyah Surakarta terdiri dari : a) Direktur b) Dinas jaga c) Instalasi Pemeliharaan Sarana ( IPS ) commit to user
kebakaran
Rumah
Sakit
PKU
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
d) Satpam e) Petugas unit kerja, yaitu petugas tanggap darurat di setiap ruangan yang bertugas sesuai dengan shift kerja. b. Peran dan tanggung jawab tim tanggap darurat ini adalah: a) Melakukan
koordinasi
dengan
anggota
tim
untuk
menanggulangi
danmenangani keadaan darurat (kebakaran, peledakan furnace, tumpahan bahanberbahaya dan beracun, isolasi lingkungan). b) Memberikan pertolongan dan evakuasi korban. c) Melakukan
komunikasi
efektif
dengan
pihak
berwajib,
serta
kebakaran,
serta
melakukanpemulihan (rehabilitasi) lingkungan. c. Uraian Tugas 1) Direktur bertugas : a) Memimpin
dan
mengendalikan
penanggulangan
memerintahkan untuk membunyikan tanda bahaya b) Segera melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas
Pemadam
Kebakaran, Kepolisian dam Pemda c) Memberitahukan kejadian kebakaran ke unit kerja yang lain ( IPS dan SATPAM ) d) Menentukan tempat evakuasi pasien, dokumen dan peralatan 2) Dinas Jaga bertugas : a) Memerintahkan untuk membunyikan tanda bahaya kebakaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
b) Memimpin dan mengendalikan penanggulangan kebakaran yang terjadi di luar jam kerja. Setelah Direktur datang, tugas ini di serahkan kepada Direktur. c) Segera melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran, Kepolisian dam Pemda d) Memberitahukan kejadian kebakaran ke unit kerja yang lain ( IPS dan SATPAM ) e) Menentukan tempat evakuasi pasien, dokumen dan peralatan 3) Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) bertugas : a) Setelah menerima pemberitahuan atau mengetahui adanya kebakaran segera memeriksa aliran listrik b) Memadamkan api dengen menggunakan alat pemadam api yang ada c) Melaksanakan kegiatan dan usaha dalam bidang tugasnya agar kebakaran tidak meluas d) Mengecek semua alat pemadam api, menyiapkan serta membawanya ke lokasi kebakaran. 4) SATPAM bertugas a) Memadamkan api di lokasi kebakaran dengan mempergunakan alat pemadam api yang ada b) Menyiapkan alat pemadam api dan membawanya ke lokasi kebakaran c) Melaksanakan kegiatandan usaha agar kebakaran tidak meluas d) Melakukan pengawasan di lokasi kebakaran agar usaha pemadaman api berjalan lancar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
e) Mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan mendekati lokasi kebakaran f) Satu orang ditinggalkan di unit kerja atau pos masing-masing untuk mengawasi keamanan dan ketertiban di lingkungan unit kerja masingmasing. g) Sisanya dikerahkan untuk membantu memadamkan api dilokasi kebakaran dan mengamankan jalan untuk evakuasi 5) Petugas Unit Kerja di lokasi kebakaran ( Perawat, petugas dministrasi, dan petugas lain ) bertugas : a) Melaporkan kejadian kebakaran kepada Tim Pengendali ( IPS dan SATPAM) b) Memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam yang ada atau tersedia c) Mengevakuasi pasien, dokumen fan peralatan rumah sakit serta barang milik pasien d) Melaksanakan kegiatan dan usaha dalam bidang tugasnya agar kebakaran tidak meluas. 6) Petugas Unit Kerja di sekitar lokasi kebakaran bertugas: a) Mengevakuasikan pasien, dokumen dan peralatan rumah sakit yang di pandang perlu b) Menyingkirkan barang-barang yang mudah terbakar c) Membantu mengatasi kebakaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
7) Petugas Unit Kerja di luar lokasi bertugas : a) Meninggalkan beberapa petugas untuk mengawasi ketertiban dan menjaga pasien diunit kerja masin-masing agar tidak panik b) Menyiapkan tempat tidur pasien di unit kerja masing-masing agar sewaktu-waktu diperlukan dapat menampung paien yang dievakuasi dari tempat kebakaran c) Perawat dan petugas administrasi lainnya dikirim kelokasi kebakaran untuk membantu evakuasi paien, dokumen dan peralatan rumah sakit
4. Sarana Prasarana dan Fasilitas Penunjang Kedaruratan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah menyediakan sarana prasarana danfasilitas penunjang kedaruratan. Sebagai penunjangproses penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat (emergency) yangterjadi dirumah sakit. Beberapa fasilitas penunjang sistem kedaruratan di Rumah Sakit ini adalah: a. Peralatan Pemadam Kebakaran 1) Alat Pemadam Kebakaran Portabel Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) diatur dalam Surat Keputusan Direktur Nomor 426/SK/RSPKU/X/2013 tentang Kebijakan Pelayanan K3. a) Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta 1.
Alat Pemadam Api Sederhana Antara lain Pasir, karung goni, dan lain-lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Alat Pemadam Api Air Alat api ini pada dasarnya adalah tabung yang berisi air dan diberikan tekanan dengan pompa udara, gas CO2 atau gas N2 di dalam cartridge atau langsung di dalam tabung itu sendiri. 3. Alat Pemadam Api Serbuk Kimia Kering Bahan pemedam api yang dipergunakan adalah sari serbuk kimia kering yang diisikan di dalam tabung dan didorong keluar oleh tekanan gas CO2 atau N2. Cara kerjanya adalah dengan memutuskan rantau reaksi oksidasi, sehingga reaksi oksidasi terhenti dan api padam. 4. Alat Pemadam Api BCF Alat pemadam api ini berisi BCF atau halon 1211, dan bahan kimia terdiri dari bromochiliroci flouro methane. Bahan ini tidak menghantarkan listrik sehingga baik sekali untuk pemadaman api kebakaran listrik. 5. Alat Pemadam Api CO2 6. Alat pemadam api CO2yang setelah memadamkan api, akan menguap dengan sendirinya dan tidak meninggalkan bekas atau kerusakan. 7. Alat Pemadam Api Busa Alat pemadam api yang mengeluarkan busa dengan isi gas CO2 yang dapat menutupi permukaan yang terbakar terutama untuk permukaan minyak yang terbakar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
b) Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta 1. Setiap satu atau kelompok Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 2. Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
disertai dengan
tulisan cara penggunaannya. 3. Tinggi pemberian tanda pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah 125 cm dari dasar lantai. 4. Penempatan antara Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang satu dengan lainnya tidak melebihi 15 meter. 5. Setiap Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dipasang atau ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya c) Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta 1.
Setiap alat pemadam api ringan diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu: a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Pemeriksaan APAR di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dilakukan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS). Cacat pada Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ditemui waktu pemeriksaan, segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat oleh petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS). 2.
Pemeriksaan jangka 6 bulan meliputi : a. Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan mekanik penembus segel. b. Bagian-bagian luar dari tabung tidak cacat termasuk handel dan label selalu dalam keadaan baik c. Pengecekan mulut pancar tidak tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak. d. Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras diluar tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali. e. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
aluminium sulfat diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali. f. Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali. g. Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang kembali. h. Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi 3.
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut: a. Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan; b. Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu; c. Tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bcbas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik e. Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik f. Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat karena karat g. Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik h. Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak dengan baik; i. Lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik j. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. 4. Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti menurut ketentuan sebagai berikut; a. Isi tabung harus diisi dengan berat yang telah ditentukan b. Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu c. Tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh tersumbat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
d. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, harus dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan luas penekan harus da!am keadaan baik e. Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik f. Lapiran pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik g. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya. 5. Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical) dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hatihati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuanketentuan sebagai berikut : a. Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir b. Tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh buntu atau tersumbat c. Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk dan sisi yang tajam d. Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik e. Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat f. Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
g. Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya yang diperiksa dengan cara menimbang. 6.
Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC (Carbon Tetrachiorida) harus diadakan pemeriksaan lebih lanjut sebagai berikut : a. Peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan bahwa pompa tersebut dapat bekerja dengan baik b. Tuas pompa hendaklah dikembalikan lagi pada kedudukan terkunci sebagai semula c. Setelah pemeriksaan selesai, bila dianggap perlu segel diperbaharui.
7. Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun sekali. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di gunakan untuk pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang di adakan oleh P2K3 setiap 1 tahun sekali dengan peserta seluruh karyawan rumah sakit termasuk pekerja outsourching rumah sakit. 8. Untuk alat pemadam api jenis busa dan cairan harus tahan terhadap tekanan sebesar 20 kg per/cm2. 9. Untuk alat pemadam api ringan jenis Carbon Dioxida (CO2) harus dilakukan percobaan tekan dengan syarat: a. percobaan tekan pertama satu setengah kali tekanan kerja b. percobaan tekan ulang satu setengah kali tekanan kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
c. untuk percobaan tekan selanjutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun 10. Apabila alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) setelah diisi dan oleh sesuatu hal dikosongkan atau dalam keadaan dikosongkan selama lebih dan 2 tahun terhitung dan setelah dilakukan percobaan tersebut . 11. Untuk tabung-tahung gas (gas containers) tekanan cobanya harus memenuhi ketentuan 12. Jika karena sesuatu hal tidak mungkin dilakukan percobaan tekan terhadap tabung alat pemadam api, maka tabung tersebut tidak boleh digunakan sudah 10 tahun terhitung tanggal pembuatannya dan selanjutnya dikosongkan. 13. Tabung-tabung gas (gas containers) dan jenis tabung yang dibuang setelah digunakan atau tabungnya telah terisi gas selama 10 (sepuluh) tahun tidak diperkenankan dipakai lebih lanjut dan isinya supaya dikosongkan. 14. Tabung gas (tahung gas containers) yang telah dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dipakai lebih lanjut dimusnahkan. 15. Setiap tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara: a. untuk asam soda, busa, bahan kimia, harus diisi setahun sekali; b. untuk jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus diisi 2 (dua) tahun sekali; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
c. untuk jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen, tabung harus diisi 3 (tiga tahun sekali, sedangkan jenis Iainnya diisi selambat-lambatnya 5 (lima) tahun 16 Alat pemadam api ringan jenis cairan dan busa diisi kembali dengan cara: a. Bagian dalam dari tabung alat pemadam api jenis cairan dan busa (Chemical. Harus dicuci dengan air bersih) b.
Saringan, bagian dalam tabung, pipa pelepas isi dalam tabung dan alat-alat expansi tidak boleh buntu atau tersumbat.
c. Pengisian ulang tidak boleh melewati tanda batas yang tertera. d. Setiap melakukan penglarutan yang diperlukan, harus dilakukan dalam bejana yang tersendiri. e. Larutan
sodium
bicarbonat
atau
larutan
lainnya
yang
memerlukan penyaringan pelaksanaannya dilakukan secara menuangkan kedalam tabung melalui saringan. f. Timbel penahan alat lainnya untuk menahan asam atau larutan garam asam ditempatkan kembali ke dalam tabung. g. Timbel penahan yang agak longgar harus diberi lapisan tipis/petroleum jelly sebelum dimasukan. h. Tabung gas sistim dikempa harus diisi dengan gas atau udara sampai pada batas tekanan kerja, kemudian ditimbang sesuai dengan berat isinya termasuk lapisan zat pelindung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
17. Alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical) harus diisi dengan cara: a. Dinding tabung dan mulut pancar (nozzle) dibersihkan dan tepung kening (dry chemical) yang melekat b. Ditiup dengan udara kering dan kompressor c. Bagian sebelah dalam dari tabung harus diusahakan selalu dalam keadaan kering d) Standar Operasional Prosedur (SOP) Penggunaan APAR 1. Ambil APAR 2. Cek tanggal kadaluarsa (expayed) 3. Cek tekanan manomater (APAR jenis powder) 4. Buka pin pengaman 5. Pegang ujung selang atau noozle arahkan ke area bebas 6. Tekan handle APAR untuk memastikan tekanan APAR 7. Arahkan ujung selang atau noozle ke arah pangkal titik api dengan jarak kurang dari 2 meter 8. Semprot api dengan cara menyapu dan jangan berlawanan dengan arah mata angin. 2) Alat Pemadam Instalasi a. Alat Instalasi Manual a) Hidrant System Hidrant adalah sistem yang menyediakan semprotan air secara manual yang
dilaksanakan
oleh
petugas
commit to user
pemadam
kebakaran
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
memadamkan api kebakaran di dalam gedung. Peralatan ini selalu diperlukan bila peralatan-peralatan otomatis tidak dapat diandalkan untuk pemadaman menyeluruh. Pemasangan hiydrantdi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mengacu pada Surat Keputusan Direktur Pelayanan
Nomor K3
426/SK/RS/PKU/X/2013 dan
Surat
Keputusan
tentang Direktur
Kebijakan Nomor
486/SK/RSPKU/X/2013 tentang Kebijakan Pelayanan Bagian Umum. Dalam klasifikasinya hidrant system dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : 1.
Golongan 1 Sistem ini menggunakan saluran ukuran 2 1/2" dan disediakan khusus untuk orang yang terlatih, seperti petugas-petugas pemadam kebakaran. Untuk gedung yang tidak dipasang spinkler, maka golongan 1 ini dapat dipergunakan untuk pemadaman secara manual. Typenya antara lain : 1) Hidrant pillar Peralatan ini ada dibawah permukaan tanah, dan typenya ada yang type satu saluran dan ada yang dua saluran. 2) Hidrant box Khusus disediakan kran hidrant ukuran 21/2 “ 3) Kran Hidrant Khusus disediakan kran hidrant ukuran 21/2 “
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2.
Golongan 2 1) Sistem
ini
menggunakan
saluran
11/2
“
dan
dapat
dipergunakan oleh penghuni gedung di dalam usaha pertama pemadam kebakaran, sampai kemudian diambil alih oleh petugas pemadam kebakaran yang tiba di tempat tersebut. 2) Sistem ini mempergunakan hoscreel yaitu karet keras ukuran 1” atau 3/4“ dengan panjang 30 meter. Karena kapasitas pancaran air kecil sekali , peralatan ini hanya baik untuk lingkungan gedung-gedung yang sudah dilengkapi dengan sprinkler system, dan sebagainya sebagai sarana pembantu untuk memadamkan api kebakaran yang diluar jangkauan siraman air sprinkle. Karena jumlah pancaran hoscreel ini kecil 3/4 “ – 150 liter/ menit dan 1 – 250 liter / menit, jadi hubungannya dapat di gabungkan dengan pipa tegak dan sprinkler. 3. Golongan 3 Sistem ini adalah gabungan dengan penyedia saluran 1
½
“
dan 2 1/2 “ yang dapat digunakan oleh pengguni gedung dan petugas- petugas terlatih atau dinas pemadam kebakaran. Standar inibiasanya disediakan pada sebuah hidrant box yang besar dan sangat baik untuk dipasang d gedung- gedung bertingkat tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
b. Sumber Air a) Untuk sistem hidrant golongan 1 dan 2, besar kapasitas pompa adalah 1800 liter/ menit untuk jangka waktu selama 30 menit. b) Untuk hidrant golongan 1 dan 3, diperlukan tambahan peralatan, fire departement connection, yang dipasang sedemikian rupa sehingga selang-selang saluran air dapat dipasang dan dipompakan ke pipa tegak. c. Hidrant pillar Peletakan hidrant pillar tidak melebihi 150 meter dan diletakkan didekat dengan persimpangan jalan. d. Monitor nozzles Monitor nozzles diletakkan sedemikian rupa sehingga semua temoat dapat dicapai dengan semprotan air. e. Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan Hidrant 1. Buka pintu hidrant 2. Tarik selang menuju titik api 3. Pastikan selang tidak terlipat 4. Buka atau putar stop kran hidrant 5. Ketika menyemprotkan air ke titik api, pasang nozzle dengan kuat 6. Bila sudah selesai, matikan stop kran dan kembalikan selang ke posisi semula (pastikan tidak ada sisa air di dalam selang) 7. Tutup kembali pintu hidrant
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
3) Alat Pemadam Instalasi Otomatis a. Sistem Sprinkler Api panas akan memecahkan satu atau beberapa buah sprinkler, dan dengan sendirinya air akan memancar keluar dari sprinkler. Pancaran air jumlahnya atau kapasitasnya harus cukup untuk memadamkan api kebakaran, atau mencegah menjalarnya api bila asal mula api itu tidak terjangkau atau tidak dapat dipadamkan dengan air. Air dialirkan ke sprinkler melalui sistem perpipaan yang biasanya digantungkan pada atap- atap dan sprinkle itu sendiri ditempatkan pada jarak tertentu sepanjang pipa tadi. Lubang sprinkle ditutup dengan gelas yang berisi cairan, atau dengan tutup dan bahan logam yang di kencangkan oleh sambungan las yang peka terhadap perubahan temperatur. Sprinkler di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta ini di tempatkan di ruang pertemuan, aula, ruang paien, lorong, setiap selasar. b. Sistem Pemadam Busa Sistem ini terdiri dari sumber air, pompa kebakaran, cairan busa udara, tangki busa dengan proportionernya, pembangkit busa, penyemprot busa, panel pengontrol sistem pemipaan dan kabel-kabel listrik. Campuran busa udara dibuat dengan air yang dialirkan melalui pipa dan secara mekanik campuran ini diaduk dan dicampur dengan udara, didalamnya alat pembangkit busa. Busa-busa yang terjadi dipergunakan untuk menutupi permukaan untuk menutupi permukaan bahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
terbakar, dan terjadi proses pendinginan, dan menutupi sehingga sumber api padam. c. Sistem Pemadam CO2 Tabung CO2 diisi dengan gas yang dicairkan dengan tekanan 73 kg/cm2 pada temperatur 300 C yaitu temperatur kritis dari bahan CO2. Bila CO2 di semprotkan akan segera membuat kabut atau menguap dengan kecepatan peguapan 534 1/Kg gas air, dan uap dapat memadamkan kebkaran dengan cara mencekik dan memisahkan udara dan bahan bakar, serta pendingin. d. Sistem Pemdam Hallon 1301 Hallon 1301 diklasifikasikan sebagai gas yang paling kecil keracunannya dan menurut UL ( Under Writer Laboratory) diberi klasifikasi golongan 6, sama dengan CO2.. Penempatan di ruang Rekam Medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. e. Sistem Pemadaman Serbuk Kimia Kering Serbuk kimia kering adalah bahan yang baik sekali untuk pemadaman benda cair yang mudah terbakar dan juga untuk alat - alat listrik. Dengan sistem pemadaman dapat cepat sekali berlangsung dan dimana peristiwa pembakaran kembali tidak ada. 4)
Peralatan Deteksi Kebakaran Peralatan ini merupakan satu rangkaian peralatan yang membentuk sistem pendeteksi awal kebakaran. Pemasangan alarm kebakaran ini mengacu pada Surat Keputusan Direktur Nomor 486/SK/RSPKU/X/2014 tentang Kebijakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Pelayanan
Umum
dan
426/SK/RSPKU/X/2013
Surat
tentang
Keputusan
Kebijakan
Direktur
Pelayanan
K3.
Nomor Alat-alat
pendeteksi terdiri dari : a. Alat – alat pendeteksi terdiri dari : a) Detektor asap b) Detektor panas c) Detektor temperatur tetap b. Alat penerima isyarat deteksi : a) Panel kontrol alarm b) Ni Cd batterai c) Charging system c. Alat pemberitahu kebakaran : a) Sirine b) Alarm bell c) Telephone d) Lampu tanda bahaya e) Grafic panel f) Panel indicator g) Panel pembantu d. Alat-alat lain yang kemudikan oleh oleh panel kontrol secara otomatis : a) Mematikan AC, foam, exhaust foam b) Menutup pintu asap c) Menjalankan pompa hidrant commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
d) Menjalankan sistem pemadam, hallon 1301, CO
2
, serbuk kimia
kering, sprinkle terbuka, busa, dll. e. Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan alarm kebakaran a) Bila terjadi kebakaran jangan panik b) Ambil APAR terdekat, teriakkan KODE MERAH dan sebutkan lokasi c) Cri tombol alam terdekat, kemudian tekan kaca tertuliskan “BREAK GLASS” pada titik putih sampai kaca pecah atau patah, bel alarm akan berbunyi dan lampu akan berkedip d) Lakukan pemadaman secepatnya dengan menggunakan APAR sehingga api padam atau bantuan datang 5) Jumlah
alat
proteksi
kebakaran
pada
Rumah
Sakit
Muhammadiyah Surakarta a. Jumlah keseluruhan APAR
: 168 unit
b. Sprinkle pada gedung utama dan gedung An Nisa B : 170 unit Sprinkle jenis Termetatic (isi powder) ada 2 di Central O2. c. Smoke Detector 1) Lantai 1
: 43 unit
2) Lantai 2
: 37 unit
3) Lantai 3
: 39 unit
4) Lantai 4
: 39 unit
d. Break glass : 1) Bassment : 1 unit 2) Lantai 1 – 4 masing-masing 1 unit commit to user
PKU
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
e. Hidrant box 1) Bassment : 1 unit 2) Lantai 1 – 5 masing-masing 1 unit f. Hidrant pillar : 2 unit pada gedung utama g. Fire alarm : 15 unit pada gedung lama. 6) Jadwal Pemeliharaan Instalasi Hidrant NO 1
URAIAN Hidrant pilar
JADWAL Setiap 6 bulan
PELAKSANA IPSRS
sekali 2
Sambungan selang
Setiap 3 bulan
IPSRS
sekali 3
Pemipaan
Setiap 6 bulan
IPSRS
sekali 4
Setiap 6
Selang
IPSRS
bulan sekali 5
Setiap 6
Nozel selang
IPSRS
bulan sekali 6
Alat penyimpanan selang
Setiap 6 bulan
IPSRS
sekali 7
Pompa
Setiap 3 bulan commit to user
IPSRS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
sekali 8
Reservior
Setiap 6 bulan
1) Kondisi air di dalam
Kesling
sekali
tangki 2) Katup kontrol 3) Tinggi air 4) Struktur penompang tangga dan platform 5) Sambungan ekspansi (exspantion joint) interior 6) Katup penahan balik (check valve) 7) Alarm tinggi air 8) Indikator tinggi air 9) Katup penahan balik (check valve) 9
Kebersihan
Setiap hari
1) Rumah pompa 2) Ruang pompa 3) Ventilasi 4) Pompa commit to user
Kebersihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
7) Pintu Darurat dan Tanda Petunjuk Jalan Keluar (Emergency Exit ) Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah menyediakan fasilitas petunjuk jalan keluar (emergencyexit signs), yaitu tanda yang bertuliskan EXIT dan peta jalur evakuasi. Tanda EXITdidesain dengan tulisan warna putih, dengan dasar warna hijau. Tanda EXIT initelah terpasang pada setiap pintu keluar, pada bagian atas tandaEXITterpasang lampu pijar warna merah yang menyala terang, penempatannya pun mudahuntuk dilihat. Di area rumah sakit, petunjuk jalan keluar ini ditempatkan di Gedung pertemuan atau rapat, Kantor Administrasi, koridor, gedung rawat inap, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan suapaya tenaga kerja, pasien dan pengunjung yang berada di tempattersebut tidak mengalami kesulitan untuk mencari jalan keluar, terlebih bila terjadikebakaran, peledakan maupun keadaaan bahaya lainnya. 8) Fasilitas dan Kelengkapan Medis Rumah sakit PKU Muhammadiyah telah memberikan fasilitas dan sarana kesehatan, yaitu : a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang buka 24 jam b. Medis : peralatan medis c. Non medis : mobil ambulance d. Perlengkapan penunjang : Laboratorium, farmasi, rotgen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
5. Kode Kegawatdaruratan (Emergency Codes) Kode Kegawatdaruratan (Emergency Codes)ini diatur dalam Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah Surakarta Nomor : 485/SK/RSPKU/X/2013 tentang Kebijakan Pemberlakuan Kode Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Adapun keterangan setiap kode dan respon yang dilakukan untuk seluruh pegawai adalah sebagai berikut :
CODE
RESPON
RESPON
TELPON
PRIMER
SEKUNDER
DARURAT
KETERANGAN
Kode Biru
Situasi
Kegawatdar
berpotensi
1. cek respon
Tim
Siaga
uratan
mengancam
2. minta bantuan
Bencana
(IGD)
kode sebutkan
Kode
Medis
yang Lakukan :
/ nyawa
dan 3. teriak
Hubungi
henti
memerlukan
jantung
respon dari tim 4. telpon 118
pada orang dokter khusus
biru
5. sambil
dewasa atau
menunggu
anak
bantuan lakukan pijatan jantung atau kompresi dada
commit to user
nomor 118
Biru di ruang atau area
terjadinya
situasi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Kode
Asap
atau
Merah
bahan terbakar
bau Saat
berusaha I : Informasikan
memadamkan api -
Utamakan
Kejadian
dengan CARRA :
keselamatan
kebakaran
C : Cabut pin
pasien
pengaman, sambil -
Hubungi
cek
Security
tanggal
atau
kadaluarsa
Kordinator
A
Keadaan
:
Arahkan
selang ke dasar
Darurat
api
(KKD)
R : Remas atau -
Sebutkan
tekan tuas pada
Kode
APAR
diruang
RA
:
Merah atau
Ratakan
area
atau
kibaskan
situasi
selang
bila
terjadinya
api
melebar
dimana
keadaan darurat
Perhatikan : - Jarak
tersebut.
dengan P: Pemadaman
api minimal 2 -
Jika
meter
terlatih
commit to user
sudah
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
- Jangan
gunakan
berlawanan
APAR
dengan
Pastikan jalur
arah -
angin
keluar
bebas
dari hambatan E: Evakuasi Segera
keluar
menuju
titik
kumpul
melalui
jalur evakuasi Kode Perak Situasi
yang Berusaha
untuk Identifikasi
Gangguan
membahayakan
keamanan
karena ada orang tingkat risiko atau pusat Pos Satpam
(orang yang mengganggu membahaya kan
mengurangi
bahaya
pelaku
124
hubungi
secara Komando dengan
keamanan dengan verbal
menyebutkan
dan bersenjata
Kode
bersenjata)
Perak
diruang atau area situasi
darurat
tersebut terjadi Kode Abu- Situasi abu
yang Berusaha
membahayakan
untuk Identifikasi
mengurangi
karena ada orang tingkat yang mengganggu atau
pelaku
hubungi
resiko pusat Pos Satpam bahaya Komando dengan
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
keamanan
tanpa secara verbal
menyebutkan
bersenjata
Kode
Perak
diruang atau area situasi
darurat
tersebut terjadi Kode Pink
Anak atau bayi Identifikasi
Penculikan
yang diculik
- Monitor
pelaku dan bayi
seluruh
yang diculik.
keluar
Laporkan
ke
124 pintu
terhadap
Bagian Keamanan
seluruh orang
dengan menyebut
yang
Kode
meninggalkan
Pink.
akan
Bagian Keamanan
rumah
sakit
menutup
semua
dengan
anak
pintu
keluar,
atau bayi
investigasi kepada seluruh pengunjung yang membawa
bayi
atau anak untuk dicocokan dengan identitas yang hilang commit to user
bayi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Kode Hitam Bila
Adanya informasi Melaporkan
ke
ada ancaman bom dan Bagian Keamanan
- Melaporkan kepada
Pos
ancaman
benda-benda yang mempertimbangk
Satpam
bom
dicurigai
dengan
tidak dikenal
dan an untuk evakuasi penghuni gedung,
menyebutkan
jika
Kode Hitam.
menerima
telpon
ancaman
- Barang
yang
atau peringatan :
dicugai jangan
bertanya
di sentuh serta
kepada
124
penelpon
isolasi
area
informasi
atau
sebanyak
yang dicurigai
benda
mungkin. Kode
Adanya tumpahan Menghubungi
Orange
bahan berbahaya Bagian Cleaning kepada
Tumpahan
yang
Bahan
suatu ruang atau melakukan
menyebutkan
Berbahaya
area
penanganan
Kode
Orange.
terhadap
Buat
laporan
terjadi
di Service
tumpahan berbahaya.
Melaporkan
untuk Farmasi
bahan tertulis
dengan
kepada
Isi Instalasi Farmasi.
formulir tumpahan Bahan commit to user
Instalasi
162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Berbahaya sebagai
laporan
ke bagian Farmasi
6. Pemakaian Helm Kode Merah dan Uraian Tugas Petugas pemakaian Helm Kode Merah disesuaikan dengan shift jaga. Pemakaian Helm Kode Merah ini diatur dalam Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah Surakarta Nomor : 485/SK/RSPKU/X/2013 tentang Kebijakan Pemberlakuan Kode Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Adapun fungsi dan uraian tugas pemakaian hekm adalah sebagai berikut :
FUNGSI WARNA NO
DAN
URAIAN TUGAS
HELM TUGAS 1
Biru
Koordinator
1. Bertanggungjawab untuk Evakuasi pasien
Evakuasi
2. Mencari penghuni atau siapa saja , pada saat terjadi kebakaran ada di lantai tersebut, terutama
diruang-ruang
tertutup
dan
memberitahu agar segera menyelamatkan diri. 3. Melacak jalur evakuasi, meyakinkan jalan aman, tidak ada bahaya, hambatan ataupun jebakan pintu tertutup. 4. Memimpin commit to user
para
penghuni
meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
ruangan, mengatur dan memberi petunjuk tentang rute dan jalur evakuasi menuju ke tempat berkumpul (assembly point atau titik kumpul) 5. Menutup semua pintu yang ditinggalkan (tapi jangan sekali-kali mengunci pintu tersebut) untuk mencegah meluasnya api dan asap 6. Mengatur
korban
(pasien,
penunggu,
pengunjung) agar senantiasa tertib dan teratur 7. Apabila ada yang terluka, harap segara melapor
kepada
Petugas
Medis
untuk
mendapatkan pengobatan. 2
Merah
Koordinator
1. Memastikan dimana lokasi kebakaran
Pemadam
2. Bergerak menuju lokasi kebakaran tersebut
Kebakaran
melalui jalan terdekat dengan membawa APAR 3. Melaporkan kesiapsiagaan untuk tindakan pemimpin
Regu
(satgas
pengendali
api
(satpam) ) 4. Melakukan tindakan pemadaman kebakaran tanpa harus membahayakan keamanan personil 3
Putih
Koordinator
1. Kunci semua lemari dokumen atau file
Evakuasi
2. Menyelamatkan dokumen penting commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Dokumen
3. Bersiapsiaga dan siap menanti instruksi atau pengumuman dari satgas atau komandan satgas 4. Mencatat korban yang menjadi tanggung jawabnya 5. Jangan kembali kedalam gedung sebelum tanda
aman
diumumkan
Safety
Reprensentative 4
Kuning
Koordinator Evakuasi Alat
1. Matikan peralatan pengendali listrik dan aliran gas yang bisa terkena keakaran 2. Pastikan
bahwa
peralatan
pemadaman
kebakaran berfungsi dengan baik 3. Periksa daerah terbakar dan tentukan tindakan yang harus dilakukan 4. Upayakan kelancaran sarana agar prosedur pengendalian keadaan darurat dan evakuasi berjalan baik 5. Pindahkan keberadaan benda- benda yang mudah terbakar 6. Bersiapsiaga dan siap menanti instruksi atau pengumuman dari satgas atau komandan satgas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
7. Prosedur Sistem Tanggap Darurat Prosedur sistem tanggap darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mengacu pada Surat Keputusan Direktur Nomor 1529/SK/RSPKU/XII/2013 tentang Pedoman Pencengahan dan Penanggulangan Kebakaran Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2013. Prosedur Sistem Tanggap Darurat tersebut meliputi : 1) Tahapan Pra-Kejadian a. Identifikasi dan Pengendalian Sumber Bahaya Prosedur
awal
dalam
melaksanakan
kegiatan
penanggulangan
danpengendalian bahaya di rumah sakit adalah dengan melakukan identifikasi danpengendalian risiko bahaya yang berasal dari sumber bahaya. Identifikasi dan
pengendalian
resiko
ini
tertuang
dalam
Risk
Register
.
Pelaksanaanprosedur ini, dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisa area kerja manasaja yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat, seperti halnya; kecelakaan,kebakaran, peledakan maupun kebocoran gas.Langkah pengendalian dengan cara identifikasi bahaya dan penilaianrisiko ini, termuat secara terperinci tentang jenis bahaya, sumber bahaya, nilaipaparan risiko yang dihasilkan serta upaya pengendalian yang diterapkan. b. Tindakan Pencegahan Kebakaran Untuk mencegah terjadinya kebakaran dan beberapa hal yang perlu di perhatikan dan ditaati, antara lain : a) Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab personil b) Peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan personil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
c) Pengawasan dan penggantian alat alat yang mengandung bahaya potensial rawan bakar tinggi secara teratur. d) Adanya petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis pada setiap peralatan secara jelas e) Peningkatan kesadaran bahaya akan kebakaran merupakan tanggung jawab setiap personil f) Dilarang meletakkan atau membuang puntung rokok berapi di sembarang tempat g) Dilarang berbaring ditempat tidur sambil merokok h) Dilarang main air i) Dilarang menyalakan lampu, pelita, lilin disembarang tempat j) Dilarang mengisi minyak pada saat kompor sedang menyala k) Dilarang membiarkan kompor sumbunya longgar atau kosong l) Dilarang memasak baik dengan cooflat listrik, maupun dengan kompor gas atau minyak tanah di tempat-tempat yang tidak diperuntunkan untuk memasak m) Dilarang menyambung atau menambah instalasi listrik tanpa diperiksa terlebih dahulu oleh instalasi pemeliharaan sarana n) Dilarang untuk membakar sampah atau sisa kayu dilingkungan rumah sakit o)
Dilarang membakar sampah yang dibersihkan bahan yang mudah meledak atau menyebarkan percikan api
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
p) Dilarang lengah bila menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti elpiji, bensin, alkohol q) Dilarang membiarkan orang-orang yang tidak berkepentingan berada ditempat peka terhadap kebakaran r) Dilarang merokok didalam ruang diesel atau generator s) Dilarang memperbaiki kendaraan ditempat parkir t) Dilarang meninggalkan tugas pada waktu mesin-mesin dinyalakan bagi petugas jaga diesel atau generator 2) Tahapan Kejadian/Penanggulangan Keadaan Darurat a. Tindakan yang perlu diperhatikan pada waktu terjadinya kebakaran Unsur- unsur tindakan utama yang harus dipenuhi adalah : a) Membunyikan tanda bahaya Untuk setiap kebakaran dirumah sakit alarm atau tanda bahaya di bunyikan dengan segera. b) Memanggil Dinas Pemadam Kebakaran Setelah menerima laporan adanya kebakaran petugas terkait segera menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran. Satpam diharuskan menunggu kedatangan Dinas Pemadam Kebakaran di pintu masuk yang teah ditetapkan, untuk menunjukan jalan ke tempat lokasi kebakaran dan memberikan informasi yang diperlukan, seperti kondisi gedung, lokasi sumber air terdekat dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
c) Membasmi api dengan segera Kebakaran harus segera dipadamkan disaat pertama kali dilihat, dengan menggunakan alat pemadaman alat pemadam kebakaran darurat yang tersedia, sambil berupaya untuk memberikan laporan tentang adanya kebakaran agar dapat di tanggulangi dengan cepat. d) Pengungsian (evakuasi) Untuk mencegah keterlambatan dalam pengungsian haruslah terdapat rencana atau aturan yang memungkinkan pengungsian berjalan aman dan cepat. Faktor yang penting adalah route pengganti jalan utama tidak dapat di lalui dan dimana berkumpul untuk diabsen ketika sampai di udara terbuka. b. Tindakan pada waktu terjadinya kebakaran a) Setiap anggota yang mengetahui adanya kebakaran, segera mengambil tindakan untuk memadamkan kebakaran dengan menekan tombol pada alarm yang terdapat di sekitarnya, sambil berteriak KODE MERAH yaitu kebakaran. b) Anggota yang mendengar adanya kebakaran segera menuju ketempat kejadian untuk meneliti kebenarannya c) Segera meminta bantuan kepada petugas lain untuk membantu pemadaman dan sekaligus melapor kepada kepala 3) Kegiatan Evakuasi (Penyelamatan) Tugas penyelamatan merupakan langkah untuk memperkecil dampak, yaitu menghindari jatuhnya korban. Tim tanggap daruratyang berperan cukup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
penting
selama
proses
evakuasi
ini
adalah
tim
medis
P3K
dan
timevakuasi/penyelamatan. Hal ini ditunjang pula dengan disiapkannyaunit mobil ambulance dan sarana prasarana medis pendukungnya. a. Sistem Komunikasi dan Informasi Komunikasi
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
melakukan
setiapkoordinasi. Sistem komunikasi dan informasi saat terjadi keadaan daruratmerupakan prosedur wajib dalam rangka berkoordinasi dengan pihak internalmaupun pihak ekternal rumah sakit. Sarana komunikasi dan informasi yang di pakai rumah sakit PKU Muhammmadiyah Surakarta dalam menerapkan operasi tanggap darurat, yaitu: a) Telepon (Tiap Departemen) b) Hand phone (Tiap personel/karyawan) c) Media pengeras suara (megaphone) d) Handy Talkie (HT) HT yang digunakan tim tanggap darurat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta terdiri dari HT tangan dan HT Rig. Pada setiap ambulance yang di miliki rumah sakit juga dilengkapi HT sebagai media komunikasi. Sistem antena Rig tersambung dengan ambulance dan Polsek Banjarsari. b. Prosedur Evakuasi Dalam prosedur evakuasi korban, harus dilaksanakan secepat mungkin,untuk mengurangi bahaya yang lebih parah. Bila terdapat korban, secepatnyadirujuk dan dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) commit to user
Rumah Sakit PKU
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Muhammadiyah Surakarta. Metode Evakuasi dan Pengamanan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, meliputi : a) Pasien 1. Pasien yang dapat berjalan dibimbing atau dituntun keluar dari lokasi kebakaran melalui pintu darurat menuju ketempat penampungan. 2. Pasien yang tidak dapat berjalan dievakuasi dengan cara : 1) Dipapah 2) Digendong 3) Kursi roda 4) Tempat tidur beroda 5) Dibungkus dengan selimut atau sepral kemudian ditarik 3. Pasien yang berada diruangan gedung bertingkat dievakuasi dengan : 1) Melalui tangga darurat 2) Melalui jalan landai (Ramp) 3) Mempergunakan tali peluncur 4) Melompat kedalam jaring 4. Menyiapkan tempat penampungan dengan cara : 1) Menggunakan tempat tidur yang kosong beserta kasur, bantal sepral, sarung bantal yang tersedia atau cadangan 2) Peralatan tempat tidur pasien di lokasi kebakaran yang masih dapat di selamatkan dikirim ketempat penampungan 3) Bilamana dalam kabut asap atau di malam hari penderita yang dapat berjalan dan tamu saling berpegangan secara beruntun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
4) Jangan menggunakan tempat tidur untuk tujuan evakuasi b) Dokumen dan peralatan 1. Dokumen dan peralatan penting yang masih dapat di selamatkan dikumpulkan dan diadakan pencatatan oleh petugas administrasi 2. Petugas administrasi membawa dokumen dan peralatan penting ketempat penampungan. c. Kegiatan Pasca Kejadian 1) Head Account dan Investigasi Setelah kegiatan evakuasi dan penanggulangan keadaan darurat dapatdipertahankan pada kondisi aman, selanjutnya Manager setiap Instalasi melakukan Head Account. Kegiatan ini merupakan proses pendataan semuajumlah korban dan prasarana yang mengalami kerusakan.Kemudian setelah itu, Manager setiap Instalasi melaporkan hasil pendataan dan analisakasus awal kepadaKetua P2K3. Dengan segera, Ketua P2K3 melakukan investigasi kasus, dengan menggunakan checklist dan forminvestigation case. Sistem pelaporan dan investigasi ini dilakukan dengan cepat,setelah meneria pengaduan dari pihak pertama. Paling lambat sistem pelaporan iniadalah selama 2 X 24 jam. 2) Rehabilitasi dan Rekontruksi Setelah keadaan kembali aman, sebagaimana telah diinstruksikan pihak tim tanggap darurat, maka dengan segera tim lingkungan beserta timkeamanan melakukan koordinasi untuk melakukan perbaikan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
pengkondisianaman terhadap sarana dan prasarana, lingkungan kerja rumah sakit yangberantakan untuk dilakukan perbaikan. d. Safety Training dan Emergency Driil a.
Pelatihan (Safety Training) Program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja tanggung jawab Panitia (P2K3). Selama satu tahun sekali yang berisi garis besar rancangan program pelatihan. Didalam rencana pelatihan K3 tahunan, meliputi: 1) Fire fighting (pemadam kebakaran) 2) Simulasi Evakuasi 3) Penggunaan APAR 4) Bantuan Hidup Dasar (BHD)
b.
Program Orientasi Karyawan Baru Ditujukan
bagi
karyawan
baru,
semua
keperluan
latihan
dan
programpelatihan wajib diikuti oleh semua karyawan baru. Hal ini dimaksudkan untukmemberikan pemahaman dan kepedulian karyawan tentang penerapankeselamatan dan kesehatan kerja seta pengelolaan lingkugan hidup,
termasuk didalamnya
adalah prosedur sistem
tanggapdarurat di rumah sakit. c. Gladi Simulasi (Emergency Drill) Dalam gladi simulasi tanggap darurat ini, terdiridari jalur evakuasi, metode sistem pelaporankecelakaan, sistem komunikasi dan informasi, Bantuan Hidup Dasar (BHD), penggunaanalat pemadam api ringan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
segala aktivitas selama proses pengendalian danpenanganan keadaaan darurat. Simulasi adakan oleh P2K3 setiap 1 tahun sekali.
B. PEMBAHASAN Dari hasil observasi dan wawancara tentang Sitem Tanggap Darurat
yang
diimplementasikan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dapat dianalisa, sebagai berikut: 1. Sitem Tanggap Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah menerapkan kesatuan sistem baku,dalam proses menyusun, merencanakan, menetapkan dan melaksanakan sistem tanggap darurat. Sistem tanggap darurat ini terintegerasi dalam bentuk dokumen,yang telah ditetapkan bersama dan digunakan sebagai standar baku dalampenangulangan kondisi darurat. Berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,pada pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa adanya ketetapan-ketetapan dalam rangkamencegah, mengurangi kecelakaan, memadamkan kebakaran, menanggulangibahaya peledakan serta memberikan kesempatan atau jalur penyelamatan diri padawaktu terjadi kejadian darurat bahaya. Hasil observasi dan wawancara, maka Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah memenuhi prasyarat dan ketentuanterhadap upaya dalam rangka penanggulangan dan pengendalian sumber bahaya.Prosedur dan kebijakan ini telah dikomunikasikan pada semua tenaga kerjasecara menyeluruh. Segenap upaya pengendalian dan penanggulangan keadaandarurat dapat terlaksana dengan baik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
karena ditunjang dan didukung semuatenaga kerja. Hal ini merupakan wujud kepedulian rumah sakit dalampengoptimalan sistem tanggap darurat, dengan mengambil langkah pengkodisianbahaya sampai level terendah. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/MEN/1996Lampiran I disebutkan bahwa, “Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerjaadalah dibuat melalui proses konsultasi, antara pengurus dan wakil tenaga kerjayang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja.”Hal ini jelas bahwa Rumah Sakit
PKU
Muhammadiyah
Surakarta
telah
sesuai
dengan
peraturan
perundangundanganseperti yang disebutkan diatas.
2. Tim Tanggap Darurat (Emergency Respone Tim) Tim tanggap darurat ini terdiri dari beberapa kesatuan personil dari setiapdepartemen, dengan diberikan penekanan peran dan tanggung jawab masing masing.Keterlibatan setiap perwakilan departemen, merupakan kesinambungandalam menindaklanjuti dan optimalisasi peran.Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No.Kep-186/MEN/1999tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, khususnya pada pasal 3disebutkan bahwa, “Pembentukan unit penanggulangan kebakaran denganmemperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi potensi bahayakebakaran. Berdasarkan peraturan tersebut, maka Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta
telah
sesuai
mempertimbangkan peran dan jumlah tenaga kerja.
commit to user
didalammerencanakan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
3. Sarana dan Prasarana Kedaruratan (Emergency Instrument) Langkah pengendalian bahaya yang telah diterapkan Rumah Sakit adalahdengan cara menyediakan dan menempatkan sarana prasarana proteksi danfasilitas penunjang dalam menghadapi kondisi darurat. Fasilitas penunjangkedaruratan yang disediakan Rumah Sakit adalah: a. Alat Proteksi Kebakaran 1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Pencegahan kebakaran Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah melakukan pencegahan antara lain dengan penyediaan APAR, hydrant, pemasangan poster - poster keselamatan, misalnya tentang adanya larangan merokok. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenaker No.Kep.186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja pasal 2 “Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja” dengan adanya pelatihan penanggulangan kebakaran maka rumah sakit telah memenuhi peraturan. Selain
itu
pemasangan
APAR
telah
sesuai
dengan
peraturan
Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR bab 2 tentang pasal 4 ayat (1) yaitu “Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan”. Hasil observasi di lapangan menunjukan APAR ditempatkan
dengan
tinggi 1,25 meter dari lantai. Hal ini telas sesuai dengan Permenakertrans No. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
PER. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Bab II pasal 4 Ayat 3 “Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan”. Selain itu APAR di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta juga diletakkan ditempat terbuka dan mudah diakses, hal ini sesuai dengan Permenakertrans No. PER. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat (1) “Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan”. Dengan demikian maka pemasangan APAR sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Sistem Detector dan Alarm Sistem proteksi kebakaran di area rumah sakit secara rutin tiapbulan dilakukan pengujian dan pemeriksaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, pasal 3 yang disebutkan bahwa,“Setiap bangunan ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan detektor tersebutharus dipasang pada bagian bangunan, kecuali apabila bagian bangunan tersebuttelah dilindungi sebelumnya dengan sistem pemadam kebakaran otomatik.” 3) Fasilitas Hidrant Pemeriksaan dan pengujian fasilitas Hidrantdilakukan setiap bulan.Dalam pemeriksaan
dan
pengujian,
meliputi
commit to user
pemeriksaan
dan
pengujian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
terhadapkondisi fisik, box Hidrant, valve, nozzle, kondisi alat bantu pembuka Hidrant,serta pegujian tekanan (pressure) pompa air. Pengadaan hidrantdi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta berfungsi untuk menanggulangi potensi bahaya kebakaran.Hal ini sesuai dengan Kepmenaker No. Kep.186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja pasal 2 “Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja”
4. Prosedur Sistem Tanggap Darurat Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, disebutkan bahwadalam perencanaan dan persiapan penetapan prosedur, meliputi segala aspekperencanaan dan penetapan program peningkatan sistem tangap darurat, metodekomunikasi yang akan dilakukan, keterlibatan unsur pendukung tim tanggapdarurat yang terangkum bersama dalam kebijakan dan peran tanggung jawabsemua personel. Prosedur tanggap darurat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta juga sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
IndonesiaNo.KEP.186/MEN/1999Tentang
Unit
Tenaga
Kerja
Penanggulangan
Ripublik Kebakarandi
Tempat Kerja Pasal 2 ayat 4 “Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kerbakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat antara lain: b. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara pencegahannya;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
c. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja; d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran; e. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.” Dengan demikian maka prosedur sistem tanggap darurat yang di miliki Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
5. Safety Training dan Emergency Driil Dalam perencanaan dan pelaksanaan program training, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan ketentuan yang tertulis dalam PeraturanMenteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996, pada lampiran I yang disebutkanbahwa, “Perusahaan harus mempunyai dan menunjukkan komitmen penuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam sistem perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terkoordinasi.” Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-05/MEN/1996 lampiran I disebutkan pula bahwa, “Upaya pengembangan sistem yang efektif,sangat ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerjayang bersangkutan.” Kemudian kompetensi ini harus terintegrasikan ke dalamserangkaian proses di Rumah Sakit terkait, dimulai dari penerimaan, penilaian kerjatenaga kerja serta dari kefektifan pelatihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Pelaksanaan Safety Training di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta juga
sesuai
dengan
Keputusan
IndonesiaNo.KEP.186/MEN/1999Tentang
Menteri
Tenaga
Kerja
Unit
Penanggulangan
Ripublik
Kebakarandi
Tempat Kerja Pasal 2 ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”. Pelaksanaan program Safety Trainingdi Rumah Sakit ini, diterapkan secara rutin dan berkesinambungan yaitu dilakukan 1 kali dalam setahun. Dalam pelaksanaan Safety Training Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan ketentuan seperti apa yang tercantum dalam peraturan perundangan diatas.
commit to user