BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Sekolah SDN
Kedungori
1
merupakan
salah
satu
sekolah dasar yang ada di Dempet, Demak. SDN Kedungori 1 terletak di desa Kedungori yang berjarak kurang lebih 3 km dari kantor kecamatan Dempet. SDN Kedungori 1 sudah berdiri sejak 1963. Sekolah ini telah menjadi salah satu SD piloting Kurikulum 2013 di Kabupaten Demak dan SD Inti di gugus Pangeran Diponegoro. Kepala sekolah saat ini adalah Supriyanto, S.Pd. SDN Kedungori 1 mempunyai murid sebanyak 232 orang yang terdiri dari 158 siswa
dan 174 siswi. Jumlah tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan 12 orang terdiri atas 10 guru, 1 tenaga perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Jumlah 10 orang guru terdiri atas 6 guru yang telah berstatus sebagai PNS dan 4 guru honorer. Guru pria berjumlah 7 orang dan sisanya sebanyak 3 orang guru adalah guru wanita. Tenaga perpustakaan 1 orang wanita dan 1 penjaga pria. SD Negeri Kedungori 1 memiliki visi sekolah: Terwujudnya sekolah dasar yang berkualitas, dalam suasana berkarakter
kehidupan bangsa.
yang Adapun
55
demokratis, misi
SD
dan Negeri
56
Kedungori 1 adalah: 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
sehingga
seluruh
siswa
dapat
berkembang secara optimal, sesuai dengan bakat dan
potensinya.
2)
Membimbing
siswa
untuk
melaksanakan ajaran agama di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat serta membantu setiap
siswa
untuk
mengenali
potensi
dirinya
sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 3) Menumbuhkembangkan
semangat
“keunggulan”
untuk meraih prestasi secara intensif pada seluruh warga
sekolah.
4)
Memfasilitasi
peningkatan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan melalui wadah sistem pembinaan profesional. 4) Menerapkan melibatkan
manajemen seluruh
warga
partisipatif
dengan
sekolah
komite
dan
sekolah serta stakeholder lainnya dalam kerangka Manajemen
Pendidikan
Mutu
Berbasis
Sekolah
(MPMBS). Keberhasilan yang telah dicapai adalah SD N Kedungori 1 pada tahun terakhir ini telah berhasil meluluskan semua siswa dan semua melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. SDN Kedungori 1
pada
tahun
pelajaran
kemarin
berhasil
memperoleh peringkat 1 nilai UN di Kecamatan Dempet dan Peringkat 3 di kabupaten Demak. Juara 1 Tergiat Jambore Ranting 6 kali berturut-turut. Juara 1 lomba TIKI tingkat Kabupaten. Mempunyai guru berprestasi dan POR PGRI tingkat kabupaten.
57
Ada guru yang menjadi Penulis buku perpustakaan dan Pramuka tingkat nasional.
4.2 Pelaksanaan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk mengetahui upaya
peningkatan
kompetensi
Guru
dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SDN Kedungori 1 Dempet
Demak melalui In
Model Partisipatif. Subyek
House Training (IHT)
penelitian ini adalah guru-guru di SDN Kedungori 1 Dempet
Demak. Pelaksanaan penelitian dimulai
bulan Januari
sampai dengan April 2016, dengan
rincian sebagai berikut: 1) pembuatan instrumen pada bulan Januari 2016, 2) Pembuatan program IHT pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2 pada bulan Januari 2016, 3) pengukuran Kompetensi guru dalam menyusun RPP pada minggu ke-3 sampai minggu
ke-4
pada
bulan
Januari
2016,
4)
pelaksanaan IHT pada minggu ke-4 Februari sampai minggu ke-1 pada bulan Maret 2016, 5) pengukuran setelah IHT pada minggu ke-1 sampai dengan minggu
ke-2
pada
bulan
Maret
2016.
Teknik
pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari wawancara,
observasi,
maupun
studi
dokumen.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif.
58
4.3 Deskripsi hasil penelitian 4.3.1 Kondisi Pra Siklus Kondisi
awal
kompetensi
guru
dalam
menyusun RPP Kurikulum 2013 di SDN Kedungori 1 sebelum tindakan dapat dinilai dari RPP Kurikulum 2013
yang
dikumpulkan
guru-guru
ketika
disupervisi kepala sekolah. Rata-rata kompetensi seluruh guru (8 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran) adalah 65 dalam skala 10-100. Semula guru yang mampu meraih nilai 85 belum ada atau (0%),
berdasarkan
pedoman
penilaian
RPP
Kurikulum 2013 mengacu Permendikbud 103 tahun 2014. Penyebabnya sebagian besar guru belum menguasai teknik menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan baik. Data perolehan skor dari hasil observasi oleh Kepala Sekolah dari 10 guru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil observasi Sebelum Tindakan NO 1 2 3 3
RENTANG NILAI 41-50 51-60 61-70 71-80 JUMLAH
JUMLAH 1 3 5 1 10
PERSENTASE (%) 10 30 50 10 100
Sumber data: Hasil Pengolahan Hasil Observasi Sebelum Tindakan
59
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 4.1 Skor Awal Kompetensi Guru
Presentase
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
Skor Perolehan
Skor Kompetensi Guru
Sumber: Pengolahan dari Skor Awal Kompetensi Guru Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 100%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak (0%). Hal ini disebabkan sebagian besar
guru
belum
menguasai
prinsip-prinsip
penyusunan RPP Kurikulum 2013 dengan baik, beranggapan bahwa penyusunan RPP terlalu rumit, dan kurangnya pelatihan bersama di sekolah (in house training).
60
Peneliti mencoba meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP kurikulum 2013 adalah melalui
In House Training
(IHT)
dengan
model
partisipatif. Kegiatan IHT ini diikuti oleh semua guru dan dilakukan di sekolah sendiri. Kegiatan IHT ini dilakukan dengan 2 siklus terdiri atas siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Fabruari 2016 dan Siklus 2 pada hari Sabtu, 5 Maret 2016. Kegiatan melalui
tahapan
perencanaan,
pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.(Sugiyono, 2014:708). 4.3.2 Siklus 1 4.3.2.1 Perencanaan Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak Bapak Supriyanto menjelaskan mengenai perencanaan kegiatan IHT dengan model partisipatif untuk
meningkatkan
kompetensi
guru
dalam
menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagai berikut “Yang saya amati dalam merencanakan kegiatan IHT sudah baik yaitu 1) menyusunan perencanaan program dan sosialisasi, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir, 5) menyiapkan instrumen IHT, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) meniapkan dokumentasi. Saya merencanakan pelaksanaan IHT melalui dua sikus“
Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa perencanaan yang dilakukan
oleh
61
peneliti di SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak adalah 1) menyusun perencanaan program dan sosialisasi, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan menyusun
guru
yang
daftar
akan
hadir
mengikuti
dan
IHT,
4)
undangan,
5)
menyiapkan instrumen IHT, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan, 7) menghubungi narasumber
yang
akan
mengisi
kegiatan,
8)
menyiapkan dokumentasi. Pelaksanaan IHT akan dilaksanakan melalui dua sikus. 4.3.2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan IHT Model Partisipatif siklus 1 pada hari Sabtu, 27 Februari 2016. Kegiatan penelitian ini dilakukan di ruang guru dikuti oleh peserta yang terdiri atas: 8 guru kelas dan 2 guru mata
pelajaran.
Peneliti
dan
kepala
sekolah
berkolaborasi untuk mengadakan penelitian ini. Pada Siklus 1 dilakukan kegiatan penyampaian sebanyak 3 kali materi, pada pertemuan pertama membahas materi tentang hakikat dan prinsip menyusun RPP, kedua membahas komponen dan langkah menyusun RPP, dan terakhir pengembangan penilaian otentik. Adapun dilakukan
langkah-langkah
adalah
sebagai
pelatihan berikut:1)
yang Panitia
memberikan pre test; 2) Narasumber menyampaikan tujuan
yang
akan
dicapai;
3)
Narasumber
menyiapkan media dan alat yang dibutuhkan, 4) Narasumber menyamaikan
teknik
pelatihan
IHT
62
model partisipatif yang akan dilakukan bersama dengan teman saling sharing; 5) Curah pendapat antara
narasumber
dan
memberikan
respon
Narasumber
mempertegas
petunjuk
teknis
peserta
sesuai
6)
Peserta
pengalamannya; dengan
penyusunan
7)
menunjukan
RPP
terbaru;
8)
Narasumber mulai masuk ke materi yang sudah dipersiapkan; 9) Narasumber memberi tugas sesuai dengan materi yang dipersiapkan; 10) Narasumber bersama peserta membuat kesimpulan; 11) Panitia memberikan post test 12) Panitia mengoreksi hasil pre dan post test; 13) Panitia mengadakan perekapan hasil pre dan post test. Sebelum dan setelah kegiatan IHT diadakan penilaian Pre dan Post Tes dimaksudkan untuk mengukur daya serap guru dalam menerima materi. Hasil tersebut juga untuk mengukur kompetensi pengetahuan
dalam
menguasai
teori
tentang
penyusunan RPP Kurikulum 2013. Soal sebanyak 20 butir
soal
pilihan
ganda.
Soal
pilihan
ganda
mempunyai kelebihan bisa menggali lebih dalam penguasaan materi IHT. Nilai hasil pre dan post tes diperoleh dengan cara membagi
2
dari
skor
perolehan.
Adapun
data
perolehan hasil pre test dan post test IHT dari panitia kegiatan dapat dilhat dalam tabel berikut:
63
Tabel 4.2 Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 1 NO
NILAI
Pre Test
Post Test
1
55
1
-
2
60
1
-
3
65
2
1
3
70
3
2
5
85
1
5
6
90
1
1
7
100
1
1
Jumlah
730
820
Rata-rata
73
82
Nilai Tertinggi
100
100
Nilai Terendah
55
65
Ketuntasan
30%
70%
Sumber: Pengolahan dari Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 1 Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 70%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak 3 guru (30%). Kegiatan selanjutnya Kepala Sekolah menilai produk RPP Kurikulum 2013 yang disusun guru. Kepala Sekolah melihat kesesuaian RPP dengan pembelajaran yang dilakukan guru, pada instrumen
64
yang sudah dipersiapkan. Setelah menilai Kepala Sekolah
menghitung
skor
akhir
dengan
cara
membagi skor perolehan dengan jumlah skor total dikalikan 100%. Hasil skor akhir dibandingkan dengan standar skor ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan. Hasil
penilaian
kompetensi
guru
dalam
menyusun RPP Kurikulum 2013 setelah mengamati dokumen produk RPP yang disusun guru dalam siklus 1 dapat dilihat pada tabelberikut: Tabel 4.3 Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 1 NO
RENTANG
JUMLAH
PERSENTASE (%)
NILAI 1
61-70
2
20
2
71-80
2
20
3
81-90
5
50
4
91-100
1
10
JUMLAH
10
100
Sumber Data: Hasil Pengolahan Penilaian RPP Kurikulum 2013
65
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut: Grafik 4.2 Skor Kompetensi Guru Siklus 1
Presentase
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 41 50
51 - 61 60 70
71 80
81 90
91 100
Skor Perolehan Skor Kompetensi Guru
Sumber: Pengolahan Skor Kompetensi Guru Siklus 1 Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 40%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak (60%), hal demikian disebabkan RPP yang disusun para guru masih banyak yang kurang sesuai dengan pembelajaran, selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Eko Purwadi,
S.Pd.SD
setelah
diadakan
wawancara
sebagai berikut: “ Saya masih merasa kurang tentang materi cara menyusun RPP. Pada IHT berikutnya mohon ditambah waktu praktik menyusun RPP dan
66
pembelajaran. Bukan hanya sekedar teori tetapi saya juga ingin tahu secara praktis RPP yang seharusnya ideal. Saya ingin mengetahui banyak cara mengembangkan indikator pencapaian, cara mengembangkan bahan ajar, cara menyusun skenario (Wawancara, 27 Februari 2016)
Berdasarkan wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa sebagian guru masih perlu bimbingan dalam
menyusun
RPP
terutama
cara
mengembangkan indikator, bahan ajar, skenario pembelajaran saintifik, dan rubrik pembelajaran. Pada siklus 1 kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum
2013
perlu
ditingkatkan
dengan
memperhatikan kekurangan yang ada dari hasil observasi.
Tindakan
yang
realistis
untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 pada kegiatan IHT menambah materi praktik baik praktik menyusun RPP dan pembelajaran (peertaching) dengan metode pelatihan yang lebih variatif didukung media LCD pada siklus berikutnya. 4.3.2.3 Observasi Pada kegiatan observasi dilakukan oleh Bapak Supriyanto, S.Pd Kepala Sekolah SDN Kedungori 1 Dempet
Demak.
Kegiatan observasi ini untuk
mengetahui keberhhasilan pelaksanaan kegiatan IHT Model Partisipatif merupakan kegiatan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Observas mulai dari kegiatan perencanaan hingga akhir.
67
Hasil
observasi
Kepala
Sekolah
terhadap
kegiatan IHT Model Partisipatif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 4.4 Hasil Observasi IHT Siklus 1 No A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Langkah Kegiatan
1
Hasil Observasi 2 3
Kegiatan Awal Penyusunan jadwal pelatihan Sosialisasi kegiatan Penyetening tempat duduk Penyusunan program kegiatan Penyusunan undangan Ketersediaan soal pre dan post tes Kesiapan materi dan narasumber Pelaksanaan IHT Kesesuaian materi dengan tujuan Kesesuaian materi dengan kebutuhan Kualitas materi yang diberikan Metode yang dipakai Pengelolaan waktu Keaktifan peserta Penguasaan materi fasilitator
8. 9. 10.
Cara menyampaikan materi Hubungan fasilitator dengan peserta Pelayanan panitia
C. 1. 2. 3.
Kegiatan Akhir Hasil post tes peserta pelatihan Produk yang dihasilkan Pelaporan kegiatan Jumlah skor
4 √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12
24
24
Sumber: Pengolahan data Hasil Observasi IHT Siklus 1 Tahun 2016 Berdasarkan data di atas dapat diketahui hasil observasi ditemukan metode pelatihan kurang efektif, materi masih bersifat teori, kurang didukung media, narasumber kurang memberikan bimbingan, masih banyak guru belum optimal dalam
menyusun RPP
Kurikulum 2013 di SDN Kedungori 1 Dempet Demak
68
seperti
1)
Pengembangan
indikator
kompetensi
spiritual dan sosial, 2) Pengembangan tujuan yang masih kurang lengkap, 3) Pengembangan bahan ajar yang masih copypaste 4) Pengembangan sintak yang kurang
sesuai
Pengembangan
pendekatan
rubrik
saintifik,
penilaian
kurang
5) sesuai
dengan kriteria. Berdasarkan hasil observasi terjadi korelasi antara hasil pre dan post tes serta nilai produk RPP Kurikulum 2013 yang disusun guru SDN Kedungori 1 pada saat kegiatan IHT Model Partisipatif. Secara umum skor perolehan yang mencapai ketuntasan banyak
disebabkan
Partisipatif
yang
oleh
kegiatan
dilaksanankan
IHT
Model
kurang
efektif
sebagaimana yang tertuang dalam lembar observasi. 4.3.2.4 Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, peneliti melalukan evaluasi terhadap proses tindakan dari hasil IHT. Data-data yang terkumpul baik dari hasil post test, hasil penilaian produk RPP, lembar observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi
foto
kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga diketahui seberapa jauh peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Analisis ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan digunakan dalam
kegiatan
berikutnya.
IHT
dan
rencana
tindakan
69
Hasil analisis diketahui bahwa tindakan siklus 1 melalui IHT model partisipatif mulai disukai para guru dalam kegiatan menyusun RPP Kurikulum 2013. Hal ini tampak pada kegiatan IHT para guru tampak antusias mengikuti kegiatan hingga akhir. Namun
ada 4 guru yang nilainya masih berada
dalam
kategori
narasumber
kurang.
kurang
Hal
memberi
ini
disebabkan
motivasi
kepada
peserta untuk berani curah pendapat, narasumber belum memberikan bimbingan secara menyeluruh ketika
kegiatan
kelompok,
memberi
penguatan
berhasil
menjawab
narasumber
kepada
peserta
pertanyaan.
kurang
yang
telah
Diketahui
pula
bahwa peserta kurang berani dalam tanya jawab, peserta
kurang
memahami
materi
dan
kurang
perhatian terhadap kegiatan pelatihan. masih ada beberapa
guru
yang
belum
memahami
cara
menyusun RPP sesuai standar Permendikbud 103 tahun 2014, seperti: 1) Pengembangan indikator kompetensi spiritual dan sosial, 2) Pengembangan tujuan
yang
masih
kurang
lengkap,
3)
Pengembangan bahan ajar yang masih copypaste 4) Pengembangan pendekatan
sintak
saintifik,
yang 5)
kurang
Pengembangan
sesuai rubrik
penilaian kurang sesuai dengan kriteria. Maka perlu tindakan pada siklus 2 dengan memperbaiki materi IHT seperti menambah praktik menyusun
RPP
dan
peerteaching.
pembelajaran perlu dibantu media
Metode
LCD agar lebih
70
menarik. peserta
Narasumber agar
lebih
dalam intensif
membimbing
para
dan
pada
fokus
Permendikbud No 104 tahun 2014. 4.3.3 Siklus 2 4.3.3.1 Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Bapak
Supriyanto
menjelaskan
Demak mengenai
perencanaan kegiatan IHT dengan model partisipatif pada siklus 2 untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagai berikut: “Saya mengamati bahwa perencanaan kegiatan IHT siklus 2 untuk memberikan tindakan siklus 1 yang hasilnya masih banyak guru yang belum menguasai penyusunan RPP dengan baik. Adapun perencanaan IHT semakin baik yaitu 1) menyusunan perencanaan program siklus 2, 2) menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir, 5) menyiapkan instrumen IHT dan pengembangan materi, 6) menyiapkan ruangan dan perlengkapan tambahan LCD Proyektor, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) menyiapkan dokumentasi. Saya merencanakan pelaksanaan IHT siklus 2 harus berhasil “ (Wawancara, 5 Maret 2016).
Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa perencanaan yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Kedungori 1 Dempet adalah
1)
menyusun
perencanaan
Demak
program,
2)
menyusun jadwal kegiatan IHT, 3) penetapan guru
71
yang akan mengikuti IHT, 4) menyusun daftar hadir dan undangan, 5) menyiapkan instrumen IHT dan pengembangan materi, 6) menyiapkan ruangan dan LCD Proyektor, 7) menghubungi narasumber yang akan mengisi kegiatan, 8) menyiapkan dokumentasi. Pelaksanaan IHT siklus 2 dipersiapkan lebih matang agar berhasil. 4.3.2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan IHT Model Partsipatif siklus 2 pada hari Sabtu, 5 Maret 2016. Kegiatan penelitian ini dilakukan di ruang guru diikuti oleh peserta yang terdiri atas: 8 guru kelas dan 2 guru mata pelajaran. Peneliti dan kepala sekolah berkolaborasi untuk mengadakan penelitian ini. Pada Siklus 2 dilakukan kegiatan
penyampaian
materi
sebanyak
3
kali
pertemuan, pada pertemuan pertama membahas materi
tentang
hasil
Refleksi
Siklus
1,
kedua
melakukan praktik menyusun RPP, dan terakhir melakukan peerteaching. Adapun dilakukan
langkah-langkah
adalah
sebagai
pelatihan berikut:1)
yang Panitia
memberikan pre test; 2) Narasumber menyampaikan tujuan
yang
akan
dicapai;
3)
Narasumber
menyiapkan LCD Proyektor dan slide, 4) Narasumber dan peserta menyampaikan Refleksi kegiatan siklus 1; 5) Curah pendapat antara narasumber dan peserta 6)Peserta memberikan respon sesuai pengalamannya; 7) Narasumber menunjukkan contoh RPP yang ideal;
72
8) Peserta melakukan praktik menyusun RPP; 9) Sharing dan presentasi produk RPP; 10) Peserta melakukan
Peerteaching;
11)
Narasumber
dan
peserta melakukan refleksi; 12) Panitia memberiakan post test 13) Panitia mengoreksi hasil pre dan post test;
14)
Kepala
sekolah/panitia
mengadakan
perekapan hasil pre dan post test. Sama dengan siklus 1 sebelum dan setelah kegiatan IHT diadakan penilaian Pre dan Post Tes dimaksudkan untuk mengukur daya serap guru dalam menerima materi. Hasil tersebut juga untuk mengukur
kompetensi
pengetahuan
dalam
menguasai teori tentang penyusunan RPP Kurikulum 2013. Jumlah soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Adapun data perolehan hasil pre test dan post test IHT dari panitia kegiatan dapat dilhat dalam tabel berikut:
73
Tabel 4.5 Hasil Pre dan Post Test IHT Siklus 2 Pre Post NO NILAI Test Test 1 65 2 2
70
4
-
3
85
2
2
4
90
1
3
5
100
1
5
Jumlah
770
940
Rata-rata
77
94
Nilai Tertinggi
100
100
Nilai Terendah
65
85
Ketuntasan
60%
100%
Sumber: Pengolahan Hasil Pre dan Post Tes Siklus 2 Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru yang belum dapat mencapai skor (85) adalah 0%. Sedangkan guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal sebanyak semua guru (100%). Dengan demikian
semua
guru
telah
menguasai
teori
penyusunan RPP sangat baik. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan pada siklus
2
berikutnya
menilai
kesesuaian
RPP
Kurikulum 2013 dengan pembelajaran (peerteaching) yang dilakukan guru, pada instrumen yang sudah dipersiapkan.
Setelah
menilai
Kepala
Sekolah
menghitung skor akhir dengan cara membagi skor perolehan dengan jumlah skor total dikalikan 100%.
74
Hasil skor akhir dibandingkan dengan standar skor ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan. Hasil
penilaian
kompetensi
guru
dalam
menyusun RPP Kurikulum 2013 setelah menilai dokumen produk RPP yang disusun guru dalam siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 2 NO
RENTANG NILAI
JUMLAH
PERSENTASE (%)
1
81-90
4
40
2
91-100
6
60
JUMLAH
10
100
Sumber Data: Hasil Pengolahan Hasil Penilaian RPP Kurikulum 2013 Siklus 2 Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan secara jelas dalam grafik sebagai berikut:
Presentase
100
Grafik 4.3 Skor Kompetensi Guru Siklus 2
80 60 40 20 0 41 - 51 50 60 Skor…
61 70
71 80
81 90
91 100
Sumber: Pengolahan Skor Kompetensi Guru Siklus 2
75
Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru tidak ada yang mencapai skor di bawah 85 atau (0%). Sedangkan semua guru yang mencapai tingkat ketuntasan minimal atau (100%). Guru berhasil menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan sangat baik karena komponen RPP sudah sesuai Permendikbud 103
tahun
2014
dan
isi
RPP
sesuai
dengan
pembelajaran yang dilakukan guru, selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ibu Indah Sukowati,
S.Pd.SD
setelah
diadakan
observasi
sebagai berikut: “Saya baru tmengetahui tentang cara menyusun RPP Kurikulum 2013 meskipun saya banyak mengikuti pelatihan di luar. Pada IHT ini saya bisa sharing dengan teman-teman lebih leluasa dan tidak malu-malu. Materi praktik menyusun RPP dan pembelajaran sangat memperjelas saya dalam menyusun dan mengembangkan RPP Kurikulum 2013. Kini saya sudah mampu mengembangkan indikator, materi, skenario pembelajaran, dan rubrik penilaian.(Wawancara, 5 Maret 2016)
Berdasarkan wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa semua guru sudah menguasai dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 dengan sangat baik terutama cara mengembangkan indikator, bahan ajar, skenario pembelajaran saintifik, dan rubrik pembelajaran. Pada siklus 2 kompetensi guru dalam menyusun RPP sudah meningkat dan skor peolehan rata-rata lebih 85.
76
4.3.2.3 Observasi Kepala sekolah SD Negeri Kedungori 1 Dempet Demak Bapak Supriyanto menjelaskan mengenai observasi pada kegiatan IHT siklus 2. Observasi kegiatan IHT Model Partisipatif merupakan kegiatan meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP diharapkan berhasil. Observasi siklus
2
kegiatan
menggunakan
IHT
Model
lembar
Partisipatif
observasi
yang
terlampir pada penelitian ini. Kepela Sekolah mengisi lembar observasi dengan memberi tanda centang pada kolom yang tersedia sesuai dengan hasil observasi dari kegiatan perencanaan hingga akhir kegiatan. Observasi dilaksanakan dengan menciptaan suasana awal yang akrab dengan guru, mengamati kegiatan IHT dan penulisan tujuan,
komponen RPP yang meliputi
identitas,
bahan
pembelajaran,
pengembangan
ajar, dan
metode,
penilaian
media, otentik.
indikator, skenario Observasi
menggunakan instrumen yang dipersiapkan dengan memeberikan tanda centang pada setiap indikator, kemudian dihitung total skor perolehan. Hasil
observasi
Kepala
Sekolah
terhadap
kegiatan IHT Model Partisipatif dapat dilihat pada tabel berikut:
77
Tabel 4.7 Hasil Observasi IHT No A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. C. 1. 2. 3.
Langkah Kegiatan Kegiatan Awal Penyusunan jadwal pelatihan Sosialisasi kegiatan Penyetening tempat duduk Penyusunan program kegiatan Penyusunan undangan Ketersediaan soal pre dan post tes Kesiapan materi dan narasumber Pelaksanaan IHT Kesesuaian materi dengan tujuan Kesesuaian materi dengan kebutuhan Kualitas materi yang diberikan Metode yang dipakai Pengelolaan waktu Keaktifan peserta Penguasaan materi fasilitator Cara menyampaikan materi Hubungan fasilitator dengan peserta Pelayanan panitia Kegiatan Akhir Hasil post tes peserta pelatihan Produk yang dihasilkan Pelaporan kegiatan Jumlah skor
1
Hasil Observasi 2 3
4 √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15
60
Sumber: Pengolahan Data Hasil Observasi IHT
78
Hasil obsrvasi kepala sekolah setelah mengkaji lembar observasi diperoleh data bahwa siklus 2 kegiatan IHT Model Partisipatif telah berjalan sesuai rencana, narasumber bersama peserta melakukan curah pendapat pada substansi materi, partisipasi peserta sangat bagus terutama saat peerteaching, dan semua guru dapat
menyusun RPP Kurikulum
2013 dengan sangat baik seperti 1) Pengembangan indikator kompetensi spiritual dan sosial sangat baik, 2) Pengembangan tujuan yang masih sangat lengkap, 3) Pengembangan bahan ajar sangat baik 4) Pengembangan sintak yang sudah sesuai pendekatan saintifik, 5) Pengembangan rubrik penilaian sudah sesuai dengan kriteria. 4.3.2.4 Refleksi Kegiatan IHT model partisipatif yang dilakukan guru pada siklus II sudah dapat diikuti dengan baik oleh guru SDN Kedungori 1. Hal ini dikarenakan media LCD sangat membantu para guru dalam memahi penyusunan RPP, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan para guru, dan metode pelatihan yang
digunakan
narasumber
lebih
bervariasi.
Segingga hasil post test dan penilaian produk RPP Kurikulum 2013 di akhir siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus I. Pada siklus II ini sudah tidak ada guru yang nilainya dalam kategori kurang. Nilai rata-rata kelas hasil tes pada siklus II 94. Meningkat 22 poin dari siklus I dengan rata-rata 77.
79
Demikian pula ketuntasan meningkat dari 60% menjadi 100% meningkat 40% dari siklus I. Berdasarkan hasil observasi selama IHT pada siklus II, peran serta para guru terlihat serius dan antusias.
Pada
saat
mengerjakan
tugas
dalam
menyusun RPP semua terlibat aktif dan kreatif. Seluruh
guru
menggikuti
instruksi
narasumber
dengan baik. Ketika melakukan peerteaching para guru tampak senang dan antusias. Keadaan seperti ini sebagai bukti adanya perubahan peningkatan kompetensi guru secara signifikan. Menyikapi dari hasil yang dicapai oleh para guru selama proses IHT, hasil post tes dan nilai produk RPP, menyimpulkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 pada akhir siklus II tersebut maka tidak perlu lagi dilakukan tindakan berikutnya.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi hasil penelitian bahwa kegiatan in house training (IHT) model partisipatif dapat
meningkatkan
kompetensi
guru
SDN
Kedungori 1 dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi guru yang meningkat yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun RPP. Bukti terjadi peningkatan dapat dilihat dari hasil post tes untuk menguji pengetahuan secara
80
teori dan hasil penilaian produk untuk menguji keterampilan guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013.
Perkembangan peningkatan pengetahuan
guru dalam menyusun RPP secara teori pada siklus 1 semula 82% pada sklus 2 meningkat menjadi 94%, terjadi peningkatan 12%. Hal ini menunjukakan secara teori guru mampu menyusun RPP kurikulum 2013 berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan, komponen, kaidah penyusunan, dan dasar petunjuk penyusunan RPP Kurikulum 2013. Hal ini sesuai pemikiran Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66) menyatakan
bahwa
perencanaan
program
pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Dengan demikian guru SDN Kedungori 1 semua
mampu
menyusun
RPP
dengan
mengembanggkan yang ada pada komponen RPP. Hal ini sejalan dengan pendapat Paul Suparno bahwa kemampuan
menyusun
rencana
pembelajaran
meliputi: a) mendeskripsikan tujuan pembelajaran, b) menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan, c) mengorganisasikan materi berdasarkan mengalokasikan
urutan waktu,
dan e)
kelompok,
menentukan
d)
metode
pembelajaran yang sesuai, f) merancang prosedur pembelajaran,g)
menentukan
media
pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang
81
akan digunakan, h) menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya), dan i) menentukan teknik penilaian yang sesuai. Penguasaan guru secara teori dalam menyusun
RPP
kemampuan
Kurikulum
menyusun
2013
skenario
tampak
pada
pembelajaran
dengan memperhatikan pendekatan saintifik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Hajar yang mengatakan bahwa hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam mendesain pembelajaran Kurikulum 2013 meliputi mengorganisasikan tema, mengumpulkan bahan dan sumber, merancang kegiatan saintifik dan serta
projek dengan
menyusun
langkah-langkah
mengumpulkan
skenario
pembelajaran
mengamati,
informasi,
menanya,
menalar,
dan
mengomunikasikan. Langkah setelah pelaksanaan kegiatan IHT adalah
observasi.
Observasi
dilakukan
kepala
sekolah untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan IHT. Fokus observasi adalah kegiatan dan produk guru yang mengikuti kegiatan IHT berupa RPP Kurikulum
2013
pembelajaran.
yang
Kepala
Kurikulum
2013
instrumen
yang
telah Sekolah
kemudian telah
disusun melihat
dicocokkan
dipersiapkan
untuk RPP dengan dengan
memberikan skor tiap indikator. Dengan rubrik penilaian pada instrumen untuk setiap indikator yang tidak terpenuhi dan tidak lengkap mendapat skor (0), lengkap tetapi tidak terpenuhi skor (1), dan
82
skor lengkap dan terpenuhi skor (2). Kegiatan observasi dilakukan sampai akhir kegiatan IHT siklus 1 dan siklus 2. Dari data hasil penelitian yang dilaksanakan dapat
dianalisis
dan
dideskripsikan
terjadi
perkembangan skor perolehan kompetensi guru dan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan signifikan dari
kompetensi
guru
sebelumnya
yaitu
terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP Kurikulum
2013
setelah
diadakan
IHT
Model
Partisipatif. Pemanfaatan
IHT
Model
Partisipatif
yang
dilakukan, terlihat bahwa para guru dengan antusias dan semangat yang tinggi berlatih menyusun RPP Kurikulum 2013 sebagaimana yang diharapkan. Hal ini senada dengan pendapat dari Mustofa Kamil (2003:1) yang menyatakan bahwa pelatihan (in house sebagai
training) bertujuan
sebuah
konsep
meningkatkan
program
pengetahuan
yang dan
keterampilan peserta pelatihan. Juga sejalan dengan pendapat
Sujoko
(2012:40)
bahwa
dalam
menjalankan kegiatan IHT perlu mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Ternyata melalui model partispatif pada kegiatan IHT guru lebih berperan secara
aktif
pada
pelatihan.
Model
partisipatif
membuat suasana pelatihan di sekolah lebih nyaman dan terkesan tidak terlalu formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Danim (2012:94) yang menyatakan bahwa
IHT
merupakan
suatu
pelatihan
yang
83
diadakan
di
tempat
pelatihan
peserta
sendiri,
sehingga peserta lebih terasa nyaman dalam belajar dan mengikuti pelatihan. Hasil
penelitian
ini
juga
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto, yang menunjukkan bahwa: (1) Pada siklus I, kompetensi pedagogik guru dinilai “baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 71 poin, sehingga pada Siklus I ada peningkatan sebesar 33 poin. (2) Pada siklus I, perencanaan proses pembelajaran dalam menyusun RPP Berkarakter dinilai “baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 78 poin, sehingga pada Siklus I ada peningkatan sebesar 38 poin. (3) Pada siklus II, kompetensi pedagogik guru dinilai “sangat baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 91 poin, sehingga ada sebesar 20 poin. (4) Pada siklus II, perencanaan proses pembelajaran dalam menyusun RPP Berkarakter dinilai “sangat baik” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 93, sehingga pada siklus II ada peningkatan sebesar 15 poin. Demikian halnya oleh Salimudin pada hasil penelitiannya adalah (1) untuk siklus I, nilai rata-rata masih rendah yakni 65,31 dan meningkat pada siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh peserta adalah 78,75. Namun
perbedaan
terletak
pada
cara
yang
digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam menyusun RPP kalau penelitian ini menggunakan pembinaan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah. Hasil penelitian lain yang sama adalah
84
Margo Wibowo dengan hasil dari penelitian terjadi peningkatan
kemampuan
guru
dalam
mengembangkan silabus nilai rata-rata siklus I adalah 59,90, siklus II adalah 74,08 dan pada siklus III
adalah
81,22,
Kemampuan
guru
dalam
mengembangkan RPP, nilai rata-rata siklus I adalah 67,38, siklus II adalah 76,07 dan pada siklus III adalah
83,10.
menggunakan dalam
Namun cara
supervise
bimbingan
pada
melalui
kegiatan
akademik
kepada
guru,
penelitian
ini
supervisor
adalah
memberi
sedangkan
guru
melaksanakan revisi penyusunan silabus dan RPP, dengan perangkat evaluasi supervisi akademik yang digunakan penelitian
adalah
IPKG
Dirgantara
Internasionalnya,
hasil
Lain
halnya
dengan
Wicaksono
dalam
Jurnal
penelitian
menunjukkan
bahwa pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan peserta workshop dalam memecahkan masalah penyusunan RPP kurikulum 2013. Namun keberhasilan
penelitian ini terletak
pada para peserta dalam memanfaatkan IT dalam penyusunan RPP Kurikulum 2013. Waktu yang digunakan juga frekwensinya lebih lama sampai 5 (lima) kali pertemuan dengan metode problem solving. Senada juga dengan penelitian Tiamsah (dalam E. Jurnal Universitas Negeri Medan 2014). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya terdiri
dari
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Hal ini dapat dibuktikan dari
85
hasil
observasi
yang
memperlihatkan
terjadi
peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata rata komponen RPP 69 % dan pada siklus II
83 %, terjadi
peningkatan
I.
14
%
dari
siklus
Indikator
keberhasilan dari penelitian ini apabila komponen Rencana Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dapat terpenuhi dengan baik dan benar. Keberhasilan penelitian ini terletak pada kemampuan kepala sekolah dalam melakukan bimbingan berkelanjutan setelah diadakan pelatihan. Hasil penelitian ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya bahwa tindakan kegiatan IHT model partsipatif di SDN Kedungori 1, lebih efektif dan
meningkatkan
menyusun
RPP
kompetensi Kurikulum
guru 2013.
dalam Melalui
perbandingan nilai rata-rata, pada nilai sebelum tindakan, siklus 1 dan siklus ke 2, yaitu 66, 85 dan 96 serta perbandingan persentase pencapaian KKM kompetensi guru dari sebelum siklus ke siklus 1 yaitu 0% menjadi 60% dan siklus 2 naik menjadi 100%. Dengan demikian hasil pennelitian ini dapat memberikan
kontribusi
positif
dan
memperkaya
teori-teori manajemen pendidikan utamanya dalam upaya
meningkatkan
menyusun Partisipatif.
RPP
kompetensi
melalui
kegiatan
guru
dalam
IHT
Model
86
Kegiatan IHT Model Partisipatif sangat tepat dilaksanakan untuk sekolah-sekolah yang gurunya mempunyai komptensi, banyak tugas tambahan dan lokasi domili ke sekolah relatif dekat namun belum diberdayakan secara optimal. Tentu saja kegiatan tersebut
memperhatikan
materi
kegiatan
sesuai
kebutuhan peserta pelatihan, strategi pelatihan yang variatif, dan fasilitas sekolah yang refresentatif.