BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama yang mencakup nilai rata-rata (mean), nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan nilai maksimum serta standar deviasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 40 perusahaan, yang diperoleh dari 12 perusahaan untuk tahun 2013, 14 perusahaan untuk tahun 2014, dan 14 perusahaan untuk tahun 2015. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba, ukuran perusahaan, dan biaya modal ekuitas. Hasil statistik deskriptif dengan menggunakan sampel berjumlah 40 disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Manajemen Laba
40
,014
2,841
,23388
,439754
Ukuran Perusahaan
40
25,779
32,040
29,67085
1,557960
Biaya Modal Ekuitas
40
14470,417 5181874571,432
245764160,82090
856623877,299229
Valid N (listwise)
40
Nilai minimum variabel manajemen laba adalah sebesar 0,014 yaitu pada PT Aneka Tambang (Persero) Tbk tahun 2013 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 2,841 yaitu pada PT Perdana Karya Perkasa Tbk tahun 2015. Dilihat dari rata –
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
rata variabel manajemen laba adalah sebesar 0,23388 menunjukkan bahwa emiten cenderung melakukan income increasing yaitu upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan menjadi lebih tinggi dari laba sesungguhnya. PT Perdana Karya Perkasa Tbk adalah perusahaan yang melakukan manajemen laba tertinggi pada tahun 2015 dari seluruh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini Nilai minimun variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 25,779 yaitu PT Mitra Investindo Tbk pada tahun 2013 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 32,040 yaitu PT Adaro Energy Tbk pada tahun 2015. Rata – rata ukuran perusahaan adalah sebesar 29,67085. Sedangkan nilai minimum variabel biaya modal ekuitas adalah sebesar 14470,417 yaitu PT Indo Tambangraya Megah Tbk pada tahun 2013 dan nilai maksimum variabel biaya modal ekuitas adalah sebesar 5181874571,432 yaitu PT Mitra Investindo Tbk pada tahun 2013. Rata – rata biaya modal ekuitas adalah 245764160,82090, menunjukkan bahwa tingkat menanggung kerugian atas investasi yang dilakukan oleh investor masih kecil dimana rata-rata biaya modal ekuitas masih bertanda positif yang artinya investor mendapat return positif.
B. Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Data One Sample Kolmogorov Smirnov Test merupakan pengujian normalitas
yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas. Hasil pengujian untuk membuktikan distribusi normal atau tidak normalnya penelitian dapat dicermati dengan membandingkan α = 0,05 (5%) dimana : -
Nilai sig. < 0,05 berarti distribusi tidak normal
-
Nilai sig. > 0,05 berarti distribusi normal Berdasarkan tabel 4.2 Asymtotic Significance pada uji
Kolmogorov
Smirnov adalah lebih besar dari 5% yaitu 10,5 %. Hal itu membuktikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji dengan data normal baku. Berdasarkan besarnya Asymtotic Significance membuktikan data residual berdistribusi normal. Tabel 4.2 Uji Normlitas Data Unstandardized Residual N Normal
40 Mean
-6E-7
Parametersa,b Std. Deviation
755481641,07187070
Most
Absolute
,192
Extreme
Positive
,192
Differences
Negative
-,142
Kolmogorov-Smirnov Z
1,213
Asymp. Sig. (2-tailed)
,105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
2.
Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi yang tinggi antara variabel independen dalam model yang digunakan. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu : -
Dengan cara melihat nilai VIF untuk masing – masing variabel, dimana jika variabel lebih besar dari 10 maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala Multikolinearitas dan sebaliknya jika variabel kurang dari 10 maka diindikasikan model tersebut tidak memiliki gejala Multikolinearitas.
-
Dengan cara meligat partial correlation dimana dengan cara melihat keeratan hubungan antara dua variabel penjelas atau yang lebih dikenal dengan istilah korelasi. Untuk menentukan apakah hubungan dua variabel bebas memiliki masalah multikolinearitas adalah melihat nilai signifikansi (2-tailed), jika nilainya lebih kecil dari 0,05 (α=5%) maka diindikasikan memiliki gejala Multikolinearitas yang serius. Pada tabel 4.3 bisa dilihat bahwa manajemen laba dan ukuran perusahaan
memiliki nilai VIF yang sama yaitu 1,204 yang lebih kecil dari 10 sehingga kedua variabel independen dalam penelitian ini dikatakan tidak memiliki gejala multikolinearitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
8747200896,285
2628640756,403
1Manajemen Laba
-518186566,691
309867691,804
Ukuran Perusahaan
-282440369,999
87464086,112
Beta
Tolerance
VIF
3,328
,002
-,266
-1,672
,103
,831
1,204
-,514
-3,229
,003
,831
1,204
a. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
3.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat masalah
autokorelasi di dalam model penelitian. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW). Menurut Ghozali (2011), untuk memenuhi uji autokorelasi model regresi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: -
Jikad lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat autokorelasi.
-
Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat autokorelasi.
-
Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
-
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai untuk Durbin Watson sebesar
1,880. Jika menggunakan tabel Durbin Watson dengan signifikansi 5%, jumlah sampel 40, dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka di dapat nilai dU adalah sebesar 1,600 dan nilai dL sebesar 1,391. Oleh karena itu nilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Durbin Watson (1,880) lebih besar dari dU (1,600) dan kurang dari 4-dU(41,600 = 2,400) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model
R
R Square
,471a ,222
1
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
,180
775631353,816678
1,880
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
4.
Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu carauntuk mendiagnosis adanya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melakukan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 4.5 dibawah ini dapat diketahui bahwa nilai signifikansi kedua variabel independen lebih dari 0,05, dimana sign. manajemen laba bernilai 0,271 dan ukuran perusahaan bernilai 0,125. Dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
B Std. Error (Constant) -10,304 7,068 1 Manajemen Laba -,319 ,286 Ukuran Perusahaan 7,590 4,837 a. Dependent Variable: ABS_RES
t
Sig.
Beta -,178 ,249
-1,458 -1,117 1,569
,153 ,271 ,125
C. Analisa Regresi Berganda 1.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mencari kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 antara nol dan satu. Semakin mendekati 1 maka nilainya semakin baik yang berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Dari tabel 4.6 dibawah ini dilihat bahwa angka koefisien determinasi atau adjust R Square sekitar 0,180 atau 18% artinya adanya pengaruh manajemen laba dan ukuran perusahaan terhadap biaya modal ekuitas sebesar 18%. Sedangkan sisanya yaitu 82% diterangkan oleh faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel biaya modal ekuitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi didapat nilai 775631353,816678 atau Rp 775.631.353,816678 (satuan biaya modal ekuitas), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam memprediksi biaya modal ekuitas sebesar Rp 775.631.353,816678. Sebagai pedoman jika Standard Error of the Estimate kurang dari standar deviasi Y, maka model regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y. Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model
R
,471a
1
R Square
,222
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,180
775631353,816678
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba b. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
2.
Uji F Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.7 melalui hasil uji Anova atau Uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 5,285 lebih besar dripada F tabel sebesar 3,251924 dan dengan probabilitas sebesar 0,010 lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi biaya modal ekuitas atau dapat dikatakan bahwa manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
laba dan ukuran perusahaan secara bersama – sama berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Tabel 4.7 Uji F Model
Sum of Squares
Regression
6359026329338188800,000
df
Mean Square
F
2 3179513164669094400,000 5,285
1 Residual
22259347889869240000,000
37
Total
28618374219207426000,000
39
Sig. ,010b
601603997023492860,000
a. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba
3.
Uji T Uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel
independen (variabel bebas) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (variabel terikat). Dengan menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak. Secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut : H0 = Variabel bebas secara parsial tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat Ha = Variabel bebas secara parsial signifikan mempengaruhi variabel terikat Hasil pengujian dari nilai t dan hasil signifikansi pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini. Dari uji statistik t antara masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
(a) Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas Manajemen laba mempunyai nilai t hitung sebesar 1,672 < 2,024 dari t tabel sehingga manajemen laba tidak memiliki kontribusi terhadap biaya modal ekuitas. Nilai t negatif menunjukkan bahwa manajemen laba mempunyai arah yang berlawanan dengan biaya modal ekuitas. Nilai signifikan manajemen laba sebesar 0,103 > 0,05 maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas sehingga hipotesis 1 ditolak. (b) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Biaya Modal Ekuitas Ukuran perusahaan mempunyai nilai t hitung sebesar 3,229 > 2,024 dari t tabel sehingga ukuran perusahaan memiliki kontribusi terhadap biaya modal ekuitas. Nilai t negatif menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah yang berlawanan dengan biaya modal ekuitas. Nilai signifikan ukuran perusahaan sebesar 0,003 < 0,05 maka Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas sehingga hipotesis 2 diterima. Tabel 4.8 Uji T Model
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) 8747200896,285 2628640756,403 1 Manajemen Laba -518186566,691 309867691,804 Ukuran Perusahaan -282440369,999 87464086,112 a. Dependent Variable: Biaya Modal Ekuitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Standardized Coefficients Beta
t
3,328 -,266 -1,672 -,514 -3,229
Sig.
,002 ,103 ,003
53
Setelah melakukan analisis regresi linier berganda, maka nilai-nilai koefisien regresi tersebut dapat dimasukan kedalam persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 8747200896,285 - 518186566,691ML - 282440369,999 UP) + e Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa : (a) Nilai konstantan sebesar 8747200896,285 dapat diartikan bahwa jika manajemen laba dan ukuran perusahaan bernilai konstan, maka rata – rata perubahan biaya modal ekuitas (Y) sebesar 8747200896,285. (b) Koefisien regresi manajemen laba (X1) sebesar -518186566,691 artinya jika manajemen laba naik satu persen, maka biaya modal ekuitas akan mengalami penurunan sebesar -518186566,69. (c) Koefisien regresi ukuran perusahaan (X2) sebesar -282440369,999 artinya jika ukuran perusahaan naik satu persen, maka biaya modal ekuitas akan mengalami penurunan sebesar -282440369,999.
D. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan manajemen laba dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Hal ini didasarkan pada tabel 4.6 dimana nilai F hitung sebesar 5,285 lebih besar daripada F tabel sebesar 3,251924 dan dengan probabilitas sebesar 0,010 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba dan ukuran perusahaan berpengaruh secara bersama - sama terhadap biaya modal ekuitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
1.
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas adalah negatif dan
tidak signifikan. Koefisien regresi yang diperoleh sebesar -518186566,691 menunjukkan bahwa Manajemen Laba mempunyai arah koefisien negatif berarti kenaikan Manajemen Laba sebesar satu satuan akan menurunkan Biaya Modal Ekuitas sebesar -518186566,691 satuan dengan asumsi faktor – faktor yang lain tetap. Hasil uji koefisien regresi diperoleh t hitung sebesar -1,672 dengan signifikansi sebesar 0,103. Apabila dibandingkan dengan t tabel yaitu sebesar 2,024 pada tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu sebesar 0,05 (5%), berarti t hitung lebih kecil dari t tabel dan signifikansi t hitung lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan (10,3% > 5%). Hal ini berarti tingkat manajemen laba belum dapat menjelaskan secara signifikan pengaruhnya terhadap biaya modal ekuitas (cost of equity capital) itu sendiri. Investor telah mengantisipasi adanya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga investor tidak hanya melihat hasil laporan keuangan tetapi melihat faktor lain dalam mengambil keputusan untuk menanamkan uang dalam perusahaan tersebut. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu (Utami 2005, Ashidiqi 2013, Pratista dan Hutomo 2013) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi biaya modal ekuitas (cost of equity capital). Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Purwanto (2012) dan Regina Reizky Ifonie (2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas sehingga hipotesis pertama ditolak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
2.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Biaya Modal Ekuitas Pengaruh ukuran perusahaan terhadap biaya modal ekuitas adalah negatif
dan signifikan. Koefisien regresi diperoleh sebesar -282440369,999 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai arah koefisien regresi negatif yang berarti kenaikan ukuran perusahaan sebesar satu satuan akan menurunkan biaya modal ekuitas sebesar -282440369,999 satuan dengan asumsi faktor-faktor yang lain tetap. Hasil uji koefisien regresi diperoleh t hitung sebesar -3,229 dengan signifikansi sebesar 0,003. Apabila dibandingkan dengan t tabel yaitu sebesar 2,024 pada tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu sebesar 0,05 (5%), berarti t hitung lebih besar dari t tabel dan signifikansi t hitung lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan (0,3% < 5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cost of equity capital perusahaan semakin kecil dengan semakin meningkatnya ukuran perusahaan dan sebaliknya bahwa semakin kecil ukuran perusahaan maka cost of equity capital perusahaan juga semakin besar. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Agus Purwanto (2012), akan tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Putu Prima Wulandari dan Sari Atmini (2012) yang menyatakan bahwa cost of equity capital perusahaan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai pasar ekuitas perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas diterima sehingga hipotesis kedua dapat diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/