BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Uji Analisis Hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variable independen (Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin dan Return On Equity) terhadap variable dependen yaitu Peringkat Obligasi Syariah. 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 54 data
pemeringkatan sukuk yang berasal dari hasil tahun periode penelitian yaitu selama 5 tahun dari tahun 2009 sampai 2013 dengan jumlah perusahaan sampel yaitu sebanyak 15 perusahaan. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimu Maximu m m 54 .52 5.54 54 .59 6.69 54 -.46 .71 54 -.46 .81 54 9 19 54
CR DER NPM ROE Rating Valid N (listwise) Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS versi 21
46
Mean 1.5106 1.9345 .0596 .1126 14.24
Std. Deviation .85825 1.36526 .15513 .16901 2.197
47
Berdasarkan table 4.1 dari hasil Statistik Deskriptif dapat dijelaskan bahwa : Variabel Current Ratio (CR) memiliki nilai minimum 0.52 dan nilai maksimum 5.54 dengan rata-rata sebesar 1.5106 dan standar deviasi 0.85825 dengan jumlah sampel sebanyak 54. Hal ini berarti nilai minimum CR perusahaan yang menjadi sample penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah 0.52 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Indosat Tbk pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 5.54 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Bakrieland Development Tbk pada tahun 2011. Variabel Debt To Equity Ratio memiliki nilai minimum 0.59 dan nilai maksimum 6.69 dengan rata-rata sebesar 1.9345 dan standar deviasi 1.36526 dengan jumlah sampel sebanyak 54. Hal ini berarti nilai minimum DER perusahaan yang menjadi sample penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah 0.59 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 6.69 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk pada tahun 2009. Variabel Net Profit Margin memiliki nilai minimum -0.46 dan nilai maksimum 0.71 dengan rata-rata sebesar 0.0596 dan standar deviasi 0.15513 dengan jumlah sampel sebanyak 54. Hal ini berarti nilai minimum NPM perusahaan yang menjadi sample penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah -0.46 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Berlian Laju Tanker Tbk pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 0.71 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010.
48
Variabel Return On Equity memiliki nilai minimum -0.46 dan nilai maksimum 0.81 dengan rata-rata sebesar 0.1126 dan standar deviasi 0.16901 dengan jumlah sampel sebanyak 54. Hal ini berarti nilai minimum ROE perusahaan yang menjadi sample penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah -0.46 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Berlian Laju Tanker Tbk pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 0.81 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Matahari Putra Prima Tbk pada tahun 2010. Variabel Peringkat Sukuk memiliki nilai minimum 9 dan nilai maksimum 19 dengan nilai rata-rata sebesar 14.24 dan standar deviasi 2.197 dengan jumlah sampel sebanyak 54. Hal ini berarti nilai minimum Rating Sukuk perusahaan yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2013 adalah 9 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Ricky Putra Globalindo Tbk pada tahun 2010 dan PT. Humpuss Intermoda Transportasi dan nilai maksimum sebesar 19 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara Tbk pada tahun 2013. 2.
Hasil Uji Asumsi Klasik
2.1. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov. Hasil pengujian dengan menggunakan analisis grafik histogram dapat dilihat pada table 4.2 berikut ini :
49
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
54 Mean Std. Deviation
.000000 2.0170158
Absolute
.081
Positive
.081
Negative
-.079
Kolmogorov-Smirnov Z
.597
Asymp. Sig. (2-tailed)
.869
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS versi 21 Berdasarkan table 4.2 besarnya Asym Sig. (2-tailed) adalah 0.869 yang lebih besar dari α (0.05) maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. 2.2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasii antar variable independen. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variable independen dijelaskan variable independen lainnya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10.
50
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
Error (Constant)
1
16.306
.836
19.497
.000
CR
-.990
.362
-.387
-2.734
.009
.860
1.163
DER
-.329
.236
-.205
-1.397
.006
.800
1.249
NPM
3.360
3.807
.237
.883
.382
.238
4.201
ROE
-1.184
3.407
-.091
-.347
.730
.250
3.994
a. Dependent Variable: RatingY
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS versi 21 Dari hasil pengujian nilai tolerance pada tabel 4.3 diatas, nilai VIF terendah dimiliki oleh variabel Current Ratio (CR) sebesar 1.163 sedangkan nilai VIF tertinggi dimiliki oleh variabel Net Profit Margin (NPM) sebesar 4.201. Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.3 menunjukan bahwa tidak ada variable independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan model regresi yang diajukan bebas dari multikolinearitas. 2.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scatterplot apabila titiktitik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji regresi pada penelitian ini menunjukkan grafik scatterplot pada model penelitian
51
menggambarkan titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, hasil penelitian sebagai berikut :
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21 Data grafik scatterplot yang ditampilkan pada Gambar 4.2 terlihat titik yang menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini memenuhi asumsi bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
52
2.4. Uji Autokorelasi Hasil analisis Durbin-Watson (DW) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu regresi. Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin - Watson Model Summaryb Model
1
R
.397a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.257
.189
Durbin-Watson
2.098
1.108
a. Predictors: (Constant), ROEX4, DERX2, CRX1, NPMX3 b. Dependent Variable: RatingY
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21 Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda terjadi tidak terjadi gejala autokorelasi, karena angka yang dihasilkan dalam kolom Durbin-Watson menunjukan angka 1.108. karena nilai DW berada diantara -2 dan 2. 3.
Hasil Uji Kesesuaian Model
3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisian determinasi adalah antara nol dan satu (0 ˂ R ˂ 1). Semakin besar koefisien determinasi maka semakin besar variasi variabel independen mempengaruhi variabel dependennya.
53
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model 1
R .397a
R Square
Adjusted R Square
.257
Std. Error of the Estimate
.189
2.098
a. Predictors: (Constant), ROEX4, DERX2, CRX1, NPMX3 b. Dependent Variable: RatingY
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21 Berdasarkan tabel 4.5 di atas pada kolom Adjusted R Square, diperoleh nilai koefision determinasi sebesar 0.189. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yaitu CR, DER, NPM dan ROE terhadap variabel independen Peringkat obligasi syariah sebesar 18,9%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 18,9% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 3.2. Hasil Uji F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (F-tes) ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
Residual
df
Mean Square
40.248
4
10.062
215.623
49
4.400
Total 255.870 53 a. Dependent Variable: RatingY b. Predictors: (Constant), ROEX4, DERX2, CRX1, NPMX3
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21
F 2.287
Sig. .023b
54
Dari hasil uji ANOVA (Analysis of Variance), output SPSS versi 21 di dapat nilai F hitung sebesar 2.287 dengan nilai signifikasi 0.023. Nilai sig sebesar 0.023 jadi α ˂ 0.05 dimana nilai 0.023 lebih kecil dari 0.05. Maka Ha dapat diterima dan Ho ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa CR, DER, NPM dan ROE secara simultan berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah. 4.
Hasil Uji Hipotesis
4.1. Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error
16.306
.836
CR
-.990
.362
DER
-.329
NPM ROE
Beta 19.497
.000
-.387
-2.734
.009
.236
-.205
-1.397
.006
3.360
3.807
.237
.883
.382
-1.184
3.407
-.091
-.347
.730
a. Dependent Variable: Rating Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21 Berdasarkan hasil pengujian dalam tabel 4.7 dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :
55
a) Ha1 : Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Peringkat Obligasi Syariah Hasil Uji t menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar -0.009 (sig ˂ 0.05) maka Ho ditolak
artinya bahwa Current Ratio secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi syariah dan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0.990 b) Ha2 : Pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Rating Obligasi Syariah Hasil Uji t menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0.006 (sig < 0.05) maka Ho ditolak, artinya bahwa Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah dan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0.329 c) Ha3 : Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Rating Obligasi Syariah Hasil Uji t menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0.382 (sig ˃ 0.05) maka Ho diterima dan Ha3 ditolak artinya, bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah dan memiliki koefisien regresi positif sebesar 3.360 d) Ha4 : Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Rating Obligasi Syariah Hasil Uji t menunjukkan bahwa nilai signifikasi sebesar 0.0.730 (sig ˃ 0.05) maka Ho diterima dan Ha4 ditolak artinya bahwa Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah dan memiliki koefisien regresi negatif -1.184
56
4.2. Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B (Constant)
1
Std. Error
Beta
16.306
.836
CR
-.990
.362
-.387
DER
-.329
.236
-.205
NPM
3.360
3.807
.237
ROE
-1.184
3.407
-.091
a. Dependent Variable: NPM (Y) Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 21 Dari hasil Analisis Regresi Berganda didapat persamaan untuk regresi berganda adalah : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 Y = 16.306 - 0.990CR – 0.329DER + 3.360NPM – 1.184ROE Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa : Koefisien regresi Current Ratio (X1) sebesar -0.990. Hasil persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif terhadap peringkat dengan nilai sebesar -0.990. Artinya, setiap terjadi penurunan satu Current Ratio, maka hal tersebut akan membuat peringkat obligasi syariah mengalami penurunan sebesar 0.990
57
Koefisien regresi Debt To Equity Ratio (X2) sebesar -0.329. Hasil persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap peringkat dengan nilai sebesar -0.329. Artinya, setiap terjadi penurunan satu Debt To Equity Ratio, maka hal tersebut akan membuat peringkat obligasi syariah mengalami penurunan sebesar 0.329 Koefisien regresi Net Profit Margin (X3) sebesar 3.360. Hasil persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap rating dengan nilai sebesar 3.360. Artinya, setiap terjadi kenaikan satu Net Profit Margin, maka hal tersebut akan membuat peringkat obligasi syariah mengalami peningkatan sebesar 3.360 Koefisien regresi Return On Equity (X4) sebesar -1.184. Hasil persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa Return On Equity berpengaruh negatif terhadap rating dengan nilai sebesar -1.184. Artinya, setiap terjadi penuruan satu Return On Equity, maka hal tersebut akan membuat peringkat obligasi syariah mengalami penurunan sebesar 1.184 B.
Pembahasan
a)
Pengaruh Current Ratio terhadap Rating Obligasi Syariah (Sukuk) Pengujian hipotesis 1 adalah mengenai Current Ratio berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi syariah, dengan nilai signifikasi 0.009. Berdasarkan probabilitas nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05 (0.009 < 0.05). maka Ho ditolak artinya bahwa Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah.
58
Dari hasil pengujian secara parsial dinyatakan bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah dengan arah negatif yang seharusnya positif. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa dengan semakin tingginya rasio CR akan memberikan pengaruh turunnya
peringkat obligasi
syariah. Pada sampel 15 perusahaan yang digunakan terdapat perusahaan properti PT. Bakrieland Development dan PT Summarecon Agung yang memiliki Current ratio tinggi namun peringkat obligasi syariah rendah. Current ratio yang tinggi tidak dapat selalu menjamin kesehatan keuangan perusahaan. Beberapa penyebab current ratio yang tinggi namun tidak mencerminkan kesehatan keuangan perusahaan dapat disebabkan over investment dalam persediaan. Jumlah persediaan yang tinggi dibandingkan dengan tingkat penjualan sehingga tingkat perputaraan persediaan rendah. Saldo piutang yang terlalu besar yang mungkin sulit untuk ditagih juga dapat mempengaruhi tingginya current ratio. Hal ini sesuai dengan metodologi pemeringkatan oleh PT Pefindo dimana, dalam penilaian risiko keuangan untuk Peringkat korporasi (non financial), Pefindo menilai dari segi kebijakan keuangan, struktur pemodalan, perlindungan arus kas dan fleksibilitas keuangan. Dalam penilaian perlindungan arus kas, tingkat likuiditas perusahaan didalam memenuhi kewajiban jangka pendek dikaji secara mendalam. Kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek akan mempengaruhi pemenuhan kewajiban jangka panjang. Karena dalam hal ini hutang obligasi merupakan hutang jangka panjang. Maka likuditas
59
perusahaan dalam hal ini digunakan indikator current ratio akan mempengaruhi pertimbangan analis pefindo dalam pemberian peringkat terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung et all (2009), Abdullah Alwi dan Nurhayati (2012) yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Oleh karena itu, tingkat likuiditas perusahaan sangat penting untuk diperhatikan. Tingginya current ratio suatu perusahaan tidak menjamin bahwa perusahaan berperingkat baik. Walaupun tekanan likuditas perusahaan sangat dikaji secara mendalam oleh pefindo, namun perusahaan perlu mempergunakan assetnya sebaik mungkin. Artinya tidak terjadi over investment dan perusahaan meningkatkan operasional lebih baik lagi. b)
Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Rating Obligasi Syariah (Sukuk) Pengujian hipotesis 2 adalah mengenai Debt to Equity Ratio berpengaruh
signifikan terhadap peringkat obligasi syariah, dengan nilai signifikasi 0.006. Berdasarkan probabilitas nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.006 < 0.05). maka Ho diterima artinya bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi syariah. Dari hasil pengujian secara parsial dinyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah dengan arah negatif. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa dengan semakin tingginya rasio DER akan memberikan pengaruh turunnya
peringkat obligasi syariah, karena DER yang tinggi
menunjukkan semakin besarnya resiko yang akan di tanggung para investor. DER
60
yang tinggi menunjukkan semakin kecilnya modal sendiri perusahaan yang dijadikan jaminan untuk memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin besar nya rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan pihak kreditor dan investor karena akan semakin besarnya resiko yang di tanggung pihak kreditor dan investor. Maka akan berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah karena berhubungan dengan kemampuan perusahaan membayar kewajiban (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Hal ini sejalan dengan metodologi pemeringkatan oleh PT Pefindo dimana, dalam penilaian risiko keuangan untuk Peringkat korporasi (non financial) Pefindo menilai dari segi kebijakan keuangan, struktur pemodalan, perlindungan arus kas dan fleksibilitas keuangan. Dalam penilaian struktur pemodalan Pefindo melakukan analisis mencakup leverage perusahaan dimasa lalu, saat ini dan proyeksi kedepan (total utang dan nilai bersih utang dalam hubungannya dengan besar modal, total modal dan arus kas). Debt to Equity Ratio sangat menjadi perhatian pihak investor dan kreditor. Semakin tingginya rasio debt to equity perusahaan akan meningkatkan resiko yang harus ditanggung pihak investor dalam hal ini pemegang obligasi karena sedikitnya jumlah modal pemilik yang dijadikan jaminan untuk pemenuhan kewajiban perusahaan kepada pihak luar dalam hal ini investor.
61
Saat perusahaan mengalami kebangkrutan atau dilikuidasi, maka cukup banyak modal tersedia yang digunakan untuk mengganti kerugian bagi pihak investor. Namun, sebaliknya semakin tingginya debt to equity ratio semakin menguntungkan pemilik. Artinya semakin sedikit modal pemilik yang dijadikan jaminan untuk pemenuhan kewajiban bagi pihak luar Saat terjadi kebangkrutan atau perusahaan dilkuidasi. Oleh karena itu, pefindo selalu memberikan saran agar menjaga rasio debt to equity karena akan mempengaruhi penilaian terhadap peringkat obligasi syariah perusahan. c)
Pengaruh Net Profit Margin terhadap Rating Obligasi Syariah (Sukuk) Pengujian hipotesis 3 adalah mengenai Net Profit Margin tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi syariah, dengan nilai signifikasi 0.382. Dan berdasarkan probabilitas nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.328 ˃ 0.05). maka Ho diterima artinya bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah. Hal ini berarti bahwa profit yang tinggi atas investasi maka peringkat obligasi tidak secara signifikan lebih tinggi. Tingkat profit yang tinggi atas memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal atau digunakan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang, jadi laba tersebut tidak digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang terkait dengan obligasi. Proporsi penggunaan laba usaha akan tergantung pada kebijakan perusahaan terhadap sumber kas perusahaan. Kebijakan perusahaan untuk mengalokasikan
62
kas perusahaan yang berasal dari laba yang diperoleh bias jadi akan digunakan sebagai arus kas pendanaan guna membayar hutang dan obligasi perusahaan, namun tidak menutup kemungkinan perusahaan juga akan ditekan oleh investor untuk membayar deviden yang berarti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Adler H. Manurung, et all. (2009) dan Abdullah Alwi, Nushayati (2012) dimana Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap rating obligasi syariah. d)
Pengaruh Return On Equity terhadap Rating Obligasi Syariah (Sukuk) Pengujian hipotesis 4 adalah mengenai Return On Equity tidak berpengaruh
terhadap peringkat obligasi syariah, dengan nilai signifikasi 0.730. Berdasarkan probabilitas nilai signifikasi lebih besar dari 0.05 (0.730 ˃ 0.05). maka Ho diterima artinya bahwa Return On Equity tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi syariah. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung et all (2009) yang menyatakan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini dapat terjadi karena keuntungan perusahaan cenderung berfluktuasi, hal ini menyebabkan sulitnya menilai resiko obligasi hanya sekedar dari tingkat profitabilitas perusahaan saja, karena perusahaan yang memiliki profit tinggi belum tentu memiliki prospek yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, dan investasi pada obligasi perusahaan tidak berpengaruh pada
63
keuntungan yang didapat oleh perusahaan, pemegang obligasi tetap menerima sebesar tingkat bunga yang sudah ditentukan.