BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong Pemodelan ini menghasilkan dua model yaitu model uji sensitifitas dan model dua musim. Dalam model uji sensitifitas dilakukan perbandingan grafik arus dan pasut berdasarkan parameter pada Tabel 3.4. Sedangkan model dua musim dihasilkan peta arus saat maksimum dan karakteristik pergerakan arus tersebut. Untuk melihat hasil pemodelan diambil salah satu titik observasi yang telah ditentukan. 4.1.1
Model Uji Sensitifitas
Model uji sensitifitas bertujuan untuk melihat karakteristik arus dan pasut berdasarkan parameter pembanding yang telah ditentukan. A. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Kekasaran Dasar laut (Bottom Roughness) Uji Sensitifitas yang dilakukan dengan menggunakan parameter masukan kekasaran dasar laut yang disesuaikan dengan koefisien Chezy yang digunakan. Untuk koefisien Chezy yang digunakan dalam pemodelan ini adalah 55, 65, dan 75 (m1/2/s). Nilai koefisien Chezy ini menunjukkan tingkat kekasaran dasar laut suatu wilayah. Semakin besar nilai koefisien Chezy yang digunakan semakin halus kondisi dasar laut, sedangkan semakin kecil nilai Chezy yang digunakan semakin kasar kondisi dasar laut di daerah tersebut. Dalam pemodelan ini, nilai Chezy 65 m1/2/s menunjukkan kekasaran dasar laut daerah tersebut berupa pasir. Nilai Chezy 55 m1/2/s menunjukkan kekasaran dasar laut lebih kasar dari pada pasir. Nilai Chezy 75 m1/2/s menunjukkan kekasaran dasar laut lebih halus dari pada pasir. Hasil model uji sensitifitas ini adalah membandingkan dan menganalisis arus dan pasut berdasarkan koefisien Chezy yang digunakan dengan Chezy pembanding 65 33
m1/2/s. Analisis ini kemudiann dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan di Muara Gembong. Perbandingan grafik arus dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan pasut dapat dilihat pada Gambar 4.2. 1,25 Chezy 65 Chezy 55 Chezy 75
1
Arus (m/s)
0,75
0,5
0,25
05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
0
Waktu Pengamatan
Gambar 4.1 Perbandingan Arus Berdasarkan Chezy
Grafik perbandingan arus berdasarkan Chezy yang digunakan (Gambar 4.1) memberikan gambaran akan tingkat kekasaran dasar laut dari titik observasi yang dipilih berpengaruh terhadap kecepatan arus di Muara Gembong, meskipun besar kecepatan arus yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan arus maksimum yang terjadi tidak lebih besar dari 1,5 m/s yaitu sebesar 1,111 m/s. Jika dilihat dari koefisien Chezy yang digunakan, pergerakan arus dengan diberi nilai Chezy 75 lebih cepat dibanding dengan Chezy 65. Sedangkan nilai Chezy 55 menunjukkan pergerakan arus yang paling lambat. Hal ini dikarenakan nilai Chezy 75 menunjukkan kekasaran dasar laut yang lebih halus dari pada Chezy 65. Sebaliknya, nilai Chezy 55 menunjukkan kekasaran dasar laut yang lebih kasar dari pada Chezy 65. Perbedaan kekasaran dasar laut ini bisa dikarenakan karena adanya proses perpindahan sedimen yang dibawa baik arus dari laut ke darat maupun arus dari
34
muara sungai ke laut. perbedaan kekasaran dasar laut ini berpengaruh terhadap pergerakan arus di Muara Gembong. 0,5
0
-0,25
05/01 00:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
-0,5
04/01 18:00
Chezy 65 Chezy 55 Chezy 75 04/01 12:00
Pasang Surut (m)
0,25
Waktu Pengamatan
Gambar 4.2 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Chezy
Grafik perbandingan pasang surut berdasarkan Chezy yang digunakan seperti pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tingkat kekasaran dasar laut berdasarkan nilai Chezy yang dimasukkan tidak terlalu berpengaruh terhadap perbedaan nilai ketinggian pasang surut. Dari ketiga nilai koefisien Chezy yang digunakan, perbandingan grafik pasang surut di Muara Gembong menunjukkan besar nilai yang sama. Dapat dikatakan parameter kekasaran sedimen dengn nilai Chezy yang berbeda berpengaruh terhadap kecepatan arus tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai ketinggian pasang surut di Muara Gembong. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan mengenai Chezy yang menunjukkan tingkat kekasaran dasar laut di wilayah ini.
35
B. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Angin (Wind) Model uji Sensitifitas dilakukan dengan menggunakan parameter masukan angin. Untuk tingkat kecepatan angin yang digunakan dalam pemodelan ini adalah 0, 5, dan 10 (m/s). Perbedaan kecepatan angin ini digunakan untuk membandingkan kecepatan arus dan perubahan pasang surut hasil model uji Sensitifitas. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.3) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.4). Grafik yang digunnakan sebagai pembanding adalah grafik model uji Sensitifitas dengan kecepatan angin 0 m/s. 0,4
Angin 0 m/s Angin 5 m/s Angin 10 m/s
0,3
Arus (m/s)
0,2
0,1
05/01 00:00
04/01 18:00
Waktu Pengamatan
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
0
Gambar 4.3 Perbandingan Arus Berdasarkan Angin
Perbandingan grafik arus pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pergerakan arus dengan diberi angin 10 m/s lebih besar dibandingkan dengan angin 5 m/s. Kecepatan arus rata-rata model standar tanpa angin adalah 0,12 m/s; kecepatan arus rata-rata pada grafik dengan parameter angin 5 m/s adalah 0,11 m/s; sedangkan kecepatan arus rata-rata dengan parameter angin 10 m/s sebesar 0,22 m/s. Hal ini menunjukkan hasil pemodelan uji Sensitifitas dengan parameter angin 10 m/s menyebabkan pergerakan arus paling besar. Model uji Sensitifitas menggunakan angin sebagai parameter model dikarenakan salah satu penggerak arus adalah angin. Angin yang berhembus dengan kecepatan yang tinggi akan mengakibatkan pergerakan arus tinggi sehingga menyebabkan 36
terjadinya gelombang laut yang besar. Gelombang laut yang berubah akan berpengaruh terhadap nilai pasang surut di suatu wilayah perairan. Untuk wilayah studi Muara Gembong, perbandingan pergerakan arus menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu besar. Hembusan angin yang tidak terlalu besar dapat dikarenakan pesisir pantainya membentuk cekungan, sehingga arus yang diakibatkan oleh angin yang berhembus di wilayah penelitian ini teredam dengan pantai bagian utaranya yaitu Pantai Bahagia dan Pantai Bakti. 0,5
Pasang Surut (m)
0,25
0
-0,25
Angin 0 m/s Angin 5 m/s Angin 10 m/s 05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
-0,5
Waktu Pengamatan
Gambar 4.4 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Angin
Perbandingan grafik pasang surut setelah diberi parameter angin, dapat dilihat (Gambar 4.4) dari ketiga hasil yang didapat, grafik yang terbentuk relatif sama satu dengan lainnya, tidak terlihat adanya perbedaan. Untuk perubahan pasang surut parameter angin di wilayah Muara Gembong tidak terlalu berpengaruh. Parameter angin bukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam terjadinya arus dan pasang surut di wilayah ini.
37
C. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Langkah waktu (Time Step) Model uji Sensitifitas dilakukan dengan menggunakan parameter masukan langkah waktu (time step). Untuk nilai parameter masukan yang digunakan dalam pemodelan ini adalah interval waktu 1 menit, 5 menit, dan 0,5 menit. Perbedaan parameter masukan langkah waktu ini digunakan untuk membandingkan kecepatan arus dan perubahan pasang surut hasil model uji Sensitifitas. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.5) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.6). Grafik yang digunnakan sebagai pembanding adalah grafik model uji Sensitifitas dengan langkah waktu (time step) 1 menit.
0,4 Time step 1 menit Time step 0,5 menit
0,3
Arus (m/s)
Time step 5 menit 0,2
0,1
05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
0
Waktu Pengamatan
Gambar 4.5 Perbandingan Arus Berdasarkan Time Step
Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dengan memasukkan parameter langkah waktu (Time step), pergerakan arus yang dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh. Pergerakan arus dengan langkah waktu 5 menit terlihat lebih besar dikarenakan waktu pengamatan yang cukup renggang, sedangkan pergerakan arus dengan langkah waktu 0,5 menit dan 1 menit sama besarnya. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari langkah waktu 0,5 dan 1 menit lebih rapat.
38
Kerapatan data menentukan hasil bentukan peta model yang akan dibuat. Parameter langkah waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap model pergerakan arus di Muara Gembong. Akan tetapi jika diinginkan hasil pergerakan arus pasut yang baik diperlukkan kerapatan data yang baik. 0,5
Time step 1 menit Time step 0,5 menit Time step 5 menit
Pasang Surut (m)
0,25
0
-0,25
05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
-0,5
Waktu Pengamatan
Gambar 4.6 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Time Step
Dari ketiga grafik pada Gambar 4.6 menunjukkan nilai pasang surut dari setiap langkah waktu yang berbeda (1, 5, dan 0,5 menit) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Grafik perbandingan pasang surut berdasarkan langkah waktu menunjukkan bahwa langkah waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai pasang surut tetapi cukup berpengaruh terhadap grafik arus. Untuk pemodelan arus dan pasang surut di Muara Gembong, langkah waktu yang digunakan sebaiknya adalah 1 menit. Hal ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pemodelan prosesnya tidak terlalu lama dan langkah waktu 1 menit dengan interval 10 menit tiap jamnya sudah bisa menunjukkan kerapatan data hasil model arus dan pasut yang bagus.
39
D. Penggabungan Hasil Model Uji Sensitifitas Seelah melakukan perbandingan model uji Sensitifitas berdasarkan parameter masukan yang telah ditentukan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membandingkan semua parameter masukan untuk melihat parameter mana yang paling berpengaruh terhadap kecepatan arus dan pergerakan pasut. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.7) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.8) dari semua parameter masukan.
1,25 Model Standar Chezy 55 Chezy 75 Angin 5 m/s Angin 10 m/s Time step 0,5 menit Time step 5 menit
1
Arus (m/s)
0,75
0,5
0,25
05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
0
waktu pengamatan
Gambar 4.7 Perbandingan Arus Model Uji Sansitifitas
Dengan melihat grafik perbandingan pergerakan arus Gambar 4.7, maka pergerakan arus yang paling besar adalah karena parameter kekasaran dasar laut dengan nilai Chezy 75. Hal ini bisa dikarenakan daerah penelitian merupakan muara yang dimana sungai Citarum membawa kandungan sedimen baik dari daratan maupun limbah manusia sehingga menyebabkan perpindahan sedimen di muara yang kemudian dibawa oleh laut. Perpindahan sedimen ini menyebabkan kekasaran dasar laut di daerah penelitian semakin halus. Hal ini berdampak terhadap perubahan kecepatan arus maksimmum dibandingkan dengan parameter masukan lainya seperti angin dan langkah waktu. 40
Pergerakan arus di Muara Gembong sangat dipengaruhi oleh kekasaran dasar laut sehingga perlu diadakan penelitian dan pembahasan lebih dalam mengenai parameter masukan ini. Parameter lainnya dalam model uji Sensitifitas tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perubahan kecepatan arus. Untuk membandingkan hasil model dengan hasil pengukuran lapangan, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan model adalah mengubah nilai Chezy dikarenakan kekasaran dasar laut paling berpengaruh terhadap hasil pemodelan. Hali ini perlu dilakukan agar hasil model dapat dibandingkan dengan data hasil pengukuran lapangan. 0,5
Pasang Surut (m)
0,25
0
Model Standar Chezy 55 Chezy 75 Angin 5 m/s Angin 10 m/s Time step 0,5 menit Time step 5 menit
-0,25
05/01 00:00
04/01 18:00
04/01 12:00
04/01 06:00
04/01 00:00
03/01 18:00
03/01 12:00
03/01 06:00
03/01 00:00
-0,5
Waktu pengamatan
Gambar 4.8 Perbandingan Pasang Surut Model Uji Sensitifitas
Melihat perbandingan grafik pasang surut Gambar 4.8 dapat dikatakan bahwa parameter-parameter seperti angin, kekasaran dasar laut (bottom roughness) dan langkah waktu (time step) tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan tinggi pasang surut dalam model uji Sensitifitas dikarenakan menunjukkan nilai tinggi pasang surut yang sama. Akan tetapi, pasang surut merupakan salah satu faktor penggerak arus sehingga kedua hal tersebut saling terkait. Perubahan pasang surut yang tinggi dapat menyebabkan pergerakan arus yang cepat begitu pula sebaliknya.
41
4.1.2
Model Dua Musim
Pemodelan arus dan pasut selama dua musim ini dilakukan dengan menggunakan data masukan kecepatan angin yang sebenarnya (NCEP 2011 dan 2012). Data angin ini merupakan data angin seluruh dunia, biasanya besar nilai data lebih kecil dari pada pengukuran angin di lapangan. Setiap negara atau daerah tertentu yang tidak memiliki data angin, data angin daerah tersebut merupakan hasil innterpolasi dari data angin NCEP. Puncak musim angin barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari. Sedangkan puncak musim angin timur terjadi pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Untuk simulasi musim angin barat, digunakan model pasut dan arus bulan Januari sampai Februari 2012 dengan menggunakan parameter kecepatan angin bulan Januari 2012. Sedangkan untuk simulasi musim angin timur, digunakan model arus dan pasut bulan Juli sampai Agustus 2011 dengan menggunakan parameter kecepatan angin bulan Juli 2011. Parameter masukan lainnya untuk model dua musim dapat dilihat pada Tabel 3.5. Pemodelan dua musim yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : A. Model musim angin Barat 1 Januari – 1 Februari 2012 Melihat grafik model arus (Gambar 4.9) dan pasut (Gambar 4.10), didapatkan pergerakan arus maksimum terjadi pada tanggal 20 Januari 2012 pukul 18:30 sebesar 0,399 m/s. Sedangkan pada saat itu surut yang terjadi sebesar 0,399 m dibawah MSL. Kecepatan rata-rata arus pada musim angin Barat sebesar 0,111m/s. Pasang maksimum musim angin Barat terjadi pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 9:10 dengan nilai pasutnya adalah 0,429 m. Sedangkan pergerakan arus yang terjadi pada saat pasang maksimum tidak besar yaitu 0,098 m/s.
42
0,5
Musim Angin Barat 2012
0,4
Arus (m/s)
0,3 0,2 0,1
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
0
Waktu pengamatan (t)
Gambar 4.9 Model Arus Musim Angin Barat 0,5 Musim Angin Barat 2012
Pasang Surut (m)
0,25
0
-0,25
00:00
18:00
12:00
06:00
00:00
18:00
12:00
06:00
00:00
18:00
12:00
06:00
00:00
-0,5
Waktu pengamatan (t)
Gambar 4.10 Model Pasang Surut Musim Angin Barat
Daerah pesisir Muara Gembong pada saat musim angin Barat, pergerakan arus maksimum terjadi pada saat muka air sedang surut. Dengan pergerakan arus maksimum pada saat surut, proses abrasi yang terjadi dapat berdampak terhadap perubahan garis pantai. Hal ini dikarenakan pada saat surut, arus pasut mengambil sebagian pasir atau sedimen di pantai dan membawanya mengikuti pergerakan arus. Dalam pemodelan musim angin Barat, peta model arus maksimum pada saat surut dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan peta arus maksimum saat pasang dapat dilihat pada Gambar 4.12. Peta arus ini menunjukkan arah pergerakan arus di Muara Gembong saat musim angin Barat. Pergerakan arus musim angin Barat pada saat 43
surut bergerak dari arah Barat menuju ke Timur dan berbelok ke arah Utara. Hal ini dikarenakan angin berhembus dari Barat ke Timur pada saat bulan Januari – Februari dan arus berbelok ke Utara dikarenakan arus bergerak menuju daratan. Sehingga arus dibelokkan bergerak sepanjang pesisir pantai. Sedangkan pergerakan arus musim angin Barat saat pasang bergerak dari arah Timur menuju ke Barat dan berbelok ke arah Selatan.
Gambar 4.11 Peta Arus Musim Angin Barat Saat Surut
44
Gambar 4.12 Peta Arus Musin Angin Barat Saat Pasang
B. Model musim angin Timur 1 Juli – 1 Agustus 2011 Melihat grafik model arus (Gambar 4.13) dan pasut (Gambar 4.14), didapatkan pergerakan arus maksimum terjadi pada tanggal 13 Juli 2011 pukul 6:40 sebesar 0,429 m/s. Sedangkan pada saat itu surut yang terjadi sebesar 0,390 m dibawah MSL. Kecepatan rata-rata arus pada musim angin Timur sebesar 0,119 m/s. Pasang maksimum musim angin Timur terjadi pada tanggal 3 Juli 2012 pukul 22:20 dengan nilai pasutnya adalah 0,452 m. Sedangkan pergerakan arus yang terjadi pada saat pasang maksimum tidak besar yaitu 0,015 m/s. Hal ini memungkinkan bahwa daerah pesisir Muara Gembong pada saat musim angin Timur, pergerakan arus maksimum terjadi pada saat muka air sedang surut. Dengan pergerakan arus maksimum pada saat surut, proses abrasi yang terjadi dapat berdampak terhadap perubahan garis pantai. Hal ini dikarenakan pada saat surut, arus pasut mengambil sebagian pasir atau sedimen di pantai dan membawanya mengikuti pergerakan arus. 45
0,5
Arus Musim Angin Timur 2011
Arus (m/s)
0,4 0,3 0,2 0,1
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
0
Waktu pengamatan (t)
Gambar 4.13 Model Arus Musim Angin Timur 0,5
Musim Angin Timur 2011
Pasang Surut (m)
0,25
0
-0,25
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
12:00
00:00
-0,5
Waktu pengamatan (t)
Gambar 4.14 Model Pasang Surut Musim Angin Timur
Dalam pemodelan musim angin Timur, peta model arus maksimum pada saat surut dapat dilihat pada Gambar 4.15 dan peta arus maksimum saat pasang dapat dilihat pada Gambar 4.16. Peta arus ini menunjukkan arah pergerakan arus di Muara Gembong saat musim angin Timur. Pergerakan arus musim angin Timur pada saat surut bergerak dari arah Timur menuju ke Barat dan berbelok ke arah Selatan. Sedangkan pergerakan arus musim angin Timur pada saat pasang bergerak dari arah Barat menuju ke Timur dan berbelok ke arah Utara. Pergerakan arus maksimum kedua musim angin Timur dan Barat yang terjadi pada saat surut. 46
Gambar 4.15 Peta Arus Musim Angin Timur Saat Surut
47
Gambar 4.16 Peta Arus Musim Angin Timur Saat Pasang
4.2 Perbandingan Pemodelan dengan Pengukuran Arus Pasut Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan arus dan pasut di Muara Gembong setelah dilakukan model uji sensitifitas adalah kekasaran dasar laut dengan nilai Chezy 75. Untuk melihat apakah hasil model yang didapatkan benar, dilakukan perbandingan arus dan pasut dengan hasil pengukuran. Perbandingan arus dan pasut bertujuan untuk memvalidasi hasil model lapangan dengan hasil pengukuran. Hasil validasi menunjukkan perbedaan bentuk grafik antara pengukuran dengan pemodelan sehingga dilakukan perubahan nilai Chezy dari 75 menjadi 85, dikarenakan jika menggunakan Chezy 75 perbandingan grafik hasil model jauh dengan hasil pengukuran. Perbedaan nilai Chezy ini disebabkan kekasaran dasar laut di perairan Muara Gembong berubah menjadi lebih halus. Karena adanya perbedaan nilai Chezy dlam membandingkan hasil model dengan ukuran, untuk kedepannya pemodelan ini diperlukan kalibrasi terlebih dahulu. 48
Persebaran titik observasi pemodelan dan titik pengukuran arus dan pasut di lapangan dapat dilihat pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Persebaran Titik Observasi Dan Pengukuran Arus Dan Pasut
4.2.1
Perbandingan Arus
Pemodelan ini menghasilkan data yang direkam tiap 10 menit, sedangkan hasil data pengukuran yang didapat adalah data tiap jam dari jam 12:00 siang. Jadi perbandingan arus dan pasut yang dilakukan berdasarkan perekaman data tiap jam dari tanggal 26 April 2012 pukul 12:00 sampai 27 April 2012 pukul 12:00. Perbandingan grafik arus dengan model dapat dilihat pada Gambar 4.18. Data hasil pemodelan menunjukkan pergerakan arus pada tanggal 26 April 2012 pukul 12:00 – 15:00 lebih cepat dibandingkan dengan hasil pemodelan. Pergerakan arus pukul 49
15:00 – 00:00 menunjukkan pergerakan arus pengukuran lebih cepat dibandingkan dengan pemodelan. Pergerakan arus di Muara Gembong pada saat dilakukan pengukuran semakin cepat ketika malam hari. 0,15 Pengukuran Model
Arus (m/s)
0,1
0,05
18:00
12:00
06:00
00:00
18:00
12:00
06:00
00:00
0
Waktu Pengamatan
Gambar 4.18 Perbandingan Pemodelan dan Pengukuran Arus
Pada tanggal 27 April 2012 dari tengah malam 00:00 – 12:00 siang pergerakan arus hasil pengukuran lebih besar dibanding dengan data hasil pemodelan. Bentuk grafik model dengan pengukuran arus memiliki pola yang sama dimana ketika arus pada pemodelan bertambah cepat, arus hasil pengukuran juga bertambah cepat, dan sebaliknya. Grafik pengukuran arus menunjukkan adanya kekosongan data. Hal ini dikarenakan adanya gangguan saat pengoperasian alat. Alat ukur arus yang digunakan pada saat itu tidak dapat merekam data sehingga menimbulkan data kosong. Gangguan saat pengukuran bisa dikarenakan ada gangguan saat perekaman, komponen pendukung lain seperti aki ataupun inverter untuk mengisi baterai laptop yang digunakan sudah tidak bagus, atau bisa dikarenakan faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi.
50
4.2.2
Perbandingan Pasut
Hasil perbandingan grafik model pasang surut dengan pengukuran menunjukkan grafik sinusoidal yang memiliki kesamaan (Gambar 4.20). Akan tetapi ada sedikit perbedaan antara pengukuran dengan model. Hal ini dikarenakan stasiun pasut yang dipasang berada di muara sungai sehingga ada pengaruh-pengaruh dari dari daratan seperti limbah yang dibawa oleh sungai ke muara. 0,6
Pengukuran Pemodelan
0,5 0,4 0,3 Pasang surut (m)
0,2 0,1 0
-0,1 -0,2 -0,3
-0,4 27/04 00:00
25/04 18:00
24/04 12:00
Waktu pengamatan
23/04 06:00
22/04 00:00
20/04 18:00
19/04 12:00
18/04 06:00
17/04 00:00
15/04 18:00
14/04 12:00
13/04 06:00
12/04 00:00
-0,5
Gambar 4.20 Perbandingan Model Pasang Surut Dengan Pengukuran
Pada grafik hasil pengukuran menunjukkan nilai surut terndah sebesar 0,393 m dibawah MSL pada tanggal 21 April 2012 pada pukul 19:00. Sedangkan grafik hasil pemodelan menunjukkan nilai surut terendah pada tanggal 12 April 2012 pukul 7.00 sebesar 0,333 m dibawah MSL. Bentuk grafik perbandingan dari tanggal 12 – 18 April 2012 menunjukkan pola yang hampir sama, akan tetapi setelah tanggal 18 April 2012 terdapat perbedaan pada polanya. 4.2.3
Analisis Perubahan Garis Pantai Di Muara Gembong
Perubahan garis pantai yang terjadi di Muara Gembong disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pergerakan arus pasang surut. Hal ini dikarenakan arus yang bergerak diakibatkan oleh kekasaran sedimen dasar laut di wilayah ini sangat halus. Perubahan tingkat kehalusan sedimen bisa dikarenakan arus yang bergerak 51
disepanjang pantai daerah penelitian mengangkut sedimen dari muara sungai terus menerus sehingga dapat mengabrasi pantai. Semakin halusnya permukaan sedimen akibat terkiskis oleh pergerakan arus, sekecil apapun angin yang berhembus diatasnya, arus tersebut akan bergerak dengan cepat. Karena permukaan sedimen yang lebih halus dari pada pasir mengakibatkan gaya gesekan arus terhadap permukaan sedimen tidak terlalu besar sehingga arus yang bergerak akan cepat. Perubahan garis pantai di Muara Gembong paling dipengaruhi oleh proses abrasi pantai. Proses abrasi ini diakibatkan pergerakan arus yang semakin cepat tiap tahunnya dikarenakan tingkat kehalusan sedimen daerah tersebut berubah. Perbedaan Chezy ini bisa dikarenakan adanya proses perpindahan sedimen yang dibawa baik arus dari laut maupun arus dari muara sungai Citarum yang mengendap di pesisir. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Chezy di daerah ini.
52