BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada penelitian ini metode RCF ( Reactive Contribution Factor ) dan LSF ( Loss Sensitivity Factor ) akan diujikan pada sebuah test sistem IEEE 30 bus yang telah dimodifikasi. Sistem IEEE 30 bus ini terdiri 30 bus, 4 transformator, dan 6 buah generator pembangkit. Dari 30 bus yang ada dikategorikan menjadi 3 buah tipe bus yaitu 5 bus generator (PV bus), 24 bus beban (PQ bus) dan satu slack bus. Pada dasarnya Sistem IEEE 30 bus adalah sistem yang sudah stabil, karena itu dilakukan modifikasi dengan meningkatkan faktor pembebanan pada daya reaktif dan aktif pada bus beban sehingga diperoleh kondisi yang diinginkan untuk dilakukan uji metode. Daya reaktif pada bus beban masing-masing ditambahkan sebesar 1 MVar untuk daya reaktif dan daya aktifnya ditambah sebesar 2 MW.
4.1.
Komputasi dan hasil perhitungan penempatan kapasitor Kapasitor merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mereduksi losses yang terjadi maupun memperbaiki nilai profil tegangan dalam suatu sistem jaringan. Pada penelitian ini untuk mencari penempatan letak kapasitor yang ideal digunakan sebuah metode RCF (Reactive Contribution Factor). Reactive Contribution Factor atau yang lebih sering disebut sebagai metode RCF adalah sebuah metode baru untuk menentukan bus-bus yang sesuai dengan injeksi daya rektif. Bus-bus ini dipilih dengan
37
38
mempertimbangkan faktor kontribusi terbesar dalam suatu sistem, sehingga diperoleh titik-titik yang tepat untuk memberikan injeksi daya reaktif kedalam sistem. Setelah dilakukan perhitungan aliran daya dengan menggunakan metode Newton-Raphson, maka didapatkan sebuah kondisi awal untuk profil tegangan sistem IEEE 30 bus yang diperlihatkan seperti gambar dibawah :
Gambar 4.1. Kondisi awal profil tegangan sistem IEEE 30 bus Keterangan : ----------- Batas maksimal tegangan ideal ----------- Batas minumal tegangan ideal ----------- Kondisi awal tegangan
39
Tabel 4.1. Profil tegangan bus dalam sistem IEEE 30 bus No. bus 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Profil Tegangan (p.u)
No. bus
1,0230
12
1,0600
11
0,9926
13
0,9784 0,9800 0,9749 0,9680 0,9800 0,9987
0,9737
14 15 16 17 18 19 20
Profil Tegangan (p.u)
No. bus
1,0086
22
1,0520
21
1,0410
23
0,9837 0,9749 0,9833 0,9699 0,9549 0,9492 0,9534
Profil Tegangan (p.u)
24 25 26 27 28 29 30
Tabel 4.2. Bus dengan tegangan < 0,95 No. bus 19 24 25 26 29 30
Profil Tegangan (p.u) 0,9492 0,9409 0,9422 0,9130 0,9248 0,9108
0,9582 0,9585 0,9540 0,9409 0,9422 0,9130 0,9572 0,9682 0,9248 0,9108
40
Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwasannya terdapat 6 buah bus yang memiliki tegangan yang kurang dari batas ideal tegangan pada sistem ini. Untuk menentukan lokasi penempatan alat kompensasi daya reaktif (Kapasitor) maka selanjutnya dilakukan perhitungan RCF dengan menggunakan bus dengan nilai RCF tertinggi sebagai kandidat pemasangan kapasitor. Perhitungan RCF ini akan dilakukan dalam beberapa tahap agar nantinya didapatkan profil tegangan yang termasuk didalam voltage stability limit (Tegangan ideal) pada setiap busnya.
Gambar 4.2. Pencarian Reactive Contribution Factor tahap 1
41
Tabel 4.3. Hasil RCF tahap 1 No bus 1
RCF 0
No bus 9
0,077
11
2
0,2076
4
0,2244
6
0,2608
3 5 7 8
0,3113 0,3326 0,3113
10 12
RCF 0,0133
No bus 17
0,3113
0,2725 -0,089
13
0,3113
15
0,2607
14 16
0,1688 0,1734
0,3127
No bus 25
0,5999
19
0,5276
27
0,4438
21
0,434
18 20
RCF
0,468
0,4834
22
0,4303
24
0,6137
23
0,4772
26 28 29 30
RCF
0,9025 0,3304 0,7804 0,9253
Pada tahap pertama (Gambar 4.2) terlihat pada grafik RCF bahwasannya bus 30 memiliki faktor kontribusi terbesar dengan nilai 0,9253 (Tabel 4.3) maka, bus 30 tersebut kemudian dipilih sebagai tempat pertama pemasangan kapasitor. Setelah kapasitor pertama terpasang, kemudian masuk ketahap kedua dimana kembali dilakukan perhitungan aliran daya namun dengan penambahan kapasitor pada bus 22 (penambahan injeksi sebesar 5 MVar).
42
Gambar 4.3. Pencarian Reactive Contribution Factor tahap 2 Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwasannya setelah pemasangan kapasitor nilai RCF pada bus 30 sudah tidak setinggi saat awal sebelum dipasangkannya kapasitor, karena itu pada tahap kedua bus 26 yang memiliki nilai Reactif Contribution Factor Reactif Contribution Factor yang terendah dengan nilai 0,7372 (Tabel 4.4) dipilih sebagai kandidat kedua penempatan kapasitor untuk membuat profil tegangan masuk dalam rentang Voltage Stability limit. Dibawah ini merupakan tabel nilai dari hasil pencarian RCF setelah ditambahkannya kapasitor pada bus 30 pada sistem.
43
Tabel 4.4. Hasil RCF tahap 2 No bus 1
RCF 0
No bus 11
0,0595
13
2
0,2098
4
0,041
3 5
0,3148
7
0,3257
6 8 9
10
0,2461 0,3148
-0,0233 0,2102
RCF 0,3148
No bus 21
0,3644
0,2098
23
0,3718
12
-0,2021
14
0,0595
15
0,155
16
0,0818
18
0,3779
17 19 20
0,2418 0,4467 0,4072
22 24 25 26 27 28 29 30
RCF
0,3581 0,5089 0,4368 0,7372 0,2456 0,3008 0,4829 0,5212
Tabel 4.5. Lokasi dan besaran kapasitor Tahapan
No Bus
Awal
-
Tahap 1 Tahap 2
30 26
Injeksi
(MVar) -
5 5
Dari tabel diatas (tabel 4.5) didapatkan bahwasannya dari setiap
tahapan pencarian RCF pada sistem IEEE 30 bus ini diperoleh besaran
injeksi ideal untuk memperbaiki profil tegangan dengan total kapasitas injeksi kapasitor yang diperlukan pada sistem ini adalah sebesar 10 MVar dengan masing masing 5 Mvar pada setiap bus.
44
4.2.
Pengaruh penambahan kapasitor terhadap profil tegangan dan losses. Pada setiap penambahan injeksi kapasitor pada sistem, maka akan
terjadi suatu peningkatan tegangan di area sekitar bus yang mengalami penambahan injeksi. Untuk tahap pertama setelah penambahan kapasitor sebesar 5 MVar diinjeksikan pada bus 30 maka terjadi perubahan profil tegangan hampir pada setiap bus .
Gambar 4.4. Kondisi profil tegangan setelah penambahan kapasitor tahap 1 Keterangan : ----------- Batas maksimal tegangan ideal ----------- Batas minumal tegangan ideal ----------- Kondisi tegangan sebelum ditambahkannya kapasitor ----------- Kondisi tegangan setelah ditambahkannya kapasitor
45
Dari gambar 4.4 diatas kita dapat melihat bahwasannya masih terdapat 1 buah bus yang memiliki profil tegangan kurang dari batas ideal tegangan setelah ditambahkannya kapasitor pada sistem. Dibawah ini adalah tabel profil tegangan setelah ditambahkannya kapasitor pada bus 30. Tabel 4.6. Efek penempatan kapasitor pada bus 30 No. Bus
Profil Tegangan (pu)
Awal
Tahap 1
1,0230
1,0230
1
1,0600
3
0,9926
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
0,9784 0,9800 0,9749 0,9680 0,9800 0,9987
0,9737 1,0520 1,0086 1,0410 0,9837 0,9749 0,9833
1,0600 0,9943 0,9805 0,9800 0,9765 0,9690 0,9800 1,0022
0,9800 1,0520 1,0193 1,0510 0,9943 0,9852 0,9922
46
Tabel 4.6. Efek penempatan kapasitor pada bus 30 No. Bus
Profil Tegangan (pu)
Awal
Tahap 1
0,9549
0,9640
17
0,9699
19
0,9492
18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0,9534 0,9582 0,9585 0,9540 0,9409 0,9422 0,9130 0,9572 0,9682 0,9248 0,9108
0,9770 0,9574 0,9612 0,9653 0,9659 0,9646 0,9515 0,9584 0,9297 0,9766 0,9713 0,9540 0,9503
Jika dilihat dari tabel 4.6 diatas maka kita simpulkan bahwasannya setelah menambahkan kapasitor pada bus 30 terjadi perbaikan profil tegangan hampir pada setiap bus. Pada bus 19 yang semula memiliki nilai profil tegangan yang dalam keadaan drop terjadi peningkatan nilai tegangan sebesar 0,0082 pu menjadi 0,9574 pu, kemudian pada bus 24 juga terjadi
47
peningkatan sebesar 0,0106 pu, kemudian pada bus
25 juga terjadi
peningkatan sebesar 0,0162 pu, dan pada bus 26 juga terjadi peningkatan sebesar 0,0167 pu, serta pada bus 29 dan pada bus 30 terjadi peningkatan masing masing sebesar 0,0292 pu dan 0,0395 pu. Pada tahapan RCF kedua (Gambar 4.3) setelah bus 30 dan bus 26 diinjeksikan dengan kapasitor masing-masing sebesar 5 MVar maka profil tegangan seluruhnya telah berada pada rentang Voltage Stability limit dengan nilai profil tegangan paling rendah terdapat pada bus.
Gambar 4.5. Tegangan sebelum dan sesudah diberikan 2 kapasitor Keterangan : -------- Batas maksimal tegangan ideal -------- Batas minumal tegangan ideal -------- Kondisi awal tegangan -------- Kondisi tegangan setelah penambahan 1 kapasitor -------- Kondisi tegangan setelah penambahan 2 kapasitor
48
Tabel 4.7. Perbandingan profil tegangan sebelum dan sesudah diinjeksi No. bus
Awal
1
1,0600
3
0,9926
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1,0230 0,9784 0,9800 0,9749 0,9680 0,9800 0,9987
0,9737 1,0520 1,0086 1,0410 0,9837 0,9749 0,9833 0,9699 0,9549
0,9492
0,9534
Profil Tegangan ( pu) Tahap 1
Tahap 2
1,0230
1,0230
1,0600 0,9943 0,9805 0,9800 0,9765 0,9690 0,9800 1,0022
0,9800 1,0520 1,0193 1,0510 0,9943 0,9852 0,9922 0,9770 0,9640
0,9574
0,9612
1,0600 0,9956 0,9821 0,9800 0,9778 0,9697 0,9800 1,0051
0,9852 1,0520 1,0264 1,0610 1,0017 0,9928 0,9986 0,9826 0,9709
0,9639
0,9674
49
Tabel 4.7. Perbandingan profil tegangan sebelum dan sesudah diinjeksi No. bus 18
Awal
0,9549
Profil Tegangan ( pu) Tahap 1
Tahap 2
0,9640
0,9709
19
0,9492
0,9574
0,9639
21
0,9582
0,9653
0,9716
20 22 23
0,9534 0,9585 0,9540
0,9612 0,9659 0,9646
0,9674 0,9725 0,9735
24
0,9409
0,9515
0,9620
26
0,9130
0,9297
0,9694
25 27 28 29 30
0,9422 0,9572 0,9682
0,9248 0,9108
0,9584
0,9766 0,9713
0,9540 0,9503
0,9775 0,9901 0,9736
0,9679 0,9643
Dari gambar diatas (Gambar 4.5) kita dapat melihat bahwa tegangan pada bus-bus yang sebelumnya berada dibawah Voltage Stability limit meningkat dengan nilai minimum 0,9620 pu pada bus 24 (Secara detail hasil perbandingan tegangan dapat dilihat pada tabel 4.7). Dapat dilihat bahwasannya penambahan kompensasi daya reaktif (Kapasitor) dengan metode RCF ini memiliki efisiensi dalam komputasi dan berpengaruh besar untuk peningkatan kestabilan tegangan (Tabel 4.7)
50
dan penurunan losses (Tabel 4.8) pada sistem IEEE 30 bus ini. Losses yang dihasilkan dari kedua percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8. Perbandingan besar losses dan drop tegangan dari setiap tahapan Tahapan
MW
Total losses MVar
Drop Tegangan
Awal
25,386
101,686
6 buah bus
Tahap 2
25,003
100,471
-
Tahap 1
25,182
100,861
1 buah bus
Dari tabel diatas (tabel 4.8) didapatkan bahwasannya pemasangan
kapasitor pada sistem ini selain dapat memperbaiki profil tegangan juga
dapat mengkompensasi dari total losses dari sistem ini dengan penurunan sebesar 1,21 % .
4.3.
Pengaruh penempatan Distributed Generation (DG) Setelah dilakukan perhitungan aliran daya dengan menggunakan
metode Newton-Raphson dan pengoptimalan profil tegangan dengan menambahkan kapasitor dengan metode RCF, maka kini dapat melanjutkan ketahapan selanjutnya untuk pengoptimalan penempatan DG. Untuk menguji kemampuan metode LSF maka dibuat metode tambahan sebagai pembanding dengan total 15 MW DG pada setiap percobaan. Penentuan penempatan DG ini menggunakan 2 cara, cara pertama menggunakan prinsip dari metode LSF (Loss Sensitivity Factor) dimana nantinya bus yang dipilih merupakan bus dengan nilai losses yang paling
51
besar dan cara yang kedua sebagai pembanding metode yaitu penentuan penempatan DG ditentukan secara acak.
MW
120
Daya Nyata
100
80 60 40 20 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nomer Bus
Gambar 4.6. Grafik pembebanan sistem IEEE 30 bus Tabel 4.9. Daya nyata pembebanan pada bus No bus
No bus
1
Daya nyata (MW) 0
3
4,9193
2 4
27,3748 9,9459
5
98,2570
7
27,5073
9
0
6 8 10
0
44,5533 8,3570
No bus
11
Daya nyata (MW) 0
21
Daya nyata (MW) 23,0020
13
0
23
5,8138
12 14
15,7000 8,6023
15
10,7838
17
12,9321
19
12,3130
16 18 20
6,1717 5,5362 4,5310
22
0
24
13,1826
26
6,4140
28
0
25 27 29 30
0 0
4,7927
12,9294
52
MW
25,000
Losses
20,000 15,000 10,000 5,000 0,000
Dari bus ke bus
Gambar 4.7. Grafik losses pada jaringan sistem IEEE 30 bus Grafik diatas (Gambar 4.7) merupakan grafik losses yang didapatkan menggunakan metode Newton-Raphson. Dari pengamatan grafik diatas terlihat bahwasannya sistem ini memiliki losses terbesar pada jaringan bus 1 ke bus 2 dengan nilai 22,658 MW (Tabel 4.10). Tabel 4.10. Losses pada jaringan Dari bus ke bus
Losses (MW)
1 ke 2 2 ke 4
1 ke 3 3 ke 4 2 ke 5
Losses (MW)
22,658
Dari bus ke bus 15 ke 18
5,022
19 ke 20
0,055
17,538 3,760
15,596
18 ke 19 10 ke 20 10 ke 17
0,244 0,030 0,389 0,045
53
Tabel 4.10. Losses pada jaringan Dari bus ke bus
Losses (MW)
2 ke 6 5 ke 7
4 ke 6 6 ke 7 6 ke 8 6 ke 9
6 ke 10 9 ke 11 9 ke 10 4 ke 12
12 ke 13 12 ke 14 12 ke 15 12 ke 16 14 ke 15 16 ke 17
Losses (MW)
9,152
Dari bus ke bus 10 ke 21
0,338
21 ke 22
0,017
2,865 1,166 0,525 3,119
2,235 1,009 1,502 8,933
10 ke 22 15 ke 23 22 ke 24 23 ke 24 24 ke 25 25 ke 26 25 ke 27
0,023 0,043 0,202 0,154
0,607
29 ke 30
0,094
0,139
27 ke 30
1,011 0,022
0,162
2,520
27 ke 29
0,344
0,133
28 ke27
0,838 0,351
0,293
8 ke 28 6 ke 28
0,391 0,091
0,010 0,385
Pada percobaan optimisasi penempatan DG ini, DG akan dipasangkan dengan total daya maksimal 15 MW untuk setiap percobaan. Pada tahap awal pemilihan lokasi pemasangan DG akan didasarkan dari prinsip Loss Sensitivity Factor maka bus 2 dipilih karena losses terbesar
54
terdapat pada jaringan bus 1 ke bus 2, Sedangkan pada skenario pembanding 1 pemilihan lokasi pemasangan DG akan dipilih secara acak yaitu pada bus 10, bus 12 dan bus 28. Tabel 4.11. Skenario pembanding No bus 2
10 12 28
Kapasitas DG (MW)
Metode LSF
Skenario 1
-
2,5
15 -
-
6,27 5,23
Percobaan optimisasi penempatan DG ini dilakukan dengan cara memasangkan DG pada sisi injeksi daya aktif (DG tipe 1) sehingga diharapkan didapatkan nilai losses yang minimal pada sistem ini. Metode LSF Dalam tes pertama ini lokasi penempatan DG 15 MW akan dipasangkan pada bus berdasarkan prinsip dari metode Loss Sensitivity Factor yaitu bus 2 dengan DG sebesar 15 MW. Pada tabel 4.12 memperlihatkan tegangan untuk seluruh bus apabila 15 MW DG ditempatkan pada bus 2 dan dibandingkan dengan tegangan sebelum diberikan DG.
55
MW
25,000
losses
20,000 15,000 10,000 5,000 0,000
Dari bus ke bus
Gambar 4.8. Perbandingan losses sebelum dan sesudah penambahan DG dengan skenario 1 Keterangan : -------- Losses awal jaringan -------- Losses setelah penambahan DG dengan skenario 1 Dari gambar 4.8 diatas terlihat bahwa penempatan DG pada bus 2 banyak mempengaruhi penurunan nilai losses yang terjadi pada jaringan (lihat tabel 4.12) dengan penurunan losses sebesar 3,3 %.
56
Tabel 4.12 Perbandingan nilai losses sebelum dan setelah pemasangan DG Dari bus
Ke bus
1
2
22,714
2
4
5,073
1 3 2 2 4 5 6 6 6
3 4
12 12 14 16
15
18
0,270
0,269
5,288
19
20
0,054
0,054
16,763 3,586
6
2,864
2,777
6 7 7 8 9
10
12
3,772
19,888
DG 1
15,783
9 12
17,595
Ke bus
15,645
10
4
Awal
Dari bus
5
6 9
Losses ( MW )
11 12 13 14 15 16 15 17
9,188 0,368 1,165 0,585 2,809
2,142 1,056 1,669 8,793 0,856 0,372 1,092 0,400 0,027 0,126
9,413 0,353 1,140 0,584 2,815
2,147 1,055 1,671 8,765 0,854 0,372 1,090 0,399 0,027 0,126
18 10 10 10 10 21 15 22 23 24 25 25 28 27 27 29 8 6
19 20 17 21 22 22 23 24 24 25 26 27 27 29 30 30 28 28
Losses (MW )
Awal
0,037 0,387 0,044 0,355 0,161 0,003 0,195 0,114 0,043 0,063 0,161 0,156 2,619 0,353 0,558 0,095 0,020 0,399
DG 1
0,037 0,388 0,044 0,355 0,161 0,003 0,194 0,114 0,043 0,064 0,161 0,156 2,622 0,352 0,557 0,095 0,020 0,399
57
Tabel 4.13. Perbandingan nilai losses Tahapan
MW
Awal
Total losses
25,003
Skenario 1
MVar
100,471
23,958
97,225
Skenario 1 Pada skenario 1 ini lokasi penempatan DG total 15 MW akan kembali dipasangkan namun pada bus yang dipilih secara acak dalam sistem yaitu bus 10 dengan DG sebesar 2.5 MW, bus 12 dengan DG sebesar 6.27 MW dan bus 28 dengan DG sebesar 5.23 MW (lihat tabel 4.11). Bila sistem dipasangkan DG secara acak dengan kapasitas total 15 MW maka :
MW 25,000
15,000 10,000
6 ke 28
29 ke 30
27 ke 29
25 ke 27
24 ke 25
22 ke 24
Dari bus ke bus
21 ke 22
10 ke 21
10 ke 20
18 ke 19
16 ke 17
12 ke 16
12 ke 14
4 ke 12
9 ke 11
6 ke 9
6 ke 7
4 ke 6
2 ke 5
0,000
2 ke 4
5,000
1 ke 2
losses
20,000
Gambar 4.9. Perbandingan losses sebelum dan DG skenario 2
58
Keterangan : -------- losses awal jaringan -------- losses jaringan setelah penambahan DG dengan metode LSF -------- losses jaringan setelah penambahan DG skenario 1 Dari hasil percobaan kedua dengan penempatan DG secara acak dalam sistem IEEE 30 bus diperoleh nilai losses pada jaringan seperti pada tabel dibawah : Tabel 4.14. Perbandingan nilai losses sebelum dan DG metode LSF dan skenario 1 Dari bus
ke bus
1
2
22,714
19,888
20,557
15
18
0,270
0,269
0,279
2
4
5,073
5,288
4,417
19
20
0,054
0,054
0,050
1 3 2 2 4 5 6 6
3 4
Awal
Losses ( MW )
17,595 3,772
DG 1
16,763 3,586
DG 2
15,700 3,349
5
15,645
15,783
15,023
6
2,864
2,777
2,584
6 7 7 8
9,188 0,368 1,165 0,585
9,413 0,353 1,140 0,584
8,084 0,573 1,280 0,489
Dari ke bus bus
18 10 10 10 10 21 15 22
19 20 17 21 22 22 23 24
Losses ( MW )
Awal
0,037 0,387 0,044 0,355 0,161 0,003 0,195 0,114
DG 1
0,037 0,388 0,044 0,355 0,161 0,003 0,194 0,114
DG 2
0,039 0,369 0,037 0,353 0,160 0,003 0,202 0,112
59
Tabel 4.14. Perbandingan nilai losses sebelum dan DG metode LSF dan skenario 1 Dari bus
ke bus
6
9
Awal
Losses ( MW )
2,809
DG 1
2,815
DG 2
0,043
0,044
0,985
25
26
0,161
0,161
0,161
1,869
9
10
1,669
1,671
1,497
4
12 12 12 12 14 16
12
8,793
8,765
7,422
14
0,372
0,372
0,377
13 15 16 15 17
0,856 1,092 0,400 0,027 0,126
0,854 1,090 0,399 0,027 0,126
DG 2
0,043
2,147
1,055
DG 1
24
2,142
1,056
Awal
23
10 11
Losses ( MW )
2,478
6 9
Dari ke bus bus
0,759 1,119 0,417 0,028 0,132
24 25 28 27 27 29 8 6
25
0,063
27
0,156
27
2,619
29
0,353
30
0,558
30
0,095
28
0,020
28
0,399
0,064 0,156 2,622 0,352 0,557 0,095 0,020
0,399
0,064 0,144 2,534 0,351 0,555 0,094 0,010
0,267
Losses yang dihasilkan dari kedua percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.15. Perbandingan losses Tahapan
MW
Total losses
MVar
Awal
25,003
100,471
Skenario 1
22,967
91,344
Metode LSF
23,958
97,225
60
Dari hasil simulasi perbandingan penempatan DG 15 MW dengan skenario1 tidak banyak memperbaiki nilai losses pada jaringan. Pada skenari 1 masih ada 11 titik jaringan yang memiliki losses lebih besar dibandingkan dengan sebelum dipasangkannya DG pada sistem, yaitu jaringan bus 5 ke bus 7, jaringan bus 6 ke bus 7, jaringan bus 12 ke bus 14, jaringan bus 12 ke bus 15, jaringan bus 14 ke bus 15, jaringan bus 16 ke bus 17, jaringan bus 18 ke bus 18, jaringan bus 18 ke bus 19, jaringan bus 15 ke bus 23, dan jaringan bus 23 ke bus 24. Jika penempatan DG 15 MW dilakukan berdasarkan metode LSF maka hampir semua jaringan mengalami penurunan nilai losses dan hanya menyisakan 9 titik jaringan yang memiliki losses yang lebih besar dibandingkan dengan sebelum dipasangkannya DG pada sistem, yaitu jaringan bus 2 ke bus 4, jaringan bus 2 ke bus 5, jaringan bus 2 ke bus 6, jaringan bus 6 ke bus 9, jaringan bus 6 ke bus 10, jaringan bus 9 ke bus 10, jaringan bus 10 ke bus 20, bus 24 ke bus 25, dan bus 28 ke bus 27. Perbedan pada titik penempatan DG memberikan perbedaan pada nilai losses pada jaringan dalam sistem IEEE 30 bus. Pada dasarnya penempatan DG menggunakan metode LSF dan skenario 1 telah menurunkan nilai losses setelah diinjeksikan pada daya aktif dalam sistem. Namun jika melihat perbandingan nilai output total losses maka skenario 1 lebih unggul dari metdoe LSF (lihat Tabel 4.15). Ini berarti penempatan pembangkit terdistribusi (DG) berhasil meminimalkan losses pada sistem IEEE 30 bus. Penempatan DG dan penentuan besar suatu DG yang akan
61
digunakan pada kedua percobaan ini dirasa sudah cukup untuk mengurangi losses pada sistem, walaupun setelah ditambahkannya DG pada sistem terdapat beberapa jaringan yang memiliki nilai losses lebih besar dari sebelum ditambahkannya DG pada sistem..