Teknologi Reproduksi Ternak
BAB IV
DIAGNOSA KEBUNTINGAN
4.1 Pendahuluan Deteksi kebuntingan secara dini merupakan hal penting untuk diperhatikan selain karena besar pengaruhnya terhadap aktivitas atau siklus kehidupan ternak tersebut juga akan berpengaruh terhadap managemen pemeliharaan suatu peternakan seperti halnya peternakan sapi. Pada saat deteksi kebuntingan secara dini dari betina ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
Pasca kawin berahi kembali pada siklus berikutnya, seperti digambarkan bagan di bawah ini : Berahi Tidak bunting Kawin
Berahi kembali
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-1
Teknologi Reproduksi Ternak
Harus diperhatikan pemberian pakannya yang berbeda dengan betina yang bunting
Bila terjadi kegagalan kebuntingan, kemungkinan kematian embrional dini harus menjadi perhatian yang serius.
4.2 Tanda-tanda Kebuntingan 4.2.1
Tanda-tanda kebuntingan pada Sapi
Tidak ada tanda-tanda berahi Adanya pembesaran abdomen pada 1/3 bagian bawah kanan pada kebuntingan mendekati 3 bulan (pada kuda : awal kebuntingan dua bulan). Pada kebuntingan umur 5 bulan, massa otot di daerah Fossa Para Lumbal melegok sekali karena relaksasi Ligamentum Sacro Illiaca. Predisposisi
Penggemukan
Akhir kebuntingan : pada sapi dara kelenjar ambing volumenya meningkat. Adanya Fremitus : Arteria Uterina Media Pada umumnya : Sapi Betina bunting
karakternya tenang
Kuda Betina bunting
karakternya sensitif (peka)
4.2.2 Metode Diagnosa Kebuntingan Diagnosa kebuntingan dapat dibedakan berdasarkan : Eksplorasi Rectal Eksplorasi Vaginal Auscultasi Jantung Fetus Kadar Gonadotropin Darah Kadar Progesteron Darah / Air Susu A. Diagnosa Kebuntingan dengan cara Eksplorasi Rectal. Persiapan : Peralatan Operator (Pemeriksa) Ternak Betina. Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-2
Teknologi Reproduksi Ternak
a.
Peralatan dan Bahan Ember berisi air bersih Kanji / Sabun lunak Handuk Sarung tangan (karet/plastik) panjang Kandang Pemaksa (bila perlu) Pakaian (Werk-pack) Sepatu Boot (karet) Sabun Wangi.
b.
Pelaksana/Pemeriksa/Operator Kuku harus pendek Mememakai Werk-pack Memakai Sarung Tangan panjang (bila perlu) Memakai Sepatu Boot Tidak memakai cincin, jam tangan, dsb.
c.
Ternak Betina yang akan Diperiksa Diikat, bila perlu tempatkan dalam kandang pemaksa Upayakan suasana lingkungan tidak ribut (tenang) Hewan jangan dikasari/disakiti
d.
Prosedur Pelaksanaan Setelah pelaksana memakai perlengkapan (pakaian yang memadai), tangannya memakai sarung tangan karet / plastik panjang (bila perlu), kemudian tangannya (usahakan menggunakan tangan kiri) diberi pelicin (larutan kanji/busa sabun lunak).
Pelaksana menuju ternak betina yang akan diperiksa : Ternak diusap/ditepuk dengan lembut agar tenang Pegang pangkal ekornya dengan tangan kanan Tangan kiri : telapak tangan dan jari-jari dibentuk kerucut, dimasukkan ke dalam rektum dengan jalan didorong sambil diputar.
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-3
Teknologi Reproduksi Ternak
Setelah pergelangan tangan masuk di dalam rektum, telapak tangan dibuka tekan ke bawah (lantai rektum) untuk meraba organ di bawah rektum.
Vagina
Cervix Uteri : saluran berdinding tebal.
: saluran lunak
Setelah Cervix Uteri teraba, tangan digerakkan maju ke depan, melakukan penekanan ke bawah dengan telapak tangan terbuka untuk meraba Corpus Uteri, diteruskan ke depan sampai Bifurcatio Uteri Setelah Bifurcatio Uteri teraba, lanjutkan dengan meraba Cornua Uteri kiri dan kanan dan bandingkan dengan kriteria :
Cornua Uteri Kiri dan
TIDAK BUNTING
Cornua Uteri Kanan simetris Terus ikuti letak / posisi Cornua Uteri. o Posisi Cranio Ventral – simetris
TIDAK BUNTING
o Cari di ujungnya : OVARIUM Lakukan pemeriksaan dengan cermat pada Cornua Uteri Kiri dan Kanan serta pada Ovarium Kiri dan Kanan Gambar 29 berikut menunjukkan cara deteksi kebuntingan dengan cara palpasi rektal
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-4
Teknologi Reproduksi Ternak
Gambar 29. Deteksi Kebuntingan dengan cara Palpasi rektal
Tabel 4. berikut sebagai bahan acuan penentuan umur kebuntingan pada Sapi Tabel 4. Parameter Penduga Umur Kebuntingan UMUR KEBUNTINGAN TIDAK BUNTING
1 BULAN
2 BULAN
PARAMETER PENDUGA
3 BULAN
4 BULAN
5 BULAN
Alat reproduksi terletak antara rectum – pelvis Cornua uteri ukuran dan posisinya simetris Bifurcatio Uteri teraba Lendir vagina : tipis / kental sekali encer / kental berahi Cornua Uteri tidak simetris Vagina kering, lengket Cervix mengandung lendir tebal Ada Korpus luteum di Ovarium Cornua Uteri bunting membesar, seperti balon berisi air, double wall (plasenta – uterus) Bila mungkin : amnion dapat diraba o 5 minggu : = 2 Cm (sebesar kelereng) o 7 minggu : = 7 Cm (sebesar telur ayam) (balon amnion) Uterus bunting mulai jatuh ke abdomen Fremitus Hypertrophy Arteri Uterina Media o arteri = 0,2 Cm (6 minggu) o arteri = 1,2 Cm (4 bulan) o Pulsus arteria spesifik, seperti air mengalir dalam slang plastik Carunculae teraba berukuran kecil Fremitus arteri uterina media teraba jelas Fetus dan Carunculae besar dapat teraba Extremitas (kaki depan) terletak pada bagian depan dan bawah pelvis
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-5
Teknologi Reproduksi Ternak
6 BULAN
7 BULAN 8 BULAN 9 BULAN > 9 BULAN sampai Menjelang Kelahiran
Fetus masih dapat diraba, kemudian akan jatuh ke abdomen Fetus jatuh ke abdomen, sulit dicapai tangan Fetus terletak pada bagian kanan FLANK, tidak teraba Placentom dapat teraba Kelenjar ambing mulai membesar (sapi dara) Kelenjar ambing hypertrophy Fremitus sangat jelas Fetus dapat teraba kembali Fremitus sangat jelas Vulva membengkak Kelenjar ambing membesar (OEDEM) Ligamentum Sacro – Sciatic relaksasi Sacrum agak mengangkat karena relaksasi Ligamentum Sacro – Iliaca Basis ekor mengangkat Sumbat Cervix mencair Cervix relaksasi
B. Diagnosa Kebuntingan dengan mendeteksi Auscultasi Jantung Fetus a. Stetoskope : pada abdomen sebelah kanan. Dapat mendeteksi
jantung
fetus yang berumur 5 bulan ke atas. b. Ultra Sonografi : Efek Dopler
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-6
Teknologi Reproduksi Ternak
Gambar 30. Deteksi Kebuntingan pada Sapi, Domba dan Babi dengan menggunakan USG
c. Electrocardiograph : pada kebuntingan kembar. Pada Sapi diagnosa ini bertujuan untuk :
Deteksi kebuntingan
Deteksi kebuntingan Multi foetal
Pada Gambar 31 berikut memperlihatkan kondisi kebuntingan kembar pada Sapi.
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-7
Teknologi Reproduksi Ternak
Gambar 31. Kebuntingan multi foetal
Teknik tersebut diperlukan untuk mengetahui multifoetal pasca superovulasi. Tabel 5. di bawah menunjukkan ketepatan diagnosa kebuntingan dengan electrocardiograph. Tabel 5. Ketepatan Diagnosa Kebuntingan dengan electrocardiograph Keadaan Multi Foetal 140 - 180
Masa Kebuntingan 180 - 240 240 - Partus
Rataan
1 Sapi + 1 Fetus
62,10%
90,90%
100%
84%
2 Sapi + 2 Fetus 3 Sapi + 3 Fetus
33,30% -
71,40% 81,80%
100% 100%
67% 83,40%
C. Diagnosa Kebuntingan dengan mendeteksi gonadotropin darah Kuda : PMSG (seperti FSH), dapat dideteksi kehadirannya pada umur kebuntingan 40 – 50 hari Wanita (manusia) : HCG (seperti LH) o Test ASCHEIM ZONDEK (tikus) o FRIEDMAN (kelinci) o GALLI MANINI (katak) Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-8
Teknologi Reproduksi Ternak
S AP I
: tidak dapat dilakukan. Plasenta sapi tidak mensekresikan Gonadotropin
D. Diagnosa Kebuntingan dengan mendeteksi Progesteron Plasma Darah atau Air Susu Evaluasi progesteron dalam plasma darah selama siklus seksual mengikuti pola tertentu. o Pada Fase Luteal
: > 0,50 ng/ml
o Pada periode 4 – 6 hari sekitar berahi : kadar progesteron rendah (< 0,5 ng/ml) o Periode anestrus dan fase folikuler betina siklik : < 0,5 ng/ml o Fase Luteal betina siklik dan betina bunting Sapi : > 2 ng / ml Domba
: > 1 ng / ml
DOMBA Pengambilan sampel plasma darah dilakukan pada 17 – 19 hari post inseminasi. Ketepatan diagnosa (rata-rata 90 %)
o Tidak bunting
: > 99 %
o Bunting
: 83 %
SAPI
Pengambilan sampel plasma dilakukan pada 19 – 23 hari post inseminasi
Ketepatan diagnosa (rata-rata 80 %) o
Tidak bunting
: 100 %
o
Bunting
: 79 %
Sampel dari air susu (21 – 24 hari post inseminasi) o
Tidak bunting
:
4,22 0,57 ng / ml
o
Bunting
:
18,55 2,20 ng / ml
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-9
Teknologi Reproduksi Ternak
4.3 Bahan Bacaan 1.
Buku Wajib (BW): 1. Hafez, E.S.E.
2000.
Reproduction In Farm Animals. 7th Ed.
Lippincott
Williams & Wilkins 2. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung 3. Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
2.
Buku Anjuran (BA) : 1. Peters, A.R., and Ball, P.J. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd ed. Blackwell Science, Inc. 2. Bearden, H.J., J.W. Fuquay and S.T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction. Sixth Edition. Pearson. Prentice Hall. New Jersey. 3. Rasad, SD. 2004. Teknologi Reproduksi Ternak (unpublish)
4.4 Tugas dan Latihan 1. Jelaskan dengan singkat cara praktis diagnosa kebuntingan di lapangan 2. Jelaskan cara deteksi kebuntingan dengan aspek endokrin
Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD
IV-10