BAB III PATOLOGI KEBUNTINGAN
A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah Patologi Kebuntingan ini meliputi pengertian Gangguan atau penyakit kebuntingan, Teratologi, Abortus, Mummifikasi fetus, Maserasi fetus, Hidrops membran fetus dan fetus, Prolap vagina-servix, Torsi uterus, Kebuntingan di luar kandungan serta Hernia uterine. Pokok bahasan ini secara umum selain dapat digunakan untuk membantu mahasiswa dalam memahami Patologi Kebuntingan yang terjadi selama masa kebuntingan juga diharapkan mampu untuk mengambil suatu tindakan yang konprehensif sehingga mampu mencegah, mengatasi serta memberikan terapi atau pertolongan dengan tepat dan cepat. Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 6 kali tatap muka (3 minggu). Setelah mengikuti pokok bahasan kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami Gangguan dan penyakit yang terjadi selama kebuntingan pada ternak serta mampu mencegah, mengatasi serta memberikan terapi secara tepat dan professional.
B. PENYAJIAN Gangguan atau Penyakit Kebuntingan Keberhasilan suatu individu baru tergantung pada ada tidaknya gangguan atau kelainan selama masa kebuntingan. Kelainan-kelainan atau gangguan dapat saja terjadi mulai dari fertilisasi sampai menjelang kelahiran. Gangguan atau penyakit pada masa kebuntingan dapat terjadi pada masa embrio (disebut kematian embrio dini), pada masa fetus (menyebabkan Abortus, Mummifikasi fetus, Maserasi fetus dll) atau menyebabkan kelainan perkembangan fetus. Kematian embrio dini pada hewan Sapi umumnya terjadi pada usia kebuntingan 8-6 hari, Domba 9-15 hari, Babi 8-16 hari dan Kuda 30-36 hari. Gejalanya yang nampak adalah kawin berulang atau siklus estrus yang panjang. Penyebabnya adalah a. Genetik: inbreeding, kelainan kromosom, b. Laktasi: produksi susu tinggi, c. Kualitas semen yang jelek, d. Infeksi, e. Lingkungan dan pakan, Kelainan perkembangan umumnya terjadi terjadi pada masa/ periode tertentu, misalnya pada; Periode ovum : (0 - 14 hari kebuntingan) -
Sangat mudah dipengaruhi faktor 2 yang merugikan
-
Mutasi genetik
Universitas Gadjah Mada
1
Periode embrio (14 - 35 hari kebuntingan), merupakan periode kritis karena; -
Merupakan periode pertumbuhan dan differensiasi organ yang dikontrol oleh beberapa gen
-
Jika salah satu reaksi biokimia gagal/ tentunda menyebabkan kelainan, dapat karena defect genetik, keturunan dan mutasi
-
Akibat teratogen/ virus yang akan merusak perkembangan jaringan
Periode Fetal : Palate, cerebellum, urogenetal
Teratologi Teratologi
adalah
bagian
embriologi
dan
patologi
yang
berhubungan
dengan
perkembangan abnormal dan salah bentuk (malformasi) individu sebelum lahir. Kejadian malformasi dapat terjadi pada periode ovum / embrio / fetus. Kejadian salah bentuk yang hanya satu organ atau satu bagian tubuh disebut anomali, bila salah bentuk terjadi secara menyeluruh disebut monster. Contoh malformasi karena genetik yang bersifat letal/ semiletal pada sapi adalah; 1. Achondroplasia / kerdil 2. Hydrochepalus 3. Ichiyosis congeneta
Malformasi yang disebabkan karena non genetik misalnya karena faktor lingkungan disebut teratogen. Kejadian
ini paling
peka pada periode embrio/ organogenesis.
Contoh
teratogeniknya dapat karena defisiensi makanan, obat/ kimia, gangguan endokrin, infeksi, radiasi dan karena ova yang menua.
Gangguan atau penyakit selama kebuntingan yang paling sering menyerang ternak dapat berupa; 1. Abortus 2. Maserasi fetus 3. Mummifikasi fetus 4. Kebuntingan diluar kandungan 5. Torsi uterus 6. Prolaps vagina servik 7. Paraplegia kebuntingan
Universitas Gadjah Mada
2
Abortus Adalah pengeluaran fetus sebelum akhir kebuntingan dimana fetus belum sanggup hidup
Penyebab:
a. infeksi: (bakterial, viral, protozoa, jamur) b. non infeksi: kimia, obat, keracunan, hormonal, nutrisi
Faktor penyebab abortus dapat menentukan
derajat kerusakan plasenta,
endometrium, frekuensi retensi plasenta dan sterilitas post abortus
Abortus Karena Infeksi Bakterial a. Brucellosis 1. Brucellosis pada sapi (Contagious abortion, Bang ‘s disease) Penyebab: B. abortus. Pada kambing dan domba disebabkan karena B. melitensis. B.abortus berbentuk batang kecil, gram negatif, tumbuh di dalam sel. Sifatnya: zoonosis pada manusia karena dapat menimbulkan demam undulan jika minum air susu dan sapi yang sakit atau tercemar exudat vagina. Dapat menular ke hewan lain seperti domba, babi, kambing, anjing dan kuda. Mikroorganisme (m.o) mudah mati karena desinfektan, sinar, pasteurisasi dan pengeringan, tetapi dapat survive sampai beberapa bulan pada lingkungan basah dan dingin. Pada hewan jantan m.o ditemukan di testis, epididimis, vas deferent dan kelenjar testikularis. Penularan: lewat exudat alat kelamin, selaput lendir mata, makanan & air yang tercemar, lB dan semen terinfeksi.
Gejala: Umumnya menyebabkan abortus, terjadi pada usia kebuntingan 6-9 bulan. Kejadian abortus tergantung berat ringannya infeksi, virulensi mo dan daya tahan induk. Pada selaput fetus yang diabortuskan terjadi perubahan patologis seperti oedema, haemorhagi, nekrotik, dan adanya exudat kental. Biasanya disertai retensi plasenta, metritis dan keluar kotoran dan vagina sehingga menyebabkan infertilitas. Hewan yang sakit dapat sembuh setelah mengalami abortus 2-3 x tanpa reinfeksi. Pada hewan yang tertular, pedet yang dilahirkan mungkin dapat hidup tetapi kondisinya lemah/ prematur kemudian mati beberapa jam kemudian. Pada fetus yang mati akan terlihat autolisis, udema dan haemoraghi.
Diagnosa. Isolasi mo dari paru dan lambung (fetus), plasenta, air susu, semen dan lipoglandula.; Uji serologik terhadap aglutinin dalam darah; Uji rose bengal test (RBT), jika positif dilanjutkan dengan uji complement fixation test (CFT), cara ini lebih efisien 98 %) dan lebih akurat; Uji aglutinasi air susu. milk ring test (MRT) / BRT; Uji aglutinasi dari plasma seminalis jantan; Sejarah sapi perlu diketahui. Universitas Gadjah Mada
3
Penanggulangan dan pencegahan. Pencegahan dengan sanitasi dan kebersihan harus terpelihara; melakukan vaksinasi dengan strain 19 atau RB 51 pada usia 3 - 7 bulan (pada sapi dara), kekebalan pada sapi yang divaksinasi akan berlangsung sampai kebuntingan ke 5; Pemberian antiseptik & antibiotika pada hewan yang sakit; Penyingkiran reaktor; Sapi yang tertular dijual, dipotong atau diisolasi; Fetus & plasenta yang digugurkan dibakar atau dikubur; Hewan yang baru datang diperiksa, diuji, dan dikarantina selama 4 mg.
2. Brucellosis pada kambing. Penyebab: Bruceila inelitensis. Cara penularan: lewat ingesti. Gejala mirip dengan gejala pada sapi. Abortus terjadi pada usia kebuntingan 4 bulan, dapat menyebabkan arthritis dan orchitis. Diagnosa, isolasi bakteri dan air susu, fetus yang diabortuskan, atau dengan tes aglutinasi. Pencegahan dan pengendalian, hewan yang sakit dipotong atau dikeluarkan dari kelompok, atau vaksinasi dengan Rev.I stain. 3. Brucellosis pada kuda . Penyebab: Brucelia abortus or B. suis. Dapat menyebabkan suppurative bursitis atau dikenal sebagai fitulaous wither or poll evil. Kadang-kadang menyebabkan abortus. 4. Brucellosis pada babi. Gejala klinisnya bervariasi tetapi hampir sama dengan pada sapi dan kambing. Penyebab: Brucelia suis. Cara penularan lewat ingesti, pakan tercemar, perkawinan dengan pejantan terinfeksi, Gejala: bakterimia.
b. Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit kontagiosa pada hewan dan manusia, menyebabkan perubahan immunologi, terutama oleh subgroups Leptospira interrogans. Infeksinya mungkin tidak menimbulkan gejala klinis, atau dengan gejala klinis yang bervariasi seperti; demam, ikterus, haemoglobinuria, gagal ginjal, infertilitas, abortus, dan kematian. Setelah infeksi akut, leptospira tinggal dalam ginjal, organ reproduksi dan keluar serta dengan urin, untuk beberapa bulan atau beberapa tahun. Leptospira survive dengan lingkungan yang lembab.
Penyebabnya: Spirocheta kecil dan berbentuk filamen, yaitu L. pomona, L. hardjo, L gripothyphosa dan L. conicola. Sifat mikroorganisme mudah mati oleh panas, sinar matahari, pengeringan, asam & desinfektan. Mikroorganisme tahan hidup pada lingkungan yang lembab untuk beberapa minggu. Universitas Gadjah Mada
4
Penularan. Secara sporadik, melalui kulit terbuka / selaput lendir (mulut, Pharynx, hidung, mata), karena kontak dengan makanan & minuman yang tercemar. Masa inkubasi 3 - 7 hari. Gejala: Pada kondisi sedang gejalanya : anorexia dan produksi susu turun; Sedangkan pada kasus yang parah: produksi susu sangat menurun, agak berdarah, ambing kempis, anorexia dan Hb uria, anemia, dypsnoea, ickterus dan akhimya mati (dalam 1- 3 hari); Umumnya abortus terjadi pada pertengahan kebuntingan, tidak semua sapi bunting mengalami abortus dan jika fetus dipertahankan sampai partus biasanya fetus dapat hidup tetapi lemah dan akhirnya mati; Biasanya kejadian abortus disertai retensi plasenta, metritis dan infertilitas.
Diagnosa: Melakukan isolasi m.o sebaiknya kurang dari 12 jam. Adanya petechia yang menyebar sangat membantu dalam mendiagnosa. Test Fluorescen antibody technique terhadap paru, hati dan ginjal fetus juga sangat bermanfaat. Pengendalian, dengan sanitasi yang baik, isolasi hewan yang sakit serta hindari pakan & minuman dan pencemaran. Pencegahannya dengan melakukan vaksinasi dengan bakterin akan memberikan kekebalan 6-12 bulan. Bakterin sebaiknya mengandung serotipe leptospira yang ada didaerah tersebut. Pengobatan, pada kasus akut, diberi antibiotika dosis tinggi: 3 juta iu penicillin + 5 qr streptomycin, 2x sehari.
c. Campilobakteriosis atau Vibriosis Penyakit ini biasa menyerang sapi dan menyebabkan kematian embrio dini, infertilitas, jarak beranak yang panjang, dan kadang-kadang abortus.
Penyebab. Penyebabnya adalah Vibrio fetus veneralis atau Campylobacter fetus veneralis or Campylobacter fetus dan dapat menyebabkan abortus pada sapi. Sifat m.o peka terhadap: cahaya, pengeringan dan desinfektan. Pada kotoran ternak tahan 10-20 hari. Pada hewan betina m.o ditemukan di saluran kelamin, fetus dan plasenta. Pada hewan jantan di preputium, glans penis dan distal uretra serta sifatnya carier. Penularan. Lewat perkawinan denqan pejantan terjangkit atau peralatan.
Universitas Gadjah Mada
5
Gejala. Jika ada infeksi pada servik maka mukus servik meningkat dan bercampur dengan exudat uterus menjadi leleran mukopurulen. Pada kasus Akut: angka konsepsinya turun (infertilitas) dan bisa sampai 2 - 6 bulan atau lebih
Gejala yang khas: a. Endometritis & kadang-kadang salpingitis dan kadang-kadang keluar leleran mukopurulent b. Siklus estrus diperpanjang: 27- 57 atau rata-rata 32 hari c. Jika terjadi fertilisasi, embrio akan mati (kematian embrio dini) d. Abortus: kebanyakan pada usia kebuntingan 4-7 bulan (tri semester 2) e. Infertilitas, karena kematian embrio dini
Diagnosa. Melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa termasuk sejarah kelompok ternak. Uji Aglutinasi mukus vagina posistif (30- 80 hari sesudah penularan). isolasi m.o dengan melakukan kultur dan isi lambung dan paru fetus, cairan amnion dan leleran vagina. Pengendalian. Lakukan lB dengan semen sehat, istirahat kelamin selama 3 bulan pada hewan yang terserang. Untuk pencegahannya dengan melakukan vaksinasi dengan bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan atau setiap tahun Pengobatan. Pada hewan betina yang sakit diberi infusi antibiotik bersprektum luas secara intra uterin sedangkan pada pejantan dengan injeksi dihydrostreptomisin dengan dosis 22 mg/kg sc dan bersamaan dengan larutan antibiotik 50 % nya ke dalam praeputium
d. Listeriosis Penyebab. Penyebabnya Listeria monocytogenes, merupakan parasit utama yang menyerang sistim saraf pusat pada sapi dan domba, menyebabkan ensepalitis. Juga dapat ditemukan pada sapi yang abortus dan menyebabkan abortus pada kambing dan domba. Sifat bakteri: gram positif, berbentuk batang / coccoid. Listeria cenderung menyerang fetus, terdapat dimana-mana seperti air, rumput atau makanan. Dapat merangsang tubuh untuk membuat antibodi.
Penularan. Penularan bakteri lewat ingesti dan inhalasi, masuk ke darah menyebabkan bakteriemia, abortus, dan infeksi laten . Faktor predisposisinya yaitu akibat perubahan manajemen dan pakan yang mendadak menyebabkan hewan menjadi stres sehingqa resistensi hewan akan turun, Linqkungan jelek, tanah yang lembab/ kering, feces, sekresi, saluran pernapasan & pencemaran, silage dengan PH meningkat & jelek. Universitas Gadjah Mada
6
Gejala. Adanya listeria dalam darah akan masuk ke plasenta menuju cairan amnion dan fetus, sehingga jika terjadi abortus pada bulan ke 7-9 kebuntingan, pada fetusnya ditemukan adanya multi foci necrotic yang berwarna kuning atau coklat pada beberapa organ (hati, limpa, paru dan kotiledon). Distokia, retensi plasenta dan metritis sering terjadi. Jika fetus mati sebelum kebuntinqan 7 bulan akan mengalami retensi plasenta selama 5 hari, dan terjadi autolisis fetus. Jika fetus dapat lahir biasanya fetus akan lemah akhimya mati. Pada wanita hamil yang terinfeksi dapat menyebabkan abortus. Secara umum gejala lestiriosis terbagi dalam 3 bentuk yaitu: 1. Septikemia; hewan yang baru lahir biasanya akan mati, ada lesi pada hepar, gastroenteritis & meningitis, 2. Encepalitik; pada hewan dewasa, temtama ruminan & babi (meningo enchepalitis), 3. Reproduksi; pada ruminan & manusia Diagnosa. Isolasi m.o dan feces, milk, jaringan fetus (hati). Limpa terlihat ada foci nekrotik (sedikit) kekuningan; Jika isolasi m.o dari traktus genetal sebaiknya 10 hari setelah abortus, sedangkan dari jaringan tubuh 25 - 36 hari. Immunofluorescent, test aglutinasi dan titer aglutinin perlu untuk dipertimbangkan.
Terapi dan Kontrol. Sapi bunting yang terinfeksi jika memungkinkan agar tidak abortus, diberi antibiotik. Pengaturan makanan, sanitasi, hygine. Antibiotik dosis tinggi selama 5 hari pada hewan yang sakit.
e. Tuberkulosis Penyebab. Penyebabnya ada tiga tipe tubercle basili yang dikenal yaitu pada manusia, sapi dan unggas, yaitu Mycobakterium tubercullosis, M bovis, M avium. Ketiga tipe tersebut berbeda baik dalam kultur maupun patogenesitasnya. Sifat bakteri, menyerang alat reproduksi betina membentuk tuberkel (jendolan) baik dalam mukosa uterus, serviks, vagina, oviduk atau ovarium. Penularan. Lewat inhalasi melalui droplet yang infected atau ingesti, ekresi, sputum, feces, milk, urine, semen, traktus genetalis, dan perkawinan dengan hewan yang sakit.
Gejala. Secara umum hewan akan terlihat kurus, lemah, anoreksia dan demam. Jika terjadi bronkopneumonia, terlihat batuk dan dypsnea. Pada hewan bunting dapat menyebabkan abortus, jika dapat lahir akan terlihat adanya tubercular yang akhimya mati disertai retensi plasenta. Lesi uterus bisa bilateral, salpingitis dan adhesi antara uterus. Universitas Gadjah Mada
7
Ada 3 tipe tuberkulosis pada uterus yaitu; tipe periitonial ditandai dengan adesi dan abses, tipe glandular ditandai dengan hypertrophy dan tipe epithelial.
Diagnosa. Secara per-rektal: teraba ada ketebalan (tebal dan ada abses lokal) dan tonus uterus, Test tuberkulin secara intradermal jika positif akan terlihat ada nodul yang difuse. Penanggulangan. Isolasi hewan yang sakit. Pada manusia dengan vaksin BCG (Bacille Caimette-Guerin).
f.
Salmonellosis Penyebabnya. S. typhimurium dan S. dublin. S. dublin umumnya 80 % bertanggungjawab terhadap kejadian abotus karena salmonella. S. typhimunium menyebabkan enteritis dan septikemia sehingga menimbulkan stres dan hyperthermia dan bersamaan dengan itu, juga menyebabkan infeksi pada fetus dan membrannya, yang akhimya menyebabkan abortus (secara sporadis). Abortus terjadi pada pertengahan kebuntingan dan biasanya 10-20 hari setelah timbul gejala klinis, mo tersebut dapat ditemukan di feses induk atau fetus (autolisis).
S. dublin menyebabkan abortus setelah pertengahan kebuntingan, biasanya disertai gejala disentri, sering terjadi retensi plasenta dan metritis. Pengobatan dengan antibiotik atau vaksinasi.
Abortus Karena Protozoa 1. Trikomoniasis Adalah penyakit kelamin menular pada sapi yang ditandai dengan penurunan kesuburan, abortus dini dan pyometra.
Penyebab. Tritrichornonas fetus, sudah menyebar keseluruh dunia. Gejala pada hewan yang bunting dapat menyebabkan abortus pada tri semester pertama atau pada usia 4 bulan kebuntingan (muda). Yang spesifik adalah: 1.meningkatnya kasus kemajiran, 2.s/c yang tinggi (5 x Iebih), 3.angka kebuntingan rendah, 4 adanya leleran mucopurulent yang profuse dari vulva, 5. abortus dini dan 6. pyometra. Penularan. Lewat perkawinan alam atau lB.
Universitas Gadjah Mada
8
Diagnosa. Berdasarkan sejarah dan catatan perkawinan, adanya SC yang tinggi, abortus kebuntingan muda dan pyometra. Isolasi m.o dan cairan amnion atau allantois yang diabortuskan, cairan vagina, cairan mukopurulen. Pada sapi jantan dari smegma dan preputium. Pengendalian. Lakukan lB dengan pejantan yang sehat, istirahat kelamin, betina yang abortus diberi antibiotik intra-uterin, betina yang pyometra diberi estrogen/ PGF2 alfa, pejantan yang sakit kronis dieliminasi, pejantan yang sakit ringan diberi salep bovoflavin/ metronidazol 50 mg/kg berat badan peroral setiap hari selama 5 hari atau intravena dosis tunggal memberikan hasil yang cukup baik. 2. Toxoplasmosis Dapat mengganggu reproduksi hewan betina Penyebab. Toxoplasma gondii, sifatnya zoonosis karena dapat menyerang manusia.
Gejala. Secara umum menyebabkan deman, gangguan nafas dan syaraf. Pada hewan yang bunting dapat menyebabkan abortus, premature atau fetus lahir dalam kondisi lemah. Kejadian abortus biasanya terjadi pada usia kebuntingan 4-6 bulan.
Penularan. Lewat kucing sebagai induk semang devinitif atau secara oral lewat daging, makanan dan minuman yang tercemar ookista.
Diagnosa. Harus menemukan kista lewat preparat histologis, uji serologic, uji Elisa untuk menilai antibody toxoplasma. Terapi. Kombinasi pyremethamine dan triple sulfa, atau kombinasi sulfadiazin dan pyremethamine.
Pencegahan. Hindari dari pencemaran ookista.
Universitas Gadjah Mada
9
Abortus Karena Viral 1. IBR-IPV Infectious bovine rhinotraechitis dan infectious pustular vulvo-vaginitis (IBRWV) adalah penyebab abortus yang umum pada sapi. Penyebab adalah bovine herves virus (BHV-l), menyebabkan penyakit respiratorik akut pada sapi dengan gejala konjunctivitis, juga menyebabkan penyakit pada organ kelamin jantan atau betina. Penyakit pada sistim genital ini disebut IPV, dapat menyebabkan kematian prenatal & neonatal yang cukup tinggi.
Penularan sangat cepat, dapat melalui air, makanan, kontak langsung/ tidak langsung dengan masa inkubasi: 72 Jam.
Gejala ada beberapa bentuk gejata klinis misalnya; a. bentuk respiratorik bagian atas, b. bentuk konjunktival, c. bentuk digestif, d. bentuk meningo-encepalitis, e. bentuk vulva vagina, f. bentuk preputial, g. bentuk abortus dan prenatal, h. bentuk intra-uterine. Diagnosa, kultur dari kotiledon (untuk menemukan virusnya), uji serologik, ulasan vulva untuk uji antibodi fluoresen. Pengendalian dan pengobatan. Vaksinasi : Kombinasi (1BR. IPV dan BVD- MD), hewan bunting tidak boleh divaksin. Vaksinasi pada umur 6-8 bulan kekebalan dicapai sampai 3 tahun lebih. Hewan yang sakit diisolasi, istirahat kelamin selama 3- 4 mg, diberi antibiotik.
2. BVD - M.D Bovine virus diarrhe mucosal disease, umumnya menyerang sapi dan rnenyebabkan infertilitas. Pada sapi bunting yang terinfeksi dapat menyebabkan abortus. Abortus dapat terjadi pada usia kebuntingan 2- 9 bulan dan sangat menular. Penularan, lewat oral atau parental, urin, feses.
Gejala. Demam tinggi, depresi, anoreksia dan diare, serta produksi susu turun, ada lesi pada mukosa mulut dan pada sistem pencernaan serta repeat breeder. Diagnosa: uji serologik untuk menentukan titer antibodi
Penanggulangan dan pengobatan : Vaksinasi umur 9-10 bln, hewan sakit diberi antibiotik Universitas Gadjah Mada
10
Abortus Karena Jamur Penyebab utama abortus karena jamur adalah Aspergillus fumigatus (60-80 %), sisanya adalah jenis Mucorales. Aspergilius terdapat dimana-mana dan bersifat saprofit. Penyebab : A. fumigatus, Mucorales
Penularan : Inhalasi atau ingesti
Gejala
-
Abortus 5 - 7 bln
-
Fetus biasanya mati dan mengalami autolisis, jika fetus hidup maka kondisinya lemah Ada perubahan membran fetus seperti
Korion tebal, bengkak dan nekrotik
Adanya lesi pada plasentom
Karunkula induk dan kotiledon fetal sangat besar, bengkak, nekrotik
Diagnosa : Isolasi jamur dari plasenta fetus yang diabortuskan
Pencegahan : Hindari pakan berjamur (disimpan terlalu lama)
Abortus Karena Non Infeksi Karena keracunan; •
Nitrat yang berasal dan tanaman
•
Naftalen ber chlor & arsen
•
Daun cemara
Akibat pemberian atau kekurangan •
Estrogen
•
Glukokortikoid & Hydrokortison
•
Defisiensi progesteron
•
Def Nutnsi (Vit. A, iodin, selenium)
•
Benturan fisik
Universitas Gadjah Mada
11
Mummitikasi Fetus Adalah suatu kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan sehingga fetusnya mati tanpa pencemaran mikroorganisme, tidak diabortuskan, fetus mengalami autolisis, terjadi penyerapan oleh uterus dan akhirnya mengeras seperti batu. Biasanya terjadi pada umur kebuntingan 3 - 8 bulan, yang paling sering umur 4, 5, 6 bulan. Penyebab. Kematian fetus karena non infeksi, misal karena; Genetic, pelilitan atau penyempitan tali pusat dan torsi uteri.
Gejala. Dengan per-rektal teraba fetus yang mengeras seperti batu, adanya CLP, tidak ada perkembangan fetus dan anestrus, anoreksia, sulit defekasi serta sering merejan. Ada 2 tipe mummifikasi yaitu hematic (pada sapi), fetus nampak coklat kemerahan dan lengket dan papyraceous (berminyak, kuda, anjing, kucing dan babi) fetus yang mati terbungkus oleh selubung yang mengkilat seperti minyak. Terapi. Pada sapi dan kuda: injeksi 50 - 80 mg stilbestrol atau PGF2 alfa. Fetus akan keluar dalam waktu 32 - 72 jam kemudian.
Macerasi Fetus Adalah suatu kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan/ infeksi sehingga fetusnya mati, hancur, cairannya diserap, yang tinggal hanya tulang belulang.
Penyebab. Trichomonas fetus (sapi), bakteri dan jamur. Kejadiannya setiap periode kebuntingan. Gejala:
Dengan perrektal teraba adanya tulang belulang dalam uterus Sering merejan, keluar exudat busuk, produksi susu turun
Prognosa : Jelek
Terapi. Untuk mengeluarkan tulang-tulang fetus sangat sulit dan biayanya mahal. Pertimbangan ekonomi sebaiknya dijual untuk dipotong.
Universitas Gadjah Mada
12
Hidrops Membran Fetus dan Fetus Hidrop selaput fetus adalah suatu keadaan rongga selaput yang mengandung cairan berlebihan. Yang paling sering disebabkan karena patologis, misalnya: Hydramnion
Oedema allantokorion
Hydroallantois
Fetal anasarca
Oedema Fetalis
Hydrotorak
Kejadian ini dapat sendiri-sendiri atau bersama-sama. Dropsy fetatalis dapat berupa: Hydrocephalus
Asites fetalis
Anasarka fetalis
Hydramnion : Penimbunan cairan yang berlebihan di dalam kantong amnion Disebabkan karena genetic pada fetus atau perolehan. Sering terjadi pada sapi, kadang kambing tapi jarang pada babi dan karnivora. Kebuntingan biasanya diperpanjang dan pembesaran perutnya lambat (beberapa bulan).
Hydroaliantois : Penimbunan cairan di dalam kantong allantois. Berhubungan dengan patologi uterus (karunkel tidak berfungsi). Penyebabnya akibat adanya perubahan structural allantochorion dan pembuluh darah atau terjadinya transudasi dan pengumpulan cairan seperti plasma. Pembesaran perutnya cepat (5 - 20 hari).
Oedeina aliantochorion: akibat infeksi membran fetus.
Anasarca fetalis. Penimbunan cairan pada sub kutan terutama kepala. Umumnya disebabkan karena kelainan gen resesif autosom.
EmfIsema fetalis adalah penimbunan gas pada bagian-bagian tubuh fetus terutama pada kulit.
Dekomposisi fetus adalah merupakan kelanjutan dari proses maserasi fetus dan emfisema yang disertai dengan telah lepasnya muskulus dan kulit dan tempatnya.
Hvdrotorak adalah adanya akumulasi cairan (serus) di dalam rongga pleura (rongga dada).
Hvdrochepalus fetalis: Pembesaran kranium karena akumulasi cairan di dalam ventrikel atau antara brain dan duramater. Disebabkan karena defisiensi vit A, agen infeksi dan genetic Universitas Gadjah Mada
13
Prolaps Vagina Servik Meliputi prolaps lantai dinding lateral dan sebagian vagina lewat vulva dengan servik dan uterus tertarik ke belakang. Tidak jarang seluruh vagina dan servik tertarik keluar melalui vulva. Kejadiannya tinggi pada sapi perah terutama Hereford dan FH. Umumnya terjadi pada usia kebuntingan 2-3 bln terakhir. Penyebab. Umumnya pada hewan yang selalu dikandangkan, E tinggi atau karena tekanan intra-abdominal saat berbaring.
Gejala. Terlihat adanya prolaps. Pada kasus ringan, yang prolaps masuk kembali setelah berdiri. Pada kasus parah, vagina dan servik mengalami nekrosis, oedem dan emfisema.
Prognosa. Tergantung tingkat keparahan, cenderung terulang.
Terapi. Kembalikan organ yang prolap. Pada kasus ringan, tempatkan pada kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi dibagian belakang. Pada kasus berat, yang mengalami prolap dikembalikan ke posisi semula dibawah anastesi epidural 5 -10 ml procain 2 %.
Torsi Uterus Adalah perputaran uterus pada porosnya (sumbu memanjang). Kejadiannya pada sapi perah lebih sering dibanding sapi potong.
Penyebab. Struktur anatomic (predisposisi), akibat gerakan sapi saat berbaring/ berdiri secara mendadak, karena kekurangan cairan fetus, terjatuh, selalu dikandangkan, karena tonus uterus yang lemah dan gerakan fetus berlebihan. Gejala. Tidak tenang, menendang-nendang perut, seperti gejala mau partus (merejan), pulsus dan frekuensi nafas meningkat. Derajat torsi bisa 180, 180 - 240, 360 derajat. Diagnosa. Dengan pemeriksaan perrektal/ vagina akan teraba arah perputaran yaitu torsi kanan atau torsi kiri. Fetus kadang sulit diraba atau mungkin posisi fetus dorso illial atau dorso pubic. Yang berputar biasanya vagina, servik dan korpus uteri.
Prognosa.
Tergantung tingkat perputaran uterus. Baik, bila torsinya ringan dan cepat ditangani. Jelek, bila torsinya berat tetapi tidak segera ditangani. Jelek sekali bila sudah terjadi empysema fetus, ruptur dinding uterus dan peritonitis Universitas Gadjah Mada
14
Terapi/pengobatan. Mengembalikan posisi uterus yang torsi dengan cara 1. Penggulingan tanpa fiksasi uterus secara cepat arahnya berlawanan dengan arah torsi. 2. Penggulingan dengan fiksasi uterus 3. Seksio sesaria
Kebuntingan di Luar Kandungan Adalah kebuntingan diluar uterus atau extra uterine pragnancy ditandai dengan adanya perkembangan embrio diluar rongga uterus.
Penyebab: Adanya gangguan anatomi / fungsi fisiologik (terutama oviduk/uterus)
Macamnya : 1. Graviditas ovarika : embrio berkembang dalam tenunan ovarium 2. Graviditas tubana :embrio berkembang dan mengalami inpiantasi di dalam oviduk 3. Graviditas abdominalis : kebutuntingan di rongga perut dan fetus mati 4. Graviditas vaginalis : fetus berkembang dalam rongga vagina
Hernia Uterina Hernia atau histerocole adalah keadaan induk hewan bunting, uterus dan atau fetus masuk ke dalam rongga hernia.
Penyebab. Akibat robeknya lapisan pentonium dan m.abdomen karena trauma, fetus besar atau kembar. Gejala. Pembengkaan di bawah perut semakin membesar. Bila dipalpasi teraba ada fetus, ada gerakan, sakit dan panas.
Prognosa. Cukup baik bila segera dilakukan pertolongan.
Terapi. Sebaiknya sesegera mungkin. Jika segera mau partus, yang hernia ditahan dengan kain/ papan yang dikaitkan dengan punggung. Jika masih larna sebaiknya segera dioperasi.
Universitas Gadjah Mada
15
C. PENUTUP Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiswa rnengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Kapan dan apa dampaknya bila terjadi gangguan atau penyakit pada masa kebuntingan pada ternak? 2. Apa yang dimaksud teratologi dan sebutkan 2 contoh malformasi fetus yang disebabkan karena kelainan genetic yang bersifat letal/ semi letal pada sapi? 3. Sebutkan gangguan atau penyakit yang sering menyerang hewan ternak yang sedang bunting ! 4. Jelaskan penyebab, gejala (khas), cara penularan, diagnosis serta pencegahan atau terapi pada kasus brusellosis, leptospirosis, vibriosis, BVD-MD, IBR-IPV, dan abortus karena Jamur? 5. Jelaskan abortus yang disebabkan karena hormonal dan nutrisi! 6. Berikan contoh kasus hidrops membran fetus dan fetus pada kuda atau sapi! 7. Jelaskan arti, penyebab, gejala, prognosa serta terapi dan kasus prolaps vaginaservik, torsi uteri, maserasi fetus, hernia umbilikaslis Agar mahasiswa dapat menilai kemampuan diri dalam memahami setiap materi yang diberikan dalam setiap pokok bahasan, maka mahasiswa harus dapat rnenyelesaikan soalsoal tersebut. Seandainya ada kesulitan dalam menjawab soalsoal tersebut sebaiknya didiskusikan di dalam kuliah.
Kisi kisi soal No 1 dapat dilihat pada halaman (39), 2(40), 3(40), 4(41-45, 50- 52), 5(52), 6(54), 7(53, 55,56,57).
Universitas Gadjah Mada
16
DAFTAR PUSTAKA
Wajib: Robert, S.J., 1986. Veterinary Obstetrics and Genital Desease (Thenogenology), 3nd ed., Edwards Brothers Inc. Michigan. Arthur, G.H. and Noakes, G., 1996. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th ed. Bailliere and Tindall, London Anjuran: Morrow, D.A. 1980. Current Theraphy in Thenogenology. Sounders Co. Philadelphia. Hafez, E.S.E., 1993. Reproduclon in Farm Animal. 6th Edition. Lea & Febiger. Philadelphia.
Universitas Gadjah Mada
17