PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN By : Setyo Utomo
PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN YG TEPAT DAN DINI MERUPAKAN DASAR MANAJEMEN YG BERHUBUNGAN PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN KEMAJIRAN PADA TERNAK. SELAIN KESANGGUPAN MENENTUKAN KEBUNTINGAN, PKB INI HARUS MAMPU MENENTUKAN UMUR KEBUNTINGAN DAN RAMALAN WAKTU KELAHIRAN. KEBUNTINGAN PADA SAPI DAN KERBAU DAPAT DIDIAGNOSA MELALUI PALPASI REKTAL ATAU PEPENTUAN KADAR PROGESTERON DI DALAM SERUM DARAH.
DARAH DAPAT DIAMBIL 21 – 24 HARI SESUDAH IB ATAU PERKAWINAN ALAM DAN DIUJI KADAR PROGESTERONNYA DI LAB. ENDOKRINOLOGI MENGGUNAKAN TEKNIK RIA 9RADIO IMMUNO ASSAY. KADAR PROGESTERON LEBIH TINGGI 2 NG/ML MENUNJUKAN ADANYA KEBUNTINGAN. PENENTUAN KADAR PROGESTERON DALAM DARAH MENGGUNAKAN TEKNIK RIA MAUPUN PALPASI REKTAL TERHADAP CL MEMILIKI KETEPATAN DIAGNOSA 90% DALAM PERIODE 21 – 24 HARI PASCA IB.
PALPASI PER-REKTAL TERHADAP UTERUS DAN ISINYA MERUPAKAN CARA YG PALING PRAKTIS DAN CEPAT UNTUK PENENTUAN KEBUNTINGAN PADA SAPI DAN KERBAU DI LAPANGAN. ORIENTASI ANATOMIK DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN YG TEPAT MERUPAKAN DASAR KEBERHASILAN PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN PER REKTAL. DIAGNOSE MEMAKAI METODA INI DAPAT DILAKUKAN PALING CEPAT 35 HARI PASCA IB . KETEPATAN 95% DICAPAI SESUDAH 60 HARI MASA KEBUNTINGAN.
INDIKASI LUAR PADA UMUMNYA PETERNAK MENGANGGAP BAHWA PERKAWINAN ALAM ATAU IB SUDAH MERUPAKAN SUATU PERTANDAN AKAN TERJADINYA KEBUNTINGAN. BERHENTINYA GEJALA-GEJALA BERAHI SESUDAH PERKAWINAN/IB SUDAH HAMPIR PASTI MENANDAKAN KEBUNTINGAN.
INDIKASI LUAR AKAN TETAPI TIDAK BERARTI 100% PASTI BUNTING, TERNAK BUNTING SELALU DITANDAI TIDAK KEMBALI BERAHI NAMUN TIDAK BERAHI TIDAK SELALU BUNTING. KEMATIAN EMBRYONAL DINI (ABORTUS) DAPAT TERJADI, KIRA-KIRA 15% ATAU LEBIH SAPI YG TDK DIAMATI BERAHINYA SETELAH KAWIN TIDAK BUNTING PADA PEMERIKSAAN 60 HARI PASCA IB.
INDIKASI LUAR PERUBAHAN-PERUBAHAN PATOLOGIK DAPAT TERJADI DALAM UTERUS, SEPERTI MYOMETRA, ATAU DIDALAM OVARIA SEPERTI SISTE YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN BERAHI. KEJADIAN BERAHI SELAMA BUNTING 3,5 – 5,6 % (DONALD (1943) DAN ERB DAN MORRISSON (1958). ESTRUS TSB SERING DIAMATI PADA 3 BULAN PERTAMA PERIODE KEBUNTINGAN DAN BIASANYA BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN FOLIKEL. AKAN TETAPI OVULASI DAN PEMBENTUKAN CL JARANG TERJADI. PENDARAHAN METESTRUS, “MENTSRUASI” ATAU PENGELUARAN DARAH DAN MUCUS 24 -48 JAM PASCA IB, DINYATAKAN SEBAGAI INDIKASI TIDAK TERJADINYA KONSEPSI. LAPORAN-LAPORAN MENYATAKAN BHW KIRA-KIRA 50-60% SAPI INDUK DAN 75% SAPI DARA MEMPERLIHATKAN SEDIKIT PERDARAHAN MELALUI VULVA SESUDAH BERAHI. PENELITIAN MENUNJUKAN BAHWA TIDAK ADA HUBUNGAN ANTARA PERDARAHAN DAN KONSEPSI.
INDIKASI LUAR PADA KEBUNTINGAN TUA, ABDOMEN CENDERUNG MEMBESAR TETAPI TANDA INI TIDAK MERUPAKAN INDIKASI TENTANG KEBUNTINGAN. KELENJAR SUSU PADA SAPI DARA BERKEMBANG DAN MEMBESAR PADA KEBUNTINGAN 4 – 5 BULAN. PADA SAPI TUA YG SUDAH SERING BERANAK, PEMBESARAN DAN EODEMA KELENJAR SUSU SERING TIDAK JELAS ANTARA 1 – 4 MINGGU MENJELANG AKHIR KEBUNTINGAN.
INDIKASI LUAR TERNAK BETINA BERTAMBANG TENANG, LAMBAT DAN HATI-HATI DALAM PERGERAKANNYA SESUAI DENGAN PERTAMBAHAN UMUR KEBUNTINGAN, TERUTAMA PADA MINGGU-MINGGU TERAKHIR. ADA KECENDERUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN. LIGAMNTA PELVIS MULAI MNGENDUR, PADA TERNAK YG KURUS TERLIHAT PELEGOKAN YG JELAS PADA PANGKAL EKOR. OEDEMA DAN RELAKSASI VULVA TERLIHAT BEBERAPA MINGGU TERAKHIR KEBUNTINGAN.
INDIKASI LUAR PADA UMUMNYA GERAKAN FETUS DAPAT DIOBSERVASI DARI LUAR DINDING PERUT SESUDAH KEBUNTINGAN 6 BULAN. KADANG-KADANG PADA TERNAK KURUS DAN FETUS TERLETAK DI TEPI DINDING ABDOMEN TERAMATI PADA UMUR 5 BULAN. SEBALIKNYA PADA TERNAK GEMUK, FENOMENA INI TDK DAPAT DIRASAKAN SAMPAI UMUR 8-9 BULAN. TERGANTUNG PADA UKURAN FETUS, KONDISI INDUK DAN UKURAN SERTA ISI YG BUNTING 5 BL, 10 – 50% PADA KEBUNTINGAN 6 BL, 70-80% PADA KEBUNTINGAN 7 BULAN, 80-90% PADA KEBUNTINGAN 8 BL DAN DIATAS 905 PADA KEBUNTINGAN 9 BL.
INDIKASI LUAR JIKA TANGAN DIDORONGKAN SECARA BERULANG PADA ARAH DORSOMEDIAL PADA BAGIAN BAWAH PERUT SEBELAH KANAN, MAKA FETUS AKAN TERASA SEBAGAI SUATU BENDA PADAT DAN BESAR YG TERGANTUNG DAN BERAYUN DIDALAM STRUKTUR LUNAK ABDOMEN. LEBIH TUA UMUR KEBUNTINGAN ATAU LEBIH BESAR FETUS MAKA FETUS TERASA LEBIH KE DORSAL DARI DAERAH LEGOK LAPAR (FLANK).
INDIKASI LUAR DENYUT JANTUNG FETUS DAPAT DIAUSKULTASI PADA DAERAH LEGOK LAPAR (FLANK) KANAN DARI 6 – 7 BULAN SAMPAI AKHIR MASA KEBUNTINGAN. NAMUN DEMIKIAN AUSKULTASI SULIT DIRASAKAN KARENA DINDING ABDOMEN DAN VISCERA YANG TEBAL DAN LOKASI YANG TENANG SULIT DITEMUKAN. DIBANDINGKAN DENGAN CARA LAIN, TEKNIK INI TDK PRAKTIS PADA SAPI KARENA KEMUNGKINAN BANYAK TERJADI KESALAHAN. ELEKTRONIKADIOGRAFI TELAH DIPAKAI UNTUK MEMPELAJARI KERJA JANTUNG FOETUS DAN SEBAGAI SATU ALAT DIAGNOSA KEBUNTINGAN KEMBAR DAN MUMIFIKASI FETUS SESUDAH KEBUNTINGAN BULAN KE 5.
INDIKASI DALAM PALPASI PER-REKTAL TERHADAP UTERUS, OVARIA DAN PEMBULUH DARAH UTERUS ADALAH CARA DIAGNOSA KEBUNTINGAN YANG PALING PRAKTIS DAN AKURAT PADA SAPI DAN KERBAU. SEBELUM PALPASI REKTAL, PERLU DIPELAJARI SEJARAH PERKAWINAN TERNAK YBS, TERMASUK TGL MELAHIRKAN TERAKHIR, TGL DAN JUMLAH PERKAWINAN, INFORMASI MENGENAI SETIAP KONDISI PATOLOGIK DAN PENYAIKIT YG PERNAH TERJADI PADA SALURAN REPRODUKSI. CARA PERKWINAN DAN REPRODUKSI YG LENGKAP SANGAT BERGUNA UNTUK MENENTUKAN KEBUNTINGAN SECARA CEPAT DAN TEPAT.
INDIKASI DALAM UNTUK PEMERIKSAAN TERNAK , PEMERIKSA HARUS MENGENAKAN PAKAIAN PELINDUNG SEPERTI SEPATU BOOT KARET, PAKAIAN PRAKTEK LAPANGAN BERLENGAN PENDEK DAN SARUNG TANGAN PLASTIK. SEBAIKNYA ADA SEORANG YG MENCATAT HASIL PEMERIKSAAN. SARUNG TANGAN PLASTIK UNTUK MELINDUNGI TANGAN DAN LENGAN PEMERIKSA DARI KEGAGALAN, INFEKSI, KOTORAN DAN BAU, DAN MELINDUNGI REKTUM SAPI TERHADAP IRITASI KARENA BLU TANGAN DANN KUKU PEMERIKSA. KUKU HRS DIPOTONG TUMPUL, RATA DAN LICIN DAN TDK BOLEH MEMAKAI CINCIN APALAGI CINCIN YG BERMAHKOTA. PEMERIKSA DAPAT MEMAKAI SALAH SATU DARI DUA TANGANNYA , SEBAIKNYA MEMAKAI TANGAN YG TERKUAT DAN TERBIASA. BANYAK YG MENGGUNAKAN TANGAN KIRI AGAR TANGAN KANAN BISA MELAKUKAN MANIPULASI ALAT-ALAT ATAU UNTUK MENULIS.
INDIKASI DALAM SAPI-SAPI YG AKAN DIPERIKSA HARUS DITEMPATKAN DALAM KANDANG JEPIT, UNTUK MEMUDAHKAN PENANGANAN DAN KEAMANAN PEMERIKSA, JIKA BANYAK SAPI YANG AKAN DIPERIKSA, MAKA SESEORANG BISA MEMBANTU MENGANGKAT EKOR SETIAP SAPI YANG AKAN DIPERIKSA. UMUMNYA SAPI JARANG MENENDANG BILA SEDANG DIPERIKSA SECARA REKTAL, TETAPI SAPI YG TERKEJUT DAPAT MENENDANG KE BELAKANG DAN DPT MENCEDARAI PEMERIKSA. UNTUK MENGURANGI TENDANGAN YG BIASANYA SAAT AWAL TANGAN DIMASUKAN KE DALAM REKTUM DAPAT DIATASI DENGAN MENEMPATKAN PALANG YG DITEMPELKAN DI BAGIAN BELAKANG KANDANG JEPIT ATAU DIBELAKANG SAPI, DI ATAS LEGOKAN KAKI BELAKANG. PEMAKAIAN KEKANG HIDUNG, PENGANGKATAN EKOR SAPI KE ATAS ATAU KE DEPAN DAPAT MENCEGAH TENDANGAN.
TERNAK KERBAU MEMPUNYAI TEMPARAMEN LEBIH TENANG DAN TDK MENENDANG, TAPI KANDANG JEPIT HARUS KUAT KARENA JIKA MERASA SAKIT KERBAU BIASANYA MENDORONG KE DEPAN UNTUK MEMBEBASKAN DIRI.
HAL-HAL YG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMERIKSAAN INDIKASI DALAM
TANGAN HARUS DILICINKAN DENGAN SABUN / AIR SABUN YG TDK MENGIRITASI TANGAN DIMASUKAN KE DALAM REKTUM DALAM BENTUK KERUCUT DAN DITERUSKAN SAMPAI MELAMPAUI ORGAN ATAU STRUKTUR YANG AKAN DIPALPASI. SESUDAH TANGAN MASUK, KEMBALIKAN SEBAGIAN REKTUM KE BELAKANG SEBAGAI LIPATAN PADA TANGAN, DDMK AKAN MEMBERI KEBEBASAN PADA TANGAN DAN MENYEBABKAN PENINGKATAN RELAKSASI REKTUM. PADA UMUMNYA SEBAGIAN BESAR FESES PERLU DISINGKIRKAN DARI REKTUM SEBELUM PEMERIKSAAN DILAKUKAN, YAITU DENGAN MENGERUK FESES ATAU MENSTIMULIR KONTRAKSI PERISTALTIK DAN DEFEKASI DENGAN MENGURUT REKTUM TEPAT DI BAGIAN ANTERIOR ANUS DAN DENGAN MEMBIARKAN UDARA MEMASUKI REKTUM DAN MENGEMBANGKANNYA.
SEMUA PEMERIKSAAN REKTAL HARUS DILAKUKAN DENGAN HATIHATI, HALUS, SABAR DAN MENCEGAH TRAUMA PADA MUKOSA ATAU PEROBEKAN DINDING REKTUM. APABILA TERJADI PERUSAKAN MUKOSA, PEMERIKSAAN HARUS DIHENTIKAN. ADANYA GUMPALAN DARAH SEGAR YG CUKUP BANYAK DAN TDK TERCAMPUR DG FESES, SANGAT MUNGKIN DISEBABKAN KARENA RUPTURA, MAKA PEMERIKSAAN SEGERA DIHENTIKAN DAN TERNAK DIBERIKAN PENGOBATAN ANTIBIOTIKA DAN ATROPIN DAN JIKA SAPI MENGALAMI PERITONITIS SEPERTI PENINGKATAN SUHU TUBUH, ANOREXIA DAN KEKAKUAN, SEBAIKNYA DIPOTONG.
PEMERIKSAAN HARUS DILAKUKAN SECARA RUTIN DAN TERATUR TERHADAP SALURAN REPRODUKSI BETINA DAN HARUS DILAKUKAN SECARA TELITI AGAR TDK ADA BAGIAN YG TERLEWATI. PADA PEMERIKSAAN REKTAL, TANGAN DIMASUKAN KE DALAM INLET PELVIS ATAU TEPIAN KRANIAL PELVIS DAN DENGAN TELAPAK TANGAN YANG MEMBUKA KE BAWAH, KEMBALI KE SISI LAIN KEMUDIAN KE ATAS. JIKA TDK ADA STRUKTUR YG TERABA, UTERUS BERADA DI RONGGA PELVIS. BIASANYA CERVIKS ATAU UTERUS TERABA DI TEPI PELVIS PADA TERNAK TUA. CERVIX KERAS DAN MUDAH DILOKALISIR PADA LANTAI PELVIS ATAU DI CRANIALNYA. CORPUS, CORNUA UTERI DAN LIGAMENTUM INTERCORNUALIS PADA BIFURCATIO UTERI DAPAT DIPALPASI PADA TERNAK YG TIDAK SEDANG BUNTING ATAU PADA KEBUNTINGAN MUDA. OVARI DAPAT TERABA DI LATERAL DAN AGAK CRANIAL DARI CERVIX. PADA SAAT KEBUNTINGAN LANJUT MAKA OVARI TERTARIK KE DEPAN, TERUTAMA OVARIUM YG BERHUBUNGAN DENGAN CORNUA BUNTING DAN SUDAH TDK TERJANGKAU LAGI PD KEBUNTINGAN 4 - 6 BULAN. UTERUS DAPAT TERLETAK LATERAL DI DALAM RONGGA PELVIS OLEH KARENA KANTUNG SENI YG PENUH ATAU OLEH KARENA LIGAMENTUM LATA YANG PENDEK
UTERUS YG TDK BUNTING DAN NORMAL PADA SAPI DARA DAN SAPI YG SERING BERANAK MASING-MASING MEMPUNYAI DIAMETER 1,25 – 2 CM SAMPAI 6,5 CM DAN PANJANG 15 – 20 CM ADA YG SAMPAI 30 CM. UTERUS BIASANYA LUNAK, DAPAT DITEKUK DAN KENDUR DENGAN SEDIKIT KETEGANGAN PADA PERMULAAN KEBUNTINGAN. UTERUS YG BENAR-BENAR LEMAS DAN ATONIK TERDAPAT PADA SAAT ANESTRUS PERMANEN DAN SISTIK OVARI KRONIS. PADA SAAT BERAHI ATAU DIRANGSANG, UTERUS DAPAT MENEGANG DAN BEREREKSI. PADA AKHIR ESTRUSDAN PERMULAAN PROESTRUS 1-2 HARI SETELAH OVULASI , UTERUS BERDINDING TEBAL DAN OEDEMATUS. SERINGKA;LI SEKITAR 20, 40 ATAU 60 HARI SESUDAH KONSEPSI, UTERUS DAPAT MENJADI SANGAT BEREREKSI DAN TEGANG BERSAMAAN DENGAN AKTIVITAS FOLIKULER PADA OVARIUM, WALAUPUN TERDAPAT SUATU CORPUS LUTEUM NORMAL.
UNTUK MEMPERJELAS DIAGNOSA DAPAT DILAKUKAN RETRAKSI MANUAL TERHADAP UTERUS YG TDK BUNTINGATAU YG BUNTING SATU SAMPAI DUA BULAN KE DALAM RONGGA PELVIS DARI RONGGA ABDOMEN. CARA INI TERDIRI DARI PENARIKAN CERVIX KE CAUDAL DAN PENARIKAN DITERUSKAN TERHADAP LIGAMENTUMINTERCORNUALIS PADA BIFURCATIO UTERI.
DENGAN MEMPERHATIKAN UMUR TERNAK DAN BEBERAPA FAKTOR LAINNYA, DIAGNOSIS KEBUNTINGAN VIUA PALPASI REKTAL DAPAT DILAKUKAN SECARA TEPAT MULAI HARI KE -35 PASCA IB. LEBIH MUDAH MENENTUKAN KEBUNTINGAN PADA TERNAK DARA DARI PADA PLURIPARA. SESUDAH HARI KE 45 S/D HARI KE 55 DIAGNOSIS KEBUNTINGAN UMUMNYA MUDAH DILAKUKAN OLEH TENAGA YG SUDAH BERPENGALAMAN, OLEH KARENA RESIKO KEGUGURAN SANGAT TINGGI PADA PEMERIKSAAN MUDA. LEBIH MUDA KEBUNTINGAN YG DIPERIKSA, LEBIH BANYAK TERJADI KEMATIAN EMBRYONAL. SEBAB UTAMA KEMATIAN EMBRYO ADALAH TERJADINYA RUPTURA JANTUNG ATAU PECAHNYA PEMBULUH DARAH PADA DASAR JANTUNG YANG MENYEBABKAN PERDARAHAN KE DALAM KANTUNG AMNION. KEGUGURAN DAPAT TERJADI DALAM WAKTU BEBERAPA HARI ATAU BEBERAPA MINGGU.
KEJADIAN ABORTUS TERBANYAK YG TDK BERHUBUNGAN DENGAN TRAUMA TERJADI SELAMA ORGANOGENESIS DAN PERTAUTAN SELAPUT FOETUS PADA 6 MINGGU PERTAMA PERIODE KEBUNTINGAN. KEMATIAN EMBRYONAL ALAMIAH INI DAPAT DIPERTINGGI OLEH DIAGNOSIS KEBUNTINGAN MUDA PER REKTUM. SEHINGGA DIANJURKAN PETUGAS PEMERIKSA KEBUNTINGAN AGAR LEBIH BERHATI-HATI DAN LEBIH LUWES MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN MUDA DAN SEBAIKNYA DILAKUKAN LAGI PADA UMUR KEBUNTINGAN 55 S/D 60 PASCA IB, ATAU JIKA MUNGKIN HINDARI PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN MUDA. PALING AMAN PEMERIKSAAN DILAKUKAN MINIMAL MULAI HARI KE 60 SESUDAH IB.
INDIKASI KEBUNTINGAN YG PENTING PADA SAPI DAN KERBAU : PALPASI CORNUA UTERI YG MEMBESAR BERISI CAIRAN PLACENTA DARI HARI KE 30 SAMPAI KE 90 PERIODE KEBUNTINGAN PALPASI SECARA HALUS DAN SANGAT HATI-HATI TERHADAP KANTUNG AMNION PADA KEBUNTINGAN MUDA, 35 SAMPAI 50 HARI SLIP MEMBRAN FOETAL DAPAT DILAKUKAN SECARA HATI-HATI PADA HARI KE 40 -90 MEMBRAN FOETAL PERABAAN PLACENTOMA PALPASI ARTERIA UTERINA MEDIA ADANYA FREMITUS.
TANDA-TANDA LAIN ADALAH : 1.ASIMETRI CORNUA UTERI YG TERABA MELALUI BIFURCATIO TERUTAMA PADA KEBUNTINGAN MUDA 2.PEMBESARAN UKURAN UTERUS, PENIPISAN SERTA PENGEMBANGAN DINDINGNYA 3.LOKASI UTERUS DI DALAM RONGGA ABDOMEN 4.LOKASI, UKURAN DAN PERSISTENSI CORPUS LUTEUM 5.PERUBAHAN-PERUBAHAN VAGINAL
PERUBAHAN-PERUBAHAN UTERUS : SELAMA AWAL KEBUNTINGAN, CORNUA UTERI TERUTAMA CORNUA YG MENGANDUNG FOETUS, MEMBESAR KARENA ADANYA KANTUNG AMNION, CAIRAN PLACENTA, SELAPUT-SELAPUT DAN FOETUS. PEBNINGKATAN DIAMETER CORNUA UTERI DITANDAI OLEH PENIPISAN DINDING UTERUS DAN CORNUA YANG BERISI CAIRAN MEMBERI PERASAAN “HIDUP” . TONUS CORNUA UTERI MENINGKAT KARENA KETEGANGAN DAN PEMBESARANNYA. MULAI HARI KE -40 – 90 MASA KEBUNTINGAN UTERUS TERABA SEPERTI BALOON KARET AGAK TEBAL YG HAMPIR PENUH BERISI AIR. UKURAN RATA-RATA CORNUA UTERI YG MENGANDUNG FOETUS 5 BLN PERTAMA MASA KEBUNTINGAN TERTERA PADA TABEL BERIKU : KARENA UKURAN FOETUS ADALAH KECIL SELAMA AWAL KEBUNTINGAN MAKA JUMLAH CAIRAN DI DALAM CORNUA UTERI MENENTUKAN UKURAN ATAU DIAMETER CORNUA. VOLUME CAIRAN BERTAMBAH CEPAT PADA BULAN PERTAMA, TETAPI LEBIH LAMBAT SESUDAH BULAN KE -5 ATAU KE-
TABEL UKURAN DAN SIFAT FOETUS DAN UTERUS SAPI SELAMA KEBUNTINGAN UMUR DIAMETER JML. KEBUNTINGAN CORNUA CAIRAN BULAN HARI BUNTING FOETAL (CM) (ML)
PANJANG FOETUS (CM)
BERAT FOETUS (g)
DIAMETER SIFAT2 FOETUS FOETAL (Cm) DAN PLACENTAL
1
2
30
2-4
30-60
0,1 - 1
0,3-4,5
-
Pucuk2 kepala dan kaki jelas, placenta blm bertaut
40
3-6
75-100
1,75-2,5
1-1,5
-
-
50
5-7
90-200
3,5-5,5
3-6
-
-
60
6-9
200-450
6-8 (= sebesar mencit)
Pucuk2 teracak&scr otum kecil, jelas, placenta bertaut dan kotiledon sebesar lensa
UMUR DIAMETER JML. KEBUNTINGAN CORNUA CAIRAN BULAN HARI BUNTING FOETAL (CM) (ML)
PANJANG FOETUS (CM)
BERAT FOETUS (g)
DIAMETER SIFAT2 FOETUS FOETAL (Cm) DAN PLACENTAL
3
70
7-10
350-650
7 – 10
25-100
-
-
80
9-12
500-800
8 – 13
120-200
0,5-0,75
-
90
10-13
7501400
13-17 (sebesar tikus)
200-400
0,5-1,0 (seukuran uang logam Rp, 25)
Rambut pada bibir, dagu dan kelopak mata, ada scrotum pada foetus jantan