BAB IV ANALISIS TRADISI TADARUSAN DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI SISWA CINTA AL QUR’AN DI SD AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH PEKALONGAN Pada bab ini akan dipaparakan Analisis tradisi tadarusan dalam menumbuhkan motivasi siswa siswa cinta Al-Qur’an di SD Al-Irsyad AlIslamiyah Pekalongan. Analisis didasarkan pada hasil penelitian, yang penulis dapatkan dalam proses penelitian, pemaparan Analisis Tradisi Tadarusan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan, terdiri atas Analisis Kegiatan Tadarusan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan dan Analisis kecintaan siswa terhadap Al Qur’an di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan, serta Analisis Peran tradisi tadarusan dalam menumbuhkan motivasi siswa cinta terhadap Al Qur’an di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan A. ANALISIS KEGIATAN TADARUSAN DI SD AL-IRSYAD ALISLAMIYAH PEKALONGAN Kegiatan tadarusan Al-Qur’an yang dilakukan di SD Al-Irsyad AlIslamiyah Pekalongan merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap pagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, kegiatan ini sangat baik dalam
hal
menumbuhkan
kebiasaan
membaca
Al-Qur’an
sebelum
pembelajaran dilaksanakan, selain menumbuhkan kebiasaan dalam membaca Al-Qur’an kegiatan tersebut secara tidak langsung juga menumbuhkan kemampuan siswa dalam membaca atau melafadkan ayat-ayat Al-Qur’an.
64
65
Dengan tradisi tadarus Al-Qur’an kebiasaan-kebiasaan baik siswa tumbuh dengan sendirinya, dengan kegiatan ini rasa cinta atau senang membaca Al-Qur’an tumbuh dengan sendirinya dikarenakan siswa tidak merasa asing dengan bacaan-bacaan yang didengar dan dibaca atau dilafadkan. Tradisi tadarusan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan dilaksanakan setiap pagi pada pukul 06.45-07.30 atau selama 45 menit, waktu tersebut cukup baik dilaksanakan mengingat waktu tersebut tidak terlampau lama dan tidak terlampau sebentar sehingga kegiatan tadarusan akan berkesan didalam benak setiap siswa, baik melalui pendengaran dan lisan yang membaca. Sehingga kegiatan ini tidak hanya melintas sejenak dalam benak siswa tetapi terlintas dalam benak siswa dan tertanam dalam hati dan otak siswa walaupun tidak secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan fungsi AlQur’an sebagai pelajaran dan penerangan. Kegiatan tadarus juga dilaksanakan pada pagi hari, dengan dilaksanakan pada pagi hari, siswa yang sedang dalam keadaan segar dengan diadakan kegiatan tadarus Al-Qur’an semakin membantu siswa dalam menerima pembelajaran yang akan dipelajari, hal tersebut juga sesuai dengan fungsi Al-Qur’an sebagai pencerah dan petunjuk bagi yang membaca dan mempelajarinya. Pelaksanaan kegiatan tadarusan dilakukan dengan siswa menyimak dan guru membaca dan siswa mengikuti atau menirukan guru membaca setelah menyimak, hal ini sangat baik agar siswa mampu memahami bacaan
66
yang baik dan benar dan siswa tidak tergesa-gesa dalam memahami bacaan al-Qur’an, selain itu dengan siswa menyimak dan lalu membaca bersamasama akan lebih efektif dikarenakan salain guru dapat memberi contoh guru juga dapat sekaligus memberi pengawasan terhadap siswanya pada saat membaca al-Qur’an. Jadi kegiatan tadarusan tidak hanya sebagai pengisi waktu agar kegiatan dalam sekolah seolah-olah menjadi padat tetapi juga memiliki tujuan dan hikmah yang dapat diserap oleh siswa atau dapat dikatakan kegiatan tadarusan ini membantu siswa sebagai bekal menghadapi dan menerima pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan membaca Al-Qur’an selain ilmu yang akan didapatkan siswa hal tersebut juga merupaka ibadah bagi umat muslim. B. ANALISIS
PERAN
TRADISI
TADARUSAN
DALAM
MENUMBUHKAN MOTIVASI SISWA CINTA TERHADAP AL QUR’AN DI SD AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH PEKALONGAN Motivasi merupakan dorongan pada diri manusia untuk menjadi lebih baik dan berkembang, Menurut Zakiyah Darajdat, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi dalam diri (instrinsik) dan motivasi di luar diri (ekstrinsik)1, yang keduaanya memerlukan sarana dan rangsangan untuk mengaplikasikan. Misal motivasi dalam diri (instrinsik) seseorang memiliki keingginan untuk lebih mengoptimalkan bakatnya pada suatu bidanag tetapi apabila sarana yang menunjang tidak ada maka keinginan itu tidak dapat 1
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 142
67
terpenuhi dan motivasi ekstrinsik atau dari luar diri ketika sarana sudah ada tetapi tidak ada dorongan pada diri manusia itu sendiri tidak ada maka diperlukan rangsangan dari lingkungan baik teman, keluarga ataupun lembaga pendidikan. Dengan adanya kegiatan tadarusan Al-Qur’an hal tersebut memberi sarana dan rangsangan terhadap siswa SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan agar dapat mengembangkan dirinya dalam membaca atau mempelajari AlQur’an serta mendorong siswa di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan utnuk mempelajari atau membaca Al-Qur’an, selain untuk menumbuhkan kemampuan membaca dan memahami bacaan Al-Qur’an. Lagi pula tradisi tadarus (membaca) Al-Qur’an merupakan perbuatan yang baik dan tidak merugikan bagi siapa saja yang membaca seperti firman Allah dalam Surat alBaqarah ayat 121.
Artinya: orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. Al-Baqarah: 121)
68
Jelas maksud dan tujuan ayat tersebut bahwa al-Qur’an memang ditujukan untuk dibaca dan orang-orang yang membacanya tidaklah akan dirugikan. Untuk itu kegiatan tradisi tadarusan al-Qur’an di SD Al-Irsyad AlIslamiyah Pekalongan selain dapat menjadi sarana dan rangsangan dalam menumbuhkan motivasi siswa terhadap dirinya dan khusunya dalam mempelajari Al-Qur’an tetapi juga baik untuk dirinya sebagai seorang muslim. Melihat bagaimana peran siswa dalam kegiatan tadarus Al-Qur’an di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan yang merupakan objek utama kegiatan tadarusan ini, baik dalam pelaksanaanya maupun dalam kajian edukasinya, sehingga kegiatan tadarusan ini menitik beratkan kepada peran aktif keikut sertaan siswa, dengan kata lain siswa diwajibkan mengikuti kegiatan tadarusan tersebut setiap paginya. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa secara aktif mengikuti program-program perencanaan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Selain itu, kegiatan tadarusan tersebut juga sangat membantu baik siswa baik dalam hal kecerdasan otak dan perilaku. Hal tersebut dapat terlihat dari kedisiplinan dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan tersebut. Bila pada dasarnya cinta Al-Qur’an diukur dengan seberapa sering AlQur’an itu sendiri dibaca atau dipelajari, secara tidak langsung kegiatan ini jelas sangat membantu siswa dalam menumbuhkan rasa cintanya terhadap AlQur’an karena setiap pagi dan setiap hari siswa akan membaca dan mempelajari Al-Qur’an walaupun dalam tingkatan bacaan yang baik belum
69
dalam tingkatan memahami secara isi kandungan ayat-ayat yang dibaca dalam Al-Qur’an. Tetapi jika tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui cinta siswa terhadap Al-Qur’an dengan melihat bagaimana siswa dapat memahami isi kandungan Al-Qur’an secara menyeluruh dapat dikatakan hanya dengan kegiatan tradisi tadarusan Al-Qur’an belum sepenuhnya dapat menjadikan siswa cinta Al-Qur’an. Apalagi bila tolak ukurnya memahami dan menerapkan (mengamalkan) isi kandungan Al-Qur’an maka dapat dipastikan belum sepenuhnya dapat menjadikan siswa cinta Al-Qur’an. Tetapi menurut penulis, melihat dari tingkat pendidikan dan usia objek yang penulis teleiti yaitu pada tingkatan usia anak-anak atau tingkat sekolah dasar bahwa tolak ukur yang tepat adalah kebiasaan anak atau siswa membaca Al-Qur’an walaupun belum mengerti atau memahami isi kandungan ayat-ayat yang dibaca tetapi setidaknya belajar memahami cara membaca yang baik dan benar atau sering dikatakan dengan tartil, sudah cukup dalam menggambarkan siswa dalam mencintai Al-Qur’an. Dan dengan tolah ukur diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan tadarus Al-Qur’an di SD Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan sangat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami bacaan-bacaan AlQur’an dan membantu memperlancar siswa dalam membaca Al-Qur’an serta melatih siswa dalam membiasakan diri membaca Al-Qur’an sehingga hal tersebut juga membantu siswa dalam menumbuhkan motivasi dan cinta siswa terhadap Al-Qur’an.