BAB IV ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN
A. Kisah Luqman dalam al-Qur'an perspektif Zamakhsyari, Ath – Thabari, Ibnu Katsir Di dalam al- Qur’an tidak disebutkan mengenai asal usul Luqman alHakim, banyak dari kalangan para mufasir dari dulu hingga sekarang yang mencoba memaparkan tentang status Luqman, namun penafsiran tentang siapa sesungguhnya Luqman itu dan dari mana asalnya masih banyak perdebatan dan beberapa pendapat mengenainya. Banyak pakar keilmuan yang mencoba memberikan jawaban yang berbeda mengenainya, ada yang berpendapat bahwa Luqman itu adalah seorang nabi dan ada pula yang berpendapat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi melainkan hanya sebagai seorang hamba yang saleh dan taat beribadah. Namun, hingga saat ini pendapat-pendapat yang coba dimunculkan oleh para mufasir tersebut belumlah final. Kontroversi mengenai asal-usul Luqman dan bagaimana statusnya sampai saat ini masih menjadi debatable. Berangkat dari paparan di atas dalam bab IV ini penulis hendak mencoba menelusuri siapa sesungguhnya Luqman itu dan bagaimana pula status mengenainya serta nasehat-nasehatnya yang menjadikan suri tauladan bagi manusia. Dalam analisis bab IV ini penulis masih mengacu pada perspektif para mufasir sebagaimana yang telah penulis paparkan pada bab III. 1. Zamakhsyari Zamakhsyari di dalam kitabnya “al-Kasysyaf ” menjelaskan bahwa Luqman hidup pada masa Nabi Daud As. Sedangkan mengenai asal-usul dan statusnya, terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda. Dari sumber yang telah dikutip oleh Zamakhsyari sebagian besar menyebutkan bahwa Luqman adalah berasal dari keturunan seorang budak (hamba sahaya) yang berparas jelek, berkulit hitam, berbibir tebal dan dua telapak kakinya pecah-pecah. Hal ini beradasarkan pada satu riwayat dari Ibnu Abas sebagaimana dijelaskan oleh Zamakhsyari : “Diriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. : Sesungguhnya 68
69 Luqman itu bukan seorang nabi dan bukan seorang raja, tetapi dia seorang pengembala yang hitam, Allah memberi rizki dengan menjadi budak, diterima ucapannya dan juga wasiatnya”.1 Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mujahid yang menyebutkan bahwa Luqman adalah hamba sahaya (budak) hitam yang tebal bibirnya, dan jelek dua telapak kakinya.2 Pendapat ini juga diperkuat lagi oleh riwayat dari Ibnu Musayyab yang menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang hitam dari Sudan, Mesir. Beliau adalah tukang jahit.3 Berangkat dari sumber riwayat yang dijelaskan oleh Zamakhsyari dalam kitabnya Al-Kasysyaf sebagaimana tersebut di atas, maka dapat penulis jelaskan; pertama, pendapat mengenai asal-usul Luqman (dari keluarga mana) terdapat banyak pendapat yang mengemukakan mengenainya. Kedua, dalam perspektif Zamakhsyari Luqman adalah seorang budak yang berkulit hitam yang telah dikarunia Allah SWT suatu “hikmah”. Sedangkan pandangan Zamakhsyari mengenai status Luqman apakah dia seorang nabi atau tidak, di dalam kitabnya ia menyebutkan dua sumber riwayat yang berbeda mengenainya. Yaitu antara Luqman seorang nabi atau bukan. Mengenai pendapat yang pertama bahwa Luqman adalah seorang nabi, di dalam kitabnya tersebut Zamakhsyari hanya menyebutkan satu sumber riwayat saja yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi. Yaitu berdasarkan riwayat Ikrimah dan Sya’by bahwa Luqman itu adalah seorang nabi, dengan alasan bahwa hikmah itu adalah sifat dari kenabian.4 Sedangkan sumber yang kedua, berpendapat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi, dia adalah seorang hamba biasa yang saleh dan taat beribadah serta dikaruniai Allah hikmah. Tampaknya Zamakhsyari lebih condong kepada pendapat yang kedua, hal ini didasarkan pada penjelasannya lebih
1
Al-Imam Abi Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad az-Zamakhsyari, AlKasysyaf, juz III, Dar Al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 477 2 3 4
Ibid., Ibid., Ibid., hlm. 478
70 lanjut mengenai pengertian hikmah: “… pengertian hikmah dalam ucapan adalah sesungguhnya beramal dengan hikmah dan ilmu, ibadah kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya…”. Oleh sebab itu Allah menyuruh Luqman supaya bersyukur atas nikmat-Nya.5 Sedangkan mengenai nasehat Luqman kepada anaknya Zamakhsyari mengatakan, ketika Luqman memberi nasehat kepada anaknya itu secara terus menerus yang akhirnya keduanya masuk Islam. Hal ini ditegaskan pada ayat ... ﻟﻈﻠﻢ ﻋﻈﻴﻢyang menyatakan bahwa orang yang menyamakan Allah dengan sesuatu apapun, maka orang tersebut telah berbuat aniaya atau berbuat kedzaliman dan itu merupakan dosa besar. Sehingga nasehat Lukman yang pertama adalah jangan sekali-kali menyekutukan Allah. Firman Allah ... ﺣﻤﻠﺘﻪ اﻣﻪ وهﻨﺎ ﻋﻠﻰ وهﻦmaksudnya bahwa seorang ibu telah mengandung dalam keadaan melemah dengan lemah yang amat sangat lemah. Karena setiap kandungan bertambah dan membesar maka bertambahlah berat dan kelemahannya. Oleh karena kita sebagai anak hendaknya berbakti kepada kedua orang tua dengan sikap yang lemah lembut, sopan santun, dan mempunyai budi pekerti yang baik. Sedangkan kalimat ان اﺷﻜﺮkembali kepadaووﺻﻴﻨﺎ واﺗﺒﻊ ﺳﺒﻴﻞ ﻣﻦ اﻧﺎ ب اﻟﻰmaksdunya
perintah untuk berbuat baik
kepadanya. Ikutilah jalan orang yang beriman kepada agama Allah dan janganlah kamu mengikuti jalan kedua orang tuamu yang tidak beriman, namun berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban anak dalam segala hal. Meskipun keduanya dalam keadaan kafir karena Allah akan membalas atas keimananmu dan membalas atas kekufuran atas kedua orang tuamu. Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa Saad bin Abi Waqas dengan ibunya. Dia terkenal sebagai anak yang berbakti kepada ibunya. Suatu hari Nur Ilahi terpancar ke dalam dada Saad dan ia pun masuk Islam. Ibunya sangat marah ketika mengetahui
bahwa anak kesayangannya itu
meninggalkan agama nenek moyangnya
semula, namun Saad menolak
dengan
5
cara
Ibid., hlm. 479
yang
baik. Ibu tetap berkeras dan mengecam akan
71 melancarkan mogok makan jika Saad tetap membadel. Berkata ibunya, adakah kamu akan meninggalkan agamamu itu atau aku tidak akan makan dan minum sampai mati. Sehingga kelak orang akan mengecam dengan berkata: Hai si pembunuh ibunya. Tetapi Saad tidak terpengaruh. Yaitu tidak, sekali – kali tidak. Kemudian Saad berkata: wahai ibuku, janganlah engkau lakukan perbuatan itu. Walaupun apapun yang terjadi aku tidak akan meniggalkan agama yang telah aku peluk ini. Ibu Saad sangat kecewa mendengar jawaban anak itu. Maka ia pun mulai tidak makan dan tidak minum sampai sehari semalam. Setelah hari pagi, sang ibu kelihatan letih. Kemudian ditambahnya lagi sehari semalam tidak makan dan tidak minum. Pada pagi hari semakin kelihatan lemah dan penat. Mogok makannya masih diteruskan lagi pada hari ketiga, dia tidak makan dan minum sehari semalam pula. Pada pagi harinya dia sudah sangat kelihatan sangat tidak berdaya dan tidak dapat bangkit lagi karena lemahnya. Kaum keluarganya risau dan memaksanya agar ia makan, namun ia tidak mau, ia mengancam tetap tidak akan makan sehingga Saad meninggalkan Islam. Melihat keadaan ibunya yang tetap nekat itu, ia tidak mempunyai jalan lain melainkan berterus terang memberitahukan pendiriannya kepada ibunya. Berkata Saad wahai ibuku, ketahuilah , demi Allah, walaupun ibu mempunyai seratus nyawa, dan nyawa itu keluar satu persatu hingga seterusnya, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan agamaku, karena itu jika ibu suka makanlah, jika tidak suka teruskan jangan makan. Ibu Saad sangat terkejut mendengar keputusan anak itu. Ini ia tahu bahwa ancaman mogok makan yang ia lancarkan tidak akan berhasil memurtadkan anaknya. Oleh karena itu ia pun menghentikan mogoknya yang sia-sia itu kemudian makan.6 Firman Allah وﻓﺼﺎﻟﻪ ﻓﻰ ﻋﺎ ﻣﻴﻦartinya penetapan waktu pengasuhan selama dua tahun, Imam Syafi’i berpendapat bahwa waktu 2 tahun
tidak tetap
menyusui
menyusui
selama 2 tahun. Maksudnya bahwa
seorang ibu dalam menyapih anaknya apabila kurang ataupun lebih itu 6
Dr. Fathullah Al – Hafnawi, Mutiara Nasehat Luqman Al – Hakim, Cahaya Press, Jakarta, 2002, hlm. 36 - 39
72 menurut ijtihad ibu, apabila dirasa anak tersebut sebelum 2 tahun sudah kuat maka seorang ibu boleh menyapihnya. Sedangkan selama 2 tahun masih lemah maka bisa diteruskan (lebih dari 2 tahun). Madzhab Abu Yusuf dan Muhammad menurut
Abu Hanifah,
waktu menyusui adalah tiga puluh
bulan. Menurutnya jika ibu menyapihnya sebelum 2 tahun, maka anak itu anak susuan, tetapi jika anak tersebut memakan makanan yang lembut dan tidak membutuhkan susuan kemudian di susui maka anak tersebut anak susuan yang haram dinikahi. Firman Allah ... ﻣﺜﻘﺎل ﺣﺒﺔ ﻣﻦ ﺧﺮدل ﻓﺘﻜﻦ ﻓﻰ ﺻﺤﺮةbahwa sesuatu perbuatan yang kecilnya dan lembutnya seperti biji sawi dan berada
di
tempat yang tersembunyi dan terpelihara maka Allah akan mengetahui keberadaanya karena ilmu Allah berhubungan dengan sesuatu yang tersembunyi,
dan akan dihisab pada hari qiyamat. Kata ﻓﺘﻜﻦ ﻓﻲ ﺻﺤﺮة
diartikan di bawah bumi yang paling dalam. Ayat selanjutnya bahwa melakukan
perbuatan amar makruf Allah pasti akan membalas dengan
kebaikan sedangkan perbuatan mungkar akan dibalas dengan kejahatan oleh Allah. seperti hadits yang mengatakan bahwa tidak ada puasa bagi orang yang tidak berniat untuk puasa pada malam harinya. Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orangorang yang sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong karena tidak akan tercapai tujuanmu. Dan berlaku adillah kamu dan kurangi atau ringkaslah suaramu.
Karena orang yang tidak meringkas
suaranya bagaikan khimar dalam celanya. 2. Ath-Thabari Ath-Thabari dalam tafsirnya “Jami’ al-Bayan” menyebutkan bahwa Luqman adalah bukan seorang nabi. Hal ini berdasarkan riwayat yang telah dikutipnya. Diantaranya adalah riwayat dari Muhammad bin Amr dari Mujahid yang mengatakan bahwa, .. “ وﻟﻘﺪ اﺗﻴﻨﺎ ﻟﻘﻤﻦ اﻟﺤﻜﻤﺔLuqman itu pandai dalam bidang agama (Fiqh) berakal dan benar dalam ucapannya tetapi bukan seorang nabi”. Riwayat dari Bashar dari Qatadah menyebutkan bahwa Luqman itu pandai dalam Islam, bukan nabi dan tidak menerima wahyu.
73 Sedangkan menurut Ibnu Matsani dari Mujahid bahwa Luqman itu seorang laki-laki saleh, bukan nabi.7 Dari beberapa sumber riwayat yang telah diambil oleh ath-Thabari sebagaimana tersebut di atas, jelaslah bahwa pendapat ath-Thabari mengenai Luqman bukanlah seorang nabi melainkan hanya seorang hamba yang saleh. Namun di dalam tafsirnya ath-Thabari juga menyebutkan satu riwayat yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi, yaitu riwayat Ikrimah.8 Sedangkan mengenai asal-usul Luqman, jika berdasarkan riwayat yang telah diambilnya adalah sama dengan pendapat Zamakhsyari yaitu Luqman adalah seorang budak dari Sudan, Mesir.9 Hal ini menunjukkan bahwa mengenai asal-usul Luqman pandangan ath-Thabari sama dengan Zamakhsyari, dimana kedua mufasir tersebut belum mampu menguak sejarah mengenai asal-usul Luqman. Ath-Thabari dalam menafsirkan ... وﻟﻘﺪ اﺗﻴﻨﺎ ﻟﻘﻤﻦ اﻟﺤﻜﻤﺔbahwa Luqman itu pandai dalam bidang agama, berakal, jujur dan ucapanya, pandai dalam bidang fiqh, bukan nabi dan tidak diberi wahyu . Sedangkan ان اﺷﻜﺮadalah anugrah Allah yang diberikan kepada Luqman sebagai penjelasan tentang hikmah karena sesungguhnya diantara hikmat yang diberikan Allah padanya adalah rasa syukur atas anugrah Allah. Karena barang siapa yang beryukur atas nikmat yang dimilikinya, maka dia sesunguhnya bersyukur pada diri sendiri.barang siapa yang kufur terhadap ni’mat Allah maka sesungguhnya memburuk diri sendiri. Ibnu Jarir berpendapat firman Allah ... واذﻗﺎل ﻟﻘﻤﻦ ﻻﺑﻨﻪ وهﻮ ﻳﻌﻈﻪyaitu suatu peringatan kepada nabi Muhammad SAW bahwa dzalim merupakan kesalahan dari ucapan yang besar. Sehingga nasehat pertama yang dikatakan oleh Luqman adalah janganlah kamu menyekutukan Allah. وهﻨﺎ ﻋﻠﻰ وهﻦdalam kontek ini diartikan kelemahan di atas kelemahan dan rapuh di atas kerapuhan maksudnya bahwa kelemahan seorang ibu
7
Lihat Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Jilid X, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 208 8
Ibid., hlm.209
9
Ibid., bandingkan dengan Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, op. cit., hlm. 477-478
74 karena mengasuh, mendidik dan menjaganya dari kesulitan sehingga anaknya benar – benar telah kuat. Maka dari itu seorang anak harus berbakti kepada ibu bapaknya, terutama ibunya yang tidak dapat dibalas budi baiknya dan bersyukurlah kepada orang tua atas pendidikan yang kamu peroleh. ... وﺻﺎ ﺣﺒﻬﻤﺎ ﻓﻰ اﻟﺪﻳﻨﺎ ﻣﻌﺮوﻓﺎmaksudnya adalah pergaulilah kedua orang tuamu di dunia dengan taat kepadanya tanpa ada kewajiban ikut berbuat dosa antara kamu dan Tuhanmu. Dari ayat di atas dapat kita ambil suatu pelajaran bahwasannya kita sebagai anak diwajibkan untuk berbakti kepada orang tua mentaati segala perintahnya dan jangan sekali-kali durhaka kepada orang tuanya, terkecuali orang tua menyuruh kita untuk berbuat syirik. Dan kita diperintahkan untuk mengikuti jalan orang yang berbuat baik, orang yang mau bertaubat dari syiriknya dan orang yang mau kembali kepada Allah serta orang-orang yang mau mengkikuti ajaran-ajaran Rasulullah SAW. Karena telah dijelaskan dalam firmannya bahwa semua ciptaan-Nya akan kembali kepada-Nya pula. Pada ayat 16 diterangkan bahwa kita tidak boleh menganggap remeh terhadap segala kesalahan atau kebaikan. Yang sekecil apapun. Karena Allah akan memberi imbalan terhadap kebaikan atau kesalahan manusia walaupun seberat atau sekecil biji sawi. Dan Allah mempunyai sifat Maha Tahu atas perbuatan manusia di manapun berada dan tersembunyi dari pernglihatan manusia Allah akan mengetahuinya. Karena tak ada satupun tempat yang samar bagi Allah. ﻓﺘﻜﻦ ﻓﻰ ﺻﺤﺮةada yang mengatakan batu-batuan yang ada di dasar laut dan ada yang mengatakan gunung. Pada ayat selanjutnya menjelaskan tentang kewajiban manusia untuk taat kepada Allah SWT dan mengikuti perintah-perintah-Nya serta menjauhi diri dari mendurhakai Allah. Dan manusia dianjurkan untuk bersabar dalam menghadapi segala yang menimpa mereka ataupun yang menghalang-halangi manusia untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, karena sesungguhya sabar adalah sebagai hal yang diperintahkan oleh Allah secara tegas dan keras.
75 Firman Allah ... وﻻ ﺗﺼﻌﺮ ﺧﺪك ﻟﻠﻨﺎسAllah melarang kepada manusia dalam firmannya yang artinya jangan sekali-kali kamu palingkan mukamu dari ucapan seseorang karena sikap sombong dan menghina orang yang mengatakan. Hal ini dapat kita analisis bahwa manusia harus mempunyai sikap saling menghormati sesama manusia dan saling menghargai pendapat orang lain karena orang yang sombong tidak akan mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah. Sedangkan ... وﻗﺼﺪ ﻓﻰ ﻣﺸﻴﻚ واﻋﻀﺾyang artinya hendaknya rendah hatilah dalam berjalan jangan bersikap angkuh dan jangan terburu-buru. Ayat ini mengandung makna, kita manusia diperintahkan untuk bersikap tawadlu dalam segala hal. Maksudnya kita harus bersikap sederhana dalam segala yang kita lakukan baik perkataan, perbuatan ataupun sikap. 3. Ibnu Katsir Di
dalam
kitabnya
Tafsir
al-Qur’an
al-Azim
Ibnu
Katsir
mengemukakan dua pandangan mengenai Luqman. Pertama, golongan yang berpendapat bahwa Luqman itu nabi. Kedua, mayoritas ulama’ sepakat bahwa Luqman itu adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian10 pendapat ini diwakili oleh Ibnu Abas, yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang hamba yang berkebangsaan Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasi Luqman sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, Mesir, memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah, namun dia tidak menerima kenabian.11 Selanjutnya Ibnu Jarir berpendapat bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berbangsa Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu
10
Al-Imam Abi al-Fida’ al-Hafidz bin Katsir ad-Damsyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz III, Maktabah an-Nur Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 427 11
Muhammad Nasib Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III, terj. Drs. Syihabuddin, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 787
76 hari, majikannya berkata kepada Luqman, “Sembelihlah domba untuk kami”. Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya yang terbaik”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati dari domba itu. Si majikan diam selama beberapa saat, lalu berkata, “Sembelihlah domba ini untuk kami”. Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata. “Ambillah bagian dagingnya yang terburuk”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Kemudian si majikan berkata, “Aku menyuruhmu mengambil dua bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan akupun menyuruhmu mengeluarkan bagian daging domba yang terburuk, lalu kamu mengambil daging yang sama”. Luqman berkata, “Sesungguhnya tiada perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik, dan tiada perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk”.12 Berdasarkan paparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mengenai asal-usul Luqman baik Zamakhsyari, ath-Thabari, dan Ibnu Katsir di dalam kitabnya belum menyebutkan penjelasan yang lebih mendalam mengenainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa mengenai asal-usul Luqman para ulama’ tidak sepakat mengenainya. Munculnya perbedaan pendapat dan susahnya mengenai asal-usul Luqman al-Hakim ini karena alQur’an tidak menyebutkannya. Sedangkan mengenai kedudukan Luqman ketiga mufasir di atas sepakat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi. Melainkan hanya seorang hamba sahaya (budak) yang saleh dan taat beribadah dan dikaruniai Allah hikmah. Ibnu Katsir, di dalam kitabnya tafsir al-Qur'an al-Azim menafsirkan Ayat ... وﻟﻘﺪ اﺗﻴﻨﺎ ﻟﻘﻤﻦ اﻟﺤﻜﻤﺔberdasarkan riwayat Said bin Abi Urwah dari Qatadah adalah pemahaman yang mendalam tentang keislaman dan dia bukan nabi serta tidak diberikan wahyu. Maksdunya bahwa Luqman itu bukan nabi, tetapi ahli hikmah (kefahaman ilmu dan pelajaran). Hikmah di sini diartikan syukur, Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang diberikan-Nya yang melebihi orang lain pada zamannya 12
Ibid., hlm. 787-788
77 karena manfaat syukur dan pahalanya akan kembali kepada orang yang bersyukur. Sedangkan apabila dia kufur, kekufurannya tidak merugikan Allah. Jika penduduk bumi seluruhnya kufur kepada-Nya maka Allah adalah dzat yang tidak membutuhkan makhluq lain. Tiada Tuhan selain Allah dan tidak menyembah selain Allah. Tentang nasehat Luqman yang diberikan kepada anaknya
adalah
untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, karena menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang sangat besar. Luqman menasehati hal tersebut dengan wasiat untuk berbuat baik kepada ibu bapak. Firman Allah .... ووﺻﻴﻨﺎ اﻻﻧﺴﺎنmengatakan kesulitan lemahnya anak. Kesulitan di atas kesulitan maksdunya merawatnya dan menyusuinya setelah lahir dalam masa 2 tahun yang menjadikan kondisi ibu sangat lelah dan lemah sehingga ayat ini bertujuan agar anak ingat terhadap kebaikan yang ia terima pada masa dahulu. Sedang firman Allah ... وان ﺣﺎهﺪاك ﻋﻠﻲ ان ﺗﺸﺮكartinya andaikan kedua orang tua sangat menghendaki agar engkau mengikuti agama mereka (kafir) maka janganlah terima dan jangan pula penolakan tersebut menghalangi untuk bergaul dengan keduanya secara baik. Maksdunya berbuat baik kepada orang tua dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir. Namun taat itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat kepada keduanya jika perintah keduanya bertentangan dengan perintah Allah. Firman Allah ﻳﺒﻨﻰ اﻧﻬﺎ ان ﺗﻚ ﻣﺜﻘﺎل ﺣﺒﺔ ﻣﻦ ﺧﺮدل ﻓﺘﻜﻦbahwa orang yang berbuat dzalim meskipun seberat biji sawi dan terlindung di dalam batu atau hilang di atas langit dan bumi. Maka Allah akan mengetahuinya karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Halus ilmunya sehingga tidak ada satupun yang samar bagi Allah. Dan perbuatan tersebut akan dihadirkan pada hari qiamat, apabila baik maka akan dibalas dengan kebaikan sedangkan buruk akan dibalas keburukan pula. Ulama menafsirkan ayat ... ﻓﺘﻜﻦadalah batu yang berada di bawah bumi yang ke – 7. Pada ayat 17, maksudnya dirikanlah shalat sesuai dengan aturannya, kewajiban – kewajibannya dan waktunya sesuai dengan kemampuan dan
78 kekuatanmu. Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu, maka Luqman menyuruh putranya untuk bersabar karena bahwa sesungguhnya kesabaran atas penderitaan atau siksaan manusia merupakan salah satu keteguhan perkara. Dan firman Allah ... وﻻ ﺗﺼﻌﺮ ﺧﺪكjanganlah engkau palingkan mukamu dari manusia ketika engkau berbicara atau mereka mengajakmu bicara. Dengan maksud menghinakan mereka atau bersikap sombong terhadap mereka, namun lenturkanlah kedua tanganmu dan buatlah berseriseri wajahmu kata ﻣﻌﺮadalah penyakit yang diderita unta pada lehernya yang mengakibatkan lehernya putus dari kepalanya hal itu menyerupai orang yang sombong firman Allah وﻻ ﺗﻤﺶdan jangan berjalan di muka bumi dengan kesombongan maksudnya sifat membanggakan diri tidak disukai oleh Allah. Maksdunya ayat 19, yaitu sederhanakanlah langkahmu. Maksudnya berjalan dengan sederhana tidak sombong yang bisa menghalangi perjalanan dan tidak pula cepat namun seimbang. Dan janganlah melebih – lebihkan dalam berbicara. Karena itu Allah berfirman ... ان اﻧﻜﺮbahwa sesungguhnya suara yang paling buruk adalah suara keledai. Berdasarkan keterangan dari para mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari dan Ibnu Katsir) sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, jelaslah bahwa pendapat tentang asal-usul dan status Luqman masih banyak perbedaan diantara para sahabat, tabi’in yang dikutip oleh ketiga mufasir tersebut di atas. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa dari pendapat-pendapat tersebut, ketiga mufasir tersebut lebih condong pada pendapat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi. Tetapi hanyalah seorang hamba sahaya yang saleh. Berangkat dari sini maka dapat diambil satu pemahaman bahwa karena kesahayaannya itulah yang menghambat Luqman menjadi nabi, sebab para nabi yang diutus itu berasal dari kalangan terpandang dari kaumnya. Contoh : Nabi Syu’aib, beliau dijadikan sebagai nabi karena keluarganya lebih terhormat dari kaumnya. Dalam al-Qur’an Surat Hud ayat: 91-92 yang berbunyi:
79
ﻮﻟﹶﺎ ﻭﹶﻟ ﺿ ِﻌﻴﻔﹰﺎ ﺎﻙ ﻓِﻴﻨ ﺍﻨﺮﺎ ﹶﻟﻭِﺇﻧ ﺗﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﺎﺍ ِﻣﻤ ﹶﻛِﺜﲑﻧ ﹾﻔ ﹶﻘﻪ ﺎ ﻣﻴﺐﻌ ﺎﺷﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻳ ﻢ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺰ ﻋ ﻫﻄِﻲ ﹶﺃ ﺭ ﻮ ِﻡ ﹶﺃ ﺎﹶﻗ(ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳ91)ﻌﺰِﻳ ٍﺰ ﺎ ِﺑﻴﻨﻋﹶﻠ ﺖ ﻧﺎ ﹶﺃﻭﻣ ﻙ ﺎﻤﻨ ﺟ ﺮ ﻚ ﹶﻟ ﻫﻄﹸ ﺭ ﻂ ﻣﺤِﻴ ﹲ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﺗ ﺎﻲ ِﺑﻤﺭﺑ ﺎ ِﺇﻥﱠﻬ ِﺮﻳ ﻢ ِﻇ ﺍ َﺀ ﹸﻛﻭﺭ ﻩ ﻮﺗﻤﺨ ﹾﺬ ﺗﺍﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻭ ِﻣ (92 :)ﻫﻮﺩ Artinya: Mereka berkata: "Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. Syu`aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud : 91-92)13 Kedua, terdapat kontroversi14 diantara para ulama’ mengenai asalasul Luqman sehingga susah untuk dipastikan pendapat yang mana yang paling valid untuk bisa memastikan bahwa Luqman adalah seorang nabi. Ketiga, sampai saat ini belum dapat diketemukan bukti-bukti, baik berupa ayat atau hadits, sedangkan kita tidak mempunyai satu buktipun tentang kenabiannya. Akan tetapi, bukan berarti kita menafikan kenabiannya dan memutuskan bahwa Luqman bukan nabi, karena ada kemungkinan bahwa dia memang seorang nabi. Jika merujuk dalam firman Allah dalam Surat anNisa’ ayat: 164 yang berbunyi :
ﻪ ﻢ ﺍﻟﱠﻠ ﻭ ﹶﻛﻠﱠ ﻚ ﻴﻋﹶﻠ ﻢ ﻬ ﺼ ﺼ ﻧ ﹾﻘ ﻢ ﺳﻠﹰﺎ ﹶﻟ ﺭ ﻭ ﺒﻞﹸﻦ ﹶﻗ ﻚ ِﻣ ﻴﻋﹶﻠ ﻢ ﻫ ﺎﺼﻨ ﺼ ﺪ ﹶﻗ ﺳﻠﹰﺎ ﹶﻗ ﺭ ﻭ (164 :ﺎ)ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺗ ﹾﻜﻠِﻴﻤ ﻰﻮﺳﻣ 13
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan terjemahanya, Bandung, Gema Insani Press, 1993,
hlm. 336 14
Kontroversi yang dimaksudkan penulis adalah terdapatnya banyak pendapat yang berbedabeda mengenai asal-usul Luqman diantara para sahabat sebagaimana dikutip oleh mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari dan Ibnu Katsir), baik mengenai keturunannya, kaumnya dan kabilahnya. Sehingga di sini susah untuk dipastikan kenabiannya.
80 Artinya :Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An nisa’ :164)15 Dalam konteks ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul baik itu yang tertulis (dikisahkan dalam al-Qur’an) ataupun rasulrasul yang tidak dikisahkan tak terkecuali itu Luqman. Berdasarkan ayat ini, maka dapat dimunculkan satu asumsi bahwa bisa juga Luqman adalah salah satu nabi yang tidak dikisahkan sebagaimana tersurat dalam (QS. An-Nisa’: 164). Selanjutnya apabila memang benar karena kesahayaanya, Luqman terhambat untuk memikul tugas sebagai nabi, maka statemen ini akan bertentangan dengan firman Allah itu sendiri yang mengatakan “Bahwa di hadapan-Nya setiap manusia itu adalah sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya”. Dalam konteks ini Imam Abu Hamid al-Ghazali di dalam kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” mengatakan “Bahwa ilmu pengetahuan itu memberikan mulia orang yang mulia dan meninggikan seorang budak sampai ketingkat raja-rajanya.16 Menurut dari berbagai keterangan para mufasir tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kisah Luqman terdapat berbagai pendapat mengenainya. Diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut : a. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama’ mengenai asal-usul Luqman, keturunannya, kaumnya dan kabilahnya serta statusnya. b. Nama anak yang dinasehatinya, apakah ia menerima nasehatnya atau membangkang. c. Bagaimana akhir dari petualangannya dan kisah wafatnya.
15 16
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 120
Lihat Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, terj. Prof. TK. H. Ismai’l Ya’kub, SH. M.A., Cet. XII, CV. Faizan, Jakarta, 1994, hlm. 4
81 B. Kelebihan dan Kekurangan a. Zamakhsyari Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat menggunakan metode tahlili dengan orientasi bi al ra’yi . Dari segi bahasa ia lebih menonjol, hal ini bisa dilihat dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an. Beliau selalu ingin mengungkapkan makna dan kandungan ayat dari segi kebahasaan. Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, beliau merujuk pada balagahnya, keindahan retorika untuk membuktikan sebagai aspek mukjizat al-Qur'an. Kepandaian dalam bidang kebahasaan ia curahkan dalam tafsirnya, sehingga banyak mufasir yang merujuk pada kitab tafsir al-Kasysyaf dari segi kebahasaan. Selain itu banyak juga diantara mereka yang mereguk manfaat dari ilmu beliau dan mengikuti cara-cara yang ditempuh. Cara yang dipakai oleh Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat adalah beliau berusaha menyikapi keindahan al-Qur'an dan daya tarik balagahnya sehingga menjadikan tafsir al-Kasysyaf sebagai kitab tafsir yang tidak ada bandingannya dan tidak ada yang menyamainya dalam hal kebahasaan. Zamakhsyari sangat memperhatikan ilmu bayan dan ilmu ma’ani atau keindahan-keindahan bahasa untuk menunjukkan bahasa al-Qur'an adalah firman Allah yang tidak dapat ditandai oleh manusia. Kelebihan yang lain yang dimiliki adalah menunjukkan metode dialog. Misalnya pada kisah Luqman, disitu banyak dialog antara Luqman dan orang-orang yang terheran melihat perkataan dan ucapan Luqman yang sangat indah dan bijaksana karena dia adalah seorang ahli hikmah yang luas pengetahuannya, memiliki sifat warak, zuhud, cerdik, serta pintar. Dari segi kekurangan, Zamakhsyari lebih terfukus pada segi bahasa ketika menafsirkan ayat-ayat Luqman, sehingga orang yang ingin memahami makna ayat harus menguasai bahasa Arab dan ilmu nahwu terlebih dahulu. Bagi mereka yang tidak mempunyai ilmu tersebut akan mengalami kesulitan dalam menafsirkan dan memahami ayat al-Qur'an, terutama kisah Luqman ini.
82 Dari segi materi yang disampaikan oleh Zamakhsyari, kelebihan dari penafsirannya adalah ia mampu mengungkapkan isyarat-isyarat yang terkandung dalam makna ayat dan memaparkan rahasia-rahasia balaghah yang terkandung dalam al-Qur'an. Di samping itu juga menyikap keindahan al-Qur'an dari segi bahasa, balaghah dan selain itu, Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat, tidak lupa merujuk pada kitab-kitablain untuk melengkapi penafsirannya, sehingga akhirnya kitab tafsirnya justru menjadi rujukan. Dalam mengungkapkan isi kandungan al-Qur'an sangat sederhana dan tidak berbelit – belit, selain itu Zamakhsyari tidak menampilkan riwayatriwayat yang menimbulkan kisah israiliyyat. Sedangkan
dari
segi
kekurangan,
ia
lebih
mengedepankan
madzhabnya dalam menafsirkan ayat, yaitu madzhab Mu’tazilah ia selalu mendatangkan argumentasi-argumentasi untuk membela madzhabnya ketika menerangkan ayat-ayat al-Qur'an dari segi balaghah. Tetapi dalam menafsirkan ayat tentang kisah Luqman, Zamakhsyari tidak memaparkan otoritas madzhabnya, bahkan sama sekali tidak menyinggung tentang madzhab Mu’tazilah dalam kisah Luqman. b. Ath Thabari Dalam menafsirkan ayat seorang mufasir mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan karena tidak ada seorang pun yang sempurna keilmuannya dan mampu menguasai segala aspek ilmu tanpa kekurangan. Ath – Thabari menggunakan metode tafsir Tahlili dengan orientasi bi al-Ma’tsur. Predikat sebagai tafsir bi al- Ma’tsur pertama tidak mengandung arti bahwa sebelumnya tidak pernah ditulis kitab tafsir. Karena ath – Thabari menulis kitab tafsirnya ia menulis kitab sejarahnya. Jadi, kitab tafsir yang ditulis adalah pertama kali ia menulis kitab.
83 Dalam menafsirkan ayat ath – Thabari menggunakan bahasa tertetu. Tetapi juga menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtijah) tertentu.17 Metodenya adalah tahlili dan orientasinya adalah bi al-ma’tsur. Kekurangan dari penafsiran dengan orientasi bi al-ma’tsur adalah terjadinya campur baur antara yang shahih dan tidak shahih dan banyak pendapat yang dihubungkan kepada sahabat atau Tabi’in tanpa isnad dan penelitian yang mengakibatkan campurnya kebenaran dan kebatilan. Selain itu, riwayat-riwayat yang ada penuh dengan cerita-cerita israiliyah yang membuat banyak khurafat yang bertentangan dengan aqidah Islam. Dimana hal itu sengaja disusupkan kepada kaum muslimin dari ahli kitab. Sedangkan kekurangan dari metode tahlili adalah tidak menafsirkan terjadi pemaknaan secara parsial dan terpecah-pecah.Seakan-akan al-Qur'an memberi pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat lain yang sama dengannya. Dari segi materi kelebihan dari penafsiran ath – Thabari dalam kitab tafsirnya terletak pada banyaknya pengutipan hadits maupun atsar serta tidak terpaku pada
satu riwayat. Ia kadang mengutip berbagai riwayat yang
berlainan kemudian ia akan mendukug salah satu riwayat yang dianggapnya shahih dan relevan. Hal ini dapat dilihat saat dia menafsirkan kisah Luqman yang di dalamnya banyak sekali riwayat yang dinukilkan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah memeluk agama Islam baru kemudian ia menyimpulkan riwayat-riwayat tersebut. Namun ath – Thabari tetap memilih riwayat yang dianggap benar shahih.
Karena ath-Thabari mencoba
mengajukan jalan cerita yang utuh dengan merangkai berbagai versi yang berbeda. Hal itu dilakukan agar kisah tersebut terkesan atau kelihatan lebih hidup dan mudah difahami. 17 Ada perbedaan prinsipil antara ittijah dan manhaj, istilah sering kali dikacaukan penggunaanya, yang pertama adalah pandangan pemikiran, madzhab, dan arah tertentu yang digunakan Mufassir, dan selanjutnya dijadikan frame of thingking (kerangka berpikirnya) ketika menafsirkan al-Qur'an, apakah ia melakukan taqlid ataupun inovasi. Berpegang kepada dalil naqli atau aqli. Adapun yang kedua adalah jalan yang ditempuh oleh muffasir ketika memahami teks – teks al-Qur'an, (lihat Muhammad Bakr Ismail, Ibnu Jarir Ath – Thabari Wa Manahihuh Fi At – Tafsir, Dar Al Manar, Kairo, 1991, hlm. 31
84 Ciri khas lain yang dimiliki oleh ath – Thabari adalah penggunaan kata ta’wil pada saat mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang penafsiran ayat – ayat tertentu. (amma ta’wilu hadzi al – ayah ha kadza). Term ta’wil digunakan oleh ath-Thabari dengan pengertian sebagaimana digunakan oleh mufasir lain.18 Sedangkan dari segi kekurangan adalah terkadang atsar atau riwayat yang dinukil oleh ath – Thabari tidak memenuhi keshahihan di samping itu beliau hanya memberikan penafsiran berdasarkan riwayat-riwayat yang sampai padanya sehingga memunculkan kesan bahwa al-Qur'an adalah kitab masa lalu yang tidak berhubungan dengan masa kini. Terlalu banyak riwayat – riwayat hadits yang dinukil sehingga tidak salah kalau menyebabkan adanya riwayat israiliyah yang masuk dalam tafsirnya.19 Disamping menggunakan gaya bahasa tertentu, ath – Thabari pun menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtihad) tertentu. Tafsir ini menggunakan metode tahlili karena menafsirkan ayat berdasarkan susunan mushaf, sedangkan
orientasi yang digunakan adalah orientasi gabungan
karena tafsir ini menggabungkan orientasi penafsiran bi al-Ma’tsur dan orientasi penafsiran bi al-Ra’yi. c. Ibnu Katsir Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an Ibnu Katsir terkesan didominasi oleh riwayat – riwayat, sehingga seakan-akan dia tidak punya pendapat tentang penafsiran ayat tersebut. Dalam uraian yang demikian panjang dalam kitab tafsirnya itu ia menggunakan metode analisis (tahlili).Dengan mengambil bentuk bi al-ma’tsur. Terjadi hal yang demikian bukanlah suatu yang aneh, karena Ibnu Katsir memang seorang hadidz (ahli hadits) dan sejarawan, sehingga pola pemikirannya didominir oleh hal-hal yang berhubungan dengan riwayat dan fakta sejarah.
18
Rosihan Anwar, Melacak Unsur- Unsur Israiliyat dalam Tafsir Ath – Bhari Dan Tafsir Ibn Ukatsir, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 67 19
Ibid, hlm. 77
85 Kelebihan dalam menafsirkan metode tahlili, ibu Katsir merasa mempunyai kebebasan dalam memajukan ide-ide dan gagasan-gagasan yang dia punyai untuk menafsirkan ayat al-Qur'an, tersebut, sehingga para mufasir lebih berkembang dalam memahami isi dan kandungan ayat -ayat al-Qur'an Kekurangan bahwa apabila terdapat penafsiran terhadap kata yang sama pada ayat lain maka akan dijumpai perbedaan yang amat mencolok, sehingga terasa seakan akan al-Qur'an memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat yang lain yang sama dengannya.20 Tafsir Ibnu Katsir termasuk kitab yang kaya akan materi, di dalamnya memuat bukan hanya materi tafsir al-Qur'an, namun dapat dikatakan berisi beberapa cabang ilmu keislaman lain, seperti hadits fiqh, sejarah (kisah) karena tafsir Ma’tsur maka hadits yang disampaikan dilengkapi dengan ilmu seluk beluk atau perangkat-perangkat keilmuan yang berkaitan dengan hadits, misalnya, ilmu jarh wa ta’dil, kritik hadits, rijalul hadits keberadaan ini tidak lepas dengan kedudukan Ibnu Katsir sebagai ahli hadits (al-muhaddis). Dalam sejarah atau kisah, Ibnu Katsir adalah ahlinya. Namun demikian dia tidak berlebih – lebihan dalam menguraikan kisah – kisah orang terdahulu yang disampaikan teks al-Qur'an. Justru pengaruh keahlianya nampak pada daya kritisnya dalam menyampaikan kisah al-Qur'an, dengan mengemukakan kritik sejarah terhadap para pendahulunya yang dianggap kurang pas dalam menyampaikan kisah. Pada bagian ini dia menambahkan dengan ajaran Islam. Seperti dalam kisah Luqman, disana terdapat cerita – cerita tentang kedudukan dan statusnya yang diuraikan secara panjang dalam hadits-hadits yang dikutip oleh Ibnu Katsir.21
20
Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur'an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, hlm. 55 21
Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir, Menara Kudus, Yogyakarta, 2002, hlm. 51
86 Kelebihan yang dimiliki tafsir Ibnu Katsir, dalam menerima riwayat dia selalu kritis, terutama masalah Sanad, ia tidak sekedar bertindak sebagai pentrasfer riwayat namun israiliyyat yang ada dalam tafsir tersebut dengan ajaran Islam. Dan dalam mengambil riwayatnya bersumber pada hadits, pendapat Sahabat dan Tabi’un.22 Kekurangan dalam bidang materi dari tafsir Ibnu Katsir adalah bahwa penukilan riwayat penafsirannya dari masa Nabi Muhammad hingga masa atba’at– Tabi’in. Pendapat ulama – ulama pasca riwayat hanya sekedar pelengkap. Sehingga pembahasan Nahwiyah kurang mendapatkan porsi yang cukup. C. Relevansi Kisah Luqman dengan Kehidupan Sekarang Affan Gaffar mengatakan bahwa modernisasi membawa konsekuensi terhadap terjadinya social displecement ( masyarakat yang kehilangan pegangan/jati diri )23 Dimana ada sekelompok orang yang mampu beradaptasi dengan kehidupan yang berubah-ubah dengan cepat dan ada pula yang tertinggal di belakang. Mereka yang termasuk dalam kelompok yang terakhir inilah yang dikatakan Affan Gaffar akan mengalami proses social displasement yang pada akhirnya dapat menciptakan frustasi dan keputus-asaan yang sangat tinggi. Hubungan antara manusia menjadi sangat mekanistis karena selalu dikaitkan dengan persoalan untung rugi, siapa yang memperoleh apa. Manusia menjadi sangat pamrih. Dalam kondisi seperti ini, manusia biasanya menjadi gampang putus asa dan pikirannya pendek. Jika melihat gejala - gejala di atas, fenomena yang terjadi di sekitar kita (pada mayarakat) saat ini menunjukkan adanya apa yang disebut Affan sebagai social displecement. Pola pikir masyarakat kita sudah bergeser pada material oriented. Dimana benda merupakan tujuan bukan menjadi alat semata. Nilai religius sudah mulai bergeser kearah yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu 22 23
Ibid, hlm. 58
Dr Affan Gaffar, “Medernitas Dalam Islam Dua Yang Bertentangan “ dalam Ahmad Syafii dan Said Tahulely, (ed) Al-Qur'an dan Tantangan Modernitas, Sinpress, Yogyakarta, 1990, hlm. 111
87 Islam merupakan alternatif jawaban dari fenomena-fenomena tersebut. Sehingga masyarakat yang Islami tidak lupa daratan seperti yang terdapat di Barat. Berkaitan dengan deskripsi tersebut, di atas, penulis hendak memaparkan ayat - ayat yang berbicara tentang kisah Luqman, dan mencatat poin - poin yang terpenting dari keindahan dan ungkapannya, argumen, nasehatnya dan isyarat yang dapat menjadi suri tauladan. Ungkapan وﻟﻘﺪ اﺗﻴﻨﺎ ﻟﻘﻤﺎن اﻟﺤﻜﻤﻪadalah isyarat bahwa hikmah itu tidak datang kecuali dari Allah, diberikan kepada setiap hamba yang ia kehendaki. Oleh
karena itu orang yang diberi hikmah berarti diberikan kebaikan yang
banyak sehingga hikmah pada dasarnya bukan semata-mata diperoleh dari perbuatan dan usaha. Sedangkan pada ungkapan
ان ا ﺷﻜﺮﷲhikmah dapat ditafsirkan dengan
syukur. Oleh karena itu, syukur kepada Allah merupakan buah dari hikmah, syukur kepada Allah merupakan syarat keimanan. Maka tidak dapat disebut hakim kecuali orang yang bersyukur kepada Allah dan menyerahkan kehidupannya kepada Allah. Diungkapkan syukur dengan menggunakan fiil amar, sebagaimana diketahui bahwa fiil amar menunjukkan perbuatan yang dinamis, pelakunya orang - orang yang aktif dan progresif. Sehingga hikmah dari ungkapan syukur yang berbentuk fiil amar adalah untuk memberi pengarahan kepada setiap mukmin agar selalu memperbaharui syukurnya kepada Allah. Artinya selalu mengemukakan rasa syukurnya kepada Tuhannya di setiap kesempatan yang ada, setiap detik dari hari - harinya, karena nikmat Tuhannya kepadanya juga selalu baru, tidak terlepas dari satu waktupun. Ayat-ayat kisah Luqman (QS. Luqman:14) ini menyebutkan dua objek syukur. Pertama, syukur kepada Allah sebagaimana pada firmannya di atas. Kedua, syukur kepada orang tua, dalam firmannya. ان ا ﺷﻜﺮﻟﻲ وﻟﻮاﻟﺪﻳﻚ Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bolehnya bersyukur kepada orang yang memberikan kebaikan. Maka berterima kasih kepada ibu bapak adalah wajib menurut konteks ayat tersebut. Akan tetapi syukur yang sebenarnya hanya boleh diberikan kepada Allah. Seseorang tidaklah bersyukur kepada orang - orang yang berbuat baik melainkan ia bersyukur kepada Allah, karena Allah-lah
88 yang memberikan ilham kepada manusia untuk berbuat baik. Sehingga kita tidak bersyukur kepada orang tua melainkan bersyukur kepada Allah, meskipun pada dzahirnya kita bersyukur kepada orang tua kita, akan tetapi pada dasarnya kita bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan keduanya sebab bagi keberadaan kita. Nasehat Luqman kepada anaknya mengingatkan kepada setiap orang tua (bapak) akan kewajibannya memberikan nasehat kepada anaknya, menasehatinya meskipun mereka tidak menurutinya. Salah satu nasehat Luqman kepada anaknya adanya larangan untuk berbuat syirik. Janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar, hal ini merupakan isyarat bahwa nasehat itu harus bersifat menyeluruh pada setiap aspek keislaman, mulai dari masalah keimanan, dakwah, aturan - aturan, hukum - hukum, keutamaan – keutamaan, sampai pada masalah adab dan tata krama. Nasehat Luqman ini yang dikemukakan kepada anaknya merupakan nasehat tentang keimanan dan keyakinan. Ayat di atas menganggap syirik adalah suatu kedzaliman yang besar. Rasulullah dalam menafsirkan sesuatu dengan ayat yang terdapat dalam surat alAn’am (QS. Al-An’am : 82) al-Qur'an banyak sekali mengungkap syirik dan kufur dengan sebutan kedzaliman yang besar, seperti dalam surat al Baqarah ayat 254. Kekafiran dan kemusyrikan. Adalah suatu kedzaliman. Maka dengan jelas dapat dikatakan bahwa orang yang kafir dan musyrik berarti berbuat dzalim, karena kedzaliman adalah melanggar dan melampui batas, membantu kebatilan, menyembunyikan dan mengesampingkan kebenaran. Kedzaliman bagi orang mukmin adalah karena tidak menyeru kepada mereka, menjadi penolong kebenaran, dan memerangi kebatilan. Kedzaliman bagi orang kafir adalah karena ia menjadi contoh bagi mereka dalam kekafiran, penolong mereka untuk melakukan kebatilan. Setiap kekafiran adalah kedzaliman dan setiap orang yang kafir dan musyrik adalah orang yang dzalim.24
24
Perlu dipahami bahwa tidak setiap kedzaliman adalah kekafiran dan kemusyrikan, karena al-Qur'an terkadang menyifatkan kedzaliman dengan kemaksiatan dan dosa. Sehingga, orang muslim terkadang melakukan kedzaliman karena maksiat dan dosa – dosanya, tetapi ia tidak bisa dikatakan kafir karena hanya melakukan kemaksiatan dan dosa.
89 Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu bapaknya. Pada ayat tersebut
ada petunjuk bahwa sesungguhnya Allah
mewasiatlan hal itu kepada orang yang suka melalaikan dan mengabaikan (kewajiban) terhadap orang
tuanya. Sedangkan
dalam firman
Allah:
ﻦ ٍ ﻋﻠَﻰ َو ْه َ ﺣ َﻤَﻠ ْﺘ ُﻪ ُأﻣﱡ ُﻪ َو ْهﻨًﺎ َ “ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang bertambah tambah”. Terdapat satu catatan yang sudah pasti benarnya, bahwa seorang ibu pada masa kehamilannya yang panjang terus menerus dalam keadaan lemah, lesu, dan lelah”. Selanjutnya dalam firmannya ﻦ ِ “ َو ِﻓﺼَﺎُﻟ ُﻪ ﻓِﻲ ﻋَﺎ َﻣ ْﻴDan menyapihnya dalam dua tahun” ada petunjuk bahwa masa menyusui yang baik untuk seorang anak adalah sampai dua tahun. Tampaknya rahasia rahasia penyakit yang ada pada anak zaman sekarang adalah karena mereka tidak disusui secara alami. Padahal asi sangat penting untuk keselamatan anak, baik jiwa dan raganya. Kisah Luqman juga menemukan kepada anak suatu metode yang aman dan indah dalam berhubungan dengan ibu bapaknya dan berbuat baik kepada keduanya. Berbuat baik itu harus dilakukan anak kepada orang tua, walaupun keduanya dosa dan maksiat, bahkan tidak boleh berhenti meskipun keduanya berada dalam kekafiran di dunia dengan baik. Tetapi harus dipahami bahwa taat anak terhadap orang tuanya itu merupakan taat yang dipikirkan oleh akal dan disadari oleh hati. Yaitu mentaati keduanya hanya pada apa - apa yang diridhai Allah. Ayat ini pada dasarnya membedakan dua hal : kebaikan dan ketaatan, berbuat baik kepada orang tua dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir. Namun, taat itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat kepada keduanya jika perintah - perintah keduanya bertentangan dengan perintah - perintah Allah SWT Dalam suasana keyakinan dan keimanan, anak yang dapat dipengaruhi oleh gambaran yang dikemukakan tentang ilmu Allah dan kekuasaan-Nya maka seorang bapak baru membebani anaknya dengan masalah-masalah ibadah, dan menyuruhnya untuk mendirikan shalat, menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran. Sehingga pembeberan kewajiban itu ada maknanya, hidup dan kehidupannya, karena hati yang penuh keimanan kepada Allah dan mengagungkan-Nya melaksanakan pembebanan itu.
90 Perintah-perintah yang diarahkan oleh Luqman kepada anaknya sebagaimana telah dipaparkan pada bab III, adalah
sangat relevan dengan
kehidupan sekarang ini dimana nilai-nilai religius yang sudah mulai bergeser dengan adanya arus modernisme dan arus globalisasi. Maka kisah Luqman dapat dijadikan pelajaran untuk menata dan melangkah pada setiap perbuatan yang hendak kita kerjakan, tanpa harus memperdebatkan bahwa Luqman adalah nabi atau bukan, yang menetapkan).
lebih baik adalah tawaquf (tidak meniadakan dan tidak