FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN
Fauzi Saleh Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh Email:
[email protected]
ABSTRACT Al-Qur’an has presented the progressive nations of the world as the great of human life history. The Qur'an presents their names as evidence that as the initiator of the civilization as the past civilizations was a part lesson for the next generations to be developed and modified according to the time and the space in their life. A thing should be understood that advances in technology, science and civilization could not make the human to be sustained without the faith and belief in One God, Allah. Kata Kunci: Peradaban, Kisah, al-Quran
PENDAHULUAN Informasi al-Qur’an tentang kisah cenderung dipahami literal dengan mengenyampingkan nilai-nilai budaya dan sosial sebagai indikator kemajuan dalam dinamika kehidupan sosial saat itu. Kegelisahan ini tentu tidak berlebihan ketika dilihat dalam interpretasi al-Qur’an jarang “dibaca” secara arif dan mendalam sehingga subtansi al-Qur’an sebagai maw’idhah dan hudan menjadi kering adanya. Membaca al-Qur’an dalam konteks peradaban mutlak diperlukan mengingat bahwa kitab suci ini diturunkan di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kebudayaan yang mengakar. Dengan demikian, wahyu memiliki ikatan dengan prinsip historisitas dan realitas.1 Pemahaman komprehensif ini akan menjadi faktor penting terutama terkait dengan fitur-fitur kisah yang terdapat dalam al-Qur’an. KISAH DALAM AL-QUR’AN Al-Qur’an secara content 2/3 kandungannya merupakan kisah. Kuantitas yang besar ini menunjukkan betapa al-Qur’an memberikan perhatian penuh terhadap problematika dan peristiwa masa lalu agar diputar lagi di kemudian hari. Hal tersebut sesuai dengan salah satu teori tentang waktu yang menyatakan bahwa waktu dan segala peristiwa yang mengitari akan berulang pada saat yang lain. Kalau teori ini dicermati, maka jelas bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan pengulangan peristiwa dalam format yang baru. _____________ 1
Ali Sodiqin, Antropologi al-Qur’an: Model Dialektika Wahyu dan Budaya, (Yogyakarta: Media ar-Ruz, 2008), 12. Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
39
Satu “kata”, “nama” dan “kaum” yang disebutkan al-Qur’an sebenarnya memiliki makna filosofis dan sosiologis yang perlu dikaji dan ditelaah secara mendalam. Inilah barangkali yang disebut dengan weltanschauung semantic yang dalam pemahamannya perlu pengayaan pendekatan multi bahkan interdisipliner.2 Reformasi fikih peradaban ini secara aksiologis tidak hanya memberikan sebuah pemahaman tentang adanya titik persamaan antar peristiwa, tetapi lebih dari itu, bagaimana momentum tersebut turut memberikan kontribusi dalam pembangunan manusia masa kini dan mendatang. Tidak bisa dipungkiri, sumbangan masa lalu telah memberikan warna yang luar biasa dalam membina manusia modern. Sebagai contoh, manusia Mesir kuno memberlakukan mummi terhadap mayat agar bertahan dalam waktu yang lama. Di sisi lain, al-Qur’an mengisyaratkan bahwa Fir’aun sebagai simbol kebiadaban manusia terhadap Tuhannya diabadikan jasadnya agar menjadi bukti-bukti dan pelajaran bagi orang yang datang di kemudian hari. Bila ini ditelusuri bahwa peradaban Mesir di satu sisi merupakan simbol kemajuan, tetapi di sisi lain peradaban tidak selamanya memandu manusia ke arah kebenaran. Kaum `Ad dan Tsamud juga termasuk kisah fenomenal dimana mereka mampu membangun perabadan dengan bangunan dan ukiran yang unik. Hal tersebut menunjukkan kemakmuran mereka dalam kehidupan berteknologi. Diprediksikan bahwa masih banyak kaum mungkir lainnya tetapi tidak dipublikasikan kisahnya dalam al-Qur’an. Sangat dimungkinkan bahwa `Ad dan Tsamud diangkat dalam al-Qur’an karena mereka memiliki fondasi peradaban yang kuat. Kaum Saba’ membangun peradaban kemiliteran dan mampu menundukkan lawan-lawannya dengan mudah. Meski di bawah kepimpinan seorang ratu, tetapi strukturalisasi kepemimpinan sangat efektif dan efesien, sehingga rakyat sangat patuh kepada ratu. Ketika ratu memerintahkan mereka untuk menyembah matahari, mereka juga tunduk dan patuh kepada sang ratu. Sejumlah nama-nama yang diangkat dalam al-Qur’an bukan hanya karena keingkaran, tetapi juga terkait dengan keutamaan dan peradaban yang dimilikinya. Menurut penelitian awal, kaum-kaum umat nabi terdahulu telah mengukir kisah keperkasaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi kekuatan mereka tidak disertai dengan ketaatan kepada Allah. Proyeksi penelitian menjadi inspirasi dalam membangun kehidupan manusia dengan inspirasi kisah umat lalu, di samping itu juga merupakan peringatan. Kehebatan pengetahuan dan teknologi telah mengangkat suatu umat untuk muncul dalam kancah global bahkan diukir dalam sejarah kehidupan manusia. Di sisi lain, yang harus ditegaskan bahwa peradaban yang sophisticated itu rupanya tidak cukup dengan survival suatu umat, tetapi harus dituntut untuk tetap terikat dengan hablun min Allah dan hablun min al-nas. Lebih dari itu, langit yang biru tidak pernah memberikan hujan kepada kepada pelaku durjana. Sebaliknya, alam itu sendiri akan menghancurkan musuh Allah dengan gemuruh dan hujan lebatnya. Matahari yang sama juga telah menghancurkan istana Fir’aun dan Namruz beserta kaumnya.3 Ini menjadi catatan _____________ 2
Toshihiko Izutsu, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltansc haunung, terj. Agus Fahri Husein, dkk., Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-Qur’an (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 17. 3 Osman Nuri Topbas, Islam: Spirit dan Form (Turkey: Erkam Publication: 2009), viii. 40
FAUZI SALEH: FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN
bahwa adanya hubungan korelatif untuk peradaban dengan moralitas manusia untuk eksis dan survive dalam kisah kehidupan umat manusia. Usaha fikih peradaban yang mencoba “mengawinkan” antara peradaban dan ketinggian moralitas hakikatnya sebagai usaha untuk memproduksi kesadaran terhadap teksteks al-Qur’an dengan segala aspek yang perlu dikaji dan didalami.4 KEBESARAN UMAT MASA LALU Banyak ayat dalam al-Qur’an menyebutkan kebesaran umat masa lalu dengan tampilan-tampilan yang sophisticated. Eksistensi umat tersebut ditampilan beberapa sampel untuk menunjukkan kiprah mereka dalam membangun dan menginisiasikan peradaban masa itu. Secara periodik, Allah menyebutkan umatumat terdahulu secara berurut mulai QS. al-A’raf, QS. al-Qamar dan QS. al-Fajr. Dalam QS. al-Syu’ara disebutkan secara detail tentang kisah Musa dan Fir’aun. Kemudian secara detail dijelaskan umat lain termasuk `Ad, Fir’aun, Qarun dan Haman disebutkan pada sisi lain surat tersebut. Masa hidup dan kekuasaan mereka, Nuh 3000 – 2500 SM, Ibrahim dan Luth awal 2000 SM, Musa 1300 SM, Hud dan Ad 1300 – ? SM, Shalih dan Thamud 800 – ? SM. Dagang dan Bisnis Beberapa bangsa yang disebutkan dalam al-Qur’an memiliki kemajuan di bidang perdagangan dan bisnis. Sederet nama seperti Madyan, Tsamud dan Saba’ mendominasi kemajuan bidang ini. Kegiatan dagang dan bisnis merupakan roda peradaban dan kemajuan yang dibangun oleh kaum Madyan. Madyan adalah umat Nabi Syu’aib yang kekhasan mereka digambarkan dalam QS. Hud: 85. Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”.5 Sedangkan dalam QS. Hud: 87 diterangkan bahwa mereka dan keturunannya merupakan hartawan dengan manajemen pengelolaannya yang luar biasa. Kapasitas manajerial ini menjadi unsur penunjang kesuksesan bisnis dan dagang. Berbicara persoalan dagang, satu negeri yang tidak boleh dilupakan yaitu Saba’. Perlu disinggung pula, bahwa Saba’ merupakan salah satu empat peradaban besar yang hidup di sebelah selatan Jazirah Arab sekitar 750-1000 SM dan peradaban ini berakhir pada 550 M akibat serangan dalam dua abad yang dilakukan oleh Persia dan Arab.6 Bila dirujuk lebih jauh, Saba’ adalah sebuah nama yang diambil dari nama pendirinya. Kisah bangsa ini secara detail terdapat dalam QS. al-Naml: 20-44 dan QS. Saba’.7 Dalam sebuah hadits, Nabi ditanya, “Apakah Saba’ itu nama negeri atau nama seseorang? Nabi menjawab: Dia adalah manusia yang memiliki sepuluh anak. Enam tinggal di Yaman dan empat di Syam. Yang di Yaman ialah Mudzhij, Kindah, Alazad, Asa’ariyun, Anmar dan Himyar. Yang di Syam adalah Lakham, Judzam, dan Ghassan. _____________ 4
Nasr Hamid Abu Zaid, al-Mafhum al-Nas Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin, Tekstualitas Al-Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), 11. 5 Kodifikasi ayat al-Qur’an dan hadits tentang Kaum Syu’aib dapat dilihat lebih lanjut dalam Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat al-Qur’an dan Hadits (Widya Cahaya, 2010), 322. 6 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Mukjizat al-Qur’an …, Jilid I, 90. 7 Azyumardi Azra, Ensiklopedi…, 89. Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
41
Saba’ merupakan kota perdagangan internasional yang ramai karena berada pada titik pertemuan antara jalur laut dan jalur darat. 8 Dengan demikian, Saba’ berada pada rute perjalanan kafilah dagang dan ikut meramaikan kegiatan bisnis di sana. Karena itu, penduduk Saba’ memperluas perdagangan ke negeri - negeri tetangga. 9 Untuk memakmurkan negerinya, raja Saba’ juga membangun bendungan besar yang dikenal dengan bendungan Ma’rib. Bendungan ini menyimpan air hujan untuk mengairi tanaman yang salah satu pemimpinnya adalah ratu Bilqis.10 ‘Dua mata uang’ kehidupan Saba, dagang di satu sisi dan pertanian yang memproduk komiditas sebagai sisi lain semakin mengangkat kaum ini dalam kancah peradaban gemilang. Konstruksi Bangunan Konstruksi dan seni bangunan adalah bentuk peradaban yang sekaligus menunjukkan kemampuan dan kekokohan suatu bangsa. Bangunan (‘umran) dalam istilah Ibn Khaldun sebagai induk industri dan peradaban yang mengiringi peradaban primer seperti pertanian, tenun, dagang dan juga peradaban yang memiliki prestise unggul seperti tulis menulis, produksi kertas, nyanyian, kedokteran dan seterusnya.11 Al-Qur’an mengangkat beberapa bangsa dunia dalam bidang konstruksi ini, di antaranya adalah kaum `Ad, Tsamud dan kaum Fir’aun. Dalam QS. al-Fajr: 7-10 disebutkan:
“(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak).” Iram ialah ibukota kaum 'Ad sedangkan dalam kaitannya dengan kaum Tsamud adalah lembah yang terletak di bagian Utara Jazirah Arab antara kota Madinah dan Syam. Mereka memecahkan batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal mereka, ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal dan tempat berlindung. Tiang-tiang besar bekas peninggalan kaum `Ad disebutkan dengan cara khusus dalam al-Qur’an merupakan bagian bangunan yang terbuat dari pasir. Zarins, salah seorang peneliti dan ketua proses penggalian benda sejarah ini, menyebutkan bahwa tiang-tiang besar tersebut sebagai tanda istimewa Kota Ubar. Ciri tiang yang dijelaskan al-Qur’an menjadi petunjuk terbaik bahwa kota yang _____________ 8
Azyumardi Azra, Ensiklopedi…, 89. Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghus, Kitab al-Athlas Tarikh al-Anbiya’ wa alRusul, terj. Qasim Shaleh dan Dewi Kournia Sari, Atas Sejarah Para Nabi dan Rasul (Jakarta Timur: Al-Mahira, 2009), 208. 10 Azyumardi Azra, Ensiklopedi…, 89. 11 Abd al-Rahman bin Khaldun al-Maghribi, Muqaddimat Ibn Khaldun (Beirut: Dar alFikr, t.th.), 405. 9
42
FAUZI SALEH: FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN
ditemukan itu adalah kota Iram, kota ini secara tegas disebutkan dalam QS. alFajr: 8.12 Lebih lanjut disebutkan dalam al-Qur’an, “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanahtanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.(QS. al-A’raf-ayat 73-74) Tehnik konstruksi – di samping `Ad – juga merupakan bagian peradaban Tsamud di tanah Arab.13 Hal tersebut disebabkan kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum `Ad, kemudian diwarisi kepada kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan ternak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yang indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera dan bahagia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan kemewahan hidup akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.14 Las Baja Allah mendeskripsikan tentang kemahiran dan pandai besi yang diberikan kepada umat yang lalu, melalui nama Dzulkarnain, seperti yang terdapat dalam QS. al-Kahfi: 96;
“Berilah Aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: ”Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ”Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” Kekuatan Militer dan Manajemen Pengairan Kaum Saba’ menjadi simbol kejayaan dalam kekuatan militer.15 Masa keberadaan dari peradaban Saba’ menjadi pokok pembicaran dari banyak diskusi. Kaum Saba’ mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut. Negara Saba’ memiliki salah satu bala tentara terkuat di kawasan tersebut. Negara mampu melakukan politik ekspansi berkat angkatan bersenjatanya. Negara Saba’ telah menaklukkan wilayah-wilayah dari negara Qataban Lama. Negara Saba’ memiliki banyak tanah di benua Afrika. Selama abad ke-24 SM, pada ekspedisi ke Magrib, tentara Saba’ dengan telak mengalahkan tentara Marcus Aelius Gallus, Gubernur _____________ 12
Mady Shehab, al-I’jaz al-Ilm fi al-Qur’an wa al-Sunnah, terj. Syarif Hade Masyhah dkk., Ensiklopedia Mukjizat al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: Sapta Sentosa, 2008), 42. 13 http://answering.wordpress.com 14 www.suaramedia.com 15 Harun Yahya, www.suaramedia.com Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
43
Mesir untuk kekaisaran Romawi yang jelas-jelas merupakan negara terkuat pada masa itu. Saba’ dapatlah digambarkan sebagai sebuah negara yang menerapkan kebijakan moderat, namun tidak ragu-ragu menggunakan kekuatan jika diperlukan. Dengan kebudayaan dan militernya yang maju, negara Saba’ jelas merupakan salah satu adi daya di daerah tersebut kala itu. Angkatan bersenjata Saba’ yang luar biasa kuat ini juga digambarkan di dalam al-Qur’an. Sebuah ungkapan dari para komandan tentara Saba’ yang diceritakan dalam al-Qur’an menunjukkan besarnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh bala tentara ini, yang terdapat dalam QS. al-Naml: 33. Para komandan berkata kepada sang ratu: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.” Dalam bidang pengairan dan irigasi, kaum Saba’ telah dikenal sebagai orang-orang yang beradab dalam bidang ini. Dalam prasasti, para penguasa Saba’ sering menggunakan kata-kata seperti “memperbaiki”, “mempersembahkan”, dan “membangun”. Bendungan Ma’rib, yang merupakan salah satu monumen terpenting kaum ini, adalah indikasi penting dari tingkatan teknologi yang telah diraih oleh kaum ini. Namun, ini tidak berarti bahwa kekuatan militer Saba’ lemah, bala tentara Saba’ adalah salah satu faktor terpenting yang menyokong ketahanan kebudayaan mereka dalam jangka waktu demikian lama tanpa keruntuhan. Ibu kota negara Saba’ adalah Ma’rib yang sangat makmur karena letak geografisnya yang sangat menguntungkan. Ibu kota ini sangat dekat dengan Sungai Adhanah. Titik di mana sungai mencapai Jabal Balaq sangat tepat untuk membangun sebuah bendungan. Dengan memanfaatkan keadaan ini, kaum Saba’ membangun sebuah bendungan di sana, ketika peradaban mereka pertama kali berdiri, dan memulai sistem pengairan mereka. Mereka benar-benar mencapai tingkat kemakmuran yang sangat tinggi. Ibu kota Ma’rib, adalah salah satu kota termaju saat itu. Penulis Yunani Pliny yang telah mengunjungi daerah ini dan sangat memujinya, juga menyebutkan betapa hijaunya kawasan ini. Bendungan di Ma’rib tingginya 16 meter, lebarnya 60 meter dan panjangnya 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total wilayah yang dapat diairi oleh bendungan ini adalah 9.600 hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat. Dua dataran ini disebutkan sebagai “Ma’rib dan dua dataran“ dalam prasasti Saba’. Ungkapan dalam alQur’an, “dua buah kebun di sisi kiri dan kanan“, menunjukkan kebun-kebun dan kebun anggur yang mengesankan di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini dan sistem pengairan-nya, daerah ini menjadi terkenal sebagai kawasan berpengairan terbaik dan paling menghasilkan di Yaman. J. Holevy dari Prancis dan Glaser dari Austria membuktikan dari berbagai dokumen tertulis bahwa bendungan Ma’rib telah ada sejak zaman kuno. Dalam dokumen-dokumen yang tertulis dalam dialek Himer, disebutkan bahwa bendungan ini membuat kawasan tersebut sangat produktif. Saat ini, bendungan kaum Saba’ yang terkenal kembali menjadi fasilitas pengairan. Bendungan Ma’rib yang tampak sebagai reruntuhan di atas adalah salah satu karya terpenting dari kaum Saba’. Bendungan ini runtuh dikarenakan banjir Arim yang disebutkan dalam al-Qur’an dan semua daerah pertaniannya tergenang. Karena wilayahnya hancur dengan runtuhnya bendungan, negara Saba’ 44
FAUZI SALEH: FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN
kehilangan kekuatan ekonominya dalam waktu yang sangat singkat dan segera runtuh.16 Seni dan Arsitektur Tsamud adalah salah satu kaum yang menginisiasikan seni lukis dan arsitektur. Gunung-gunung batu menjadi wahana seni dan dibentuk kaum Tsamud menjadi istana, rumah, dan kuburan para petinggi kaum. Pahatan ukiran dan ornamennya sangat halus dan indah menakjubkan. Wilayah kekuasaan kaum Tsamud membentang hingga ke wilayah Petra (Yordania). Bedanya, Petra sudah dijadikan komoditi parawisata inti Yordania selain Laut Mati. Sedangkan Mada’en Shaleh masih menjadi perdebatan antara kepentingan dinas pariwisata Saudi yang mulai mengangkat Mada’en Shaleh sebagai komoditi pariwisata, dengan para ulama yang berpendapat bahwa tempat tersebut adalah situs peninggalan “kaum terlaknat,” sehingga umat Islam diharamkan untuk menziarahinya. Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Tsamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an adalah sama dengan kaum Tsamud. Nama lain dari Tsamud adalah ashab al-hijr. Kata Tsamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang tersebut. Di Arabia Kuno, suku atau sekelompok suku tampaknya telah memiliki keunggulan sejak sekitar abad 4 SM sampai pertengahan awal abad 7 M. Meskipun kaum Tsamud kemungkinan asal-usulnya dari Arabia Selatan, sebuah kelompok besar yang pindah ke utara pada awal-awal tahun, secara tradisional berdiam di lereng gunung Athlab. Penelitian arkeologi terakhir mengungkapkan, sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Tsamud tidak hanya ada di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia tengah.17 Sekitar 2000 tahun yang lampau, kaum Tsamud telah mendirikan sebuah kerajaan bersama bangsa Arab yang lain, yaitu Nabataeans. Saat ini, di Lembah Rum yang juga disebut dengan Lembah Petra di Jordania, dapat dilihat berbagai contoh karya pahat batu yang terbaik dari kaum ini. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, kaum Tsamud memiliki kemahiran dan keahlian dalam bidang pertukangan (ukiran dan pahat memahat). Seperti yang telah ditegaskan dalam QS. al-A’raf: 74. ”Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” PERADABAN DAN DEKADENSI MORAL Dalam al-Qur’an dideskripsikan bahwa `Ad sebagai kaum yang tidak mempercayai kerasulan Nabi Hud. Kaum `Ad menyombongkan diri sebagai kaum yang kuat, berperawakan tinggi besar (QS. Fushilat: 15), mendiami bangunan tinggi, istana dan benteng yang dibangun di atas perbukitan (QS. al-Syu’ara: 128129), suka menyiksa dengan bengis (QS. al-Syu’ara: 130), dan mempunyai banyak keturunan, hewan ternak, kebun dan mata air (QS. al-Syu’ara: 133-134). _____________ 16
http://dhymas.wordpress.com/satu-bantahan-lagi-terhadap-dongeng/jejak-bangsa/kaum-
saba 17
Britannica Micropedia, Vol. 11, 672.
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
45
Karena kelebihan itu, mereka merasa tidak ada yang lebih kuat dan perkasa dari mereka. Ketika Nabi Hud datang memberi peringatan, mereka malah mengejek Nabi Hud dan menantangnya untuk mendatangkan siksaan Allah. Mulanya `Ad ditimpa musibah kekeringan (QS. Hud: 52), ada pendapat yang menyatakan bahwa kekeringan itu berlangsung selama 3 tahun tetapi musibah itu juga tidak menyadarkan dan menginsyafkan mereka. Akhirnya kaum `Ad dihancurkan oleh Allah dengan musibah angin topan dahsyat yang bertiup selama 8 hari 7 malam terus menerus.18 Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakan terdiri dari orangorang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian besar terutama mereka yang tergolong orangorang kaya dan berkedudukan, tetap bersikeras dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya.19 Sebelum mereka dihancurkan dengan suara petir yang menggelegar, bangsa Tsamud ini diperintahkan untuk menyembah Allah dan mengikuti ajakan Nabi Saleh. Namun, mereka enggan melakukannya. Bahkan, ajakan itu justru dianggap menghina kaum Tsamud. Lalu, ketika diuji dengan diberikan seekor unta betina, mereka pun membunuhnya, lalu Nabi Saleh memperingatkan umatnya.20 Karena sikap sombong dan angkuh itu, mereka pun harus menerima akibat dan dihancurkan oleh Allah sebagaimana telah dilakukan pada kaum `Ad. Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud, Nabi Saleh berdoa memohon kepada Allah agar memberi suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya. Ia memohon kepada Allah dengan kekuasaan-Nya untuk menciptakan seekor unta betina yang dikeluarkan dari sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. Maka dengan izin Allah batu karang tersebut terbelah dan keluar seekor unta betina.21 Salah seorang umatnya tetap mengingkari dan nekad membunuh unta tersebut. Menurut riwayat, sang pembunuh adalah utusan bersama para petinggi kaum yang diiming-imingi hadiah seorang wanita cantik. Mengetahui hal tersebut, Nabi Shaleh marah, dan ia mengetahui bahwa azab Allah tidak lama lagi akan datang dan membumi hanguskan kaumnya, karena mukjizat unta hanyalah simbol kepatuhan kaum Tsamud kepada Allah. Setelah kejadian tersebut, kaum Tsamud masih tetap menantang Nabi Saleh, karena ternyata azab tidak kunjung datang melanda mereka. Maka, tidak lama berselang, murka Allah pun datang. Angin puting beliung dengan suhu udara yang sangat dingin menyelimuti hari-hari kaum Tsamud, diiringi gempa dahsyat. Akhirnya, kaum Tsamud tenggelam ditelan bumi. Yang tertinggal hanya beberapa rumah dan istana gunung batu sebagai hasil karya besar mereka.22 _____________ 18
QS. al-Ankabut: 38, QS. al-Ahqaf: 24, QS. al-Zariyat: 41, QS. al-Najm: 50, QS. alQamar: 18-19, dan QS. al-Haqqah: 7-8. Azyumardi Azra, dkk., Ensiklopedi Islam (Ichtiar Baru van Hooeve, 2005), 73. 19 www.suaramedia.com 20 Cerita ini terdapat dalam QS. Hud: 61-62 dan 65-68, QS. Ibrahim: 9, QS. al-A’raf: 7577, QS. al-Naml: 47-50, QS. al-Qamar: 23-26, dan QS. al-Syu’ara’: 141-158 21 www.suaramedia.com 22 http://kelautaja.com/sejarah/kaum-tsamud-`Ad-antara-history-dan-fakta-arkeolog 46
FAUZI SALEH: FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN
Lain halnya dengan kehancuran kaum Saba’, rakyat negeri ini tenggelam dalam kemegahan hidup karena sibuk memelihara bendungan Ma’rib dan melupakan Tuhan. Allah melaknat mereka dengan mengirim banjir besar yang menghancurkan bendungan itu sekaligus memporak-porandakan Saba’. Peristiwa tahun 120 SM itu telah mengakhiri kebesaran dan kehebatan negeri Saba’.23 Penyebab lain kehancuran ini adalah perubahan jalur perdagangan yang semula menjadi faktor peningkatan income perkapita negeri ini, yakni dari jalur darat ke jalur laut. Dinasti Ptolemeus membuat sungai terusan yang menghubungkan antara Laut Merah di salah satu cabang Sungai Nil yang mengarah ke Laut Tengah hingga akhirnya perdagangan dikuasai Dinasti Ptolemeus.24 Al-Qur’an menceritakan bahwa Ratu Saba’ dan kaumnya menyembah matahari selain menyembah Allah sebelum ia mengikuti Sulaiman. Informasi dari berbagai prasasti membenarkan kenyataan ini dan menunjukkan bahwa mereka menyembah matahari dan bulan dalam kuil-kuil mereka, dalam pilar-pilar tersebut terdapat prasasti yang tertulis dalam bahasa Saba.25 KESIMPULAN Kemajuan peradaban dengan teknologi canggihnya betul-betul telah mengubah situasi dunia. Hal tersebut terlihat dapat mempersingkat perjalanan, meningkatkan teknologi pertanian dan industri dan seterusnya. Kecanggihan itu sebenarnya sudah digagas oleh umat sebelumnya. Kaum `Ad, Tsamud dan Saba’ merupakan simbol masa lalu yang telah mengukir kejayaan di pentas kehidupan dunia. Kaum tersebut pernah dicatat kegemilangannya dalam bidang teknologi, teknik pembangunan, bisnis dan perdangangan, bahkan kekuatan militer. Peradaban yang tidak berbasis ketuhanan dan moralitas pada akhirnya segera akan mendarat pada kehancuran. Itu semua memberi pelajaran berarti untuk adanya keseimbangan antara teknologi dan ketakwaan, peradaban dan keubudiahan dan seterusnya.
_____________ 23
Azyumardi Azra, Ensiklopedi..., Jilid VI, 89. Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghus, Kitab al-Athlas Tarikh al-Anbiya’ wa alRusul, terj. oleh Qasim Shaleh dan Dewi Kournia Sari, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul (Jakarta Timur: Al-Mahira, 2009), 208. 25 http://dhymas.wordpress.com/satu-bantahan-lagi-terhadap-dongeng/jejak-angsa/kaumsaba 24
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
47
DAFTAR PUSTAKA Abu Zaid, Nasr Hamid, al-Mafhum al–Nas Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an terj. Khoiron Nahdliyin, Tekstualitas Al-Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005. Azra, Azyumardi, dkk., Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru van Hoeve, 2005. Izutsu, Toshihiko, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschaunung, terj. Agus Fahri Husein, dkk., Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik terhadap al-Qur’an, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003. Harun Yahya, www.suaramedia.com http://answering.wordpress.com http://dhymas.wordpress.com/satu-bantahan-lagi-terhadap-dongeng/jejak-bangsa/ kaum-saba http://kelautaja.com/sejarah/kaum-tsamud-ad-antara-history-dan-fakta-arkeolog Al-Maghribi, Abd al-Rahman bin Khaldun, Muqaddimat Ibn Khaldun, Beirut: Dar al-Fikr, t.th. Al-Maghus, Sami bin Abd Allah bin Ahmad, Kitab al-Athlas Tarikh al-Anbiya’ wa al-Rusul, terj. Qasim Shaleh dan Dewi Kournia Sari, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Jakarta Timur: Al-Mahira, 2009. Shehab, Mady, al-I’jaz al-Ilm fi al-Qur’an wa al-Sunnah, terj. Syarif Hade Masyhah dkk., Ensiklopedia Mukjizat al-Qur’an dan Hadis, Jakarta: Sapta Sentosa, 2008. Sodiqin, Ali, Antropologi al-Qur’an: Model Dialektika Wahyu dan Budaya, Yogyakarta: Media ar-Ruz, 2008. Topbas, Osman Nuri, Islam: Spirit dan Form, Turkey: Erkam Publication, 2009. www.suaramedia.com Yusuf, Ahmad Muhammad, Ensiklopedi Tematis Ayat al-Qur’an dan Hadits, Widya Cahaya, 2010.
48
FAUZI SALEH: FIKIH PERADABAN DALAM KISAH AL-QUR’AN