67
BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN
A.
Analisis Proses Penanaman Nilai Kejujuran Melalui Buku Catatan Harian Siswa SMP Negeri 15 Pekalongan 1.
Analisis Nilai Kejujuran siswa SMP Negeri 15 Pekalongan a.
Jujur dalam berpikir Kejujuran dalam berpikir adalah menjalankan hasil pemikiran dengan jujur, tidak dipengaruhi oleh rasa takut, sombong, sehingga pikiran yang murni tidak dirubah atau disembunyikan dalam perbuatan. Hal ini senada dengan kejujuran dalam berpikir siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan seperti yang diungkapkan oleh Dewi Faega bahwa dalam berpikir dan mengungkapkan pendapat jangan ragu-ragu dan takut apabila masih dalam jalan kebenaran. “Dalam menyampaikan pendapat bagi saya selama dalam hal yang baik buat apa takut untuk mengungkapkannya, misalnya ketika pelajaran saya belum paham ya saya beranikan diri pada gurunya untuk minta diterangkan kembali."1 Dan tidak hanya sekali ia bertanya atau menyampaiakan pendapatnya kepada guru ketika pelajaran, namun ia juga mengaku ketika ada kegiatan rapat OSIS ia dan teman-temannya secara
1
2015.
Dewi Faega, Siswi kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 9 Maret
68
bergantian menyampaikan pendapat atau usulan tentang rencana pengadaanacaradisekolah. Hal serupa diungkapkan oleh Putri Ziyana bahwa sebuah kebenaran memang harus diungkapkan dalam berpendapat, namun juga harus menunggu saat yang tepat agar tidak menyakiti perasaan teman. “sesuatu yang benar itu memang harus diungkapkan misalnya bila ada teman kita yang salah atau tidak mematuhi peraturan sekolah tidak ada salahnya jika kita mengingatkan namun dalam menyampaikannya juga harus menggunakan kata-kata yang tepat agar tidak terjadi salah paham antar teman”2 Hal tersebut sesuai dari hasil pengamatan penulis pada sebuah kelas pembelajaran, terlihat ada beberapa siswa yang sesekali mengajukan pertanyaan tentang materi yang sedang diajarkan.3 Dalam sebuah wawancara apa yang diungkapkan oleh Bu Mufida sama halnya diatas, beliau mengatakan : “dalam kegiatan pembelajaran saya selalu memberikan kesempatan pada murid untuk bertanya, memang ada beberapa murid yang selalu bertanya dalam setiap kelas pembalajaran saya”.4
Jadi kejujuran dalam berfikir siswa SMP Negeri 15 Pekalongan bisa dikatakan cukup baik. Karena apa yang dilakukan siswa murni dari hasil pemikirannya tanpa pengaruh apapun.
2
Putri Ziyana, Sisiwi kelas VII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 9 Maret 2015 3 Observasi, tanggal 8 Oktober 2015 4 Bu Mufida, guru SMP N 15 Pekalongan, wawancara pribadi,tanggal 8 Oktober 2015
65
b.
Jujur dalam perkataan (ucapan) Kejujuran dalam perkataan adalah segala yang disampaikan, pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan, sematamata adalah kebenaran. Hal tersebut sejalan dengan kejujuran dan perkataan siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan seperti yang diungkapkan Elsa Rosmala Zein bahwa apa yang kita ucapkan sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa menambah atau menguranginya. “saya pribadi yaa jujur dalam berkata itu apa yang kita ucapkan pas dengan apa dilakukannya artinya perkataannya sesuai dengan kenyataannya5 Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan oleh Dewi Faega bahwa apa yang kita sampaikan itu adalah kebenaran. “apa yang kita sampaikan adalah kebenaran, karena kita tahu bahwa sekali berbohong akan terus berbohong sama halnya ketika kita mengisi buku catatan harian pembiasaan salat lima waktu, kalau kita tidak mengerjakan salat ya kita tidak memberi centang pada kolomnya”.6 Seperti yang diungkapkan Eka Febriana, ia mengatakan “saya kadang-kadang sehari ada yang tidak dilaksanakan, misalkan waktu subuh kesiangan.”7 Hal tersebut sesuai dengan data dari buku catatan harian pembiasaan salat lima waktu Eka Febriana yang penulis cek, ada beberapa waktu salat yang tidak dikerjakan oleh Eka Febriana.8
5
Elsa Rosmala Zein, Siswi kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 7 Maret 2015. 6 Dewi Faega, Siswi kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 9 Maret 2015. 7 Eka Febriana, siswi kelas IX, wawancara Pribadi SMP Negeri 15 Pekalongan 8 Oktober 2015.
66
Jadi kejujuran dalam perkataan siswa SMP Negeri 15 Pekalongan bisa dikatakan baik karena tidak adanya masalah serius ditemukan mengenai kejujuran dalam perkataan. c.
Jujur dalam perbuatan Kejujuran dalam perbuatan adalah segala perilaku yang diperbuat sesuai dengan syariat Islam, hal ini sejalan dengan kejujuran dalam perbuatan siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan seperti yang diungkapkan oleh Rafiqul Fatah bahwa ia mengaku bangga dan puas atas hasil usahanya sendiri dalam mengerjakan tugas sekolah. “Dalam mengerjakan tugas dan soal-soal yang diberikan oleh guru memang lebih senang dan merasa bangga dengan hasil yang dikerjakan sendiri berapapun itu hasilnya. Berbeda ketika mencontek kita hanya bangga dengan nilainnya yang baik tetapi tidak bisa cara mengerjakannya.”9 Apa yang diungkapkan oleh Rafiqul Fatah juga senada dengan yang diungkapkan oleh Putri Ziyana bahwa dengan kejujuran dalam perbuatan hidup kita akan menjadi lebih tenang, dan menambah rasa percaya diri dalam menghadapi persoalan dan hambatan dalam pelajaran. “rasanya kurang puas gitu, bila mendapatkan hasil yang baik tetapi itu bukan pekerjaan murni punya sendiri. Akan lebih memuaskan bila itu pekerjaan sendiri dan hasilnya sangat baik. Akan tetapi gak jarang juga sih bu kalo ada tugas yang belum dikerjakan dirumah jadi nyontek punya teman.”10
8
Dokumentasi Buku catatan Harian salat, Eka Febriana. Rafiqul Fatah, Siswa kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 7 Maret 2015 10 Putri Ziyana, Sisiwi kelas VII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 9 Maret 2015 9
67
Hal tersebut terlihat dari tanggung jawab siswa yang melakukan kesalahan, meskipun tanpa ditunjuk namun siswa terlebih dahulu mengakuinya. Seperti dari pengamatan penulis pada sebuah kegiatan upacara, pada sesi terakhir kegiatan upacara diberitahukan bahwa bagi siswa yang tidak mengikuti upacara 17 Agustus dan buka bersama diharap tinggal dilapangan, dan ternyata banyak siswa yang masih tetap di lapangan setelah barisan dibubarkan. Hal itu merupakan wujud karakter kejujuran siswa dalam perbuatan dan rasa tanggung jawab.11 Jadi kejujuran dalam perbuatan siswa SMP Negeri 15 Pekalongan bisa dikatakan sedang, namun masih dibutuhkan pembiasaan dalam perilaku.
d.
Jujur dalam pergaulan Kejujuran adalah segala perilaku yang dilakukan sesuai dengan norma pergaulan dan syariat Islam. Hal ini sejalan dengan kejujuran dalam pergaulan siswa di SMP Negeri 15 Pekalongan seperti yang diungkapkan oleh Elsa Rosmala Zein bahwa dalam pergaulan tidak pernah membeda-bedakan teman, karena sesama muslim adalah saudara. “bagi saya berteman yaa sama siapa saja, tidak bedai-bedain itu anak orang kaya atau orang miskin, itu pandai atau kurang
11
Observasi, tanggal 23 Agustus 2015
68
pandai, yang paling penting baik, bisa diajak kerja sama, dan saling membantu”.12 Hal senada juga diungkapkan oleh Rafiqul Fatah bahwa dalam pergaulan ada batas-batas yang harus kita perhatikan untuk berlangsungnya jalinan silaturrahim dengan teman, dan harus saling menjaga dalam hal kebaikan. “berteman itu yaa bisa menjaga dan mengajak pada hal yang baik, seperti mengajak untuk belajar bersama, latihan dhuror. Dan juga saling mengingatkan untuk tidak membolos apa lagi mendekati ujian kenaikan kelas”13 Terlihat interaksi sosial siswa disekolah yang kondusif, semua siswa bergaul satu sama lain tanpa membeda-bedakan. Perselisihan antar siswa pasti ada, namun hal itu tidak menjadikan rusaknya hubungan antar siswa karena hanya sesaat.14 Jadi kejujuran dalam pergaulan siswa SMP Negeri 15 Pekalongan bisa dikatakan baik, namun masih perlu peran guru dan orang tua dalam membimbing dan mengawasi anak didiknya dalam pergaulan.
2.
Analisis Proses Internalisasi Nilai Kejujuran Melalui Buku Catatan Harian Pembiasaan Salat Lima Waktu Siswa Smp Negeri 15 Pekalongan. Dalam proses pembentukan karakter siswa seorang guru terutama guru agama mengemban tugas yang sangat berat, disamping mengajarkan 12
Elsa Rosmala Zein, Siswi kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 7 Maret 2015. 13 Rafiqul Fatah, Siswa kelas VIII, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, 7 Maret 2015 14 Observasi tanggal 8 Oktober 2015
69
pengetahuan agama, guru agama juga diharapkan mampu memperbaiki pribadi peserta didik. Selain itu segala sesuatu yang melekat pada pribadi seorang guru agama menjadi unsur pembinaan dan teladan bagi peserta didik. Sementara itu, proses internalisasi nilai kejujuran di SMP N 15 Pekalongan sedikit berbeda yakni dengan melalui media buku catatan harian pembiasaan salat lima waktu. Buku catatan tersebut selain dapat membantu dalam evaluasi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam juga dapat membantu guru Agama dalam mengetahui karakter dan akhlak siswa. Hal tersebut seperti yang dituturkan Pak Mundhofar, sebagai berikut: “buku catatan ini selain digunakan sebagai metode pembiasaan bagi siswa dalam melaksanakan salat lima wakut juga dapat mengukur kejujuran siswa dan saya gunakan sebagai penilaian sikap pada raport siswa”15
Program ini mendapat dukungan dari kepala sekolah dan segenap dewan guru SMP Negeri 15 Pekalongan. Hal ini berdasarkan penuturan ibu Nurlaila Ana, M.Pd sebagai berikut : “semua komponen dalam sekolah baik dalam koordinasi untuk menjalankan dan mencapai target dari berhasilnya program ini maka tidak hanya guru agama saja yang berperan penting dalam hal ini, akan tetapi segenap dewan guru mapel yang lain pun ikut mendukung dan membantu dalam membentuk karaketr kejujuran siswa”.16 Selain segenap dewan guru, hal ini juga melibatkan orang tua siswa yang ikut berperan dalam program ini agar menambah sukses dan lancarnya program penanaman nilai kejujuran siswa melalui buku catatan harian
15
Mundhofar, guru PAI, wawancara pribadi, SMP N 15 Pekalongan, tanggal 7 Maret
2015
16
Nurlaila Ana, Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, SMP Negeri 15 Pekalongan, tanggal 6 Maret 2015
70
pembiasaan salat lima waktu siswa. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua siswa Ibu Siti Fadilah sebagai berikut: “saya sangat mendukung dengan adanya program ini anak saya jadi rajin salatnya dan tidak seperti sebelumnya, meskipun awalnya hanya sebatas tugas namun akhirnya menjadi sadar bahwa salat adalah kewajibannya”17 Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh bapak Rochimin selaku orang tua siswa, sebagai berikut : “dengan adanya program atau tugas ini, tugas saya sebagai orang tua dirumah dalam menanamkan kedisiplinan salat lima waktu terhadap anak jadi sangat terbantu, karena dengan adanya tugas ini anak saya jadi rajin dan giat dalam beribadah, terutama dalam hal salat lima waktu”.18 Orang tua berperan aktif dalam mengawasi keseharian anak-anaknya diluar lingkungan sekolah. Orang tua memberikan tanda tangan sebagai bukti dan validitas buku catatan harian bahwa orang tua mengetahui anaknya melaksanakan salat atau tidak. Selain mendapat dukungan dari berbagai pihak sekolah dan orang tua siswa, sarana prasarana yang ada di sekolah sangat menunjang kegiatan ini, seperti musholla sebagai tempat untuk melaksanakan salat ketika memasuki waktu dhuhur.19 Jadi proses internalisasi nilai kejujuran di SMP N 15 Pekalongan dapat dikategorikan baik dan mudah diterima peserta didik karena prosesnya yang sederhana.
17
Siti Fadilah, Wali Murid, Wawancara Pribadi, Keradenan, tanggal 13 Maret 2015 Rochimin, Orang tua siswa, Wawancara Pribadi, Pasirsari, tanggal 13 Maret 2015 19 Hasil Observasi pada tanggal 6 Maret 2015 18
71
B.
Analisis faktor yang mempengaruhi proses internalisasi nilai kejujuran melalui buku catatan harian pembiasaan salat lima waktu siswa SMP Negeri 15 Pekalongan Program
internalisasi
ini
tidak
terlepas
dari
hal-hal
yang
mempengaruhinya dalam menghambat maupun pendukungnya. Hal-hal atau faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya internalisasi nilai kejujuran diantaranya: 1.
Faktor Pembawaan (Internal) Perbedaan hakiki antara manusia dan hewan adalah bahwa manusia mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homoreligius). Setiap manusia yang lahir kedunia ini menurut fitrah kejadiannya mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan atau percaya hidup dan kehidupan alam semesta. Hal tersebut serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Bpk. H.Mundhofar S,Ag selaku guru agama bahwa siswa atau anak itu memiliki sifat atau karakter masing-masing. “setiap siswa memiliki sifat atau karakter masing-masing yang menunjukkan perbedaan dalam tingkah laku, siswa yang rajin cenderung akan melakukan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik, sama halnya dengan tugas buku catatan harian pembiasaan salat lima waktu ini, siswa yang rajin akan lebih giat dalam melaksanakan salat dibandingkan dengan siswa yang malas akan lebih banyak bolong dalam pengisian kolom pelaksanaan salat”.20 Berkaitan dengan buku catatan salat lima waktu, karakter siswa yang berbeda-beda mempengaruhi dalam proses internalisasi nilai
20
Mundhofar, guru PAI, wawancara pribadi, SMP N 15 Pekalongan, tanggal 7 Maret
2015
72
kejujuran. Siswa yang berkarakter baik akan lebih mudah dalam menerima dan mengamalkan nilai kejujuran. sebaliknya siswa yang bermasalah akan terhambat dalam mengamalkannya. Jadi,
faktor
pembawaan
atau
karakter
siswa
cukup
berpengaruh pada proses internalisasi nilai kejujuran pada siswa. 2.
Faktor Lingkungan (Eksternal) Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang
mempunyai
kecenderungan
untuk
berkembang.
Namun
perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar (eksternal) yang memberikan ranngsangan atau
stimulus yang
memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor Eksternal ini antara lain : a. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Keluarga mengambil sebagian besar dalam pengembangan dan pembentukan karakter anak, karena kehidupan anak sebagian besar dalam lingkup keluarga dan dalam kendali keluarga. Pembentukan karakter anak dalam keluarga yang dapat diketahui melalui pesanpesan dalam menasihati anak dan pola interaksi yang diterapkan dengan anak.
73
Pembentukan karakter dalam keluarga tersebut seperti halnya yang diterpakan oleh Bapak Rochimin salah seorang wali siswa yang menuturkan sebagai berikut : “meskipun bersikap jujur itu sulit, namun saya sebagai orang tua menyampaikan pesan pada anak-anak bahwa kejujuran akan membawa kebaikan, sedangkan ketidakjujuran akan mengakibatkan kerugian dikemudian hari”.21 Selain itu, dalam keluarga Bapak Nurdin dalam membentuk karakter disiplin siswa dalam salat ia menetapkan standarnya adalah anak mau melakukan salat secara teratur dan tidak meninggalkan salat. “dalam keluarga saya pendidikan agama yang paling utama saya terapkan pada anak-anak adalah salat lima waktu secara teratur dan jangan sampai meninggalkan salat. Setiap waktu salat tiba saya ataupun istri saya selalu mengingatkan kepada anak saya “sudah salat belum?”.22 Jadi, keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menanamkan sikap disiplin salat lima waktu dan membentuk karakter kejujuran siswa. b. Sekolah Sekolah
merupakan
lembaga
pendidikan
formal
yang
mempunyai program sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai potensinya. Berdasarkan penuturan Bapak Mundhofar S.Ag bahwa : 21
Rochimin, wawancara pribadi, Pasirsari, tanggal 13 Maret 2015 Nurdin, wawancara pribadi, Pringlangu, tanggal 13 Maret 2015
22
74
“salah satu peran penting sekolah terhadap siswa adalah mengembangkan potensi dan karakter dasar yang dimiliki siswa. Karakter dan bakat siswa menjadi modal bagi siswa untuk dikembangkan melalui pendidikan di sekolah”.23 Selain itu, menurut ibu Nurlaila Ana selaku kepala sekolah, menuturkan bahwa : “dalam mengembangkan fitrah siswa, sekolah dan guru mempunyai peranan yang sangat penting. Dari segi materiil sekolah memfasilitasi sarana kegiatan pembelajaran dan pengembangan siswa, seperti laboratorium, musholla, perpustakaan serta perlengkapan olah raga. Selain itu, guru memberikan motivasi dan menanamkan nilai yang baik untuk perkembangan sifat anak didik”.24 c. Masyarakat Siswa
bagaimanapun
pula
merupakan
bagian
dari
masyarakat, dan masyarakat memberikan pengaruh pada setiap individu didalamnya termasuk siswa atau anak tersebut. Masyarakat yang mempengaruhi perkembangan karakter siswa bisa dari masyarakat lingkungan sekitar tempat tinggal siswa maupun masyarakat lingkungan sekolah dimana siswa selain menempuh pendidikan didalamnya juga bersosialisasi dengan sekitar sekolah. Pengaruh masyarakat pada anak bisa dilihat dari sebuah wawancara pada salah seorang siswa SMP N 15 Pekalongan bernama Elsa Rosmala Zein, ia menuturkan kondisi masyarakat sekitar tempat ia tinggal bahwa salah satu kebiasaan warga sekitar komplek dimana ia tinggal setiap maghrib selalu melaksanakan salat 23
Mundhofar, guru PAI, wawancara pribadi, SMP N 15 Pekalongan, tanggal 7 Maret
2015 24
2015
Nurlaila Ana, Kepala Sekolah, Wawancara pribadi, SMP N 15 Pekalongan, 6 Maret
75
dengan jamaah. selalu mengadakan kegiatan rutin tahlilan, barzanji ataupun nariyahan seminggu sekali dirumah warga secara bergiliran. “ketika adzan berkumandang waktu salat maghrib dan isya para warga berdatangan ke musholla terdekat didaerah kami untuk melaksanakan salat berjamaah, tidak hanya itu tetapi setiap seminggu sekali para jam’iyah baik orang tua maupun pemuda pemudi mempunyai kegiatan rutin setiap seminggu sekali, yakni berzanji, nariyah, dan tahlil”.25 Dari hal tersebut, pengaruh masyarakat bisa membentuk karakter dan kebiasaan siswa seperti pada Elsa Rosmala Zein tersebut. Kebiasaannya dilingkungan ia tinggal terbawa dalam lingkungan sekolah, seperti ketika waktu salat dzuhur tiba meskipun bukan jadwal kelas VIII untuk salat dhuhur berjamaah tetapi dia tetap ikut melaksanakan salat berjamaah di mushola sekolah.
25
Elsa Rosmala Zein, Siswa kelas VIII, Wawancara pribadi, SMPN 15 Pekalongan, 7 Maret 2015