INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN BANTUL
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh: Salamat Panjaitan NIM.09410192
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
MOTTO
َ ُ ن ا َوِا,ِ َّْن اِْ َْ ِيْ ِاَ ا َوِا, ِْق َْ ِيْ ِاَ ا َ ْن ا ِإ َب َْ ِىْ ِإ َ +ِ َ%ْن ا َوِإ.ًْ ِ ! ِ "ِْ َ ا# َ ُ$ْ%َ $َ& ق ُ ُ َْ'َ $َ& ب ُ +ِ ْ%َ'َ َ ُ ن ا َوِإ,ْ َر َْ ِىْ ِاَ ا ِر-ُُ.ْن ا َوِإ,ْ ِر-ُُ.ْا (2'3" 4.$5) .ً/ّا+َ َ! آ ِ "ِْ َ ا# َ َ$ْ%ُ Artinya: “Bahasanya benar/jujur itu mendorong kepada kebaikan/ beribadah dan kebaikan mengantarkan ke sorga. Dan sungguh kebiasaan benar/jujur bagi seseorang, dapat menciptakan catatan shiddiq disisi Allah, sebaliknya dusta/bohong itu menyerat kepada lancung/lacur dan lancung menjerumuskan seorang ke neraka. Dan sungguh kebiasaan dusta/bohong bagi seseorang, dapat menjadikan catatan pendusta di sisi Allah.” (HR. BukhariMuslim)1
1
Alhafidh, Masrap Suhaemi, Tarjamah Riadhus shalihin (Surabaya: Mahkota1986), hal. 60
iv
PERSEMBAHAN SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA ALMAMATERKU TERCINTA: JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
v
KATA PENGANTAR
ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 ََ وَاَ ُةوَاَ ُم ِ لا ُ ُْ ن "َُ ًا َر َ ُ َأ%ْ& َو َا ُ َ ُ َأنْ َّ اَِ ِإا%ْ&َ ا, َ ِْ َ َْب ا ِّ َاَْ ْ ُ ِِ َر ُ َْ0 " َأ, َ َِْ ْ/ِِ َأ0 َْ1ِِ َوَأ2 ََ "َُ ّ َ ٍ َو َ َِْ ْ)ُ َِْ ِءوَا+ْ,-َْف ا ِ )َ ْ&َأ Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ” INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN BANTUL”. Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai figur teladan dalam dunia pendidikan yang patut dicontoh. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis akan terus mengingat, mendoakan dan mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. Hamruni, M.Si., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak H. Suwadi, M.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Drs. Radino, M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
4. Bapak Dr. Sangkot Sirait, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Usman, SS, M.Ag., selaku Penasehat Akademik. 6. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 7. Bapak Kepala Madrasah beserta para Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. 8. Ibu Hj. Dra. Zulifah Hanum, selaku guru pembimbing dan guru PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. 9. Ayah Samsuri Panjaitan, Ibu Maswarni Nasution, adik saya Meli Sumarni, Abang saya M.Soleh panjaitan, dan tiga orang kakak prempuan, Sri Lilawati, Siti Asmita Wati, dan Nasrida Wati. serta semua keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi baik moral maupun materi selama belajar di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 10. Kawan-kawan HIMALABURA merupakan teman-teman sedaerah yang sama berjuang di Jogja, serta Sahabat PAIDJO, yang selalu membuat tersenyum. Penulis hanya bisa mendo’akan semoga bantuan, arahan, bimbingan, dorongan, dan pelayanan yang baik tersebut mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Yogyakarta, 18 Maret 2013 Penyusun Salamat Panjaitan NIM. 09410192 vii
ABSTRAK SALAMAT PANJAITAN. Internalisi Nilai Kejujuran Melalui Pembelajaran PAI Bagi Siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013. Latar belakang penelitian ini adalah begitu banyaknya terjadi kecurangnkecurangan di Negara ini baik dari kalangan pejabat tinggi maupun pejabat rendah dan sampai pada jenjang siswa dan hal itu tidak terlepas dari dunia pendidikan yang kurang diperhatikan tingkat kejujuran siswa seperti pada saat ujian banyaknya kasuskasus kecurangan, untuk itu lah penulis ingin melihat sejauh mana peran dan pengaruh pembelajaran PAI dalam menanamkan kejujuran untuk pembentukan karakter siswa. Dalam arti umum kata jujur diartikan lurus hati, tidak bohong, tidak curang dan tulus ikhlas. Dalam arti khusus dapat diartikan sifat jujur, ketulusan hati, atau kelurusan hati. Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran." Dalam praktek dan penerapannya secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harfiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, berbohong, munafik atau lainnya. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, dengan mengambil latar di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Hasil dari analisis penelitian ini menjelaskan bahwa pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI adalah pola guru menanamkan nilai kejujuran dengan menggunakan budaya jujur. Serta langkah-langkah yang dilakukan dalam menginternlisasikan nilai kejujuran ialah dengan tiga tahapan, tahap tarnformasi nilai, tahap transaksi nilai dan tahap taransinternalisasi nilai. Mengenai faktor yang mempengaruhi internalisasi nilai kejujuran. Untuk siswa sendiri kejujuran dapat di lihat dari tingkah laku dan kebiasaannya di lingkungan sekolah sehari-hari selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu perlu diadakan pengamatan saat siswa sedang berinteraksi dengan guru saat pelajaran berlangsung. Apakah siswa benar-benar jujur telah mengerti dan memahami materi yang di ajarkan atau tidak. Tingkat pemahaman siswa saat proses Belajar Mengajar berkaitan juga dengan tingkat kejujuran para siswa saat ujian berlangsung. Jika tingkat pemahaman siswa saat guru menerangkan rendah, maka akan memicu para siswa untuk bertingkah-laku tidak jujur saat ujian. Oleh sebab itu, perilaku kejujuran siswa saat ujian berlangsung adalah sangat erat kaitannya dengan cara mengajar guru saat proses belajar mengajar berlangsung.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. HALAMAN MOTTO ....................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................................ HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ................................................................
i ii iii iv v vi viii ix xi xii
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................ A. Latar Belakang Masalah................................................................ B. Rumusan Masalah......................................................................... C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... D. Kajian Pustaka .............................................................................. E. Landasan Teori ............................................................................. F. Metode Penelitian ......................................................................... G. Sistematika Pembahasan ...............................................................
1 1 6 7 8 11 20 26
BAB II : GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PIYUNGAN BANTUL ...... A. Letak Geografis ............................................................................ B. Sejarah Singkat Berdiri dan Proses Perkembangannya .................. C. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Piyungan ......................................... D. Tujuan Pendidikan ........................................................................ E. Identitas Sekolah .......................................................................... F. Struktur Organisasi ....................................................................... G. Keadaan Guru dan Karyawan ....................................................... H. Keadaan Siswa ............................................................................. I. Keadaan Sarana dan Prasarana ......................................................
28 28 29 32 33 34 35 39 44 46
BAB III : PENANAMAN NILAI KEJUJURAN MELALUI PEMBELAJARAN PAI................................................................... 48 A. Pola Penanaman Nilai Kejujuran Bagi Siswa ............................... 48 B. Langkah-Langkah Internalisasi Nilai Kejujuran ........................... 52 1. Tahap Tranformasi Nilai ........................................................ 52
ix
2. Tahap Transaksi Nilai ............................................................ 65 3. Tahap Transinternalisasi Nilai ............................................... 77 C. Faktor yang Mempengaruhi Internalisasi Nilai Kejujuran Bagi Siswa ......................................................... 94 BAB IV : PENUTUP ........................................................................................ A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ........................................................................................... C. Kata Penutup ...............................................................................
97 97 99 100
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 103
x
DAFTAR TABEL
Tabel I
: Nama Guru Tetap (PNS) SMA Negeri 1 Piyungan Bantul ...... 41
Tabel II
: Nama Guru Tidak Tetap SMA Negeri 1 Piyungan Bantul ....... 43
Tabel III : Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Piyungan Bantul ....................... 45 Tabel IV : Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................ 47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
: Pedoman Pengumpulan Data
LAMPIRAN VII
: Catatan Lapangan
LAMPIRAN VIII
: Bukti Seminar Proposal
LAMPIRAN IX
: Kartu Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN X
: Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN XI
: Sertifikat PPL 1
LAMPIRAN XII
: Sertifikat PPL-KKN
LAMPIRAN XIII
: Sertifikat TOEFL
LAMPIRAN XIV
: Sertifikat TOAFL
LAMPIRAN XV
: Sertifikat ICT
LAMPIRAN XVI : DaftarRiwayat Hidup
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Begitu
pentingnya
nilai
dalam
menjaga
keharmonisan
dan
menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai-nilai sosial harus tetap dilestarikan dan ditanamkan kepada setiap orang tak terkecuali, peserta didik. Salah satu penanaman nilai tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan didesain sebaik mungkin agar para peserta didik mampu memahami dan menghayati nilai-nilai yang diajarkan. Salah satu mata pelajaran dalam sistem pendidikan adalah Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai mata pelajaran yang mengkaji persoalan agama, tentu tidak terlepas dengan nilai sosial, yang membentuk prilaku peserta didik. Karena agama Islam sendiri tidak menafikan adanya hubungan antara sesama manusia (Hablum minannas). Sehingga dalam pembelajaran PAI harus ada internalisasi
nilai
pembelajarannya
Kejujuran dalam
berupa
membentuk
sosial
dalam
kepribadian
yang
setiap
kegiatan
bermoral
dan
berakhlakul karimah serta dapat dipercaya dan amanah. Di masa kini dengan maraknya media yang menayangkan dan memberitakan banyaknya remaja dari kalangan pelajar baik itu tingkat SMP/MTS, SMA/MA/SMK, tawuran antar sesama pelajar yang berprilaku ala preman jalanan yang lari dari cerminan pendidikan, serta banyaknya kasuskasus siswa melakukan hal-hal yang melanggar hukum, seperti tindakan amoral, pergaulan bebas atau melakukan prostitusi, minum-minuman keras,
1
memakai narkoba dan narkotika. Semua itu sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan, terkhusus Pendidikan Agama Islam (PAI). Setiap orang tua hendaknya waspada terhadap ancaman arus globalisasi yang akan menggerus kepribadian anak. Menurut Zakiah Daradjat bahwa salah satu timbulnya krisis akhlak yang terjadi dalam masyarakat adalah karena lemahnya pengawasan sehingga respon terhadap agama kurang.1 Pendidikan agama Islam sekarang lebih beriorentasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya. Pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.2 Untuk itulah Pendidikan Agama Islam (PAI) harus mampu membangun karakter siswa menjadi lebih baik yang mencerminkan karakter Islam rahmatan lil’alamin, yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, toleransi, kejujuran serta bertanggung jawab. Banyaknya persoalan yang terjadi di negara ini antara lain disebabkan oleh semakin menipisnya kejujuran. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kejujuran termasuk salah satu sendi utama yang bisa menopang
1
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1989), hal. 72. 2 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam :di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (PT: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), hal. 23-24.
2
tegaknya sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh, pejabat yang tidak jujur menyebabkan ia berbuat korupsi, pelajar yang tidak jujur menyebabkan ia suka menyontek, serta masih banyak persoalan lainnya yang akarnya berasal dari hilangnya sikap jujur. Kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikap ini kepada para peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini. Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dini tentu saja dapat dilakukan saat mereka masih duduk dibangku sekolah. Terkait itu, banyak pihak yang berpendapat bahwa sekolah dinilai menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter. Pendidikan agama yang semestinya dapat diandalkan dan diharapkan bisa memberi solusi bagi permasalahan hidup saat ini terkuhus mengenai menipisnya nilai kejujuran, ternyata lebih diartikan atau dipahami sebagai ajaran “fikih” saja. Tidak dipahami dan dimaknai secara mendalam, lebih pada pendekatan ritual dan simbol-simbol serta pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat.3 Di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul mata pelajaran pendidikan agama dimasukkan dalam rangka kurikulum sekolah. Mata pelajaran pendidikan agama diberikan kepada siswa sesuai dengan agama yang dianut mereka. Hal ini menunjukkan besarnya perhatian siswa sesuai dengan agama yang dianut mereka. Hal tersebut menunjukkan besarnya perhatian SMA Negeri 1 piyungan 3
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Arga, 2001), hal. xliv
3
bantul terhadap pendidikan agama. Meskipun pada kenyataannya mayoritas siswa yang belajar di SMA Negeri 1 piyungan memeluk agama Islam. Pada proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya difokuskan untuk belajar di ruang kelas. Guru dan pihak sekolah yang lainnya selalu berusaha menjalin kerjasama demi meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran. Sehingga setelah lulus, para siswa tidak hanya menguasai ilmu-ilmu umum saja namun mampu menjadi insan yang mempunyai kualitas keimanan yang kuat serta berkomitmen selalu berprilaku jujur dalam menjalani hidupnya di zaman globalisasi yang penuh tantangan dengan tetap berpegang pada ajaran agamanya. SMA Negeri 1 Piyungan Bantul yang memiliki visi “ mendidik siswa agar menjadi TUNTAS DIRI yaitu membentuk siswa menjadi santun, berprestasi dan mandiri”. Salah satu wujud dari pelaksanaan visi tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sana, senantiasa diuapayakan untuk dapat membentuk kualitas kepribadian siswa yang kuat mental dan spiritual. Siswa SMA Negeri 1 Piyungan Bantul yang notabene adalah remaja, sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming) yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. 4 proses perkembangan kearah kematangan ini terkadang tidak selalu berjalan lancar searah dengan potensi, harapan serta nilai-nilai yang dianutnya. Maka penting
4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hal.. 209.
4
untuk membekali siswa dengan nilai-nilai kebermaknaan hidup, agar terbentuk kepribadian yang matang, serta yang dapat dipercaya dan berkepribadian jujur. Dalam kaitannya dengan proses internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI ini, penulis mencoba melakukan pengamatan sementara, di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul ternyata setiap awal pembelajaran di kelas guru PAI selalu mengingatkan siswa agar berperilaku jujur.5 Dalam kesempatan yang lain penulis mewawancarai Ibu Dra. Zulifah Hanum, selaku guru PAI SMA Negeri 1 Piyungan Bantul terkait proses internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa, beliau mengatakan: “Iya mas, kami selaku guru PAI selalu menekankan kepada siswa agar berperilaku jujur dalam setiap lini kehidupan sehari-hari. Dengan kejujuran tersebut diharapkan siswa menjadi orang yang amanah, dapat di percaya dan jika kelak mereka jadi pemimpin mampu memimpin dengan penuh kejujuran demi kesejahteraan rakyat Indonesia”6 Untuk itu perlu adanya upaya sekolah membentuk karakter jujur siswa namun hal itu tidak dapat dilakukan secara instan, sebab diperlukan proses yang sangat panjang dan konsisten agar bisa menanamkan nilai kejujuran sehingga mengkristal dalam diri siswa mewujudkan sebauh sikap jujur. Guru agama dalam hal ini di sekolah juga sangat berperan penting menanamkan nilai akhlak bagi siswanya terutama nilai kejujuran, ajaran Islam sangat menganjurkan kejujuran. Tingginya sifat jujur dalam Islam, seharusnya
5
Hasil observasi pada hari Selasa, 6 November 2012 di kelas X SMA Negeri 1 Piyungan
Bantul. 6
Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Zulifah Hanum selaku guru PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul pada hari Kamis, 08 November 2012 di ruang guru.
5
sifat ini dimiliki dan dijiwai oleh setiap orang muslim, sehingga perlu adanya keseriusan terhadap penanaman nilai kejujuran kepada peserta didik. Kejujuran bagi siswa yang penulis pahami ialah adanya sifat keterbukaan siswa dan keberanian mengungkapkan segala sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya tanpa tekanan dari siapapun melainkan karena kesadaran yang telah dibangun dalam dirinya selama ini, adanya sifat melakukan sesuatu sesuai dengan yang ia yakini, semisal dalam melaksanakan ujian ataupun ulangan harian siswa mampu dan mengerjakan ujian tersebut sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN BANTUL”, hal ini perlu diungkap agar dapat diketahui secara rinci mengenai sejauh mana pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat internalisasi tersebut bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul?
6
2. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan SMA Negeri 1 Piyungan Bantul dalam menginternalisasikan nilai kejujuran bagi siswa? 3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi internalisasi nilai kejujuran di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas, sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan penelitian a. Untuk mendeskripsikan bagaimana pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajatan PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. b. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan SMA Negeri 1 Piyungan Bantul dalam menginternalisasikan nilai kejujuran bagi siswa. c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. 2. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan penelitian ini, peneliti bedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
7
a. Bersifat Teoritis 1) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. 2) Memberikan gambaran dan informasi tentang pola dan langkahlangkah internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. 3) Sebagai bahan koreksi dan tolak ukur factor apa saja yang mempengaruhi internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. b. Bersifat Praktis 1) Bagi peneliti, mengetahui lebih dalam tentang pola dan langkahlangkah internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul. 2) Bagi pendidik, diharapkan penelitian ini menjadi masukan efektif dan efisien dalam proses internalisai nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI.
D. Kajian Pustaka Pada Kajian pustaka, penulis mendapatkan beberapa skripsi yang membahas mengenai internailisasi nilai-nilai keagamaan, yang relevan dengan penelitian ini dengan berbagaia bahasan yang berbeda. Penelitian tersebut antara lain: 1. Skripsi yang berjudul“Upaya Tim Trainer Eldata Yogyakarta Dalam Menginternalisaskani Nilai-Nilai Islam Terhadap Mahasiswa Training
8
ESQ”, oleh Mas Kaifiyah, mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2007. Skripsi ini menyimpulkan tentang upayaupaya yang dilakukan tim trainer Eldata dalam melakukan internalisasi nilai-nilai Islam terhadap peserta trainingnya. Diantara upaya yang telah dilakukan ialah dengan memberikan motivasi-motivasi spiritual pada peserta tariningnya, kemudian penggunaan metode yang menarik, menyenangkan, dan menggunakan media dalam penyampaian materimaterinya, sehingga materi yang disampaikan mudah diapahami, dapat dimaknai dan dapat dipraktekkan. 2. Skripsi yang berjudul “Pondok Pesantren Sebagai Lingkungan Pendidikan Dalam Upaya Internalisasi NIlai-Nilai Ajaran Islam Di Madrasah Mu’allimat
Muhammadiyah
Yogyakarta”,
oleh
Diyan
Primayanti
Nurmasari, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005. Penelitian
ini
menyimpulkan
bahwa
pendidikan
sebagai
upaya
pembentukan kepribadian muslim harus dibentuk melalui proses yang berisi kegiatan, cara, alat (metode) yang tepat. Dan faktor lingkungan juga harus di perhatikan, karena lingkungan
mempunyai pengaruh besar
terhadap keberhasilan pendidikan nilai. Terkhusus pada proses internalisasi nilai-nilai agama Islam. Lingkungan yang didalamnya tercipta suasana yang nyaman, religious, yangb menerapkan keteladanan, pembiasaan yang dapat memudahkan dalam proses internalisasi.
9
3. Skripsi yang berjudul “Upaya Ustadz/ustadzah Dalam Menanamkan Nilai Nilai Kejujuran Pada Anak di TPA Masjid Nurul Jadid Trosari, Salam, Patuk, Gunungkidul”, oleh Andri Hijeriyanto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010. Skripsi ini menyimpulkan mengenai tentang penanaman nilai kejujuran pada anak dilakukan dengan pemberian pegertian dan pemahaman tentang keutamaan dan kebaikan sifat jujur melalui kegiatan ceramah, bercerita dan menyanyi, serta diperkuat dengan keteladanan para pengajar. Dari beberapa penelitian di atas terdapat perbedaan tempat atau objek penelitian. Pada skripsi sini penulis hanya terfokus pada internalisasi nilai kejujuran yang dilaksanakan melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul, karena peranan PAI dalam membendung lajunya arus globalisasi yang bisa berdampak negatif bagi perkembangan anak didik bangsa Indonesia terkhusus generasi Islam di khawatirkan kehilangan nilainilai Islam dalam dirinya, untuk itu di butuhkan Internalisasi nilai-nilai Islam berupa nilai kejujuran bagi peserta didik untuk membendung dan mengarahkan serta membangun karakter bagi diri peserta didik hingga mengkristal menjadi sebuah nilai yang terus di junjung dan dijadikannya sebagai dasar berprilaku dalam keidupannya sehari-hari.
10
E. Landasan Teori 1. Pengertian Internalisasi Nilai Kejujuran a. Internalisasi Nilai Internalisasi menurut kamus ilmiah populer yaitu “pendalaman, penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan atau kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
7
Internalisasi pada
hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni merupakan peroses pemasukan sesuatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilainilai relegius (agama) yang dipadukan dengan nilai-niali pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Menurut Muhaimin dalam proes internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu: 1) Tahap transformasi nilai, Tahap tranformasi nilai merupakan komunikasi verbal tentang nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai-
7
Dahlan, dkk, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Arkola, 1994), hal. 267
11
nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang sematamata merupakan komunikasi verbal tentang nilai. 2) Tahap transaksi nilai. Tahap transaksi nilai adalah tahapan pendidikan nilai dengan jalan komunikasi dua arah, atau interaksi antar siswa dengan guru bersifat interaksi timbal balik. Kalau pada tahap transformasi, komunikasi masih dalam bentuk satu arah, yakni guru aktif. Tetapi dalam transaksi ini guru dan siswa sama-sama memiliki sifat yang aktif. Tekanan dari komunikasi ini masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok mentalnya. Dalam tahapan ini guru tidak hanya menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan siswa diminta memberikan respons yang sama, yang menerima dan mengamalkan nilai itu. 3) Tahap Transinternalisasi. Tahap Transinternalisasi nilai Yakni bahwa tahap ini jauh lebih dalam dari pada sekadar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Demikian juga siswa merespons kepada guru bukan hanya gerakan/penampilan
fisiknya,
melainkan
sikap
mental
dan
kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam
12
transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara aktif.8 Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem yang dianutnya. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri inidvidu yang bersangkutan masih bertahan.9 Jadi intenalisasi nilai sangatlah penting dalam pendidikan agama Islam karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik, dengan pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai kejujuran yang merupakan tahap pada manifestasi manusia religius. Sebab tantangan arus globalisasi dan transformasi budaya bagi peserta didik dan bagi manusia pada umumnya yang difungsikan adalah nilai kejujurannya, yang dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat terpercaya dan mengemban amanah masyarakat demi kemaslahatan. b. Nilai Nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya
8
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet 4, hal 301. 9 Saifuddin Azwa, Sikap Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 57
13
dijalankan dan dipertahankan.10 Artinya nilai itu dianggap penting dan baik apabila sesuai dengan kebutuhan oleh suatu masyarakat sekitar. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dan lain-lain. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya. Nilai merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui, atau mempunyai sifat-sifat nilai tertentu.
11
Jika dikaitkan dengan
pendidikan, maka yang dimaksud nilai pendidikan yaitu hal-hal yang penting sebagai proses pengubahan sikap atau tingkah laku seseorang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan. Proses pembiasaan dan cara mendidik.12 Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilainilai terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai akhlak dan nilai agama yang semuanya tercakup di dalam tujuan yakni membina kepribadian yang ideal. Tujuan pendidikan baik isinya maupun rumusannya tidak mingkin ditetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang nilai-nilai. Bahkan seharusnya manusia telah memegang satu keyakinan tentang nilai-nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran. 10
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 17. 11 Louis O. Katsof, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), hal. 332. 12 Kusuma Indra dan Dien Amien, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hal. 52.
14
Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai intrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan (ghayah) semua aktivitas muslim. Semua nilai-nilai yang lain termasuk amal shaleh dalam Islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat meraih nilai tauhid. Dalam praktik kehidupan justru nilai-nilai instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia, seperti nilai amanah, kejujuran, kesabaran, keadilan, kemanusiaan, etos kerja dan disiplin.
13
Oleh karenanya Islam
menekankan perlunya nilai-nilai tersebut dibangun pada diri seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhidi. c. Pengertian Jujur Jujur adalah mengungkapakan dan menyampaiakn suatu pesan sesuai dengan faktanya, jujur merupakan lawan dari dusta yaitu mengungkapkan dan menyampaiakan suatu pesan yang tidak sesuai denga faktanya.14 Kata Jujur ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah-masalah, baik itu akidah, akhlak maupun muamalah.
17
Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 124. 14 Abu Al-Hasan Ali Al-Bashri Al-Mawardi, Etika Jiwa Menuju Kejernihan Jiwa Dalam Sudut Pandang Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 63
15
Sedangkan dari nilai-nilai kejujuraan dalam kamus jiwa dan pendidikan adalah sesuatu yang berharga dan mengandung manfaat menurut tinjauan kejujuran, atau dengan kata lain yang sejalan dengan pandangan dan ajaran agama.15 Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, jika suatu berita sesuai degan kenyataan yang ada, maka termasuk kategori jujur atau benar, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. d. Keutamaan jujur Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk selalu jujur karena jaujur atau benar, shiddiq baik dalam bentuk perbuatan, sikap dan I’tikad/kepercayaan merupakan hal yang bisa membawa kepada
kesejahteraan
masyarakat,
kemakmuran,
keadilan
dan
kebahagiaan nyata, secara adil dan merata. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menganjurkan orang mukmin untuk selalu berprilaku jujur. Yang terdapat dalam Q.S AtTaubah 119 yang berbunyi: šÏ%ω≈¢Á9$# yìtΒ (#θçΡθä.uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.16
15
Mursal, Kamus Jiwa dan Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1976), hal. 22. Depertemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Al-Jumanatul ‘Ali CV Penerbit J-Art, 2005), hal. 207 16
16
Seorang ahli hikmah berkata, “Kejujuran itu menyelamatkanmu sekalipun anda takut padanya. Sebaliknya dusta itu mencelakakanmu sekalipun anda merasa aman terhadapnya”. 17 Dengan demikian jika kejujuran sudah dimiliki maka ketenangan dan kebaikan akan selalu hadir. Dalam hadits juga disebutkan bahwa kejujuran akan membawa kepada kebenaran, sebagaimana Hadist Rasulallah SAW yang berbunyi: # ِ ! "ِْ َ ا َ ُْ َ َ ق ُ ُ ََْ َ ُ ن ا َوِا,َِّْن اِْ َْ ِيْ ِاَ ا َوِا, ِْق َْ ِيْ ِاَ ا َ ْن ا ِإ َ ب ُ )ِ ْ ََ َ ُ ن ا َوِإ,ْ َر َْ ِىْ ِاَ ا' ِر-ُُ,ْن ا َوِإ,ْ ِر-ُُ,ْب َْ ِىْ ِإَ ا َ )ِ َ ْن ا َوِإ.'ً&ْ ِ$ (23" 4,5) .'ً0 آَ َّ)ا# ِ ! "ِْ َ ا َ َْ ُ Artinya: “Bahasanya benar/jujur itu mendorong kepada kebaikan/ beribadah dan kebaikan mengantarkan ke sorga. Dan sungguh kebiasaan benar/jujur bagi seseorang, dapat menciptakan catatan shiddiq disisi Allah, sebaliknya dusta/bohong itu menyerat kepada lancung/lacur dan lancung menjerumuskan seorang ke neraka. Dan sungguh kebiasaan dusta/bohong bagi seseorang, dapat menjadikan catatan pendusta di sisi Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)18 e. Proses internalisasi nilai kejujuran Guru merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pendidikan. Salah satu faktor yang melekat pada guru adalah factor kepribadian. Termasuk wibawa, karakter, dan lain-lain.19 Pada hakikatnya tugas guru bukan hanya mengajar. Tetapi juga juga bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta 17
Abu Al-Hasan Ali Al-Bashri Al-Mawardi, Etika Jiwa Menuju Kejernihan Jiwa Dalam Sudut Pandang Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 67 18 Alhafidh, Masrap Suhaemi, Tarjamah Riadhus shalihin (Surabaya: Mahkota1986), hal. 60 19 Upratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal.27-30.
17
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai hamba allah, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.20 Semua yang diajarkan kepada peserta didik dapat diketahui tujuannya dan diketahui pula apa yang dilakukan oleh seseorang, sehingga hubungan fungsional dan praktik dapat dipahami pula. Guru agama mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu ikut membina pribadi peserta didik disamping mengajarkan pengetahuan agama peserta didik, guru agama harus memperbaiki pribadi peserta didik yang telah terlanjur rusak akibat pergaulan yang negatif dan pendidikan keluarga yang kurang mendukung terbentuknya perilaku keagamaan yang baik bagi peserta didik. Guru agama harus membawa peserta didiknya kepada arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya akan menjadi unsur pembinaan bagi peserta didik. Disamping pengajaran yang dilakukan oleh guru agama, juga sangat penting dan menentukan pula adalah kepribadian, sikap, cara hidup, cara berpakaian, cara bergaul, berbicara dan cara mengahadapi maslah.21 Nurla Isna Aunillah mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, bahwa dalam proses internalisasi nilai kejujuran bagi siwa ada beberapa hal 20
Hamdani Ihsan & Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 93. 21 Zakiah Derajat, Ilmu Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 68.
18
yang perlu dilakukan oleh guru, sebagai berikut: (a) memberikan pemahaman tentang makna kejujuran bagi siswa, serta membawa siswa sampai pada penghayatan dan pengamalan sikap kejujuran itu. (b) Menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, Semisal menyediakan ‘kotak kejujuran’ yakni berupa wadah untuk barang-barang yang ditemukan disekitar sekolah, atau buku kontak bina prestasi (Kobinisi) yakni berupa buku catatan prilaku keseharian siswa sebagai pemantau kegiatan peserta didik selama berada dirumah. (c) Keteladanan, sosok guru harus harus menjadi sosok yang dapat ditiru dan digugu oleh siswa untuk itu guru harus memulai dirinya bersikap jujur dan disiplin. (d) Terbuka, guru harus membuka diri bagi siswa nya dalam memberikan beberapa solusi, peraturan-peraturan secara jelas atau berupa teguran jika siswa melakukan tindakan yang kurang tepat, serta memberi hasil prestasi dari peserta didik. (e) Tidak bereaksi berlebihan, guru mesti bereaksi secara wajar bila menghadapi siswanya meskipun
guru
merasa
sangat
yang sedang berbohong
kecewa,
agar
siswa
berani
mengungkapkan kebohongannya dan ia akan menjadi lebih berani dan tidak takut untuk melakukan kejujuran atau kebenaran.22 Untuk itu Sebagai sorang pendidik harus menyadari bahwa kejujuran merupakan hal yang mutlak dalam pelaksanaan pendidikan. Kejujuran perlu dipegang teguh sebagai modal awal untuk mencapai 22
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Laksana, 2011), hal. 49-54
19
tujuan pendidikan. Siswa yang dididik dengan kejujuran akan menghasilkan pribadi yang tangguh, mandiri, bekerja keras. Nilai nilai itu merupakan salah satu pendidikan karakter yang harus ditanamkan sejak dini. Nilai kejujuran ini akan dibawa individu tersebut untuk mengarungi kehidupan hingga akhir hayat.
F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang dilaksanakan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menganalisa data yang ada di tempat penelitian dengan menggunakan ukuran-ukuran dan pengetahuan, hal ini dilakukan untuk mengungkap suatu kebenaran.23 Adapun
peran metode dalam penelitian sangat penting untuk
mencapai suatu tujuan dari penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis Penelitian Dari segi pelaksanaan pengumpula data, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, misalnya di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembega pendidikan formal maupun non formal.24
23
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991) hal.
13. 24
Sarjono dkk., Panduan Penulisan Skripsi (Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 2008), hal. 21.
20
Sedangkan
ditinjau
dari
jenis
penelitian
lapangan
yang
digunakan,termasuk penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memahami
fenomena
social
dari
pandangan
pelakunya.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara berpartisipasi, wawancara secara mendalam dan metode lain yang menghasilkan data bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya peristiwa yang dialami subjek penelitian.
25
sehingga penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti dalam kehidupan sehari-hari.26 2. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Pada dasarnya psikologi pendidikan berbicara masalah tingkah laku dan pengalaman seseorang yang berkaitan dalam proses pendidikan sehingga diharapkan mampu diterapkan dalam proses mengajar yang membawa kepada perubahan tingkah laku.27 Psikologi pendidikan juga membantu pendidik dan peserta didik dalam menyelesaikan masalah belajar dan mengajar.
25
Ibid, (Sarjono dkk. Panduan…), hal. 23. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: Remaja Rosada Karya, 2004) hal. 13. 27 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), hal. 2. 26
21
3. Subjek Penelitian Sumber data penelitian ini adalah subjek data yang diperoleh 28 . Sedangkan menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kulitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
29
subjek penelitian di sini dipilih dengan
menggunakan metode Pusposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan.30 Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah: 1) Guru Pendidikan Agama Islam SMA Negeri 1 Piyungan Bantul Melalui guru PAI tersebut, peneliti mendapatkan informasi tentang pola internalisasi nilai kejujuarn melalui pembelajran PAI bagi siswa serta faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai tersebut. 2) Siswa SMA Negeri 1 Piyungan Bantul Melalui siswa penulis mendapatkan informasi tentang proses internalisasi nilai kejujuran yang dilakukan guru agama kepada siswa.
28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal.4. 29 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif......, hal. 112 30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta. 2010), cet. 11, hal. 300.
22
3) Kepala Sekolah dan Karyawan SMA Negeri 1 Piyungan Bantul Melalui kepala sekolah dan karyawan penulis mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, struktur organisasi, jumlah siswa serta prilaku siswa. 4. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Metode wawancara penulis gunakan untuk mendapatkan informasi dari subjek penelitian yang telah penulis tentukan diatas untuk mendapatkan data yang dibutuhkan mengenai pola Interanalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI bagi siswa di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul serta faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai kejujuran tersebut. Dalam pelaksanaannya penulis akan melakukan wawancara dengan cara terpimpin atau bebas terarah. Yang berarti dalam melaksanakan wawncara, penulis telah menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan, membawa pedomen yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. b. Metode Observasi Metode observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode observasi ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Metode observasi langsung Observasi langsung ini merupakan metode pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
23
berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang sedang diselidiki. 2) Metode observasi tidak langsung Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya sebuah peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide dan rangkaian foto.31 Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mendapatkan data yang mudah diamati secara langsung seperti keadaan SMA Negeri 1 Piyungan Bantul serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru PAI dalam proses internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.32 Dengan menggunakan metode ini dapat diketahui berbagai macam keterangan, misalnya gambaran umum SMA Negeri 1 Piyungan Bantul, sejarah berdirinya, struktur organisasi, kegiatan-kegiatan yang diadakan, sarana maupun fasilitas yang dimiliki, dan lain-lain.
31
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hal. 129. 32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 158.
24
5. Metode Analisis Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengengolaan dan analisis data. Yang dimaksud analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengumpulkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.33 Penelitian ini merupakan analisis induktif, proses analisa data diawali dengan menalaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber baik wawancara, dokumentasi, obesrvasi. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis interaktif, yaitu penelitian bergerak pada tiga komponen yang meliputi seleksi data, penyajian data dan yang terakhir kesimpulan.34 6. Uji Keabsahan Data Penulis dalam memeriksa keabsahan data yaitu menggunakan triangulasi data, yaitu yaitu teknik pemeriksaan data dimana data tersebut digunakan untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.35 Dalam hal ini peneliti menggunakan trianguilasi teknik sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
33
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1991) hal. 27 Ibid 35 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 330. 34
25
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. 4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling berkaitan.
G. Sistematika Pembahasan Skripsi ini terdiri dari empat bab. Sistematika dari pembahasan ini sebelum memasuki bab pertama didahului dengan hal-hal yang bersifat formal yaitu: halaman judul, halaman nota dinas, halaman motto, halaman pengesahan, halaman abstrak, kata pengantar dan daftar isi. Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi: Latar belakang masalah, disini akan dibahas mengenai gambaran substansi dari permasalahan sebagai dasar merumuskan masalah. Rumusan masalah, berdasarkan uraian dari latar belakang masalah kemudian dibuat rumusan masalah sebagai acuan dalam menentukan metode penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian, disini akan dijelaskan tentang tujuan dan kegunaan penelitian berdasarkan permasalahan yang ada diantaranya kontribusi yang dihasilkan dari penelitian skripsi yang bersifat teoritis, akademis maupun praktis. Kajian pustaka, pada dasarnya untuk menunjukan bahwa penelitian ini belum dikaji atau berbeda dengan penelitian sebelumnya dan untuk menentukan landasan teori dalam penelitian.
26
Metode penelitian, menjelaskan cara yang digunakan dalam penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data serta analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Sistematika penulisan skripsi, yaitu menjelaskan uraian secara logis tentang tahap-tahap pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini. Bab II, membahas tentang uraian mengenai gambaran umum SMA Negeri 1 Piyungan Bantul, yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, jabatan dan tugasnya, sarana-prasarana maupun fasilitas yang dimiliki. Bab III, merupakan bagian terpenting karena berisi tentang pembahasan sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat yaitu berisi mengenai proses pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI serta faktor yang memepengaruhi internalisasi nilai kejujuran tersebut. Bab IV, merupakan kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran dan penutup. Adapun bagian akhir dari skripsi ini, berisi daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian ini.
27
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Setelah
penulis
memaparkan
pokok-pokok
permasalahan
dan
pembahasan secara rinci, maka berikut ini penulis sampaikan simpulan sebagai berikut: 1. Pola internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul dilakukan dengan upaya guru dalam memaksimalkan tugasnya sebagai pendidik dalam menanamkan nilai kejujuran bagi siswa proses internalisai nilai kejujuran mengacu pada pola membangun budaya (tradisi) kejujuran dilingkungan SMA Negeri 1 Piyungan, hal ini tentu harus dimulai dari guru sendiri. 2. Langkah-langkah dalam internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul tersebut, yaitu: 1) Tahap transformasi nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilainilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal tentang nilai. 2) Tahap transaksi nilai. Tahap transaksi nilai yaitu tahap pendidikan nilai dengan jalan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahapan ini guru tidak hanya menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan siswa diminta memberikan
97
respons yang sama, yang menerima dan mengamalkan nilai itu. 3) Tahap traninternalisasi nilai. Dalam tahapan ini jauh lebih dalam dari pada sekadar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai kejujuran melalui pembelaran PAI bedasarkan teori yang dipakai berhasil membawa siswa pada kejujuran, semisal pada tahap transformasi nilai, siswa diajarkan mengenai pelajaran akhlak terpuji yakni kejujuran dan kemudian pada tahap kedua yakni tahap transaksi nilai, siswa di berikesempatan untuk berdiskusi selanjutnya pada tahap transinternalisasi siswa mampu berlaku jujur pada proses pembelajaran dan saat ujian tidak melakukan penipuan atau mencontoh serta tidak berbohong pada teman-temannya. 3. Faktor
yang
mempengaruhi
internalisasi
nilai
kejujuran
melalui
pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Piyungan Bantul tersebut yaitu adanya faktor dari siswa, yakni adanya siswa yang tidak belajar dan malas, kurang menguasai dan memahami materi PAI, adanya masalah dalam keluarga, sedangkan dari faktor pendidik ialah cara mengajar yang kurang menarik, pendidika belum mampu menanamkan jiwa saling mempercayai, serta kurang komunikasi antara pendidik dengan orang tua anak didik, hal ini berdampak pada tingkat pemahaman materi yang diterangkan oleh guru PAI.
98
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi SMA Negeri 1 Piyungan Bantul, proses internalisasi nilai kejujuran melalui pembelajaran PAI yang dilakukan sudah cukup baik, namun ada hal-hal yang perlu untuk diperbaiki seperti sarana-prasarana penunjang dalam proses internalisasi nilai kejujuran tersebut, misalnya menyiapkan kotak barang temuan. 2. Bagi siswa, hendaknya mengikuti kegiatan sekolah dengan sungguhsungguh dan rajin serta berusaha untuk membantu kelancaran proses internalisasi nilai kejujuran dengan cara menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. 3. Bagi Orang Tua dan Masyarakat, jalinan kerja sama hendaknya dengan pihak sekolah hendaknya diusahakan tetap harmonis, dan menghilangkan sikap yang hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah saja. Pengontrolan dan pengawasan harus selalu dilaksanakan, serta anak harus dibiasakan untuk berprilaku jujur, dengan dimulai dari sikap orang tua yang jujur kepada anaknya. Karena kadangkala orang tua sendiri mengajarkan kebohongan kepada anknya. Untuk itu perlu diperhatikan kebohongan sekecil apapun, itu merupakan pembelajaran yang tidak baik bagi anak. 4. Bagi pemerintah, kiranya perlu memperhatikan pendidikan PAI di sekolah umum, karena pendidikan agama sangat berpungsi mewujudkan anak didik
99
yang jujur, dengan membangun kesadaran beragama maka besar harapan siswa akan terbina dan tercermin nilai kejujuran yang merupakan akhlak mulia. Untuk itu perlu pemerintah memberi ruang kepada sekolah-sekolah untuk mengembangkan kegiatan keagamaan dan memberikan apresiasi bagi sekolah-sekolah yang berusaha menciptakan suasana yang religius terkhusus sekolah umum.
C. Kata Penutup Alhamdulillah senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena petunjuk dan pertolonganNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dalam keadaan yang tertatih-tatih dengan judul “INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMA NEGERI 1 PIYUNGAN BANTUL”. Tentu skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis masih membutuhkan masukan, kritikan maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang lain sehingga dapat menjadi ladang amal dan shadaqah jariyah bagi penulis.
100
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Idiologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 124. Alhafidh, Masrap Suhaemi, Mahkota1986.
Tarjamah
Riadhus
shalihin,
Surabaya:
Al-Mawardi, Abu Al-Hasan Ali Al-Bashri, Etika Jiwa Menuju Kejernihan Jiwa Dalam Sudut Pandang Islam Bandung: Pustaka Setia, 2003. Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2001. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Azwa, Saifuddin, Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002 Dahlan, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Arkola, 1994 Darajat, Zakiah, Ilmu Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1989. Depertemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Al-Jumanatul ‘Ali CV Penerbit J-Art, 2005. Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo, 2008. Hadi, Amirul dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998. Ihsan, Hamdani & Fuad Hasan, Filsafat Pendidikan Islam Bandung: Pustaka Setia, 1998. Indra, Kusuma dan Dien Amien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973.
101
Isna Aunillah, Nurla, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah Yogyakarta: Laksana, 2011. Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1991. Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, cet. III, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam :di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, PT: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif Teori dan Praktik,Yogyakarta: UNY Pres, 2009. Mursal, Kamus Jiwa dan Pendidikan, Bandung: Al-Ma’arif, 1976 Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada Karya, 2004. O. Katsof, Louis, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987), hal. 332. Sarjono dkk., Panduan Penulisan Skripsi Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 2008. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1991. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 2010. Thoha, HM. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Tillman, Diane, Peniddikan Nilai untuk Anak Usia 8-14 Tahun, terj. Adi Respati, dkk. Jakarta: Gramedia, 2004. Upratiknya, Mengenal Prilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
103