BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI PUTUSAN HAKIM TUNGGAL DALAM PERSIDANGAN MENURUT UUKEKUASAAN KEHAKIMAN DAN HUKUM ISLAM A. Putusan hakim tunggal dalam persidangan menurut UU Kekuasaan Kehakiman Pelaksanaan Putusan Pengadilan menurut pasal 36 undang-undang Kehakiman tahun 2004 menjelaskan; 1. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan oleh jaksa 2. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan berdasarkan undang-undang 3. Pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh panitera dan jurusita dipimpin oleh ketua pengadilan. 4. Putusan
pengadilan
dilaksanakan
dengan
memerhatikan
nilai
kemanusiaan dan keadilan.1 Pasal 99 UU No. 5 tahun 1986 1.Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan hakim tunggal 2.Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat 1 dikabulkan, ketua pengadilan dalam jangka waktu tujuh hari setelah
1
Ahmad fauzan, Perundang-undangan lengkap tentang peradilan umum, khusus, dan Mahkamah Konstitusi. Prenada Media: Jakarta 2005, cet. 1 h. 13
56
dikeluarkannya penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat 2 menentukan hari, tempat, dan waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 63. 3.Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 hari. Pasal-pasal di atas menyatakan bahwa, bila terdapat kepentingan penggugat yang dianggap cukup mendesak, maka penggugat dapat memohon pengadilan dalam gugatannya untuk memeriksa sengketa tersebut dengan menggunakan acara cepat (pasal 98 UU No. 5 tahun 1986). Biasanya pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh hakim tunggal. Hal-hal yang dipercepat tidak terbatas hanya menyangkut pemeriksaan saja, melainkan juga tercakup pembuktian dan penjatuhan putusan. Terhitung setelah tujuh hari sejak dikeluarkannya penetapan dengan beracara cepat, ketua pengadilan harus sudah menentukan hari, tanggal, dan tempat pemeriksaan sidang, tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan.2 Kalau perkara perdata tidak dicapai perdamaian diantara para pihak, maka para pihak diperiksa secara biasa yang disebut pemeriksaan biasa (contradiktoir), dimulai dari sidang pembacaan gugatan penggugat/ para penggugat/ kuasanya sampai dengan sidang terakhir untuk
2
M. Nasir, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. ……….h.132-133
57
menyelesaikan sengketa perdata para pihak dengan pengambilan putusan hakim. Pengaturan putusan hakim diatur dalam pasal 185 ayat 1 HIR, yang membedakan putusan dan putusan bukan akhir. Putusan akhir merupakan putusan yang dijatuhkan oleh hakim untuk mengakhiri suatu perkara/ sengketa para pihak. Kalau putusan bukan putusan hakim (putusan sela) gunanya untuk memperlancar jalanya persidangan. Setelah putusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap, maka putusan tersebut harus dilaksanakan. Putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah putusan hakim yang tidak ada upaya hukum biasa (banding dan kasasi) dan upaya hukum luar biasa (peninjauan kembali). Putusan yang dapat dipaksakan oleh hakim pelaksanaannya adalah putusan yang bersifat menghukum (condemnatoir) berupa hukuman yang dijatuhkan hakim, misalnya kewajiban untuk memenuhi prestasi. Kalau putusan yang bersifat pengaturan sejak diucapkan oleh hakim sudah mempunyai akibat hukum.3 Pasal 11,14, dan 18 Undang-undang Peradilan Anak No. 3 Tahun 1997 bahwasannya hakim pengadilan tingkat pertama, banding, dan kasasi adalah 1. Hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama sebagai hakim tunggal.
3
Hasanuddin , Pengantar Ilmu Hukum ,UIN Jakarta Press : jakarta 2004, cet. 1 h. 243
58
2. Dalam hal tertentu dan di pandang perlu, ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dilakukan dengan hakim majelis. 3. Hakim dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera pengganti.4 Pasal 17 undang-undang kekuasaan kehakiman No. 4 Th. 2004 menyatakan; 1.Semua peradilan memeriksa, mengadili,dan memutus dengan sekurangkurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. 2.Di antara hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seorang bertindak sebagai ketua dan lainnya sebagai hakim anggota sidang. 3.Sidang dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera. 4.Dalam perkara pidana wajib hadir pula seorang penuntut umum, kecuali undang-undang menentukan lain.5 Bahwasanya dari analisis diatas mengenai putusan hakim tunggal dalam persidangan menurut UU Kekusaan Kehakiman adalah boleh dilakukan apabila perkara yang ditangani itu merupakan perkara yang ringan atau perkara cepat. Dimana telah dijelaskan dalam pasal 17 ayat 1 UU No. 4 Th. 2004 semua peradilan memeriksa, mengadili, dan
4 5
Undang-undang Peradilan anak (UU N0. 3 Th. 1997) UNDANG-UNDANG KEKUASAAN KEHAKIMAN (UU No. 4 Th. 2004)
59
memutus dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim, kecuali undangundang mene ntukan lain. Ketentuan lain te3ah dijelaskan dalam pasal 99 UU No.5 Th. 1986 dan pasal 11, 14, dan 18 UU Peradilan Anak No. 3 Th. 1997, suatu perkara boleh ditangani dengan hakim tunggal apabila perkara yang ditangani itu perkara yang ringan atau perkara cepat. B. Putusan hakim tunggal dalam persidangan menurut hukum islam Dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman dan melaksanakan prinsip-prinsip peradilan, Allah SWT memerintahkan agar manusia berlaku adil. Dalam beberapa ayat al-qur’an, dijelaskan secara rinci tentang kewajiban bagi penegak hukum untuk berlaku adil dalam memutus perkara diantara manusia sebagai pencari keadilan. Dalam surat An-nisa’ ayat 58 dan surat Al-maidah ayat 52 Allah memperingatkan kepada siapa yang tidak menetapkan hukum berdasarkan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT berarti ia termasuk kafir serta berlaku aniaya dan fasiq. Maksudnya agar para penegak hukum itu hendaknya ia berlaku adil dalam memutuskan perkara, dan dilarang memutusakan perkara berdasarkan hawa nafsunya.6 Kata Abu Hanifah : Putusan hakim itu kalau mengenai akad, atau mengenai fasakh, biasa memalingkan hakikat pekerjaan dan mensahkan hukum lahir batinya. “apabila seseorang hakim memutuskan perkara berdasarkan suatu ijtihad, kemudian diketahui ada ijtihad lain, tiadalah putusan pertama menjadi 6
Abdul Manan, Hukum Islam Dalam Berbagai Wacana. Pustaka Bangsa: Jakarta 2003, cet. 1.h. 163
60
rusak, demikian juga ia tidak boleh membatalkan putusan qadli lain yang berlawanan dengan pendapatnya”.7 Para fuqaha telah menerangkan beberapa cara bagi pengadilan yang tercakup beberapa hukum. Antara lain : “hakim boleh memeriksa perkara dalam sidang terbuka dan boleh pula dalam sidang tertutup. Hakim boleh menyertakan beberapa ahli hukum untuk menyaksikan putusannya, dan boleh pula dia memutuskan perkara dengan seorang diri dengan hanya ditemani oleh pegawai-pegawainya. Dalam pada itu Rasul dan para khulafa dahulu senantiasa memutuskan perkara dalam sidang terbuka.
التحكىيم هى اتفا ق الخصميه على رجل يحكما وه فيما وشب بيىهما مه خال ف “Tahkim adalah kesepakatan dua orang menentukan seseorang untuk mengadilinya dalam sebuah perselisihan yang terjadi diantara mereka.8
و ال عه عمر عىد مىبر الىبي صلى هللا عليه و سلم وقض شريح وشعبى و يحي به يعمر في المسجد وقض مروان على زيدبه ثابت با ليميه عىد .المىبر وكان الحسه وزرارة به اوفى يقضيان فى الرحبت خارجا مه المسجد
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqi. Hukum-Hukum Fiqih Islam. PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang 1987, cet. 1.h.526 8 M. Rawwas qal’ahji. Ensiklopedi fiqih Umar Bin khathab. Penerjemah; M. Abdul Mujieb dkk. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 1999, cet. 1 h. 593
61
“Umar memberlakukan li’an di mimbar nabi SAW. Syuraih, Sya’bi, dan yahya bin ya’mar menetapkan keputusan di masjid. Sementara marwan mnetapkan keputusan atas zaid bin tsabit dengan sumpah di sisi mimbar. Al Hasan dan zararah bin aufa menetapkan keputusan di Rahabah di luar masjid.9 Penjelasan hadits diatas adalah menunjukkan bahwasannya hakim memutuskan suatu perkara dengan hakim tunggal. Pada hari yang sudah ditentukan hadirlah pihak-pihak yang berperkara atau wakil-wakil mereka, karena hakim tidak boleh memutuskan perkara apabila yang bersangkutan atau wakil-wakil mereka tidak hadir, terkecuali kalau yang bersangkutan telah memberikan ikrarnya kepada hakim, maka hakim boleh memutuskan perkaranya tanpa kehadirannya (verstek). Hakim tidak boleh memutuskan perkara untuk orang yang dia tidak boleh menjadi saksi bagi orang itu, seperti ayahnya atau anaknya atau istrinya. Dan tidak boleh pula memutuskan perkara terhadap orang yang dengan hakim sendiri ada sengketa. Dan hukum yang diberikan itu dapat dibatalkan. Hakim
tidak
boleh
memutuskan
perkara,
apabila
yang
bersangkutan tidak hadir adalah menurut mazhab Abu Hanifah, sedangkan
9
Ibnu Hajar Al Asqalani. Fatkhul Barri Jilid 35, Penerjemah; Amiruddin. Pustaka Azzam Jakarta, 2009, Cet. 1 h. 530
62
menurut mazhab Asy Syafi’y tidak mensyaratkan yang demikian itu, dan membolehkan hakim memutuskan perkara secara verstek.10 Qadhi adalah hakim tunggal. Dia diangkat oleh otoritas politik tetapi validitas pengangkatannya tidak bergantung pada legitimasi penguasa, salah satu cirri hukum islam.11 Seorang hakim akan menegakkan keadilan yang diperlukan jika mereka memilki otonomi absolut untuk memutuskan berdasarkan pemikiran dan pemahaman mereka sendiri. Tidak boleh ada campur tangan dari siapa pun, baik dalam pekerjaannya maupun pengaruh apa pun dalam pembuatan putusan.12 Timbulnya pendapat yang mengharuskan membatasi hakim dalam memutuskan perkara dengan sesuatu mazhab atau pendapat adalah disebabkan tidak adanya pedoman yang konkrit di dalam memilih hukumhukum yang harus diterapkan. Sudah sama kita maklumi bahwa di dalam sesuatu masalah, kadang-kadang terdapat padanya beberapa macam hukum sebagai hasil dari perbedaan pendapat para mujtahid, dan pada ketika itu tidak ada suatu ketentuan bagi hakim yang mengharuskan dia mengambil sesuatu pendapat. Lebih-lebih lagi pada masa itu masingmasing hakim menjalankan ijtihadnya yang menyebabkan hasil berbagai pendapat di dalam suatu perkara. Maka untuk menghilangkan simpang siurnya hukum-hkum itu, timbullah pikiran untuk mengharuskan hakim 10
Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy. Peradilan dan Hukum Acara Islam………h.
58-59 11
Joseph Schacht. Pengantar Hukum Islam. Penerjemah; Joko Supomo………… h. 266 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan ( Suatu Kajian dalam Sistem Peradilan Islam……….. h. 56 12
63
memegang sesuatu mazhab atau memegang pendapat yang rajih (kuat) di dalam mazhab itu. Di samping itu timbul pula pikiran yang mengharuskan penguasa membatasi wewenang hakim dalam memilih hukum-hukum yang dijadikan putusan.13 Putusan hakim mujtahid; Ijtihad menurut istilah fuqaha’ dan ahliahli ushul ialah “Mencurahkan tenaga untuk mengambil kesimpulan hukum-hukum, dari dasar-dasarnya, dengan penelitian yang dapat menyampaikan kepada tujuan itu.” Ijtihad di sini dalam hubungannya dengan peradilan, maka dimutlakan kepada jalan yang diikuti oleh hakim-hakim dalam putusanputusan mereka, baik yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan undangundang atau dengan jalan menyimpulkan dari hukum yang wajib diterapkan ketika tidak adanya nash, meskipun ini lapangannya sangat sempit untuk di negara-negara yang mempunyai undang-undang wadl’iyyah (undang-undang buatan manusia) yang telah dikodifisir. Yang jelas, bahwa Allah swt. memiliki hukumnya setiap masalah, tetapi banyak diantara masalah-masalah itu dibiarkan oleh-Nya dengan tanpa ada ketentuan hukumnya, hanya ia menunjukkan tanda-tanda dan cara-cara untuk mebimbing ulama’ mujtahidin dalam berijtihad, termasuk hukum-hukum yang telah ada nashnya, yang kebanyakan nash tersebut tidak pasti petunjuk hukumnya (dhanni dalalah), kemudian ulama’ mujtahidin mengambil dasar dari pada nash tersebut dari makna-makna 13
Teungku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy. Peradilan dan Hukum Acara Islam…….. h.
68
64
yang dikandungnya dengan tidak keluar dari itu, dan ijtihad terbagi kepada: 1.Ijtihad dalam daerah nash yang dhanni (dalam persangkaan), untuk mentarjih sebagian mafhum-mafhumnya tanpa keluar dari daerah tempat pengambilan nash itu sendiri. 2. Ijtihad untuk sampai kepada hukum syari’, dengan menerapkan qa’idahqa’idah kulliyah, dalam hal yang mungkin diambil dari qa’idah-qa’idah itu, dimana masalah-masalah itu belum ada ketentuan hukumnya dalam nash yang khusus atau belum didahului oleh pendapat yang diijma’i, serta tidak mungkin ditentukan hukumnya dengan jalan qiyas. 3. Ijtihad dengan pendapat, berdasarkan adanya tanda-tanda dan alat-alat yang diletakkan oleh pembawa syari’at untuk memberi petunjuk tentang hukumnya, dan ini bagi masalah yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nash apa pun, dan tidak mungkin diambil dari qa’idah-qa’idah kulliyah (umum), serta belum pernah ada pendapat yang diijma’i.14 Hakim boleh memeriksa perkara dalam sidang terbuka dan boleh pula dalam sidang tertutup. Hakim boleh menyertakan beberapa ahli hukum untuk menyaksikan putusannya, dan boleh pula dia memutuskan perkara dengan seorang diri dengan hanya ditemani oleh pegawai-pegawainya. 15
14
M. Salam Madkur Dosen Dosen Syari’at Islam Pada Fakultas Hukum Universitas Cairo Alih Bahasa: Drs. Imron. A.M. Peradilan Dalam Islam………… h. 130-131 15 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqqi. Peradilan & Hukum Acara Islam………… h. 58
65
Bahwasanya dari analisis diats mengenai putusan hakim tunggal dalam persidangan menurut hukum islam adalah boleh dilakukan. Walaupun perkara yang ditangani itu mrupakan bukan acara ringan ataupun bukan acara cepat. Perkara ringan dan perkara acara cepat atau bukan perkara ringan dan bukan acara cepat bisa diputus dengan hakim tunggal atau hkim majelis. C. Perbandingan Mengenai Putusan Hakim Tunggal dalam Persidangan Menurut Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Hukum Islam. Putusan hakim pada dasarnya adalah suatu karya menemukan hukum, yaitu menetapkan bagaimanakah seharusnya menurut hukum dalam setiap peristiwa yang menyangkut kehidupan dalam suatu Negara hukum. Pengertian lain mengenai putusan hakim adalah hasil musyawarah yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan. Dalam pasal 1 butir 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang. Isi putusan pengadilan diatur dalam pasal 25 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakimanyang menyatakan bahwa:
66
1.Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasardasar putusan itu, juga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturanperaturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. 2. Tiap putusan pengadilan di tandatangani oleh ketua serta hakim-hakim yang memutuskan dan panitera yang ikut serta bersidang. 3. Penetapan-penetapan, ikhtiar-ikhtiar rapat permusyawaratan dan beritaberita acara tentang pemeriksaan sidang ditandatangani oleh ketua dan panitera.16 Melihat poin kedua diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hakim dalam memutus suatu perkara harus dengan hakim majlis. Seperti halnya
dijelaskan
dalam
pasal
17
Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman No. 4 Th. 2004. 1. Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang-kurangnya 3 hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. 2. Di antara hakim sebagaimana dimaksud pada ayat 1, seorang bertindak sebagai ketua dan lainnya sebagai hakim anggota sidang. 3. Sidang dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera. 4. Dalam perkara pidana wajib hadir pula seorang penuntut umum, kecuali undang-undang menentukan lain.17
16
http:// massofa. Wordpres. Com/tentang putusan hakim . tanggal, 16 agustus 2011,Jam,
11.19 17
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman UU No. 4 Th. 2004.
67
Literatur islam penuh dengan kejadian yang membuktikan kejujuran, keberanian, dan keadilan para hakim islam. Berikut adalah beberapa contoh yang menjelaskan bahwa hakim Islam tidak hanya sangat independen dan bebas dari pengaruh penguasa mereka tapi juga tidak takut bahkan untuk member putusan yang melawan penguasa. Para fuqaha telah menerangkan beberapa cara bagi pengadilan yang tercakup beberapa hukum. Antara lain : hakim boleh memeriksa perkara dalam sidang terbuka dan boleh pula dalam sidang tertutup. Hakim boleh menyertakan beberapa ahli hukum untuk menyaksikan putusannya, dan boleh pula dia memutuskan perkara dengan seorang diri dengan hanya ditemani oleh pegawai-pegawainya.18
التحكىيم هى اتفا ق الخصميه على رجل يحكما وه فيما وشب بيىهما مه خال ف “Tahkim adalah kesepakatan dua orang menentukan seseorang untuk mengadilinya dalam sebuah perselisihan yang terjadi diantara mereka.19 Dari penjelasan pengertian di atas adalah menjelaskan bahwasanya hakim boleh memutus dengan sendiri atau secara tunggal.
18
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqqi. Peradilan & Hukum Acara Islam…….. h.
58 19
M. Rawwas qal’ahji. Ensiklopedi fiqih Umar Bin khathab. Penerjemah; M. Abdul Mujieb dkk. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 1999, cet. 1 h. 593
68
و ال عه عمر عىد مىبر الىبي صلى هللا عليه و سلم وقض شريح وشعبى و يحي به يعمر في المسجد وقض مروان على زيدبه ثابت با ليميه عىد المىبر وكان الحسه وزرارة به اوفى يقضيان فى الرحبت خارجا مه .المسجد “mar memberlakukan li’an di mimbar nabi SAW. Syuraih, Sya’bi, dan yahya bin ya’mar menetapkan keputusan di masjid. Sementara marwan mnetapkan keputusan atas zaid bin tsabit dengan sumpah di sisi mimbar. Al Hasan dan zararah bin aufa menetapkan keput4sab di Rahabah di luar masjid.20 Penjelasan hadits diatas adalah menunjukkan bahwasannya hakim memutuskan suatu perkara dengan hakim tunggal. Berdasarkan penjelasan diatas bahwasannya hakim peradilan dalam memutuskan suatu perkara dalam persidangan boleh dengan sendiri atau majlis. Jadi hakim tidak harus dengan hakim majlis, apabila memutuskan suatu perkara dalam persidangan. Baik itu memutus perkara yang berat atau ringan. Oleh karena itu, dalam peradilan Islam tidak dikenal adanya voting untuk menentukan keputusan hukum di antara para hakim (karena munculnya perbedaan pendapat antara hakim ketua dan para hakim anggota) sebagaimana yang terjadi pada berbagai kasus dalam sistem peradilan sekular.
20
Ibnu Hajar Al Asqalani. Fatkhul Barri Jilid 35, Penerjemah; Amiruddin. Pustaka Azzam Jakarta, 2009, Cet. 1 h. 530
69
PUTUSAN HAKIM TUNGGAL No. Hukum Positif
Hukum Islam
1.Boleh
Boleh
Undang-Undang
Hadits;
Pasal 99 UU No. 5 Th. 1986
و ال عه عمر عىد مىبر الىبي صلى
Pasal 11, 14, dan 18 UU Peradilan
هللا عليه و سلم وقض شريح وشعبى
Anak Th. 1997.
و يحي به يعمر في المسجد وقض مروان على زيدبه ثابت با ليميه عىد المىبر وكان الحسه وزرارة به اوفى يقضيان فى الرحبت خارجا مه .المسجد
Contoh kasusnya ; tindak pidana Contoh
kasusnya
;
kasus
ringan seperti: pemeriksaan kasus perceraian yang telah diputus pidana yang dilakukan seorang oleh anak
yang
diperiksa
dan
sahabat
umar
sendiri.
dibawah
umur, Putusan yang dilakukan sahabat
diputus
dengan umar terhadap kedai miniman
hakim tunggal.
keras.
Pembacaan Putusannya boleh
Pembacaan Putusannya boleh
terbuka dan tertutup.
terbuka dan tertutup.
70