BAB IV ANALISIS PERAN BOARDING SCHOOL DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SDIT BIAS ASSALAM KOTA TEGAL
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal, yang diperoleh baik dari hasil wawancara maupun observasi penulis akan menganalisis mengenai bagaimana sistem pembelajaran boarding school yang diterapkan di SDIT BIAS Assalam dan bagaimana peran boarding school sendiri dalam mengembangkan pendidikan karakter santri di SDIT BIAS Assalam Kota Tegal. Sesuai dengan judul penelitian di atas, data yang akan dianalisis dalam bentuk argumen dengan metode penelitian deskriptif. Analisis tersebut diperoleh dari informasi kepala sekolah, guru wali kelas V, guru pembina boarding school maupun dari santri-santri kelas V SDIT BIAS Assalam itu sendiri.
A. Analisis Sistem Pembelajaran Boarding School BIAS Assalam Kota Tegal 1. Analisis Kurikulum Pembelajaran Boarding School Pembelajaran boarding school dimulai pada sore hari jam 15.3007.00 pagi. Adapun kegiatan pembelajarannya meliputi: TPQ, madin,
80
81
sholat malam, dan pembiasaan-pembiasaan karakter. Pembelajaran boarding school lebih menekan pada pendidikan karakternya, selain dari pada pendidikan agama. Pembelajaran agama yang diajarkan di boarding school sama seperti pembelajaran di pesantren pada umumnya. Adanya boarding school sebenarnya untuk membantu pelaksanaan pendidikan yang ada di sekolah. Sehingga kegiatan-kegiatan yang ada pun ditujukan sebagai penunjang pendidikan di sekolah. Kurikulum pembelajaran yang digunakan di boarding school BIAS Assalam ini cukup bagus. Di asrama ini santri tidak hanya mendapat ilmu pengetahuan agama, melainkan juga ilmu pengetahuan umum. Kurikulum standar nasional yang diajarkan di asrama, meliputi matematika, bahasa indonesia dan IPA. Diantara program pendidikan yang menggunakan kurikulum DEPAG, yaitu: a. Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ) Kegiatan belajar mengajar di TPQ dilaksanakan dari pukul 14.00-16.00 WIB. Materi yang diajarkan di TPQ meliputi, membaca dan menulis Al-qur’an, dan pembelajaran tajwid. Metode yang digunakan dalam pembelajaran di TPQ adalah metode iqro’. Dalam pembagian kelasnya, santri masuk sesuai dengan kelas masing-masing atau sesuai dengan jilidnya, yaitu mulai dari jilid 1 sampai jilid 6. Kenaikan kelas santri ditentukan ketika santri naik ke tingkatan jilid selanjutnya. Misalnya, santri naik yaitu dari jilid 1 ke jilid 2 maka
82
santri mengikuti tes yang dilaksanakan oleh ustadz/ustadzah yang telah ditunjuk untuk membimbing tes santri dan hasil evaluasi santri bisa dilihat di raport. b. Madrasah diniyah (madin) Madrasah Diniyah Taklimiyah Awaliyah (MDTA) BIAS Assalam mulai dirintis administrasi model diniyah pada tanggal 01 Juli 2013, yaitu sejak tahun ajaran baru 2013/2014. Yang berawal dari kegiatan sekolah berasrama (boarding school) yang sudah berjalan selama 2 tahun. Program
ini
merupakan
program
pendidikan
yang
berkonsentrasi pada keilmuwan agama Islam ala Salafiyah, yang terdiri dari 4 kelas yang semuanya berkonsentrasi dalam keilmuwan agama baik dari segi teori maupun praktek. Waktu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (KBM): 1) Kelas 1 Awaliyah, untuk santri kelas 3 SDIT. Kegiatan belajar mengajar madin dimulai setelah selesai jam pelajaran DIKNAS, yaitu pukul 13.00 – 15.00 WIB. Dilaksanakan setiap hari senin jum’at & sabtu untuk kegiatan ekstra kulikuler. 2) Kelas 2 Awaliyah, untuk santri kelas 4 SDIT. Kegiatan belajar mengajar madin dimulai setelah selesai jam pelajaran DIKNAS, yaitu pukul 13.00 – 15.00 WIB. Dilaksanakan setiap hari senin – jum’at & sabtu kegiatan ekstra kulikuler
83
3) Kelas 3 Awaliyah, untuk santri kelas 5 SDIT. Kegiatan belajar mengajar madin dilaksanakan dengan model pendidikan berasrama (boarding school) dari mulai pukul 15.00 – 07.00 WIB dan materi pembelajaran diniyah tingkat awaliyah. 4) Kelas 4 Awaliyah, untuk santri kelas 6 SDIT. Kegiatan belajar mengajar madin dilaksanakan dengan model pendidikan berasrama (boarding school) dari mulai pukul 15.00 – 07.00 WIB dan materi pembelajaran diniyah tingkat awaliyah. Materi pembelajaran dalam kurikulum khas boarding school sendiri, diantaranya sebagai berikut: a. Tahfidz Al-qur’an (Juz’amma) Dalam menghafal Al-qur’an orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun. Proses menghafal Al-qur’an dilakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfidz. Bagi santri kelas V menghafal Juz 30 atau Juz’amma. Metode tahfidz yang dilaksanakan di boarding school BIAS Assalam dengan menggunakan sistem kompetensi, yakni santri yang telah menguasai satu materi hafalan dapat melanjutkan ke materi hafalan berikutnya, tanpa menunggu santri yang lain. Santri maju satu persatu untuk setoran hafalannya kepada ustadz/ustadzah pembimbing, kemudian setelah semua santri selesai setoran maka dilanjut dengan
84
muroja’ah dengan tujuan ayat-ayat Al-qur’an yang dihafalkannya semakin lancar dan tidak mudah lupa. b. Tahfidz hadits Arba’in Nawawi Metode dalam pembelajaran hadits Arba’in Nawawi dengan metode ceramah dan tahfidz (hafalan). Santri kelas V wajib untuk menghafal 10 hadits Arba’in Nawawi. Setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran, santri maju satu persatu menghafalkan hadits sesuai dengan
kemampuan
masing-masing
kepada
ustadz/ustadzah
pembimbing tahfidz hadits tersebut. Kemudian setelah selesai hafalan maka santri ceramah menguraikan isi dari hadits yang mereka hafalkan, dan santri lain yang tidak maju untuk menjadi pendengarnya. Pembelajaran seperti ini bertujuan agar santri selain hafal hadits tersebut juga mengetahui kejelasan isi kandungannya. Agar nantinya santri dapat mengaplikasikannya, kegiatan tersebut juga merupakan salah satu penanaman karakter pada santri. c. Pidato (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia) Kegiatan pidato ini merupakan salah satu pengembangan karakter pada diri santri. Karakter yang dikembangkan dalam kegiatan pidato ini adalah rasa percaya diri. Santri yang tidak terbiasa maju di depan orang banyak pasti akan gerogi, gemetar, berkeringat dan sebagainya. Sehingga apa yang akan disampaikan bisa lupa semua. Namun, ketika rasa percaya diri santri sering diasah, diantaranya lewat kegiatan pidato tersebut maka akan menjadi hal yang biasa. Pidato yang
85
dilaksanakan di boarding school ini merupakan pidato 3 bahasa, yaitu pidato bahasa indonesia, bahasa arab, dan bahasa inggris. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyiapkan generasi penerus para ulama dalam menyiarkan agama. 2. Analisis Materi Pembelajaran Boarding School Boarding school tidak hanya mengkaji materi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan agama, melainkan juga mengkaji ilmu pengetahuan umum. Materi pembelajaran di boarding school, antara lain: a. Materi ilmu pengetahuan umum Materi ilmu pengetahuan umum yang diajarkan di boarding school itu berkaitan dengan materi persiapan ujian akhir nasional (UAN), yaitu IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia. Tujuannya agar santri mampu menguasai materi UAN secara mendalam. Sehingga ketika pelaksanaan UAN tersebut, santri sudah mempunyai persiapan. Selain itu juga sebagai persiapan masuk jenjang pendidikan dasar selanjutnya (SMP). Dengan demikian, dari program boarding school ini tingkat kelulusan santri di SDIT BIAS Assalam semakin meningkat. b. Materi ilmu pengetahuan agama Ilmu pengetahuan agama merupakan materi pembelajaran yang ditekankan di boarding school. Harapan boarding school santri mampu mengenal dan mempraktikkan dasar-dasar ilmu syar’i (aqidah ashshohihah, akhlak dan fiqih ibadah), serta hafal juz 30 dan hafal hadits
86
arba’in nawawi. Dengan materi ilmu pengetahuan agama yang diajarkan maka nilai karakter religius akan tertanamkan pada diri santri. 3. Analisis Metode Pembelajaran Di Boarding School Metode pembelajaran yang digunakan di boarding school, antara lain: a. Metode Ceramah Hampir semua mata pelajaran yang digunakan oleh ustadz/ustadzah dalam menyampaikan materi itu menggunakan metode ceramah. Hal tersebut karena dengan menggunakan metode ceramah, memudahkan santri dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh ustadz/ustadzah. b. Metode Active Learning Metode pembelajaran ini menuntut santri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini juga digunakan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Namun tampaknya, pelaksanaan metode ini berdasarkan observasi masih belum maksimal. Karena masih ada santri yang hanya monoton mendengarkan dan menerima penjelasan dari ustadz/ustadzahnya saja. c. Metode Tahfidz Metode tahfidz ini digunakan santri dalam menghafal Alqur’an dan hadits arba’in nawawi. Penggunaan metode ini dapat berjalan dengan lancar. Sebagaimana memudahkan santri dalam menghafal Al-qur’an dan hadits arbain nawawi.
87
d. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi ini, tidak selalu harus dilakukan oleh ustadz/ustadzah. Santri juga perlu melakukannya sendiri, terutama percobaan yang mudah dan tidak memerlukan suatu keterampilan yang tinggi dan khusus. Kegiatan ini sebaiknya harus dalam pengawasan ustadz/ustadzah yang bersangkutan. Metode ini dalam boarding school digunakan untuk materi pembelajaran fiqih aplikatif, seperti dalam praktik wudhu, praktik shalat jenazah dan lain sebagainya. e. Metode Small Group (Diskusi) Dalam metode ini, santri diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh ustadz/ustadzah atau bahan yang didapatkan sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Dengan aktivitas kelompok kecil, santri akan belajar menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, dan menghargai sudut pandang yang bervariasi.
88
B. Analisis Peran Boarding School Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa 1. Analisis Bentuk pendidikan karakter yang dikembangkan di boarding school Berdasarkan hasil wawancara dan observasi sebelumnya oleh penulis yang diulas dalam bab II, bentuk pendidikan karakter yang dikembangkan di boarding school BIAS Assalam, antara lain: a. Religius Religius merupakan karakter yang paling ditekankan dalam boarding school BIAS Assalam. Hal tersebut sebagaimana sesuai dengan tujuan dalam pelaksanaan kegiatan boarding school yaitu membentuk karakter rabbani pada santri. Semua kegiatan di asrama pun didukung dengan kegiatan-kegiatan religius. Adapun indikator dari nilai-nilai pendidikan karakter religius, yaitu: 1) Mengucapkan salam 2) Berdo’a sebelum dan sesudah belajar 3) Melaksanakan tadarus 4) Rajin melaksanakan ibadah 5) Rajin dan aktif dalam kegiatan keagamaan 6) Merayakan hari besar keagamaan 7) Mengadakan ceramah/pidato untuk memperdalam pengetahuan agama
89
Indikator di atas menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mengembangkan pendidikan karakter santri dibidang religius, dan boarding school BIAS Assalam sudah mencapai kategori indikator di atas. Maka, bisa dikatakan boarding school BIAS Assalam telah berhasil mengembangkan pendidikan karakter santri. b. Kejujuran Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolahsekolah untuk menanamkan sikap ini kepada peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini. Sikap kejujuran lebih diutamakan dalam pembentukan karakter santri di boarding school BIAS Assalam. Adapun indikator dari nilai-nilai pendidikan karakter kejujuran, yaitu: 1) Santri tidak menyontek ketika ulangan 2) Jika menemukan sesuatu barang, santri melaporkan kepada ustadz/ustadzah untuk dikembalikan kepada pemiliknya. 3) Tidak menyalahkan orang lain karena kesalahan sendiri 4) Jujur dalam perkataan maupun perbuatan Dengan indikator di atas, maka akan dapat dipahami ketercapaian sikap kejujuran. Dengan keuletan pembina asrama BIAS, sehingga indikator di atas dapat tercapai dengan baik.
90
c. Toleransi Dalam menumbuhkan sikap toleransi, perlu kesabaran dan penanaman yang intens oleh ustadz/ustadzah. Sehingga, nilai-nilai toleransi tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri santri. Hal tersebut telah dilaksanakan di boarding school BIAS Assalam, dengan indikator sebagai berikut: 1) Menghargai pendapat orang lain 2) Ustadz/ustadzah menerima secara terbuka latar belakang santri yang berbeda 3) Menghormati orang lain Boarding school BIAS Assalam sudah menerapkan indikator tersebut di atas, maka boarding school BIAS Assalam dapat dikatakan sudah berhasil dalam mengembangkan pendidikan karakter santri. d. Disiplin Kedisiplinan merupakan karakter yang lebih diutamakan di boarding school BIAS Assalam. Hal ini dibuktikan dengan semua program kegiatan berjalan dengan lancar dan waktu pelaksanaanya tepat sesuai dengan jadwal. Misalnya, semua santri mengikuti tadarus sebelum kegiatan pembelajaran dimulai tanpa adanya santri yang datang terlambat, begitupun ustadz/ustadzahnya juga datang mengajar tepat waktu. Indikator dari nilai karakter disiplin yaitu: 1) Santri bersikap konsisten dalam mematuhi peraturan
91
2) Santri senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan baik 3) Guru mampu bersikap luwes dalam menegakkan disiplin 4) Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik apabila ia telah mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah Indikator di atas menjadi tolak ukur dan keberhasilan dalam penanaman karakter disiplin, dan asrama BIAS Assalam sudah melaksanakan indikator di atas. e. Kemandirian Sistem pembelajaran boarding school dapat mendidik santrisantri untuk bersikap mandiri. Kemandirian adalah karakter yang lebih ditekankan dalam boarding school BIAS Assalam selain dari pada karakter religius. Indikator dari nilai pendidikan karakter kemandirian, adalah: 1) Santri mampu mencari bahan materi sendiri 2) Menyadarkan santri bahwa ustadz/ustadzah tidak selalu ada di sisinya 3) Santri mampu terjun di masyarakat, dalam kegiatan home stay Indikator di atas menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mengembangkan pendidikan karakter mandiri pada diri santri. Dengan kesabaran dan keuletan para pembina asrama, maka penanaman sikap mandiri ini dapat terlaksana dengan baik di boarding school BIAS Assalam. Dengan sikap mandiri tersebut, proses belajar yang dijalani
92
oleh santri menjadi lancar dan ustadz/ustadzahnya juga dapat menikmati tugas mengajarnya. f. Demokratif Demokratif merupakan salah satu pendidikan karakter yang dikembangkan di boarding school BIAS. Indikator dari nilai-nilai pendidikan karakter demokratif, yaitu: 1) Santri bersikap terbuka dalam memecahkan masalah 2) Santri berprinsip musyawaroh untuk mufakat Indikator di atas menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mengembangkan pendidikan karakter demokratif santri, dan boarding school BIAS Assalam sudah mencapai kategori indikator di atas. Maka, bisa dikatakan boarding school BIAS Assalam telah berhasil mengembangkan pendidikan karakter santri. g. Peduli sosial Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Sikap peduli sosial yang telah ditanamkan dan diaplikasikan di boarding school, Indikator dari karakter peduli sosial, yaitu: 1) Mempunyai rasa empati dengan temannya 2) Mengadakan kegiatan bakti sosial, seperti setiap bulan muharram, para santri menyumbangkan pakaian layak pakai untuk anak yatim, dan fakir miskin 3) Membantu masyarakat dalam melestarikan lingkungan
93
Dengan kesabaran dan keuletan yang ustadz/ustadzah, sehingga penanaman karakter kepedulian tumbuh dalam diri santri. Maka, boarding
school
BIAS
Assalam
dikatakan
berhasil
dalam
mengembangkan karakter peduli sosial. h. Percaya diri Penanaman rasa percaya diri pada santri itu sangat penting, agar santri tidak minder dengan kemampuan yang mereka miliki. Bentuk penanaman percaya diri yang sudah dilaksanakan di asrama BIAS, dengan indikator sebagai berikut: 1) Santri
berlatih
berpidato
dengan
tema
sesuai
ketentuan
ustadz/ustadznya 2) Santri berlatih kultum setelah selesai menghafal hadits Arba’in Nawawi 3) Mengadakan kegiatan kunjungan lapangan (home stay) Dengan indikator di atas, maka akan dapat dipahami ketercapaian karakter percaya diri. Dengan usaha para pembina boarding school, maka indikator di atas dapat tercapai dengan baik. 2. Metode Yang Digunakan Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Menurut Barnawi dan M. Arifin untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah yang efektif, diantaranya dengan menempatkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri, menyatukan nilai-nilai karakter yang akan dibentuk dalam setiap mata
94
pelajaran, model ekstrakurikuler yaitu melalui sebuah kegiatan tambahan yang berorientasi pengembangan karakter santri, dan model kolaborasi dengan menggabungkan tiga model tersebut dalam seluruh kegiatan sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis, metode yang digunakan oleh boarding school BIAS Assalam dalam mengembangkan karakter santri sudah kategori bagus dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah yang efektif. Maka peran boarding school bisa dikatakan telah berhasil mengimplementasikan pendidikan karakter yang efektif. Karena sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Barnawi dan M. Arifin. 3. Peran Boarding School Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa di SDIT BIAS Assalam Secara embrional, boarding school telah mengembangkan aspekaspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga ini sangat menekankan kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian, kesederhanaan, dan sejenisnya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis diketahui bahwa boarding school BIAS Assalam mempunyai peran dalam mengembangkan pendidikan karakter santri, antara lain: a. Menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter santri Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
anak-anak
yang
baik
(insan
kamil).
Tumbuh
dan
95
berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dimulai sejak dini. Hal tersebut agar anak ketika usia dini sudah mengenal mana hal yang baik untuk dilakukan dan mana hal yang buruk untuk tidak dilakukan. Peran
orang
tua
dan
keluarga
sangat
mempengaruhi
dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter anak. Supaya anak terbiasa melakukan perilaku yang positif. Berdasarkan penelitian, bahwa kegiatan dalam menanamkan pendidikan karakter di SDIT BIAS Assalam sudah dilaksanakan sejak dulu, dimana dalam menanamkan pendidikan karakter sangat penting sekali bagi santri. Disamping itu, pendidikan karakter juga sangat membantu santri dalam mengajarkannya untuk bersikap baik dan tidak menyeleweng dari norma-norma agama. Adapun pendidikan karakter yang ditanamkan dalam boarding school, yaitu memberi salam, senyum, sapa, kejujuran, kedisiplinan, kemandirian, bertanggung jawab, kreatif, kerja keras, dan aspek religius lainnya, seperti shalat 5 waktu secara berjama’ah, shalat dluha, shalat tahajud, mengahafal Al-qur’an, dan menghafal doa’-do’a harian. Semua itu mampu mengajarkan santri agar lebih mendekatkan diri kepada
96
Allah SWT, juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan santri dan ustadz/ustadzahnya kepada Allah SWT. b. Membiasakan nilai-nilai pendidikan karakter santri (Habit Forming) Dari
penanaman
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
ditanamkan di boarding school, maka hal tersebut akan menjadi suatu kebiasaan bagi santri untuk melakukan perilaku yang positif dengan tanpa paksaan atau dorongan dari orang lain. Pembiasaan tersebut dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Salah satu cara terbaik mengajarkan pembiasaan (habit forming) adalah pemberian teladan dan contoh dari para ustadz/ustadzah dan orang-orang
yang
berpengaruh
di
sekitar
santri.
Dengan
mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz/ustadzahnya, maupun pengurus asrama lainnya. Para santri bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara shalat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran shalat, misalnya yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang shalatnya khusuk. c. Mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan karakter santri Dengan
adanya
penanaman
dan
pembiasaan
nilai-nilai
pendidikan karakter yang ada di asrama, maka santri akan mudah
97
mengapliaksikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan asrama (boarding school), bersama teman sebaya maupun di lingkungan masyarakat. Dalam observasi penulis, pembiasaan pendidikan karakter yang sudah diaplikasikan santri di asrama dalam bidang akhlak dan ibadah, seperti berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan ustadz/ustadzahnya dan teman-teman santri lainnya, berdo’a sebelum kegiatan belajar dimulai, shalat 5 waktu dengan berjama’ah, tadarus, membiasakan shalat malam, berpuasa sunnah setiap hari senin dan kamis, dan itu semua merupakan pendidikan karakter yang diajarkan oleh ustadz/ustadzahnya. Selain itu dalam bidang akademik, karakter yang sudah diaplikasikan seperti: 1) Latihan berpidato 3 bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Arab 2) Kultum, yaitu kuliah kurang lebih 7 menit dengan isi materi kandungan hadits Arba’in Nawawi yang telah dihafalnya. 3) Home stay, yaitu praktik kunjungan lapangan yang dilakukan oleh santri Kedisiplinan yang diterapkan di asrama BIAS Assalam juga sangat bagus, semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran boarding school sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan oleh
98
pembina boarding school dengan memiliki semangat yang tinggi misalnya. d. Mengevaluasi nilai-nilai pendidikan karakter santri Untuk mengetahui program yang dilaksanakan oleh boarding school BIAS Assalam berhasil atau tidaknya, ada 2 tahapan kaitannya dalam mengevaluasi pendidikan karakter santri di asrama (boarding school), yaitu: 1)
Menggunakan Tes Tertulis Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter santri apakah sudah sesuai dengan yang diajarkan di boarding school atau belum, maka ustadz/ustadzah mengadakan kegiatan tes secara formalitas. Materi tes tersebut sesuai dengan materi yang sudah diajarkan oleh ustadz/ustadzah. Diantara materi tesnya, Aqidah Akhlak,
Al-qur’an
Hadits,
Fiqih/Syari’ah,
Syiroh/Sejarah
Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Baca Tulis Al-Qur’an. Untuk
meningkatkan
semangat
belajar
santri
BIAS
Assalam, ustadz/ustadzahnya juga memberikan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Penghargaan (reward) diberikan untuk santri yang berprestasi, sedangkan hukuman (punishment) yang diberikan kepada santri bersifat mendidik dan untuk membangktikan semangat santri dalam belajar. Santri yang mendapat hukuman agar termotivasi terhadap temannya yang mendapatkan penghargaan.
99
2)
Menggunakan Pengamatan (observasi) Pengamatan yang dilakukan ustadz/ustadzah bertujuan untuk mengetahui aspek perkembangan kepribadian santri. Yang hasilnya bisa dilihat di raport masing-masing santri. Penilaian aspek perkembangan kepribadian santri, meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mendiri, demokratif, rasa ingin tahu, cinta tanah air, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Berikut format pengamatan observasi yang dilakukan oleh ustadz/uztadzah: No. Perkembangan Kepribadian 1
Religius
2
Jujur
3
Toleransi
4
Disiplin
5
Kerja Keras
6
Kreatif
7
Mandiri
8
Demokratif
9
Rasa Ingin Tahu
10
Semangat Kebangsaan
11
Cinta Tanah Air
12
Menghargai Prestasi
Nilai
100
13
Bersahabat/Komunikatif
14
Cinta Damai
15
Gemar Membaca
16
Peduli Lingkungan
17
Peduli Sosial
18
Tanggung Jawab
Setelah
ustadz/ustadzah
melakukan
observasi
secara
langsung kepada santri, kemudian memasukkan nilai perilaku santri ke dalam raport yang terpisah dari nilai-nilai mata pelajaran yang ada dan penilaiannya dalam bentuk huruf bukan angka.