BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 4 KOTA TEGAL
A. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi yang Ditanamkan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 4 Kota Tegal 1. Nilai Tanggung Jawab Nilai tanggung jawab terwujud dalam proses pembelajaran PAI. Seperti ketika observasi pada waktu pembelajaran PAI dengan tema semangat menuntut ilmu, guru selalu memberikan arahan kepada peserta didik untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan bertanggung jawab untuk mengamalkan ilmunya kepada sesama. Kemudian guru juga mengaitkan dengan tanggung jawab yang diemban oleh pemimpin negara, yang merupakan orang berilmu yang mempunyai kedudukan tertinggi untuk bisa bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa nilai tanggung jawab yang merupakan salah satu nilai dari pendidikan anti korupsi dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui materi pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan materi tentang semangat menuntut ilmu saja, namun didalamnya disisipkan nilai tanggung jawab yang disertai contoh kongkritnya dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik
108
109
dapat memahami dan mananamkan nilai tanggung jawab sebagai pelajar untuk belajar menuntut ilmu dengan baik sekaligus menjadi masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. 2. Nilai Kedisiplinan Nilai kedisiplinan selain termuat dalam kompetensi inti juga termuat dalam proses pembelajaran melalui materi pelajaran yang diajarkan. Seperti yang terlihat di dalam materi aspek akhlak yakni memahami dan menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan dan bekerja keras, guru tidak hanya mengajarkan pada tataran teori saja. Rupanya melalui observasi yang penulis lakukan, guru juga mempraktekannya dalam pembelajaran. Terlihat guru selalu menanyakan keterlambatan siswa ketika masuk kelas, memperhatikan kerapiannya
dan
kesiapannya
dalam
belajar,
bahkan
tidak
memperbolehkan mengikuti pembelajaran jika sudah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut merupakan proses penanaman nilai kedisiplinan kepada peserta didik agar membiasakan dirinya menghargai waktu
dan menyadari pentingnya kedisiplinan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kedisiplinan yang ditanamkan rupanya sesuai dengan Modul Pembentukan Karakter Genarasi Anti Korupsi yang diterbitkan oleh komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menanamkan nilai kedisiplinan dengan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan peraturan, karena disiplin memang
110
tidak mudah, tetapi dengan terus berlatih, komitmen pada perencanaan yang telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan positif dan mampu melatih diri menjadi konsisten.1 3. Nilai Kejujuran Kejujuran merupakan nilai penting yang perlu diajarkan kepada peserta didik, tidak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Di dalam mata pelajaran PAI nilai kejujuran yang merupakan salah satu nilai moral yang diajarkan sebagai bagian dari unsur aqidah, karena sifat tersebut merupakan implikasi dari memahami dan mengamalkan keimanan terhadap Rasulullah SAW. Keimanan tersebut dijalankan dengan jalan meneladani sifat luhur dari utusan-utusan Allah. Nilai kejujuran selain terdapat pada materi pelajaran tentang perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman QS. Al-Maidah (5): 8, QS. At-Taubah (9): 119 dan hadis terkait dengan nilai kejujuran, juga ditanamkan melalui proses pembelajaran. Seperti pada saat penulis melakukan wawancara kepada salah satu guru PAI bahwa dalam proses pembelajaran hingga penilaian, guru menekankan pada penanaman sifat jujur pada peserta didik. Kejujuran yang ditunjukkan dengan perbuatan tidak mencontek selalu diarahkan oleh guru. Untuk evaluasi guru menggunakan tes tertulis, namun dalam pelaksanaannya guru hanya memberi 30% 1
Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi Tingkat SLTA/MA Kelas 2 (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) & Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm. 35-43.
111
untuk penilaian tes tertulis, kemudian 70% merupakan evaluasi setiap proses pembelajaran. Diantaranya, keaktifan dalam mengikuti pembelajaran, kejujuran saat mengerjakan tugas dan guru juga dengan tegas tidak akan memberikan penilaian pada pekerjaan peserta didik yang merupakan hasil mencontek. Hal tersebut secara tidak langsung guru menanamkan nilai kejujuran kepada setiap peserta didik, sekaligus memberikan contoh nyata dampak perilaku tidak jujur dengan tidak memberikan nilai dari hasil mencontek. Sikap yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran juga sangat menekankan kepada peserta didik untuk berkata benar, bertindak dengan baik dan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian nilai kejujuran dapat mengakar di dalam diri siswa sehingga dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Nilai Kesederhanaan Kesederhanaan merupakan salah satu nilai penting yang diajarkan dalam pembelajaran PAI. Nilai tersebut merupakan salah satu sifat terpuji, oleh karena itu diajarkan sebagai salah satu dari pembelajaran akhlaq. Selain itu kesederhanaan merupakan tauladan yang diajarkan Rasulullah SAW dan meyakininya merupakan salah satu pengamalan dari mengimani Rasulullah. Seperti observasi yang dilakukan oleh penulis bahwa kesederhanaan ditampakkan oleh para guru yang merupakan panutan bagi peserta didiknya. Seperti tidak memakai perhiasan dan aksesoris yang berlebihan di sekolah, dalam
112
proses pembelajarannya pun guru senantiasa bersikap ramah dan menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik. Hal tersebut tentunya salah satu upaya untuk menanamkan nilai kesederhanaan terhadap peserta didik, dengan memberikan contoh langsung pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan sikap rendah hati yang selalu ditampilkan oleh guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian peserta didik dapat mengidentifikasi
pola
hidup
sederhana
dan
mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 5. Nilai Kerja Keras Nilai kerja keras merupakan salah satu nilai pendidikan anti korupsi yang sangat ditanamkan dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta didik sebagai berikut : “Kalau di dalam pelajaran kan kita selalu dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran atau hadis yang terkait dengan materi pelajaran, nah disitu kita dituntut untuk kerja keras dalam menghafal. Karena nantinya juga di cek hafalannya sewaktuwaktu tanpa terduga, jadi kita tetap harus terus menghafal, kalau nanti di cek kita nggak hafal kan malu”.2 Dengan demikian, secara tidak langsung nilai kerja keras ditanamkan untuk melatih siswa untuk membiasakan sikap pantang menyerah dalam mengerjakan sesuatu. Serta dapat menunjukkan contoh dari dampak kerja keras sehingga siswa dalam kehidupannya memiliki sikap gigih, kuat dan tidak mudah putus asa.
2
Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
113
6. Nilai Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan. Dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajarkan tentang kemandirian sebagai salah satu dari akhlaq yang terpuji. Selain nilai kejujuran, kemandirian juga ditanamkan agar peserta didik memiliki kepercayaan terhadap kemampuan pribadi yang dimiliki untuk melaksanakan tugas atau amanah, dengan tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Nilai ini biasanya diajarkan dalam setiap proses pembelajaran. Secara tidak langsung siswa dibiasakan mandiri untuk melaksanakan shalat dhuha dan doa bersama tanpa pengawasan guru. Seperti yang diungkapkan salah satu siswa mengenai penanaman nilai mandiri di dalam proses pembelajaran PAI : “Dan kita juga mencoba selalu mandiri dalam mengemban amanah yang diberikan, misalnya ketika tadarus pagi tanpa ada pengawasan otomatis kita langsung memulai tadarus, dan sebelum pelajaran PAI kita semua tanpa disuruh langsung melaksanakan shalat dhuha. Hal yang semacam itu yang membuat kita jadi mandiri dan terbiasa melakukannya”.3 Dengan demikian nilai kemandirian sudah mulai tertanam di dalam diri siswa meski masih dalam tataran melaksanakan tugas sekolah. Namun yang pada akhirnya jika nilai kemandirian sudah biasa dilakukan maka otomatis dapat diaplikasikan pula dalam kehidupan sehari-hari.
3
Bayu, Siswa SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
114
7. Nilai Keadilan Nilai Keadilan menjadi penting ditanamkan kepada peserta didik karena merupakan keluhuran budi yang mencerminkan pribadi muslim yang baik. Selain diajarkan dalam materi PAI dalam aspek akhlak yang merupakan salah satu sifat terpuji, nilai keadilan juga ditampilkan oleh guru dalam rangka menanamkan nilai keadilan terhadap peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI bahwa guru sangat menekankan nilai adil dalam proses pembelajaran terutama dalam memperhatikan siswa. Karena setiap siswa mempunyai hak yang sama untuk menerima pengajaran dan perhatian dari guru. Tidak membedakan kaya, miskin, pintar, kurang pintar, cantik, kurang cantik, tentunya guru harus memperlakukannya dengan adil.4 Dengan kesadaran guru akan keadilan memperlakukan peserta didik dengan baik, maka dapat memberikan pelajaran yang baik untuk peserta didik. Nilai keadilan secara tidak langsung dapat tertanam di dalam diri setiap peserta didik karena merasa diperlakukan sama dalam konteks adil sebagaimana haknya. Dengan demikian diharapkan nilai keadilan
yang
ditanamkan
dapat
menjadikan
siswa
mampu
mengidentifikasi tindakan adil dan mampu menghindari diri dari sikap berat sebelah atau tidak seimbang.
4
Khaerul Zaman, Guru PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 12 Januari 2015.
115
8. Nilai Keberanian Nilai Keberanian selain termuat dalam materi PAI juga ditanamkan guru di dalam proses pembelajaran. Terlihat pada saat pembelajaran
guru
selalu
memotivasi
siswa
untuk
berani
mengungkapkan pendapatnya seperti “ ayo kalian harus berani, berani dalam
melakukan
kebaikan
itu
harus
dilakukan,
seperti
mengungkapkan pendapat di depan kelas kalian tidak boleh malumalu, kalau mengungkapkan pendapat di depan kelas saja tidak berani, bagaimana kalian berani melawan korupsi?”.5 Begitu kiranya yang selalu dikatakan oleh guru membangkitkan keberanian
dalam
diri
siswa
untuk
berani
mengungkapkan
pendapatnya dalam proses pembelajaran. Dengan mengaitkannya dengan
keberanian
melawan
korupsi,
secara
tidak
langsung
menanamkan di dalam diri siswa untuk tidak memiliki rasa gentar dan takut bahkan malu untuk melakukan kebaikan, akan tetapi keberanian dapat dilakukan untuk melawan indikasi tindakan korupsi di sekolah seperti berani mengingatkan teman yang mencontek dan berani untuk jujur dalam ucapan dan tindakan. 9. Nilai Kepedulian Sebagai bagian dari salah satu sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama, kepedulian juga dijelaskan secara eksplisit pada materi pelajaran PAI. Selain ditanamkan melalui proses pembelajaran, nilai
5
Observasi Pembelajaran PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015.
116
kepedulian ini juga sangat terlihat sudah tertanam pada sebagian besar peserta didik. Terlihat ketika penulis sedang melakukan observasi, rupanya SMAN 4 kota Tegal sangat memperhatikan kesehatan lingkunga. Hampir disetiap depan kelas terdapat keran. Hal tersebut ternyata dapat melatih siswa untuk membiasakan hidup bersih. Seperti yang penulis amati, setiap peserta didik yang akan memakan snack, mereka tidak lupa mencuci tangannya di keran yang dekat dengan mereka, kemudian ketika mereka setelah selesai peajaran, tidak sedikit dari mereka yang mencuci tangannya. Hal tersebut terbukti keseriusan SMAN 4 kota Tegal dalam membangun budaya anti korupsi, dengan sarana yang mudah dijangkau oleh peserta didik untuk lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan. Jadi selain dalam materi PAI yang ditanamkan nilai persaudaraan antar sesama umat manusia, juga ditanamkan melalui aktivitas di luar kelas. Dengan demikian nilai kepedulian tidak terhenti pada tataran teoritis saja di dalam pembelajaran, tetapi langsung diaplikasikan ke dalam aktivitas di luar kelas. Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa kesembilan nilainilai pendidikan anti korupsi sudah ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, nilai-nilai PAK tersebut belum tersusun secara sistematis dalam penerapannya. Hal itu terbukti tidak adanya prosedur khusus dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran. Selain itu tidak ada kurikulum
117
khusus yang diberikan sebagai acuan bahan ajar yang sesuai dengan penanaman nilai-nilai PAK pada masing-masing jenjang kelas. Seperti yang di ungkapkan oleh kepala urusan kurikulum SMAN 4 Kota Tegal : “Dari pusat memang tidak memberikan kurikulum khusus pendidikan anti korupsi disini, dalam kurikulum PAI pun tidak ada, hanya saja terintegrasi pada semua mapel khususnya PAI. Jadi penanaman tersebut melalui inisiatif guru dan pihak sekolah untuk memasukkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada perangkat pembelajaran seperti RPP agar sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hanya saja kendalanya terkadang guru masih bingung dalam merancang nilai-nilai tersebut dalam RPP.”6 Dengan begitu, hal tersebut tentunya dapat menjadi faktor penghambat proses transfer nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran. Karena guru hanya mengacu pada keterkaitan nilainilai PAK dengan materi pembelajaran. Ditambah lagi dengan muatan materi PAI yang terlalu banyak dan belum teraturnya termuat dalam RPP bisa terdapat kemungkinan nilai-nilai pendidikan anti korupsi belum tercover dengan baik. Oleh karena itu artinya perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh, di samping memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia.
6
Lucia, Kepala Urusan Kurikulum SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015.
118
Dengan demikian idealnya pengembangan nilai-nilai pendidikan anti korupsi diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh dapat melalui caracara berikut ini: 1. Mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan menjadi materi pengintegrasian pendidikan anti korupsi. 2. Menambahkan indikator tentang korupsi pada kolom indikator. 3. Menambahkan materi pokok tentang korupsi pada kolom materi pokok sesuai dengan indikatornya. 4. Menyisipkan instrumen yang berkaitan dengan korupsi untuk mengevaluasi pelaksanaan pendidikan anti korupsi, dan 5. Menambahkan sumber belajar (SB) tentang korupsi.7 Sementara prosedur pengintegrasian pendidikan anti korupsi ke dalam RPP, di antaranya: 1. Menyisipkan indikator materi pendidikan anti korupsi. 2. Menyisipkan materi pendidikan anti korupsi pada tujuan pembelajaran. 3. Menguraikan indikator materi pendidikan anti korupsi pada materi pembelajaran. 4. Merencanakan pemberian materi pendidikan anti korupsi dalam langkah-langkah pembelajaran. 7
Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah (Strategi Internalisasi pendidikan Antikorupsi di Sekolah) (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 57-58.
119
5. Menambahkan sumber belajar, dan 6. Menyisipkan instrumen tentang materi pendidikan anti korupsi dalam penilaian pelajaran.8 Jika konsep tersebut dapat digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran, terutama dalam pencantuman nilai-nilai tersebut di dalam silabus dan RPP, tentunya akan membantu guru dalam pelaksanaan sehingga proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat tersampaikan secara sistematis dan maksimal. B. Analisis Metode dan Strategi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal Penanaman nilai merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik agar menjadi generasi bangsa yang berkarakter dan berkualitas. Penanaman nilai merupakan wujud nyata penerapan ilmu pengetahuan dan pemahaman peserta didik dalam menyerap mata pelajaran, dan membentuk perilaku hidupnya sehari-hari. Penanaman nilai dalam konteks ini adalah pada usaha untuk membentuk generasi muda yang memiliki keagungan nilai budi, dan mampu membentengi diri dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini, seperti masalah korupsi. Pendidikan menjadi penting karena perannya dapat dilakukan untuk memberangus praktik korupsi di Indonesia. Hal tersebut dapat
8
Ibid.
120
dilakukan dengan mengkaitkan materi-materi dalam pelajaran dengan nilai-nilai pendidikan anti korupsi, melalui penyampaian pesan dan nasihat kepada peserta didik tentang bahaya korupsi. Di dalam pembelajaran, pendidik juga tidak hanya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal aspek pengetahuan semata, namun pada penanaman nilai-nilai sehingga peserta didik memiliki dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan. Mata pelajaran yang juga memegang peranan penting pada pendidikan moral adalah pendidikan agama. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi begitu penting merespon keadaan korupsi yang kian akut di republik ini. PAI harus mampu diajarkan tidak hanya pada tataran kognisi saja, namun terdapat keseimbangan pada aspek psikomotoriknya. Sehingga
peserta
didik
mampu
memiliki
kemauan
kuat
untuk
mengamalkan ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai agung sebagai seorang pemeluk agama yang baik. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi tentu sangat relevan sebagaimana yang diterapkan oleh SMAN 4 Kota Tegal sebagai upaya untuk menghentikan mata rantai berkembangnya korupsi di negeri ini. Tujuanya adalah untuk mendidik moral generasi muda agar memiliki karakter dan akhlak yang baik. Analasis terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang termasuk di dalamnya metode dan strategi pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal dapat dicermati pada hal-hal berikut, diantaranya :
121
1. Pembelajaran PAI di kelas a. Tenaga Pendidik Tenaga Pendidik tentunya sangat berperan dalam proses pembelajaran baik melalui pengajaran maupun perhatian dan kepedulian terhadap siswa. Seperti yang terlihat dalam proses pembelajaran PAI di kelas, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi,
guru selalu memperhatikan siswa
sebelum pembelajaran, misalnya menyuruh seluruh siswa laki-laki maju ke depan kelas untuk merapikan bajunya terlebih dahulu, kemudian rambut juga tak luput dari perhatian guru. Bagi siswa laki-laki yang mempunyai rambut panjang dan bersepatu tidak hitam maka tak tanggung-tanggung siswa tersebut tidak boleh mengikuti proses pembelajaran dengan terpaksa harus dikeluarkan dari kelas.9 Seperti yang di ungkapkan oleh salah seorang guru PAI : “ketegasan saya bukan berarti mengambil hak mereka untuk belajar, tapi untuk mendidik mereka agar lebih disiplin dalam belajar. Jika penampilan mereka saja tidak diperhatikan bagaimana mereka memperhatikan pelajaran? Sebelumnya memang saya tidak setegas ini hanya melalui peringatan saja, tapi ternyata belum membuat mereka berubah. Dengan terpaksa saya beri sanksi tidak boleh mengikuti pelajaran saya sebelum mereka benar-benar siap untuk mengikuti pembelajaran.”10 Jika dilihat dari pola pengajaran tersebut tentunya sejalan dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam kamus besar 9
Observasi pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015. Khaerul Zaman, Guru PAI SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 24 Januari
10
2015.
122
bahasa Indonesia yakni proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.11 Jadi peran dan ketegasan guru sangat memegang peranan penting dalam mengubah perilaku siswa dan tentunya sekaligus menanamkan nilai pendidikan anti korupsi di dalamnya. Penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal sebagian besar dilakukan oleh guru PAI. Pendidik merupakan penggerak utama pendidikan moral. Oleh karena itu, guru agama dicerminkan sebagai seorang yang agamawan, berwibawa, cerdas, berakhlakul karimah dan mampu menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Peran yang tidak kalah penting adalah sebagai memberi keteladanan, nasihat, arahan dan teguran kepada peserta didik dengan baik. Seperti yang ditunjukan oleh guru agama di SMAN 4 Kota Tegal yang mampu menjadi contoh yang baik. Seperti menurut salah satu guru PAI sebagai berikut: “Saya sebagai guru PAI sebisa mungkin menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi sesuai dengan apa yang saya lakukan. Ketika saya berbicara kedisiplinan, maka saya harus disiplin. Seperti datang tepat waktu, masuk dan keluar kelas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam kegiatan di luar kelas pun saya sebisa mungkin menjaga sikap dilingkungan sekolah”.12 Hal tersebut secara tidak langsung akan membuat pembelajaran PAI menjadi semakin baik, karena didukung oleh 11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Indonesia), op. cit., hlm. 326. 12 Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 24 Januari 2015.
123
guru yang baik pula. Namun selain menjadi faktor pendukung dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, jika kinerja guru tidak sesuai dengan apa yang diharapkan tentunya akan menjadi penghambat jalannya penanaman nilai-nilai tersebut di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu idealnya guru dalam menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik dan mendukung tersampaikannya materi dengan baik pula. Sehingga melalui materi yang disampaikan peserta didik dapat mengambil manfaat dengan pembelajaran di kelas yang berkualitas. Dalam hal ini guru juga harus dapat bertindak profesional dalam mengajar, dengan memahami setiap ke khasan yang dimiliki oleh peserta didik b. Peserta didik Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya menjadi target utama dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. setiap peserta didik berbeda dari aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Dengan ragamnya karakter peserta didik tersebut tentunya mempengaruhi tercapai tidaknya penanaman nilai dalam pembelajaran. Seperti yang terlihat dari antusiasme siswa dalam pembelajaran PAI juga bermacam-macam. Hal itu dapat dilihat ketika guru menggunakan metode tanya jawab yakni ketika guru menstimulus
siswa
dengan
mengajaknya
bersama-sama
124
mendiskusikan dan mencari nilai-nilai anti korupsi apa saja yang dapat di ambil dari materi tersebut, namun hanya beberapa siswa saja yang berani mengungkapkan pendapatnya. Akan tetapi usaha guru tampaknya tidak sampai disitu saja, kemudian
guru
mulai
membimbing
siswa
untuk
berani
menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dengan menunjuknya melalui absensi. Hal tersebut tentunya ingin menanamkan nilai keberanian di dalam diri setiap siswa. Dengan kesabaran guru dalam menuntun siswa dalam memahami dan mengungkapkan pendapat,
beberapa
siswa
terlihat
sudah
mulai
tergerak
keberaniannya untuk berpendapat meski hanya sebentar. Hal seperti itu tentunya juga mendapat penghargaan dari guru dengan memberinya senyuman dan tidak pernah menyalahkan pendapat siswa. Dengan demikian, melalui pembelajaran peserta didik mulai terbiasa menerapkan nilai-nilai anti korupsi meski masih dalam bimbingan guru.13 c. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan fasilitas pembelajaran yang menjadi pendukung tercapainya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dengan adanya media pembelajaran, tentunya materi pelajaran dapat diterima dengan mudah dan menyenangkan.
13
Observasi Pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 12 Januari 2015.
125
Terlihat saat pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal beberapa media digunakan untuk menunjang proses pembelajaran seperti papan tulis, LCD dan mushola. Ketiga media tersebut selalu digunakan untuk teori dan pengaplikasiannya, sehingga siswa tidak terhenti pada tataran teori saja melainkan juga dapat memahami penerapannya secara langsung. d. Metode dan Strategi Metode dan strategi pembelajaran sebagaimana pendapat Gulo yang dikutip dalam buku Jamil Suprihatiningrum dengan judul buku „Strategi Pembelajaran‟ merupakan rencana dan caracara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif.14 Seperti proses pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal dengan diterapkannya program pendidikan anti korupsi di sekolah tentunya metode dan strategi pembelajaranpun harus disiapkan dengan matang agar proses penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat dipahami oleh siswa. Dalam proses pembelajarannya guru menggunakan beberapa metode dan strategi yang sesuai dengan materi dan nilai yang akan disampaikan. Berikut analisis metode pembelajaran PAI sebagai penanaman nilai pendidikan anti korupsi :
14
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori&Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 148.
126
1) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode
yang boleh
dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.15 Melalui metode ceramah, guru mencoba menyampaikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dikaitkan melalui materi pembelajaran. Hal itu baik dilakukan karena dengan metode ceramah
guru dapat
mengarahkan pola fikir peserta didik melalui cerita-cerita anti korupsi, contoh-contoh kongkrit dan menunjukkan tokoh-tokoh yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Dengan metode ini secara tidak langsung guru telah menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajarannya. Namun, tidak hanya dengan menggunakan metode ceramah penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat tersampaikan secara maksimal. Ada beberapa kelemahan tentunya
dengan
menggunakan
metode
ceramah
ini.
Diantaranya, terkadang membuat peserta didik bosan dan pasif, karena pada metode ini guru lebih aktif dari siswa. Dan dengan metode ceramah pula guru sukar dalam menyimpulkan pemahaman peserta didik dengan materi yang disampaikan.
15
hlm. 120.
Zaenal Mustakim, Strategi&Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Press, 2011),
127
2) Metode Diskusi Metode diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Cara penyajiannya, dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.16 Tidak berbeda dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada pembelajaran PAI, biasanya guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan makna dari suatu ayat yang kemudian peserta didik mencari nilai-nilai yang terkandung dalam ayat Alquran tersebut. Hal
itu
tentunya
dapat
memberikan
pengalaman
tersendiri bagi siswa. Dengan metode tersebut siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang terdapat dalam ayat Alquran, sehingga dihasilkan pemaknaan yang sesuai dengan petunjuk guru. Jika dianalisis, menggunakan metode diskusi ini dapat membuat peserta didik lebih aktif dan terlibat dalam memahami materi pembelajaran serta nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan. Karena pada pembelajarannya, guru melibatkan siswa untuk mendiskusikan problematika yang terkait dengan materi yang kemudian dihubungkan dengan masalah-masalah tindak korupsi baik di
16
Ibid., hlm. 126-127.
128
sekolah maupun di masyarakat. Selain itu dengan metode diskusi dapat menanamkan nilai kepedulian kepada peserta didik untuk saling memperdulikan sesama siswa untuk aktif bersama. 3) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Penggunaan metode tanya jawab bermaksud memotivasi peserta didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan peserta didik menjawabnya.17 Hal tersebut juga terlihat dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran PAI. Seperti ketika guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan, namun jarang sekali siswa yang bertanya. Tampaknya mereka telah memahami atau tidak ada keberanian untuk bertanya. Hal itulah yang sering terjadi saat metode tanya jawab digunakan. Namun, dikekurangan tersebut guru mempunyai inisiatif
untuk
menanamkan
mendorong nilai-nilai
siswa
pendidikan
lebih anti
aktif
sekaligus
korupsi.
Guru
menstimulus peserta didik dengan memberi pertanyaan dengan langsung menunjuk siswa melalui absensi. Hal tersebut kiranya dapat melatih keberanian dalam dri siswa untuk mengungkapkan
17
Ibid.
129
pendapat. Meskipun masih dalam tataran dipaksa, namun pada akhirnya dapat terbiasa untuk berani dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapat. 4) Metode Hafalan Metode
hafalan
merupakan
metode
yang
sering
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran PAI. Banyak nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam metode ini. Dalam setiap pembelajaran PAI, peserta didik selalu dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran yang terkait pada materi pelajaran saat itu. Dalam teknisnya, terkadang guru tidak memberikan
pengawasan
kepada
peserta
didik
ketika
menghafal. Tujuannya untuk menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, kemandirian dan tanggung jawab kepada siswa. Sudah tidaknya nilai itu tertanam dalam diri siswa, guru dapat mengetahuinya ketika guru meminta siswa untuk menyetorkan hafalannya. Jika pada saat siswa belum menghafal dengan baik, maka terdapat kemungkinan siswa tersebut belum dapat memegang tanggung jawabnya untuk menghafal. Hal tersebut rupanya memberikan efek malu ketika siswa belum dapat menghafal dengan baik dihadapan teman-temannya. Oleh karena itu, guru selalu memberikan pesan kepada siswa “jika ingin menghafal dengan baik, maka syaratnya adalah harus jujur, lalu kerja keras dan serius dalam menghafal, jangan
130
mudah putus asa, dan ketika diperintahkan untuk menghafal maka harus menghafal, tidak digunakan untuk aktivitas yang lain”. Dengan metode hafalan ini, rupanya dapat belajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa. Dengan pembiasaan menghafalkan ayat-ayat Alquran, maka terlatih pula semangat dan kerja keras
peserta didik.
Harapannya, peserta didik juga dapat mengambil makna dari aktivitas tersebut sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. 5) Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan metode yang sangat penting digunakan oleh guru tidak hanya pada saat proses pembelajaran, namun disegala aktivitas baik di kelas maupun di luar kelas. Pada metode keteladanan ini gurulah yang menjadi titik pusat sebagai sosok panutan atau teladan bagi peserta didiknya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut : “Guru seharusnya harus bisa seperti Rasulullah SAW yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya. Hal itu karena Rasulullah tidak hanya memberi contoh, tetapi menjadi contoh. Yang disayangkan guru-guru sekarang itu adalah memberi contoh tapi belum bisa menjadi contoh istilah jawanya “jarkoni” “Ngajar tapi ora nglakoni”.18
18
Khaerul Zaman, op. cit.,Tegal 12 Januari 2015.
131
Pola keteladanan ini yang sangat ditekankan oleh para guru SMAN 4 Kota Tegal khususnya guru-guru PAI. Karena pada dasarnya tidak jarang para siswa menjadikannya idola dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki budi pekerti yang baik, berakhlakul karimah, sehingga mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Beberapa metode tersebut merupakan metode pembelajaran PAI yang di dalamnya juga ditanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dengan pengintegrasian tersebut membuat guru lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai PAK karena menyatu dalam satu metode proses pembelajaran. Namun, terkadang nilai-nilai pendidikan anti korupsi belum dapat ditanamkan secara maksimal, karena tidak tepatnya metode yang digunakan, membuat siswa tidak dapat memahami dengan baik. Idealnya terdapat metode tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi, agar penanaman nilai tersebut dapat
tersistematis
dan
mudah
ditanamkan
dalam
proses
pembelajaran. Berikut beberapa metode dalam penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi : 1) Metode Inquiry Metode Inquiry menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan
132
pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satusatunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan
untuk
menanamkan
nilai-nilai
diantaranya
keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. 2) Metode Pencarian Bersama (Collaboratative) Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat. Dimana pada proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berfikir logis, analitis, sistematis, argumentatife untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. 3) Metode Siswa Aktif atau Aktivitas Bersama Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan
dan
mengembangkan
siswa proses
dalam
kelompok
selanjutnya.
mencari
Siswa
dan
membuat
pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk
133
mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang. 4) Metode Live In Metode Live in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung siswa dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba dan sayembara tentang anti korupsi. 5) Metode Penjernihan Nilai atau Klarifikasi Nilai Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Sebagai contoh, misalnya siswa diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap siswa diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat duduk permasalahan dan berani
mengambil
sikap
dan
pilihan
dalam
hidupnya.
134
Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila bias tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah ini dibiarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup bersama.19 Selain metode pembelajaran yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, SMAN 4 Kota Tegal juga menggunakan dua strategi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Berikut analisis strategi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi : 1) Strategi Integratif Di SMAN 4 Kota Tegal nilai-nilai pendidikan anti korupsi terintegrasi pada mata pelajaran khususnya PAI. Guru dalam proses pengajarannya mengaitkan materi pelajaran dengan
nilai-nilai
pendidikan
anti
korupsi
sebagai
pengintegrasian nilai-nilai PAK dalam pembelajaran. Namun sayangnya, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa nilainilai PAK tersebut belum tersistematis dengan baik. Belum ada panduan khusus dalam penanaman nilai-nilai PAK dalam materi pelajaran.
19
Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah ( Jakarta : Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Drektorat Madrasah, 2013), hlm. 13-17.
135
Idealnya strategi integrasi ini bisa dilakukan melalui pengembangan materi, metode, media dan sumber belajar. Integrasi melalui materi dapat dilakukan dengan memberikan penonjolan, penajaman, pendalaman, atau perluasan materi pembelajaran terkait dengan nilai dan perilaku anti korupsi tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa yang ada pada setiap jenjang madrasah/ sekolah. Sedangkan integrasi melalui pengembangan metode dilakukan dengan memillih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong terjadinya internalisasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku anti korupsi seperti jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, dan sebagainya.20 2) Strategi Pengembangan Di samping penggunaan strategi integrasi penanaman menggunakan
nilai-nilai strategi
pendidikan
anti
pengembangan.
dalam
korupsi Pada
juga strategi
pengembangan ini penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi
dilakukan
melalui
kegiatan-kegiatan
di
luar
pembelajaran di kelas seperti kegiatan ekstrakurikuler. Di SMAN 4 Kota Tegal penanaman nilai-nilai tersebut juga ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
20
Ibid., hlm. 22.
136
PMR, paskibraka dan rohis. Seperti yang diungkapkan oleh waka kesiswaan sebagai berikut : “Untuk kegiatan siswa itu sendiri biasanya melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR, Paskibraka, Rohis dan masih banyak lagi. Lewat kegiatan ekstrakurikuler itulah nilai-nilai pendidikan anti korupsi ditanamkan. Seperti Pramuka mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, kerja keras, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran yang semua itu juga merupakan nilainilai pendidikan anti korupsi. Tidak hanya di Pramuka di PMR, Paskib dan Rohis juga demikian. Dan yang menjadi pembina-pembina ekstrakurikuler juga di pilih dari bapak ibu guru yang memang telah mengikuti seminar-seminar dan workshop pendidikan anti korupsi, jadi dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi secara tepat sasaran kepada siswa”.21 Dengan demikian, dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi tidak terhenti pada saat proses pembelajaran di kelas saja. Penanaman tersebut tetap berlanjut pada kegiatan ekstrakurikuler yang siswa ikuti di sekolah. Dalam pemilihan pembina ekstrakurikuler SMAN 4 Kota Tegal juga melihat kompetensi pada masing-masing guru. Hal itu terbukti menurut penuturan waka kurikulum tersebut, bahwa bapak ibu guru yang menjadi pembina ekstrakurikuler adalah mereka yang telah mengikuti workshop dan seminar pendidikan anti korupsi sebagai bekal dalam membimbing dan menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada siswa.
21
Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 januari 2015.
137
Dalam strategi pengembangan dicontohkan pula dalam buku panduan penyelenggaraan pendidikan anti korupsi di madrasah, diantaranya : a) Melaksanakan pemilihan kepengurusan organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis) dan panitia kegiatan dilaksanakan secara demokratis dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan dengan mengutamakan kemampuan dan kualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif yang mengarah pada korupsi. b) Memastikan bahwa setiap anggota pengurus organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis,) dan panitia kegiatan melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing dengan penuh dedikasi keikhlasan dan rasa pengabdian. c) Semua hasil keputusan rapat, setiap rencana, proses pelaksanaan, dan hasil kegiatan kesiswaan diumumkan secara tertulis di dalam papan informasi kegiatan siswa secara terbuka. Untuk itu setiap proses dan hasil keputusan rapat ditulis dalam berita acara yang ditandatangani dan disahkan oleh pengurus atau panitia kegiatan.22 Dalam beberapa contoh di atas diharapkan dapat menjadi contoh ideal dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai anti 22
Kementerian Agama RI, op.cit., hlm. 22-24.
138
korupsi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sehingga pemahaman mengenai nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat dirasakan dan difahami secara langsung oleh peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang menuntut mereka untuk secara langsung mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan di sekolah. 2. Pembelajaran di luar kelas Proses pembelajaran yang baik adalah ketika peserta didik mampu memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal itu adalah proses pembelajaran dimana semuanya berjalan dengan seimbang, baik dari tenaga pendidik, metode pembelajaran, media pembelajaran maupun sarana dan prasana yang mendukung. Proses pembelajaran tentunya tidak pernah terikat oleh waktu dan tempat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja selagi proses pembelajaran dapat diterima dan tetap menyenangkan bagi siswa. Seperti halnya di SMAN 4 Kota Tegal, selain mengadakan pembelajaran rutin di dalam kelas namun juga sesekali mengadakan pembelajaran di luar kelas. Seperti yang diungkapkan seorang guru PAI : “Biasanya untuk materi-materi pelajaran seperti tentang shalat, wudhu, langsung kami praktikkan di Mushola. Selain mendapatkan suasana baru, siswa juga lebih memahami ketika kita langsung mempraktikannya. Tidak hanya itu, terkadang siswa juga langsung saya ajak ketika ada orang tua siswa meninggal dunia, saya ajak beberapa siswa untuk ta‟ziyah dan langsung saya
139
suruh mereka untuk ikut shalat jenazah. Jadi tidak hanya sekedar dalam waktu proses pembelajaran saja, tapi saya langsung ajak pada keadaan riilnya. Hal itu juga saya maksudkan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama. Contoh lainnya juga ada ketika kita mempelajari materi shalat tahajud, saya tidak bisa hanya menerangkan teorinya di dalam kelas. Saya dibantu dengan pengurus rohis membuat agenda untuk mereka bisa menginap di sekolah, dan kegiatan dimulai ba‟da ashar dengan tadarus bersama, shalat maghrib dan isya berjama‟ah, kemudian malamnya kami bangunkan untuk melaksanakan shalat hajat, tahajud dan witir. Nah..upaya seperti itu tentunya tidak bisa saya lakukan di dalam kelas. Harapannya kegiatan seperti itu bisa memberikan contoh langsung kepada siswa, dengan suasana baru dan menyenangkan sehingga dapat dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.”23 Pembelajaran di luar kelas tampaknya membuat siswa lebih antusias dan memahami materi pelajaran yang dibandingkan hanya sekedar pembelajaran rutin di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas tentunya
dapat
menjadi
alternatif
proses
pembelajaran
yang
menyenangkan, sementara guru tetap dapat mengamati, memberi arahan dan bimbingan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain materi-materi pelajaran yang diajarkan di luar kelas, masih dalam rangka proses pembelajaran moral dan penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi kepada siswa juga terdapat beberapa tempat atau kegiatan pembelajaran di luar kelas, seperti : a. Tempat Temuan Barang Tempat
temuan
barang menjadi
salah
satu
media
pembelajaran di luar kelas yang dimiliki oleh SMAN 4 Kota Tegal.
23
Ibid.
140
Sebagai salah satu sarana pendidikan anti korupsi, keberadaan tempat tersebut menjadi penting untuk meningkatkan kepedulian peserta didik dan rasa tanggung jawab peserta didik ketika menemukan barang milik orang lain. Efektifitas tempat tersebut dapat berjalan baik jika mampu menamkan kesadaran kepada setiap penghuni sekolah akan sifat kejujuran terhadap sesuatu yang bukan menjadi haknya. Penghuni sekolah secara tidak langsung terbiasa untuk melakukan kebaikan dari tempat tersebut. Sehingga hal tersebut dapat menjadi budaya yang mengandung orientasi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam kegiatan sehari-hari. b. Kantin Kejujuran Kantin kejujuran menjadi salah satu sarana untuk melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Hal tersebut tentu berpengaruh dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yakni melatih siswa untuk menanamkan nilai kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hal ini tentunya dapat melatih kesadaran diri untuk bersikap jujur bahwa dirinya selalu di awasi oleh Allah SWT. Kesadaran peserta didik ini terlihat pada aktifitas yang terjadi sehari-hari di kantin. Seperti yang diungkapkan salah seorang siswa : “Kalau di kantin kejujuran itu kita mengambil barang atau makanan sendiri dan bayarnya sesuai harga yang tertera kemudian uangnya kami masukan kedalam kotak uang yang memang sudah disediakan. Kalau ada kembalian, kita
141
kembaliin sendiri, dan kalau uang kembaliannya belum ada, biasanya kita bawa dulu dan dicatat dibuku yang disediakan supaya tidak lupa, setelah uangnya sudah ada kita bayar masukan ke kotak dan kita coret yang tadi dicatat tanda kita sudah membayar.”24 Hal tersebut tentunya dapat sekaligus melatih menanamkan nilai kemandirian di dalam diri siswa untuk mengatur jual beli sesuai dengan sistem yang berlaku. Nilai kejujuran dan kesadaran peserta didik juga sangat di utamakan, dengan tanpa adanya pengawasan diharapkan peserta didik dapat mengedapankan kejujurannya dan sadar akan pengawasan Allah SWT. Dengan demikian, tentunya semua potensi yang ada di sekolah dapat bersinergi bersama dalam mendukung keberhasilan penanaman nilai agama, terutama nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal melalui pembelajaran pendidikan agama Islam. c. Poster Keseriusan SMAN 4 Kota Tegal dalam menerapkan program pendidikan anti korupsi di sekolah terlihat dari disepanjang koridor dan sudut sekolah terpampang slogan dan poster anti korupsi sebagai media pembelajaran dan motivasi siswa dalam membudayakan anti korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh kepala urusan kesiswaan berikut :
24
Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.
142
“Di SMAN 4 Kota Tegal ini juga banyak terpasang posterposter dan slogan-slogan anti korupsi disetiap sudut sekolah. Tujuannya agar siswa dapat membaca dan diingatkan setiap saat oleh kata-kata tersebut untuk menghindari tindak korupsi. karena tindak korupsi kan tidak hanya masalah uang saja mba, tapi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peraturan juga dapat dikatakan sebagai tindak korupsi, meskipun korupsi dalam tataran kegiatan sekolah. Harapannya dengan sloganslogan tersebut dapat memotivasi siswa untuk senantiasa menanamkan budaya anti korupsi tidak hanya di sekolah tetapi juga dikehidupan sehari-hari.”25 Dengan demikian, slogan dan poster tersebut secara tidak langsung dapat memberikan dampak positif dan upaya pencegahan tindak korupsi di sekolah. d. Workshop Pendidikan Anti Korupsi Sebagai salah satu upaya dalam pelaksaan program pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal juga secara aktif mengadakan workshop dan sosialisasi pendidikan anti korupsi di sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tahun 2013 yang diikuti oleh guru, siswa dan karyawan SMA se-Kota Tegal. Tentunya kegiatan tersebut memberikan pengetahuan baru mengenai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah baik berupa kegiatan-kegiatan maupun tentang pembelajaran pendidikan anti korupsi yang harus diintegrasikan pada setiap kegiatan pembelajaran di sekolah.
25
Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015.
143
e. Lomba Kreasi Anti Korupsi Selain workshop anti korupsi yang diadakan untuk mendukung terlaksananya program pendidikan anti korupsi, sebagai
sekolah
satu-satunya
yang
menerapkan
program
pendidikan anti korupsi di kota Tegal, SMAN 4 Tegal juga mengadakan berbagai lomba yang diikuti oleh para pelajar SMA se-Kota Tegal. Beberapa perlombaan yang diadakan diantaranya, lomba majalah dinding dengan tema anti korupsi, puisi anti korupsi dan poster anti korupsi. Beberapa hasil perlombaan di pajang dekat ruang kepala sekolah SMAN 4 Kota Tegal sebagai bentuk penghargaan kepada para pemenang. Dengan diadakan kegiatan tersebut selain bertujuan untuk menanamkan budaya anti korupsi di kota Tegal, harapannya
lomba tersebut dapat menjadi wadah
bentuk penolakan mereka terhadap korupsi.