BAB IV ANALISIS MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA NON REGULER DALAM MENEMPUH PENDIDIKAN S.1 Di STAIN PEKALONGAN
Setelah data terkumpul serta adanya teori yang mendukung, maka langkah selanjutnya adalah analisis tentang data yang mengarah penyelesaian permasalahan yang telah peneliti ajukan pada bab I yakni : Bagaimana motivasi belajar mahasiswa non reguler Prodi PAI Jurusan Tarbiyah angkatan 2011 dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa non reguler Prodi PAI Jurusan Tarbiyah angkatan 2011 dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan. A. Analisis tentang Motivasi Belajar Mahasiswa Non Reguler Prodi PAI Jurusan Tarbiyah Angkatan 2011 dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan. Motivasi sangat diperlukan bagi setiap manusia dalam melakukasn suatu aktivitas termasuk mahasiswa non reguler dalam melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan. Seperti penjelasan motivasi menurut Mc. Donald adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan munculnya tujuan. Motivasi menurut Mc. Donald mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa /”feeling”, afeksi seseorang.
66
67
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.1 Berdasarkan
hasil
penelitian
bahwa
mahasiswa
non
reguler
termotivasi dalam menempuh pendidikan S.1. Mereka memiliki motivasi yang berbeda-beda antara lain mencari ilmu, mencari ijazah, mengisi waktu luang dan dorongan orang tua. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Mc. Donald terkait dengan motivasi atau dorongan karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Adapun teori belajar menurut Gestalt, dapat peneliti simpulkan sebagai suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalamanpengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan jalan mengatur menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya. Begitu juga dengan mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1, mereka menempuhnya dengan suatu proses yang tidak singkat yakni membutuhkan waktu, tenaga, biaya dan fikiran.2 Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal, baik yang bersifat mendukung atau menghambat seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Keberhasilan belajar dapat ditentukan oleh motivasi belajar. Motivasi belajar mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1
Martinis Yamin, Profesionalisas Guru dan Implementasi KTSP,( Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 157-158. 2 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 254
68
1. Mencari Ilmu Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi kita sebagai makhluk Allah. Kita diberikan akal oleh Allah untuk berfikir dan bisa mengembangkan serta mengaplikasikan dalam realita kehidupan. Dalam setiap institusi agama ataupun yang lain, ilmu pengetahuan memberikan kedudukan sangat penting. Dalam Islam ilmu pengetahuan menduduki posisi utama, karena ia adalah sarana yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat.3 Adapun menurut pandangan Imam Burhanul Islam Azzarnuji dalam kitabnya yang berjudul Ta‟limul Muta‟alim bahwa hendaknya seorang pelajar berniat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridlo Allah, sebagai bekal di akhirat, membasmi kebodohan dari dirinya dan orang lain, menghidupkan agama Islam.4 Hal ini sesuai dengan penjelasan Imam Al-Ghazali terkait orang yang mencari ilmu atau belajar itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu: yang pertama, kelompok orang yang mencari ilmu dengan niat untuk bekal akhirat, hanya ingin mendapatkan ridho Allah SWT dan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat. Orang yang mencari ilmu dengan niat yang demikian ini termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Kedua, orang yang mencari ilmu dengan niat kepentingan duniawi, untuk memperoleh kemuliaan, kedudukan dan harta, padahal dia telah menyadari
3
MA, Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqih Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm. 341 Imam Burhanul Islam Azzarnuji, Etika Menuntut Ilmu Terjemah Ta’lim Muta’allim (Surabaya: Al Miftah,), hlm. 23 4
69
dan merasa didalam hati kecilnya akan kejelekan niatnya dan kehinaan maksudnya, maka orang yang demikian ini termasuk golongan orang-orang yang sedang dalam keadaan bahaya. Ketiga, orang yang telah dikuasai oleh syetan, yaitu orang yang mencari ilmu semata-mata untuk kepentingan hawa nafsunya. Dia menjadikan ilmu yang dia peroleh sebagai alat mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, mengejar kebanggaan diri dengan pangkat, dan kedudukan. Dia menggunakan ilmunya itu untuk memenuhi kebutuhan materiya. Meskipun demikian, dia karena tipu daya syetan masih merasa baik, dan mengaku menyerupai para ulama‟.5 Hal ini sesuai dengan motivasi mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1 dengan niat untuk mencari ilmu, dan tergolong kelompok pertama dalam pandangan imam Al Ghozali. Alasan mereka mencari ilmu untuk mengembangkan ilmunya serta bisa mengamalkannya menurut peneliti sangat tepat karena niat mereka sudah baik sesuai dengan syariat Islam. Apalagi mereka sudah mengaplikasikan dalam dunia pendidikan, yang mana dalam dunia pendidikan tersebut membutuhkan kreativitas dan pengembangan ilmu yang up to date. 2. Mencari Ijazah Pendidikan apapun itu bukan hanya dilihat dari selembar ijazah atau nilainya saja akan tetapi ilmu yang diperoleh itu bermanfaat atau tidak bermanfaat. Karena percuma saja dalam menempuh pendidikan dengan niat untuk mencari ijazah, gelar maupun nilai semata, hal itu akan sia-sia. Yang 5
Imam Abu Hamid Al Ghozali, Bidayatul Hidayah Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi, (Surabaya: Al-Hidayah, 1418 H), hlm. 23
70
mana menurut imam Al-Ghozali termasuk golongan yang ketiga yakni orang yang telah dikuasai syetan, adalah orang yang mencari ilmu semata-mata untuk kepentingan hawa nafsunya. Dia menjadikan ilmu yang dia peroleh sebagai alat mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, mengejar kebanggaan diri dengan pangkat, dan kedudukan. Dia menggunakan ilmunya itu untuk memenuhi kebutuhan materiya.6 Demikian itu sama halnya dengan motivasi belajar mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan yang mana mayoritas dari mahasiswa non reguler hanya termotivasi untuk mencari ijazah S.1 sebagai formalitas dan tuntutan dari pekerjaan mereka. Hal ini sesuai dengan pandangan Al-Ghozali yang telah di paparkan diatas, bahwa orang yang mencari ilmu semata-mata untuk kepentingan hawa nafsunya termasuk orang yang dikuasai syetan, karena orang tersebut menjadikan ilmu sebagai alat mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, mengejar kebanggaan diri dengan pangkat, dan kedudukan. Orang yang menggunakan ilmunya itu untuk memenuhi kebutuhan materiya pendidikan. 3. Dorongan Orang Tua Orang tua pasti akan memberikan yang terbaik buat anaknya. Kasih sayang mereka yang tiada batasnya di curahkan untuk anaknya. Sehingga anak wajib berbakti kepada kedua orang tua. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi “ Dan TuhanMu telah memerintahkan suapaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
6
Ibid.,hlm. 24
71
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya pekataan „ah‟ dan janganlah kamu membentak dirimu terhadap mereka berdua dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik akau waktu kecil.” (Al Isro‟: 23).7 Demikian halnya dengan salah satu mahasiswa non reguler terkait dengan motivasi belajar dalam menempuh pendidikan S.1nya, yaitu atas dasar dorongan orang tua di mana orang tua dari mahasiswa non reguler tersebut berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya dengan cara memberikan dorongan penuh agar mahasiswa non reguler tersebut mempunyai keinginan untuk menempuh pendidikan S.1 guna menambah wawasan ilmu pengetahuan serta mewujudkan masa depan yang cerah. 4. Mengisi Waktu Luang Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan atau waktu bebas yang dimiliki oleh seseorang dan di isi sesuai dengan kegiatan yang dikehendakinya.8 Seseorang yang menggunakan waktu secara efesien akan memperoleh banyak keuntungan. Apalagi waktu tersebut digunakan untuk hal yang positif dan
7
Soegarda poerbakawatja, Harahap, Ensikiopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982),, hlm. 265 8 Farmawi,Muhammad, Memanfaatkan Waktu Anak:Bagaimana Caranya?,( Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 20
72
bermanfaat, seperti belajar. Hal ini sesuai dengan motivasi mahasiswa non reguler, yang mana dalam
mengisi waktu luangnya digunakan untuk
menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan. Hampir tidak ada seorang mahasiswa yang mengisi kekosongan waktunya untuk belajar atau melanjutkan pendidikannya. Apalagi zaman sekarang ini banyak kita jumpai seseorang malas belajar atau tidak melanjutkan pendidikannya dengan alasan yang berbeda-beda. Akan tetapi lain halnya dengan salah satu dari mahasiswa non reguler yang termotivasi menempuh pendidikan S.1nya dengan alasan mengisi waktu luang. Dari pada waktu luangnya digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat lebih baik di gunakan untuk kuliah. B. Analisis tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa Non Reguler Prodi PAI Jurusan Tarbiyah Angkatan 2011 dalam Mengikuti Perkuliahan di STAIN Pekalongan. 1. Analisis Faktor-faktor yang mendukung motivasi belajar mahasiswa non reguler. Dalam
menempuh
pendidikan
pasti
ada
faktor-faktor
yang
mendukung motivasi mahasiswa non reguler untuk belajar, baik yang berasal dari diri sendiri (faktor intrinsik) maupun faktor yang berasal dari luar (faktor ekstrinsik) adapun faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor Intrinsik 1) Minat belajar
73
Minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, apalagi dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan seharihari. Minat yang ada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai tujuan. Semakin jelas minat dan tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa.9 Minat belajar merupakan sesuatu yang urgent dalam menentukan hasil belajar. Seseorang yang hasil belajarnya bagus pasti keinginan belajarnya tinggi. Sebaliknya, seseorang yang hasil belajarnya jelek maka minat belajarnya rendah. Tidak adanya minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti paparkan di bab tiga, dapat peneliti analisis bahwa minat belajar mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan masih tergantung dengan adanya tugas-tugas yang diberikan oleh Bapak atau Ibu dosen yang mengajar. Hal ini terbukti dari penuturan salah satu mahasiswa non reguler dengan inisial ”Sf” ketika peneliti wawancari terkait minat belajarnya. 2) Kesehatan Kesehatan merupakan anugerah nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah kepada makhluknya. Kata-kata sehat sangatlah mahal harganya bila dikaitkan dengan sebuah materi. Terkadang kita lupa mensyukuri kondisi kita yang dalam keadaan sehat. Baru setelah kita 9
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta: Kencana, 2010),.,hlm. 262
74
sakit, kita menyadari betapa pentingnya sehat itu. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berusaha menjaga kesehatan kita dengan cara pola makan dan hidup sehat. Faktor kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat dan sakit atau kesehatan tersebut. Kesehatan pada organisme hidup bisa dimengerti sebagai hemeostatis keadaan di mana suatu organisme mengimbangkan badannya, dengan masukan tenaga, massa, dan harapan untuk kelangsungan hidup organisme. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang sejahtera dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah. Menurut Slameto yang dikutip oleh Tohirin bahwa kesehatan dan cacat tubuh juga berpengaruh terhadap belajar siswa. 10 Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kesehatannya terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah, merasa pusing-pusing, kurang bersemangat, ngantuk dan lain-lain. Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan di lapangan
10
Tohirin. op.cit., hlm. 128
75
dapat diambil sebuah analisis, bahwa sebagian besar mahasiswa non reguler ketika mengikuti perkuliahan dalam keadaan tenang akan tetapi terlihat dari kondisi mereka yang lelah atau kurang stamina. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka mempunyai kegiatan padat dari pagi sampai siang di lembaga tempat mereka bekerja, sehingga kondisi mahasiswa non reguler ketika mengikuti perkuliahan terlihat kurang begitu semangat meskipun ada beberapa mahasiswa non reguler juga ketika mengikuti perkuliahan terlihat antusias dalam mendengarkan keterangan dari dosen. 3) Keaktifan mahasiswa non reguler dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar di kelas selalu membutuhkan keaktifan dari para mahasiswa non reguler agar tercipta suasana yang menyenangkan dan meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa non reguler. Pendidikan sekarang ini menuntut kompetensi mahasiswa non reguler baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengembangkan
kompetensi
tersebut,
memerlukan
keaktifan
mahasiswa non reguler dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Keaktifan mahasiswa non reguler dalam proses pembelajaran seharusnya dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahanpermasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak sesuai dengan keadaan mahasiswa non reguler
76
dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena sebagian besar mahasiswa non reguler tidak banyak terlibat dan tidak begitu aktif dalam proses belajar mengajar di kelas seperti tidak adanya feedback dari mahasiswa non reguler ketika berdiskusi, entah mereka merasa sudah menguasai materi yang disampaikan atau belum. b. Faktor Ekstrinsik 1) Dukungan keluarga Keluarga adalah bagian dari kehidupan kita. Tanpa keluarga kehidupan kita tidak sempurna. Kasih sayang orang tua, istri, suami maupun anak-anak merupakan motivator kita dalam beraktivitas. Dukungan dari merekalah yang membuat kita semakin tegar, kuat dan maksimal dalam mengarungi kehidupan ini. Di saat kita ada masalah merekalah yang selalu menghibur kita. Dukungan keluarga penting bagi psikologi seseoang terutama dalam membentuk minat dan motivasi seseorang dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Tanpa dukungan mereka seseorang tidak memiliki semangat untuk melakukan suatu aktivitas. Demikian halnya dengan dukungan keluarga mahasiswa non reguler
dalam menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti paparkan, dapat dianalisis
bahwa
mahasiswa
non
reguler
dalam
menempuh
pendidikan S.1 mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya, karena keluarga mereka menginginkan agar bergerlar sarjana atau S.1
77
sehingga dengan dukungan inilah mereka menempuh pendidikan S.1 di STAIN Pekalongan, hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa non reguler angkatan 2011. 2) Tugas-tugas kuliah Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Siswa yang menyadari akan mendapat tugas dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan memerhatikan penyampaian bahan pelajaran. Mereka berusaha meningkatkan perhatian dengan konsentrasi terhadap penjelasan demi penjelasan yang disampaikan oleh guru atau pendidik.11 Tugas-tugas
kuliah
merupakan
bentuk
motivasi
yang
mendukung mahasiswa non reguler untuk belajar dengan giat. Mahasiswa non regular bersemangat belajar jika ada tugas dari dosen maupun ada ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Jadi, dapat peneliti analisis bahwa motivasi belajar mahasiswa non reguler dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan cukup giat atau rajin, karena mereka belajar kalau hanya ada tugas dari dosen. 3) Ketepatan datang di kelas Masuk kelas tepat waktu adalah suatu sikap mental yang banyak mendatangkan keuntungan. Setiap pelajar yang terikat oleh suatu peraturan sekolah, yang salah satunya adalah setiap pelajar 11
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.149
78
harus turun ke sekolah dan masuk kelas tepat waktu tidak bisa dilalaikan. Ini adalah kewajiban yang mutlak harus ditaati oleh semua pelajar.12 Ketepatan mahasiswa untuk datang di kelas dan segera mengikuti kegiatan belajar merupakan salah satu bentuk kedisiplinan mahasiswa yang senantiasa harus dipatuhi oleh setiap mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaian besar mahasiswa non reguler di STAIN Pekalongan datang ke kampus tepat waktu, terbukti ketika dosen yang mengajar belum hadir mahasiswa non reguler sudah siap menunggu kedatangan dosen tersebut. Meskipun terkadang masih ada dari beberapa mahasiswa non reguler yang terlambat masuk kelas. Melihat keadaan mahasiswa non reguler dalam hal ketepatan datang ke kampus, dapat peneliti analisis bahwa motivasi kedisiplinan mereka dalam ketepatan datang ke kampus sudah terealisasi dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. 2. Analisis Faktor-faktor yang menghambat motivasi belajar mahasiswa non reguler. a. Faktor Intrinsik 1) Kejenuhan dalam belajar Setiap manusia pasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan terjadi di sela-sela masa giat yang dialami. Hal ini serupa dengan 12
97
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.
79
mesin kendaraan yang terus dipacu, lama kelamaan mesin itu menjadi panas dan perlu didinginkan untuk sementara sampai temperaturnya normal kembali. Begitu bersemangat sehingga kita melupakan banyak hal. Namun, masa-masa giat itu tidak bertahan lama. Sesudah itu muncul masa malas, lesu dan jenuh. Inilah masa ketika ketekunan kita sampai dititik jenuh. Saat itu ketekunan ada di garis ambang batas, ia tidak mungkin dinaikan lebih tinggi. Setelah beberapa lama masa jenuh ini berjalan, tak lama kemudian muncul kembali kegairahan untuk menekuni kesibukan seperti semula. Demikian seterusnya, rasa giat dan jenuh, silih berganti datang satu pihak menyusul yang lainnya. Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy bahwa kejenuhan adalah tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik jenuh.13 Siapapun yang merasa jenuh, ia akan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari tekanan itu. Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar.14 Sedangkan pengertian kejenuhan belajar menurut Robert adalah rentang waktu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.15 Jadi maksud kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental 13
Abu Abdirrahman Al Qawiy, Mengatasi Kejenuhan,Cet.1, (Jakarta: Khalifa, 2004), hlm. 1 Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, Cet. 4, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 62 15 Muhibbin Syah, Psikolog Belajar, Cet. 2, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 161 14
80
seseorang dalam rentang waktu tertentu malas, lelah, bosan, tidak bersemangat, tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa non reguler, mereka mengalami kejenuhan dalam belajar, ketika dalam proses belajar mengajar di kelas dilakukan secara monoton dan tidak menarik, adanya pemaksaan frekuensi belajar dan faktor kelelahan karena aktivitas mereka yang padat, ada yang sudah mengajar bahkan sudah berkeluarga. Sehingga mereka kehilangan motivasi dalam belajar dan merasakan kejenuhan saat belajar. 2) Kesulitan membagi waktu antara tugas kuliah dan tugas dari tempat bekerja Dalam realitas kehidupan sehari-hari tampak dengan jelas bahwa setiap mahasiswa non reguler memiliki perbedaan dalam banyak hal, seperti kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan kesibukkan mahasiswa non reguler di luar perkulihan atau kesibukkan mereka di sekolah. Hal tersebut berlaku bagi mahasiswa non reguler dalam menempuh pendidikan S.1, karena mayoritas dari mereka sudah mempunyai aktivitas di suatu lembaga pendidikan dan sudah berkeluarga, sehingga dalam membagai waktu mereka merasa kesulitan. Dan mereka harus mengorbankan salah satunya antara ikut perkuliahan dengan mengikuti workshop di lembaga tempat mereka bekerja .
81
b. Faktor Ekstrinsik 1) Keadaan cuaca Belajar juga dipengaruhi oleh cuaca yang tidak mendukung, seperti waktu hujan. Cuaca seperti ini sangat menghambat mahasiswa non reguler untuk datang ke kampus dalam menempuh pendidikan S.1. Pada waktu hujan mahasiswa non reguler banyak yang tidak masuk kuliah. Dikarenakan lokasi tempat tinggal mereka jauh dari lokasi kampus dan di tambah dengan medan perjalanan terkadang mengalami kemacetan. Selain mahasiswa non reguler, dosenpun juga terkadang tidak datang, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berjalan atau bisa dikatakan libur dan diganti dengan hari yang lain kalau dosennya yang meminta.