BAB III UPAYA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN DALAM MENGATASI PROBLEMATIKA BACA TULIS AL-QUR’AN PADA MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Gambaran Umum 1. STAIN Pekalongan a. Visi, Misi dan Tujuan STAIN Pekalongan. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan merupakan lembaga pendidikan tinggi yang berasal dari pengembangan
Fakultas
Syariah
IAIN
Walisongo
di
Pekalongan.1 Dalam upaya memberikan arah, motivasi dan kekuatan gerak langkah segenap civitas akademika, STAIN Pekalongan memiliki visi,
misi dan tujuan sebagaimana
layaknya sebuah lembaga pendidikan. Adapun visi STAIN Pekalongan saat ini adalah sebagai pelopor perguruan tinggi agama Islam berbasis riset menuju kampus rahmatan lil 'alamin. Misi STAIN Pekalongan adalah sebagai berikut 1) Menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis riset untuk mewujudkan perubahan sosial yang berkeadilan. 1
STAIN Pekalongan Press, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan (Pekalongan, 2011), hlm. 1
37
38
2) Menyelenggarakan
penelitian,
pengembangan
ilmu,
teknologi, seni dan budaya untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, berkualitas dan bermartabat. 3) Berperan
aktif
dalam
penguatan
dan
pemberdayaan
masyarakat. STAIN Pekalongan sebagai lembaga perguruan tinggi negeri memiliki beberapa tujuan, antara lain: 1) Terimplementasinya budaya riset dalam seluruh program akademik dan non akademik. 2) Pengembangan ma'had sebagai bagian integral dalam pengembangan Perguruan Tinggi berbasis riset. 3) Meningkatnya kompetensi bahasa asing melalui program bilingual (Bahasa Ingris dan Arab). 4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia 5) Meningkatnya peran sosial dan keagamaan Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 6) Meningkatnya
sistem
manajemen
berbasis
Teknologi
Informasi. 7) Meningkatnya pengakuan dan reputasi Perguruan Tinggi pada level Internasional secara bertahap. 8) Berkembangnya kelembagaaan Perguruan Tinggi.
39
9) Meningkatnya sumber-sumber pendanaan Perguruan Tinggi.2 b. Struktur Organisasi STAIN Pekalongan Pada tahun 2015 ini STAIN Pekalongan mengalami pergantian jabatan. Susunan pejabat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan pada periode 2015-2019 seperti berikut. SUSUNAN PEJABAT SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN PERIODE 2015-2019 1) Ketua Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag. 2) Wakil Ketua Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Drs. Moh. Muslih, Ph.D. 3) Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan H. Zaenal Mustakim, M.Ag. 4) Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Drs. H.Muslih Husein, M.Ag. 5) Direktur Pascasarjana Dr. H. Muhlisin, M.Ag. 6) Asisten Direktur Pascasarjana 2
http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/visi-misi-dan-tujuan.html diakses 1 Oktober 2015 pukul 10.07 WIB
40
Dr. H. Imam Khanafi al-Jauhari, M.Ag. 7) Ketua Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam Drs. H. A. Tubagus Surur, M.Ag. 8) Sekretaris Jurusan Syari,ah dan Ekonomi Islam Agus Fakhrina, M.S.I. 9) Ketua Jurusan Tarbiyah Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag. 10) Sekretaris Jurusan Tarbiyah Dr. Sopiah, M.Ag. 11) Ketua Jurusan Ushuluddin dan Dakwah Amat Zuhri, M.Ag. 12) Sekretaris Jurusan Ushuluddin dan Dakwah Hasan Su’aidi, M.S.I. 13) Kepala Pusat Penjaminan Mutu Dr. H. Makrum Kholil, M.Ag. 14) Sekretaris Pusat Penjaminan Mutu Nailim, M.Si. 15) Kepala Perpustakaan Dr. Shinta Dewi Rismawati, S.H., M.H. 16) Kepala Pengembangan Bahasa Abdul Aziz, M.Ag. 17) Kepala
Pusat
Masyarakat
Penelitian
dan
Pengabdian
Kepada
41
Maghfur, M.Ag. 18) Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Musoffa Basyir, M.A. 19) Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data Ali Amin Isfandiar, M.Ag. 20) Kepala Bagian Administrasi Umum Akademik dan Keuangan Irham Baihaqi Thoha, S.E., M.M. 21) Kasubbag Administrasi Umum Ferida Rahmawati, S.E., M.Si. 22) Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Muhtar Ali Ahmadi, S.Ag. 23) Kasubbag Perencanaan, Keuangan , dan Akuntansi Ida Isnawati, S.E., M.S.I.3 2. Program BTQ di STAIN Pekalongan Program BTQ atau kelas matrikulasi BTQ diperuntukkan bagi mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus/remidi pada saat tes BTQ ujian masuk STAIN Pekalongan. Bagi mahasiswa baru yang tidak lulus tes/remidi maka akan
masuk dalam kelas matrikulasi BTQ pada
semester I. Jika pada semester I belum dinyatakan lulus, maka
3
http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/susunan-pejabat-stain.html diakses 1 oktober 2015 pukul 10.02 WIB
42
mahasiswa yang bersangkutan wajib mengulang pada semester II begitu seterusnya.4 Pelaksanaan program BTQ di STAIN Pekalongan berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Drs. Moh. Muslih, Ph.D yang dibantu oleh Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Muhtar Ali Ahmadi, S.Ag. Program BTQ ini bukan menjadi urusan jurusan,5 sehingga dalam pelaksanaan Program BTQ di tiap kelas antar mahasiswa Jurusan Tarbiyah dengan Jurusan Syariah ataupun Jurusan Ushuluddin tergabung menjadi satu. Beberapa dosen BTQ yang diwawancarai mengaku bahwa menganggap mahasiswa yang diremidi adalah sama. Dosen BTQ tidak mengenal jelas mana mahasiswa Jurusan Tarbiyah dan mana mahasiswa bukan Jurusan Tarbiyah sehingga dalam hal ini penulis merasa kesulitan menganalisa problematika baca tulis Al-Qur’an yang dihadapi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, dalam melakukan penelitian kali ini penulis memfokuskan kepada upaya STAIN Pekalongan pada tahun akademik 2015/2016. Adapun mengenai informasi tentang bentuk-bentuk problematika baca tulis AlQur’an yang dihadapi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, penulis dapatkan dari wawancara dengan
4
Fatkhurrohman, Staf Akademik STAIN Pekalongan, Wawancara Dadakan, Gedung Rektorat Lt. I bagian Akademik, 15 September 2015 5 Sugeng Sholehuddin, Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan, Wawancara singkat, Ruang Ketua Jurusan Tarbiyah, 3 September 2015
43
dosen-dosen BTQ yang mengetahui kemampuan mahasiswa secara keseluruhan termasuk di dalamnya adalah mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. a. Kegiatan Perkuliahan BTQ BTQ adalah matakuliah yang memiliki bobot mengajar 2 SKS setara dengan minimal 100 menit setiap pertemuan tatap muka dengan jumlah pertemuan pekuliahan selama satu semester sebanyak 12 kali tatap muka dan 2 kali pertemuan untuk kegiatan UTS dan UAS.6 Rincian kegiatannya adalah seperti pada tabel berikut: Tatap Kompetensi dasar muka I
Membedakan
masing-masing
huruf
hijaiyah
dan
pembelajaran makharijul huruf. II
Mengenal dan memahami hukum nun sukun/tanwin dan mim sukun.
III
Mengenal dan memahami macam-macam bacaan qalqalah dan lam ta’rif.
IV
Mengenal dan memahami bacaan tafkhim dan tarqiq serta bacaan idgham.
V
6
Mengenal dan memahami ahkamul mad
Surat Kebijakan Perkuliiahan Baca Tulis Al-Qur’an STAIN Pekalongan Ganjil Tahun Akademik 2015/2016
Semester
44
VI
Mengenal dan memahami tanda waqaf dan tanda washal.
VII
UTS
VIII
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
IX
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
X
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
XI
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
XII
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
XIII
Mengenal dan memahami bacaan ghorib/musykilat
XIV
UAS
Dari matakuliah BTQ ini diharapkan mahasiswa mampu membaca Al-Qur’an secara tartil sesuai kaidah ilmu tajwid, mampu memahami hukum bacaan Al-Qur’an dengan baik dan benar, dan mampu menulis ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar. Adapun mengenai metode pembelajaran yang digunakan adalah klasikal, individual, dan latihan. Sedangkan untuk sumber belajar dikelompokkan menjadi buku pegangan wajib dan buku pegangan penunjang. Buku wajib meliputi Al-Qur’an, Kitab Hidayatu Ash-Shibyan, Kitab Qiroati Gharibul Qur’an karya KH. Dachlan Salim Zarkasyi, dan buku Panduan BTQ STAIN
45
Pekalongan.7 Lain halnya dengan buku pegangan penunjang yagng tidak ditetapkan, akan tetapi diserahkan kepada dosen kelas BTQ masing-masing. b. Dosen BTQ Dosen-dosen yang mengajar BTQ untuk semester ganjil tahun akademik 2015/2016 berjumlah 15 orang, antara lain: 1) M. Ainu Rifqi Dina, S.Pd.I. 2) H. Abdul Ghoni, S.Ag. 3) Lailatul Badriyah, S.Pd.I. 4) Nur Hidayah, S.Pd.I. 5) Husni Mubarok, S.pd.I. 6) Arifatun Mutmainnah, S.Pd.I. 7) Nur Azizah, S.Pd.I. 8) Nurji, S.H.I. 9) Ulfa Mazidah, S.Pd.I. 10) M. Syarifuddin, S.Pd.I 11) Bambang Triyono, S. Pd.I. 12) Abdul Azim, S.Pd.I. 13) Irfandi, S.H.I. 14) Umi Salamah, S.Pd.I. 15) Slamet Thohirin, S.Pd.I.8
7
Silabus Matrikulasi BTQ STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2015/2016 Dokumentasi Jadwal Perkuliahan Matrikulasi BTQ Semester Ganjil Tahun Akademik 2015/2016 8
46
Dari ke-lima belas dosen tersebut, berdasarkan observasi penulis saat mengikuti rapat kordinasi antar dosen BTQ STAIN Pekalongan sekitar jam 15.30 WIB pada Jumat, 11 September 2015 diputuskan Bapak M. Ainu Rifqi Dina sebagai koordinator dosen BTQ STAIN Pekalongan.9 Hal ini merupakan permintaan pihak STAIN Pekalongan agar lebih mudah berkomunikasi dengan para dosen BTQ. Diakui oleh Bapak Fathurrohman selaku staf bagian akademik yang menangani BTQ bahwa koordinasi antara dosen BTQ dengan STAIN memang kurang sering.10 c. Jumlah Mahasiswa Jumlah mahasiswa STAIN Pekalongan yang mengikuti kelas matrikulasi BTQ pada semester ganjil tahun akademik 2015/2016 jumlahnya ada sekitar 567 mahasiswa. Data
yang diperoleh
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 tercatat dari 1.003 mahasiswa yang mengikuti tes BTQ pada bulan Agustus 2015, ada 436 dinyatakan lulus dan 567 remidi, dengan klasifikasi sebagai berikut:
No
9
Nama
Jumlah Mahasiswa Jumlah Mahasiswa
Prodi
Lulus
Remidi
1
HKI
30
19
2
PS D3
13
108
Observasi pada Rapat Koordinasi Antar Dosen BTQ di Gedung Rektorat Lt. II, 11 September 2015 10 Fatkhurrohman, Staf Akademik STAIN Pekalongan, Wawancara Dadakan, ruang tunggu Kantor Wakil Ketua I, 17 September 2015
47
3
AS
84
128
4
HES
20
45
5
PAI
104
85
6
PBA
41
17
7
PGMI
60
76
8
PGRA
10
23
9
IQT
13
3
10
AT
4
3
11
IH
8
2
12
BKI
38
47
13
KPI
11
11
436
56711
Jumlah
Tiap kelas diisi oleh 25 mahasiswa.12 Akan tetapi, setelah dilakukan observasi ke beberapa kelas, jumlah mahasiswa yang ada tidak sesuai dengan jumlah yang disebutkan. Ada beberapa kelas diisi oleh lebih dari 25 mahasiswa bahkan ada juga yang kurang dari itu. Seperti yang penulis amati saat pembelajaran BTQ di ruang C6, ada 9 mahasiswa yang masuk saat itu.13 Bertolak belakang dengan apa yang terlihat di ruang yang sama dengan kelas yang berbeda, ada lebih dari 30 mahasiswa yang mengikuti 11
Dokumentasi daftar nilai placement test BTQ STAIN Pekalongan Agustus 2015 Moh. Muslih, Wakil Ketua I STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang Kantor Wakil Ketua I Gedung Rektorat Lt. II, 11 September 2015 13 Observasi kegiatan pembelajaran BTQ di ruang C6 pada 13 Oktober 2015 12
48
pembelajaran BTQ.14 Informasi yang didapat dari salah seorang dosen BTQ yakni Ibu Arifatun Mutmainnah adalah bahwa hal ini terjadi karena jadwal BTQ sering bentrok dengan jadwal matakuliah lain. Jadi karena itu juga mahasiswa sering pindah kelas sehingga jumlah mahasiswa yan hadir tidak tentu.15 B. Upaya STAIN Pekalongan dalam Mengatasi Problematika Baca Tulis
Al-Qur’an pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Program BTQ atau kelas Matrikulasi BTQ merupakan suatu bentuk upaya STAIN Pekalongan dalam mengatasi problematika baca tulis AlQur’an.
16
Akan tetapi, sehubungan dengan periode yang baru ini, pada
tahun akademik 2015/2016 Waket I Bapak Moh. Muslih telah menyusun langkah-langkah strategis sebagai inovasi agar upaya
terebut berjalan
lebih efektif. Adapun langkah-langkah strategis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyusun kebijakan Langkah yag pertama kali dilakukan oleh pihak STAIN Pekalongan adalah mengeluarkan kebijakan tentang perkuliahan BTQ semester ganjil tahun akademik 2015/2016. Adapun mengenai isi dari kebijakan yang dikeluarkan itu berisi 9 butir kebijakan yakni:
14
Observasi kegiatan pembelajaran BTQ di ruang C6 pada 10 Oktober 2015 Arifatun Mutmainnah,Dosen BTQ STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang C6, 13 Oktober 2015 16 Moh. Muslih, Wakil Ketua I STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang Kantor Wakil Ketua I Gedung Rektorat Lt. II, 21 September 2015 15
49
a.
Jumlah pertemuan perkuliahan selama 1 semester sebanyak 12x tatap muka dan 2x pertemuan untuk kegiatan UTS dan UAS.
b.
Bobot mengajar BTQ 2 SKS setara dengan minimal 100 menit setiap pertemuan tatap muka.
c.
Dosen membuat silabus dan SAP.
d.
Dosen mengisi jurnal pembelajaran BTQ setiap selesai mengajar.
e.
Dosen mengisi jurnal kehadiran mengajar di ruang AKMA setelah selesai mengajar.
f.
Mahasiswa memiliki buku wajib perkuliahan BTQ yakni AlQur’an, buku tata cara membaca dan menulis Al-Qur’an, buku bacaan Ghorib, dan buku catatan perkembangan diri tentang BTQ.
g.
Dosen mengisi buku catatan perkembangan membaca dan menulis Al-Qur’an setiap mahasiswa yang telah disediakan bidang akademik.
h.
Mendorong mahasiswa untuk belajar membaca dan menulis AlQur’an di luar kelas bersama ustadz/ustadzah di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
i.
Dosen melakukan monitoring pembelajaran BTQ di buku catatan perkembangan BTQ yang dimiliki mahasiswa (Portofolio BTQ mahasiswa).17
17
Surat Kebijakan Perkuliiahan Baca Tulis Al-Qur’an STAIN Pekalongan Semester Ganjil Tahun Akademik 2015/2016
50
2. Menerbitkan buku perkembangan BTQ Pada periode yang baru ini, sebagai inovasi dalam upaya mengatasi problematika baca tulis Al-Qur’an, beliau menerbitkan sebuah buku perkembangan BTQ yang diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa. Semua dosen BTQ dan mahasiswa yang masuk kelas matrikulasi BTQ harus memiliki buku ini. Di dalam buku perkembangan pembelajaran BTQ ini berisi lembaran-lembaran hasil evaluasi kemampuan membaca dan menulis mahasiswa. Tiap satu halaman untuk satu mahasiswa. Pada lembar bagian atas yang tersedia diisikan nama mahasiswa, NIM dan kelas. Selanjutnya, terdapat kolom penilaian yang meliputi: penilaian tajwid, tartil, makharijul huruf, dan penilaian menulis. Sistem penilaian menggunakan SB untuk kategori Sangat Baik, B untuk kategori Baik, C untuk kategori Cukup, dan D untuk kategori Kurang.18 Berikut pernyataan langsung Bapak Moh. Muslih. “Per April ini sedang pemetaan dosen. Siapa saja dosennya? Ada
berapa kompetensiya seperti apa? Untuk tndak lanjut dari buku ini, para dosen BTQ sudah dikumpukan tiga kali, diajak refleksi. Buku yang digunakan apa? masalah apa? dan solusinya bagaimana? BTQ sangat penting. Upaya apa sehingga mahasiswa memiliki kompetensi-kompetensi BTQ. BTQ harusya sudah selesai di tingkat SLTA, tapi kenyataannya dari 1800 anak yang dites, dieksplor kemampuannya, ada 900 berapa tidak standar, bacanya gak standar, karena gak standar maka dia harus mengikuti BTQ”. Ungkap beliau lagi,
18
Dokumentasi Buku Perkembangan Pembelajaran BTQ Semester ganjil Tahun Akademik 2015/2016
51
“Kami memang belum bisa berbuat banyak tapi komitmen kami untuk melakukan perubahan ada, makanya kami ketemu dosen terus, makanya dengan adanya buku ini kami ingin mengkontrol detail apa-apa yang dimiliki dosen. Mahasiswa juga harus punya buku itu. Saya membaca Al-Qur’an dengan siapa di rumah? surat apa? Makanya saya buat kebijakan untuk para mahaiswa. mahasiswa harus punya guru di lingkungannya masing-masing. Karena gak mungkin mahasiswa bisa pandai hanya ketemu 12 kali. Pokoknya harapan kami dosen harus bisa kontrol mahasiswa, “punya guru tidak?” kalau tidak, didorong agar punya guru di lingkungan masnig-masing., dan kegiatannya seperti apa?”19 Untuk mengetahui cara penggunaan buku baru ini oleh para dosen dan mahasiswa, maka penulis juga telah melakukan observasi sekaligus
mengadakan
wawancara
ke
beberapa
kelas
BTQ.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa penggunaaan buku ini
oleh dosen BTQ belum optimal. Pasalnya,
belum semua dosen menggunakan buku ini dalam kegiatan belajar mengajar
di
kelas.
mahasiswa
pun
belum
memiliki
buku
perkembangan diri seperti yang diharapka Bapak Moh. Muslih. Diketahui dari hasil observasi saat kegiatan belajar mengajar, dosen tidak menggunakan buku itu sebagai bahan untuk mengevaluasi saat mahasiswa diminta untu membaca.20 Konfirmasi yang didapatkan dari beliau adalah buku itu tidak dibawa, untuk evaluasi nanti saya salin di rumah. Atas unsur ketidaksengajaan juga, penulis mengetahui saat meminjam buku evaluasi kepada salah satu dosen yang lain,
19 20
Moh.Muslih, loc.cit. Observasi kegiatan pembelajaran BTQ di ruang A3 pada 16 Oktober 2015
52
didapati oleh penulis bahwa buku ini masih kosong, belum ada catatan terkait perkembangan BTQ mahasiswa yang ditulis.21 Dari pengalaman yang terjadi, penulis menyimpulkan para dosen BTQ belum terlalu siap untuk mengubah cara lama ke cara yang baru. Beberapa dosen masih menggunakan cara lama dengan menggunakan catatan-catatan pribadi yang mereka punyai. Bahwa benar apa yang dikatakan Bapak Wakil Ketua I bahwa ini masih awal, jadi kami akan terus mengawal.22 3. Dosen Membuat Silabus dan SAP Diterangkan oleh Waket I bahwa dosen harus memiliki silabus dan SAP. Adanya Silabus dan SAP diadakan agar pembelajaran terkontrol. “Sekarang dosen ada silabus dan SAP. Dulu belum pernah ada. Dulu gak terkontrol.” ,23 jelas beliau. Dari pernyataan tesebut jelas diketahui bahwa Silabus dan SAP merupakan suatu inovasi yang akan diterapkan. 4. Mendorong mahasiswa memiliki guru ngaji di rumah Dari 9 poin kebijakan yang telah dikeluarkan, bapak Moh. Muslih sangat menekankan agar mahasiswa yang mengikuti kelas matrikulasi BTQ memiliki guru ngaji di rumah. Beliau menyadari waktu 12 kali pertemuan tidak akan mungkin dapat memberikan hasil yang
21
Observasi kegiatan pembelajaran BTQ di ruang A2 pada 16 Oktober 2015 Moh. Muslih, Wakil Ketua I STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang Kantor Wakil Ketua I Gedung Rektorat Lt. II, 21 September 2015 23 Moh.Musih, Loc. Cit,. 22
53
memuaskan terhadap peningkatan kemampuan BTQ mahasiswa jika tidak didukung dari lingkungan mahasiswa masing-masing. Hasil wawancara dengan Bapak Moh. Muslih, “Mahasiswa harus punya guru ngaji di rumah dan dosen harus mendorong mahasiswa agar mau mengaji di lingkungan rumahnya, mahasiswa harus punya. Makanya saya buat kebijakan untuk para mahasiswa. Mahasiswa harus punya guru di lingkungannya masingmasing. Karena gak mungkin mahasiswa bisa pandai hanya ketemu 2 sks 12 kali. Pokoknya harapa kami dosen harus bisa kontrol mahasiswa, “punya guru tidak?” kalau tidak, didorong agar punya guru di lingkungan masing-masing. Dan kegiatannya seperti apa? Karena saya sadar 12 kali pertemuan itu tidak bisa menghantarkan mahasiswa, itupun kalau masuk 100%, kalau tidak? Saya sadar itu”24 C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pelaksanaan Upaya STAIN Pekalongan dalam Mengatasi Problematika Baca Tulis AlQur’an Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam 1. Faktor penghambat Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa dosen BTQ dan Staf akademik yang menangani BTQ didapatkan informasi bahwa kendala-kendala atau penghambat-penghambat pelaksanaan program BTQ sebagai upaya STAIN Pekalongan dalam mengatasi problematika baca tulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut: a. Tidak adanya penetapan tempat atau ruang kelas yang jelas untuk kelas matrikulasi BTQ. Diakui oleh salah seorang dosen BTQ Ibu Arifatun Mutmainnah bahwa kendala utama yakni tentang ruang. 24
Moh. Muslih, loc.cit.
54
Karena BTQ tidak ditetapkan ruangnya, akhirnya susah. Sudah membuat janji dengan mahasiswa, semua sanggup, namun ketika dilihat, ternyata ruangannya dipakai. Kita memang harus bersabar untuk mendapatkan kelas yang kosong.25 Diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Ainu Rifqi Dina yang mengungkapkan bahwa para dosen sering bersusah payah mencari ruang kelas yang tepat.26 Dalam hal ini pihak STAIN Pekalongan
yang
diwakili
oleh
Bapak
Fatkhurrahman
mengatakan bahwa untuk kelas BTQ memang belum ada penetapan ruang. Akan tetapi, dari pihak STAIN telah memberikan alternatif di beberapa tempat, yakni lab. Micro Teaching kampus I, Ruang sidang Ushuluddin lantai 2, musholla kampus I dan musholla pasca sarjana di kampus II.27 b. Kurangnya koordinasi antara Pihak STAIN Pekalongan dan dosen BTQ. Hasil wawancara dengan Bapak Fathurrohman selaku staf bagian akademik yang menangani BTQ bahwa koordinasi antara dosen BTQ dengan STAIN memang kurang sering.28
25
26
Arifatun Mutmainnah, loc.cit.
Ainu Rifqi Dina, Dosen BTQ STAN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang A2, 1 Oktober 2015 27 Fatkhurrohman, Staf Akademik STAIN Pekalongan, Wawancara Singkat, Gedung Rektorat Lt. I bagian Akademik, 13 Oktober 2015 28 Fatkhurrohman, Staf Akademik STAIN Pekalongan, Wawancara Dadakan, ruang tunggu Kantor Wakil Ketua I, 17 September 2015
55
Akhirnya, jadwal dan penetapan ruang kelas dan pelayanan BTQ belum optimal. 2. Faktor pendukung Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa dosen BTQ STAIN
dan
mahasiswa
Jurusan
Tarbiyah
Program
Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan BTQ adalah sebagai berikut: a. Kesungguhan Mahasiswa dalam pembelajaran BTQ Beberapa dari mahasiswa yang telah mengikuti kelas matrikulasi
BTQ
pada
semester
satu
mengulang
pembelajarannya lagi pada semester dua. Hal ini disebabkan mahasiswa yang bersangkutan belum dinyatakan lulus ujian BTQ pada semester satu. Mahasiswa sering absen saat pembelajaran, belum ada kesungguhan dalam belajar BTQ. Petikan hasil wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni selaku dosen BTQ mngungkapkan bahwa Kalau dideteksi, lisan mereka memiliki kemampuan membaca dengan baik, asal mau sungguh-sungguh.29 NA sebagai mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pedidikan Agama Islam mengaku bahwa ktelatenan sangat penting, mahasiswa harus bisa telaten dan bersungguh-sungguh dalam belajar, karena sulit si, panjang 29
Abdul Ghoni, Dosen BTQ STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Ruang Sidang Ushuluddin Lt. II, 15 September 2015
56
pendek huruf nya harus juga diperhatikan.30 SM juga mengungkapkan bahwa dirinya sangat lemah dalam menulis ayat Al-Qur’an. Ungkap SM saat wawancara, “saya itu kalau disuruh nulis tanpa melihat susah, mbak. Maklum saya dulu sekolahnya Negeri, SD neger, MTs, kemudian SMA. TPQ aja gak sampai lulus, jadi kalau imla’susah. Memang butuh sabar dan latihan sungguh-sungguh, mbak”.31 Dari penjelasan di atas diketahui bahwa kesungguhan mahasiswa dalam belajar BTQ adalah sangat penting, sangat dibutuhkan demi upaya pelaksanaan pogram BTQ yang dijalankan berjalan lancar. b. Dedikasi tinggi dosen BTQ Dosen BTQ yang berjumlah 15 orang itu telah tercatat sebagai dosen BTQ STAIN Pekalongan sejak tahun 2007 yakni sejak program BTQ mulai dijalankan. Lamanya mengajar adalah bukti keseriusan para dosen BTQ dalam mengarahkan dan membimbing mahasiswa agar berkemampuan baik. Dedikasi tinggi yang ditunjukkan oleh dosen-dosen BTQ tidak terbatas pada itu saja. Kerelaan mereka mencari ruang kelas untuk tempat pembelajaran yang bukan sekali atau dua kali dilakukan, menuggu hadirnya mahasiswa di kelas yang kosong
30
NA, Mahasiswa Jurusan Tarbyah Prodi PAI STAIN Pekalongan, wawancara Pribadi, Depan tempat Parkir Kampus II, 2 November 2015 31 SM, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi PAI STAIN Pekalongan, Wawancara Pribadi, Rumah SM, 2 November 2015.
57
hingga seperempat jam ditunggu satu mahasiswa baru hadir,32 semua itu adalah bukti dedikasi dosen BTQ yang tinggi terhadap mata kuliah BTQ.
32
Observasi di depan ruang A2 pada 2 Oktober 2015.