BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA
A. TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 1.
Kondisi Fisik dan Administratif Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis terletak pada 7o15 – 8o15 Lintang Selatan dan garis 110o5 – 110o4 Bujur Timur. Dengan ketinggian rata-rata 114 meter di atas permukaan laut. Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai sekitar 3.185,80 km2 yang terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT.
Gambar 3.1 Peta Yogyakarta Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Yogyakarta, 2014
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur
: Kabupaten Gunung kidul dan Wonosari
Sebelah Barat
: Kabupaten Kulon progo dan Wates
Sebelah Utara
: Kabupaten Sleman
Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul dan Samudera Hindia
62
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah, dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan kurang lebih 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas, yaitu sungai Gajah Wong, sungai Code, dan sungai Winongo.
2.
Kondisi Klimatologi Kondisi klimatlogis berkaitan erat dengan letak geografis suatu daerah. Faktor klimatologis ini juga berpengaruh langsung terhadap perwujudan fisik bangunan. Kondisi klimatologis meliputi: a.
Temperatur dan Kelembapan Udara Kondisi udara di wilayah Kota Yogyakarta cenderung panas dan memiliki kelembapan udara tinggi. Hal ini dikarenakan letak geografis yang secara umum tidak jauh dari perairan laut dan merupakan bagian dari Negara kepulauan. Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada tanggal 17 November 2011, diinformasikan bahwa suhu udara berkisar antara 23-34oC dan memiliki kelembapan udara antara 70 – 98%.
b.
Arah dan Kecepatan Angin Dilihat dari letak geografisnya, secara umum Kota Yogyakarta dilewati oleh angin muson yang bertiup dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata 15 knot. Hal ini karena Kota Yogyakarta merupakan bagian dari Pulau Jawa dan berada di sisi selatan Kepulauan Indonesia.
3.
Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun 1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai pada akhir Juni 2000 tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 15.197/km². Angka harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta menurut jenis kelamin, lakilaki usia 72,25 tahun dan perempuan usia 76,31 tahun. 63
4. Arah Pengembangan Kota Yogyakarta a.
Arah Pengembangan Kota Yogyakarta Arahan
pengembangan
sistem
perkotaan
dalam
sistem
pelayanan Wilayah direncanakan sebagai berikut: 1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN): Kawasan Perkotaan Yogyakarta (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta), meliputi Kota Yogyakarta, Kecamatan Depok, sebagian Kecamatan Ngaglik, sebagian Kecamatan Mlati, sebagian Kecamatan Godean, sebagian Kecamatan Gamping, sebagian Kecamatan Ngemplak, sebagian Kecamatan Kasihan, sebagian Kecamatan Sewon, sebagian Kecamatan Banguntapan; 2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): Kawasan Perkotaan Sleman, Bantul; 3) Pusat Kegiatan Wilayah Promosi: Kawasan Perkotaan Wates dan Wonosari; 4) Pusat Kegiatan Lokal (PKL): Kawasan Perkotaan Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, Panjatan, Lendah, Pajangan, Pandak, Bambanglipuro, Sanden, Pundong, Jetis, Pleret, Seyegan, Turi, Cangkringan, Patuk, Dlingo, Panggang, Paliyan, Ngawen, Tepus,
Ponjong,
Mlati,
Ngaglik,
Prambanan,
Piyungan,
Srandakan, Godean. b.
Strategi Pengembangan Wilayah Pola ruang wilayah Provinsi DIY berupa lahan budidaya pertanian lahan basah dan budidaya non-pertanian (termasuk fungsi perkotaan) yang terkonsentrasi pada kawasan tengah DIY. Perkotaan utama juga terletak di bagian tengah DIY, yaitu kota madya Yogyakarta dan sekitarnya. Kota-kota di Provinsi DIY sangat dipengaruhi kota Yogyakarta dan sekitarnya. Pola urban pemekaran kota secara konsentrik dari kota Yogyakarta menjadi fenomena tunggal pengembangan perkotaan di Provinsi DIY. Menurut agenda
64
pembangunan Provinsi DIY, sasaran strategis jangka menengah pengembangan tata ruang perkotaan di Provinsi DIY adalah dengan mengkonsolidasikan tata ruang dan pengembangan sistem perkotaan. Guna mencapai sasaran tersebut, salah satu strategi tindakan adalah mengembangkan kota-kota dengan pola koridor satelit. Koridor akan dikembangkan berupa koridor dengan konsentrasi kota-kota yang terbagi menjadi dua kelompok besar, antara lain:
Timur – Barat : Prambanan – Yogyakarta – Gamping – Godean – Sentolo – Wates – Temon.
Utara – Selatan : Tempel – Sleman – Yogyakarta – Bantul. DIY memiliki beberapa perencanaan mengenai pengembangan
tiap bagian wilayah seperti berikut ini: 1) Kabupaten Sleman: diarahkan untuk rencana pengembangan pertanian,
pangan,
industri
dan
pariwisata,
perdagangan,
permukiman, dan pendidikan. 2) Kabupaten Bantul: diarahkan untuk rencana pengembangan pertanian, perdagangan, dan pariwisata. 3) Kabupaten
Gunung
Kidul:
diarahkan
untuk
rencana
pengembangan tenaga kerja, pertanian, ternak, perdagangan, kerajinan, dan pariwisata. 4) Kabupaten Kulon Progo: diarahkan untuk rencana pengembangan holtikultura, pertanian, pertambangan, perdagangan, industri, dan pariwisata. 5) Kodya Yogayakarta: diarahkan sebagai pusat pemerintahan, rencana pengembangan pariwisata, pendidikan, perdagangan, perindustrian, dan perumahan.
B. KOMUNITAS TARI MODERN DI YOGYAKARTA 1.
Jumlah Komunitas Tari Modern di Yogyakarta Berkaitan dengan objek rancang bangun berupa modern dance center, maka perlu diketahui jumlah dan nama komunitas tari modern di
65
Yogyakarta. Jumlah komunitas tari modern sampai tahun 2015 semakin bertambah, tetapi hanya sedikit yang terdaftar di Jogja Dance Foundation. Hal ini terjadi karena semakin banyak komunitas baru yang belum terlatih. Berikut jumlah dan nama komunitas tari modern yang sudah terdaftar di Jogja Dance Foundation: Tabel 3.1 Jumlah dan Nama Komunitas Tari Modern tahun 2014-2015 di Yogyakarta
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Komunitas Yogya hip-hop dance community Good guys crew South hip hop brotherhood community Floor ride crew AZ dancer Jogja van shuffle Rebel squad breakin jogja 1st setup crew Buffalo breakers Indorockers Hell house De-ox crew Unlimited paz crew Jogja hip-hop nation New street dance crew Street evolution crew Just 4 fun
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Komunitas 7 soul B-dancer crew Milla Art Dance BAP Swackers United dance works Freakingz crew I guard dancer Destraya crew dance Fatara dance crew LLS squad dance DNA crew dance Elektro kif Cobhadichek dancer Crazy swag The soul of java Mugiwara Pirates Crew
Sumber: Data Jogja Dance Foundation, 2015
2.
Jumlah Sanggar Tari di Yogyakarta Jumlah sanggar tari terhitung cukup banyak. Akan tetapi, fasilitas yang ada di dalamnya tidak maksimal dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Berikut daftar sanggar tari tradisional yang ada di Yogyakarta: Tabel 3.2. Daftar Sanggar Tari Tradisional di Yogyakarta
No 1 2 3 4
Nama Komunitas Sanggar Tari Wiraga Apuletan Sanggar Tari kembang sore Sanggar Tari Wulandari Sanggar Tari Trisna Budaya Adi
No 16 17 18 19
Nama Komunitas Aura Yoga dan Tari LKP Tari Semusim Sanggar Seni Gita Gilang Sanggar Nuun
66
No 5 6 7 8
Nama Komunitas Sanggar luwes Sanggar Tari Angin-angin Sanggar Tari Natya Lakshita Sanggar NIASSARI
No 20 21 22 23
9 10 11 12 13 14 15
Sanggar Tari Saraswati Sanggar Tejo Arum Sanggar Tari Bali Siwa Nata Raja Sanggar Tari Ngrenas Sanggar Seni Oloh Itah Sanggar Bukonk betaja Sanggar Melati
24 25 26 27 28 29
Nama Komunitas Sanggar Nusantara Sanggar Tari Tembi Sanggar Tari Bali ” SIWA NATA RAJA ” Sanggar Kesenian Pusat Latihan Tari Bagong Kusudiardja Sanggar Tari Kusuma Wiraga Sanggar Seni Wira Budaya Sanggar Tari Pradnya Widya Sanggar Cantik Sanggar Tari Enggang Malenggang LKP Bailamos Dance School
Sumber: ayomenari.com. Diakses pada 25 September 2014
3. Lokasi Berbagai Komunitas Tari Modern di Yogyakarta Komunitas tari modern di Yogyakarta ini memiliki tempat berkumpul dan berlatih masing-masing. Berikut lokasi dari tempat berkumpul dan berlatih berbagai komunitas tari modern yang telah dipetakan dengan menggunakan simbol bulatan kuning:
Gambar 3.2 Lokasi Berbagai Komunitas Tari Modern Sumber: Analisa Pribadi, 2015
Berdasarkan lokasi berbagai komunitas tari modern di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar komunitas terletak di Kabupaten Sleman. Melalui data rencana pengembangan wilayah DIY di atas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman, selain akan dikembangkan menjadi koridor satelit, juga dikembangkan sebagai pertanian, pangan, industri dan 67
pariwisata, perdagangan, permukiman, dan pendidikan. Modern dance center berkaitan dengan perdagangan, pendidikan, dan pariwisata. Ketiganya dapat saling mendukung. Dari segi pariwisata karena para wisatawan domestik ataupun asing yang memilih Yogyakarta sebagai tujuan pariwisata mereka, sebagian besar tertarik dengan kebudayaan terutama kesenian dari Yogyakarta. Dan salah satunya adalah tarian. Dari segi pendidikan karena modern dance center ini memfasilitasi para komunitas tari modern untuk mengembangkan tari modern. Dari segi perdagangan karena salah satu fasilitas yang ada di dalam bangunan nantinya terdapat archade. Maka, selain untuk pengembangan, juga untuk tujuan komersial. Melalui data-data di atas, maka pilihan lokasi untuk bangunan modern dance center terletak di Kabupaten Sleman.
4.
Kabupaten Sleman sebagai Lokasi Site Melalui data-data di atas, maka terpilihlah site yang terletak di Kabupaten Sleman. Adapun peraturan wilayah kabupaten Sleman adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Ketentuan Pembangunan Kabupaten Sleman
No 1 2 3 4
Ketentuan Kapling minimal KDB maksimum KTLK maksimum KTLL maksimum
Kawasan resapan air 200 m2 40% 70% 60%
Di luar kawasan resapan air 125 m2 50% 80% 70% Sumber: Perbup no 11 tahun 2007
a.
Rencana Umum Tata Ruang Sleman Perkembangan Kabupaten Sleman yang cukup pesat diawali dari perancanaan tata ruang yang baik. Sehingga wilayah di Kabupaten Sleman menjadi teratur. Tata ruang Sleman terbagi menjadi perkebunan, kebun campuran, permukiman pedesaan, permukiman perkotaan, kawasan wisata budaya, kawasan wisata alam, kawasan khusus
militer, kawasan pertambangan, peruntukkan industri.
68
Kawasan wisata budaya tersebar di Sleman. Sehingga sangat memungkinkan dibangunnya fasilitas modern dance center. Secara khusus area yang akan digunakan sebagai lokasi site adalah daerah Kecamatan Ngaglik. Hal ini karena Kecamatan Ngaglik, selain terletak dekat dengan kawasan wisata budaya, juga dilihat dari lokasi terbanyak komunitas tari modern terletak dekat dengan Kecamatan Ngaglik. Adapun kebijakan tata ruang di kecamatan Ngaglik yang mengacu pada rencana tata ruang induknya yaitu rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sleman. Penataan ruang di kecamatan ini didasarkan pada kepentingan luas pada skala kabupaten dan tidak secara parsial, oleh karena itu fungsi yang ditetapkan adalah sebagai bagian fungsi makro yang harus diakomodasi oleh daerah. Berdasarkan rencana tata ruang, fungsi-fungsi yang ada pada Kecamatan Ngaglik antara lain: 1) Pemanfaatan ruang pada kawasan lindung: Kawasan resapan air, dimaksudkan untuk meresapkan air ke dalam
tanah
bagi
penyediaan
kebutuhan
air
dan
penanggulangan banjir, bersama Kecamatan Turi, Pakem, tempel, Sleman dan Cangkringan. Kawasan sekitar mata air, dimaksudkan untuk menjaga kuantitas dan kualitas air, bersama Pakem, Cangkringan, turi, Sleman, Ngemplak, Mlati dan Depok. Kawasan
sekitar
sungai,
dimaksudkan
untuk
menjaga
kelancaran aliran serta mutu air sungai yakni sungai-sungai yang mengalir di kecamatan Ngaglik. 2) Pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya: Pertanian lahan kering, dimaksudkan unutuk pengembangan tanaman palawija dan perkebunan, bersama Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Seyegan dan Mlati.
69
Permukiman, bersama seluruh wilayah kecamatan yanag ada meliputi permukiman perdesaan dan perkotaan. Rencana tata ruang sampai saat ini yang ada tiga buah, yakni masing-masing: 1) RUTRK Kecamatan Ngaglik yang disusun pada tahun 1993-1994 dan diundangkan melalui peraturan daerah tahun 1995, dengan luas kawasan 286, 5537 m2 2) RDTRK Kecamatan Ngaglik dan sekitarnya yang disusun tahun 1996-1997 dengan luas kawasan perencanaan 363,2000 m2 3) RDTRK Kawasan Sariharjo dan sekitarnya, yang disusun pada tahun 2001.
70