BAB III SOLUSI KEPADATAN TRAFFIK DENGAN PENAMBAHAN KAPASITAS
3.1.
Persiapan Implementasi Penambahan Equitment Perkembangan teknologi GSM yang memberikan kemudahan serta kualitas pelayanan lebih baik bagi pelanggannya menyebabkan kebutuhan akan komunikasi bergerak GSM semakin meningkat termasuk di Indonesia. Ada 3 Operator terbesar untuk di dunia pelayanan komunikasi bergerak (GSM) yang ada di Indonesia yaitu Telkomsel, Indosat dan Excelcom. Dari ketiga operator tersebut, Telkomsel yang menguasai pasar GSM dengan pelanggan terbanyak di new era tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah jaringan Telkomsel terluas dibandingkan operator lainnya yang mencakup hampir seluruh Indonesia. Di penulisan ini akan memberikan dan membahas suatu permasalahan yang terjadi di senayan city dengan menuangkannya secara sistematis dan terstruktur untuk solusi kepadatan trafik Excelcom yang ada di senayan city. Antispasi di sini dengan solsusi penambahan kapasitas dengan menambahkan perangkat baru dengan menambah capasitas TRX. Tujuan dari penambahan perangkat disini adalah untuk mengantisipasi signal GSM Excelcom yang ada di senayan city. Gedung Senayan City adalah salah satu Gedung Mall Pertokoan terbesar di Jakarta, Yang dimana senayan city ini bukan hanya pusat pembelanjaan dan café-café saja tetapi juga penggabungan antara perkantoran dan apartement. Di senayan city untuk Excelcom sendiri menggunakan
equitment brand Ericsson
yang dimana untuk konfigurasi existing TRX
equitment tersebut sudah Full konfigurasinya yaitu 3 Cell (4+4+4). Kalau untuk Penambahan TRX di tempat RBS existing sudah tidak memungkinkan. Karena Brand yang digunakannya (Ericksson) full konfigurasi RBS nya pun hanya 12 TRX untuk 3 Cell. Jadi bilamana kita mau mengupgrade TRX tersebut diharuskan untuk menggunakan penambahan equitment RBS agar TRX tersebut bisa terupgrade. Kebutuhan penambahan TRX harus dilihat performance trafik jumlah per cell dan kualitas per cell, dengan itu agar kita bisa mengetahui berapa jumlah TRX yang harus di tambahkan. Dengan diketahuinya berapa jumlah penambahan TRX kita juga bisa mengetahui jumlah biaya yang harus kita keluarkan. Dengan itu kita bisa segera melakukan penambahan perangkat dengan mempersiapkan segala hal sesuatunya.
24
Mengenai Segala hal sesuatunya yang dibutuhkan di Senyan City untuk Antisipasi Signal GSM yaitu; 1. Pengukuran Performansi Jaringan 2. Estimasi Kebutuhan Trafik (TRX) yang dibutuhkan 3. Persiapan Perencanaan Konfigurasi baru 4. Persiapan Buged yang harus dikeluarkan 5. Persiapan Team Pelaksana Installasi new Equitment 6. Perizinan Building management 7. Impelementasi Penambahan TRX
3.2.
Pengukuran Performansi Jaringan Pengukuran performansi jaringan merupakan pengukuran terhadap kejadian – kejadian yang menjadi indikator performansi pada Base Station Subsystem (BSS) dalam hirarki sistem GSM. Data hasil pengukuran tersebut dikumpulkan oleh Base Station Controller (BSC). Kejadian – kejadian yang menjadi indikator performansi antara lain adalah level trafik pada sel – sel, kemacetan panggilan (congestion), tingkat kesuksesan handover (handover success rates), tingkat keberhasilan panggilan (call completion rates), maupun tingkat kegagalan panggilan (dropped call rates).
Sistem Base Station (Base Station System) pada GSM
berprinsip pada pembagian sumber traffik yang terbatas untuk para pengguna, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa semua pengguna tidak melakukan panggilan pada waktu yang bersamaan dan hanya melakukan panggilan dan pembicaraan dalam durasi waktu yang tidak lama misalnya saja sekitar 1 sampai 2 menit. Dengan begitu jumlah traffik yang kecil ini dapat digunakan bersama-sama oleh pengguna. Secara sederhana trafik dapat diartikan sebagai pemakaian. Pemakaian yang diukur dengan waktu (berapa lama, kapan), yang tentunya dikaitkan dengan apa yang dipakai dan dari mana, ke mana. Dalam sistem telepon, permintaan atau panggilan yang datang biasanya tak dapat ditentukan terlebih dahulu tentang kapan dan berapa lama suatu pembicaraan telepon berlangsung atau berapa lama suatu perlengkapan atau saluran diduduki. Traffik pada GSM diukur dengan cara menscanning setiap sel yang ada setiap 10 detik dengan menghitung berapa TCH (atau SDCCH) yang diduduki, kemudian hasilnya ditambahkan pada hasil penghitungan sebelumnya untuk membentuk sebuah penjumlahan. Ditahap akhir waktu pengukuran, penjumlahan tadi dibagi oleh jumlah operasi scanning yang telah dilakukan, hal 25
ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat traffiknya.
Berikut indikator – indikator yang
diperlukan untuk menilai performansi jaringan radio:
Tingkat Keberhasilan Panggilan (Call Completion Rate)
Ketika seorang pelanggan men-dial suatu nomor dan melakukan panggilan, maka penting untuk mengetahui seberapa sering proses tersebut berhasil. Sebuah panggilan dikatakan telah berhasil, apabila terjadi telah terjadi hubungan dengan nomor yang dituju (B number), dalam artian telah terdapat nada dering pada sisi penerima.
Tingkat terputusnya panggilan (Perceived Dropped Call Rate)
Merupakan jumlah panggilan yang terputus dengan tanpa diharapkan dikarenakan lemahnya kuat sinyal jaringan radio ataupun dikarenakan kondisi jaringan yang buruk lainnya yang menggagalkan hubungan antara MS dan BTS, sebagai fungsi keseluruhan jumlah panggilan yang terjadi pada jaringan.
Tingkat terputusnya hubungan (Dropped Connection Rate)
Kanal - kanal tafik (TCH) atau kanal – kanal pensinyalan (SDCCH) pada antarmuka radio dicoba untuk diduduki pada saat membangun panggilan ataupun pada saat terjadi handover. Jumlah panggilan yang terputus sebagai fungsi dari jumlah keberhasilan pendudukan kanal merupakan salah satu indikator performansi suatu sel.
Kongesti (Congestion)
Kongesti (kegagalan panggilan) terjadi ketika usaha pendudukan pada satu kanal mengalami kegagalan, hal ini disebabkan karena seluruh kanal sudah terduduki. Pendudukan ini bisa saja berupa pendudukan untuk melakukan pemanggilan atau perpindahan pembicaraan dari satu kanal di suatu sel tertentu ke kanal sel yang lain atau dinamakan handover. Kongesti ini bisa diukur menggunakan kongesti ratio, yaitu dengan menghitung jumlah pendudukan yang gagal dari seluruh jumlah pendudukan yang dilakukan. Kongesti sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu : A. Kongesti Traffik (Traffic Congestion) : Dimana kongesti diukur dari perbandingan jumlah keseluruhan kongesti terhadap jumlah keseluruhan pendudukan/pemanggil
Attempt Congestion X 100 % ………….……….3.1. Call Attempt 26
B. Kongesti Waktu (Time Congestion) Dimana kongesti diukur dari perbandingan jumlah keseluruhan waktu kongesti dibandingkan dengan jumlah keseluruhan waktu yang digunakan untuk pengukuran tersebut.
Time Congestion X 100% ……………………….3.2. Time t Seiring dengan meningkatnya jumlah traffik maka kemungkinan terjadinya kongesti juga mengalami peningkatan. Kemungkinan ini biasanya ditampilkan dengan menggunakan model Erlang B yang menampilkan kapasitas traffik yang dibawa dari grup kanal dibagi dengan GOS sehingga didapat persentase pendudukan yang gagal. Sebagai contoh, digunakan GOS 2 % (artinya 2 dari 100 pendudukan mengalami kegagalan) didapat bahwa dari 6 kanal yang digunakan maka kapasitas traffiknya sebesar 2,2 Erlang, 14 kanal yang digunakan maka kapasitas traffik maksimalnya adalah 8,2 Erlang, dan begitu juga dengan penggunaan kanal 22 didapat traffik maksimalnya sebesar 14 Erlang.. Berikut Pengukuran-pengukuran performamsi jaringan yang harus dilakukan guna mendapatkan solusi untuk mengantipasi signal GSM di Senayan city.
3.2.1. Pengukuran Trafik system Pengukuran trafik dan data statistik dari sutau sistem komunikasi bergerak meliputi elemen-elemen dari sistem GSM yaitu BSS dan Aplikasi System OSS yang namanya Winfiol (Equitment Ericksson). BSC akan mengukur masing-masing unjuk kerja BTS yang ada di bawahnya yang selanjutnya hasil pengukuran tersebut akan diserahkan ke Aplikasi System OSS yaitu Winfiol. Pengukuran Statistik dan data Trafik dapat dijelaskan sebagai berikut :
27
Gambar 3.1. Pengukuran Statistik dan Data Trafik
Secara umum Statistic and Traffic Subsystem (STS) melakukan control menyeluruh terhadap BTS yang dikendalikan oleh BSC. STS mengambil data untuk kerja harian dan trafik yang ada pada tiap-tiap BTS yang dicovernya lalu laporan yang berupa data-data tersebut dikirimkan ke Statistic Processor yang berfungsi untuk mengendalikan kerja dari STS. Kemudian laporan yang sudah dikelompokkan berdasarkan parameternya masing-masing tersebut dikirimkan ke Winfiol melalui interface yang berupa switching matrix dan central processor yang mengatur kinerja dari semua elemen yang ada di dalam BSC sekaligus juga untuk mengkoordinasi hubungan antara semua elemen BSC dengan semua elemen yang ada pada arsitektur jaringan GSM. Data yang dikirim oleh MSC tersebut dapat diakses oleh semua jaringan dalam Excelcom, karena semua Winfiol dari semua regional yang ada terhubung dalam satu jaringan yang disebut NMC (Network Management Centre) yang berfungsi untuk mengkoordinasikan semua jaringan Winfiol milik Excelcom. Untuk Tampilan data Performance Senayan City yang dimonitor oleh winfiol ada di data-data lampiran. Untuk Aplikasi System OSS yang digunakan dan difungsikan untuk memonitor performance lebih jelasnya difungsikan sebagai management overview and reporting. Di management overview ini sangat berguna sekali untuk data pelaporan kondisi jaringan secara umum. Salah satu kegunaan pengukuran performansi jaringan radio adalah untuk menghasilkan laporan – laporan mengenai performansi jaringan secara umum dan juga untuk memastikan bahwa tingkat layanan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Management Ini 28
untuk difungsikan juga perlu apa tidaknya penambahan TRX atau penambahan perangkat RBS di Senayan City. Kegunaan Management Overview and reporting ini juga mengetahui Jumlah konfigurasi TRX, Mengetahaui performance setiap Cell dan TRX, Mengetahui Status transmissi, mengetahui cell Neighbours dan Slip Erorr second transmissi yang terjadi. Berikut kutipan tampilan di system Managemen overview reporting ;
Gambar 3.2.1. Cell A Neighbour PC Senayan City
Gambar 3.2.2. Cell B Neighbour PC Senayan City
Gambar 3.2.3. Cell C Neighbour PC Senayan City
3.2.2. Pengukuran Performance Media Transmissi Senayan City Perkembangan teknologi GSM yang memberikan kemudahan serta kualitas pelayanan dan lebih baik bagi pelanggannya menyebabkan kebutuhan akan system komunikasi bergerak GSM semakin meningkat termasuk di Indonesia. Terdapat tiga operator yang memberikan pelayanan komunikasi bergerak GSM di Indonesia, yaitu Telkomsel, Satelindo dan Excel Axiata. Dari ketiga operator tersebut, Telkomsel yang menguasai pasar GSM dengan pelanggan terbanyak di era periode 2011. Salah satu penyebabnya adalah jaringan Telkomsel terluas dibandingkan operator lainnya yang mencakup hampir seluruh pulau yang ada di indonesia hingga tingkat seluruh pelosok pedesaan yang ada Indonesia. Pengukuran performansi media transmissi merupakan pengukuran terhadap kejadian – kejadian yang menjadi indikator performansi pada Base Station Subsystem (BSS) dalam Structur System GSM. Data hasil pengukuran tersebut dikumpulkan oleh Base Station Controller (BSC). Kejadian – kejadian yang menjadi indikator performansi antara lain adalah level trafik pada sel – sel, kemacetan panggilan (congestion), tingkat kesuksesan handover (handover success rates), tingkat keberhasilan panggilan (call completion rates), maupun 29
tingkat kegagalan panggilan (dropped call rates). Perubahan performasi yang terjadi bisa dilhat dari sisi awalnya dulu seperti pemantauan disisi near end transmissi. Di senayan city mempunyai media transmissi sebagai pembawa trunk ke BSC melewati beberapa route media transmissi yg dilalui. Berikut route path media transmissi picocell Senayan City yang di lalui dari MS hingga Ke BSC sebelum terjadinya upgrade additional TRX dengan penambahan perangkat baru yaitu Equitment RBS ( Radio Base Station ). “ BSC Ampera BJKT 17
S1035 Topekong <ML-TN> S1007 Keb. Baru < ML-E > S1294 Pati Unus < ML-E > PC 831 Senayan City.
BSC Ampera BJKT 17 * Underlay
1035 Topekong
1007, Keb Baru
Tunneling
IP.2
IP.1
007a
1294, Pati Unus 294F
294b
PC831, Senayan City 3P1a
Gambar 3.3. Route Transmissi Picocell Senayan City Pengukuran media transmissi untuk senayan city juga bisa termonitor performancenya lewat system aplikasi OSS yang Excel Axiata punya yaitu Winfiol. Tampilan yang bisa dihasil oleh winfiol untuk performance transmissi ini hanya status Incoming dan out going degraded performance level seperti error second, Slip cell transmissi dan frame slip Error second.
3.2.3. Pengukuran Volume Trafik Di Senayan City Untuk penganalisaan trafik yang ada di Senayan City ini
bisa dilihat dari
perkembangan grafik trafik yang ada, dan dapat di ambil dalam aplikasi data yang dikeluarkan Oleh BSC. Dalam equitment Ericsson untuk penamaan aplikasi BSC nya dinamakan aplikasi Winfiol. Di winfiol BSC bisa melihat semua performance jaringan radio baik itu RBS, semua performance media transmissi, Cell Id dan Neighbour cell. Untuk degreded performance route transmissi di atas bisa termonitor performancenya lebih mendetails, untuk error second dan slip countingnya bisa terlihat oleh winfiol. Perkembangan trafik yang terjadi di Senayan city ini merupakan berubahan yang sangat signifikan, dan ini terjadi dari faktor peminat cusutmer untuk pergi ke lokasi senayan City. Berikut pemantauan trafik sebelum penambahan TRX maupun penambahan perangkat RBS di tanggal 20 Agustus 2010 hingga tanggal 06 September 2010. Pemantauan trafik disenayan city ini yang dikumpulkan oleh BSC dan ditampilkan dengan aplikasi system dengan berupa perhitungan atau table dengan nilai persentase TCH drop dan jumlah erlang yang terpakai setiap harinya.
30
Gambar 3.4.Trafik 3 Cell Senayan City Sebelum Penambahan TRX.
Tabel diatas ini memberikan actual sebagai acuan untuk pemantauan performance trafik sebelum pelakasanaan penambahan TRX atau penambahan perangkat RBS. Melihat tabel di atas jumlah kanal trafik nya (tch_tot_trafic) cukup lumayan besar perkembangan setiap harinya.Terlihat di bulan September perkembangan erlang berubah cukup meningkat sehingga mengakibatkan tch drop ratio cukup meningkat. Bilamana adanya peningkatan TCH drop ratio itu mengakibat performance trafik sangat terganggu. Melihat perkembangan trafik dibulan September memang suatu alasan kenapa kita harus membuat dan mencari-cari solusi untuk mengantisipasi signal GSM. Di Senayan city ini memang cukup sangat beralasan kenapa diharuskan mencari solusi-solusi untuk meng antisipasi signal GSM, dikarenakan di Mall Senayan city ini sering diadakannya promo market pemasaran. Selain promo market pemasaran disana juga letak berkumpulnya anak-anak gaul yang berkelas executive , perkantoran yang berkelas executive dan apartment yang cukup berkelas. Penganalisaan diatas trafik yang berkembang dilihat dari tch_tot_trafik jumlah rata-rata untuk proratenya sudah diatas 100 erlang yang dimana capasitas untuk configurasi TRX nya sudah maximal. Kita bisa lihat dari TCH avail max, disini adalah maximalnya jumlah konfigurasi erlang yang termanage untuk desain existing TRX yang terinstall. Untuk pengaktifan trx sudah tidak bisa dilakukan, dikarenakan maximal trx yang terpsang di RBS existing hanya bisa terpasang 11 TRX yang untuk TCH avail max hanya bisa kita optimalkan menjadi 27 TCH per Cell. Disini diperlukannya penambahan TRX dengan menambah perangkat baru karena TRX yang terpasang di RBS existing TRX nya tidak bisa di tambah diperangkat 31
existing. Bilamana tidak ada penambahan TRX akan mengakibatkan terjadinya drop call, kongesti, perceived dropped call rate dan lain-lainnya problem untuk signal. Data table yang dihasilkan pengeluaran aplikasi winfiol ini untuk TCH Avail rate adalah memonitor performance transmissi yang digunakan untuk frekwensi signal GSM. Data TCH avail rate yang dihasilkan aplikasi winfiol berupa data yang berupa nominal per % tase. Disini nilai persentasinya untuk 100% performance media tarnsmissinya sangat baik atau terhitung normal tidak ada gangguan apapun. Bilamana persentase dibawah 80% terhitung nilai yang tidak normal dan diperlukan melakukan pengecakan dan penganalisaan media transmissinya. Disenayan city ini analisa yang sangat bikin kita bertanya-tanya, padahal kalau dilihat dari configurasi TRX maupun configurasi RBS sudah full Configurasi. Seharusnya tidak diperlukan sekali untuk penambahan TRX maupun penambahan Equitment di gedunggedung yang seperti mall-mall. Dilihat dari lokasi Mall- mall dimanapun sangat jarang sekali begitu banyaknya trafik seperti di senayan city ini. Perkembangan Trafik dari tgl 1 sept – 6 September cukup signifikan perubahannya, data trafik dibawah merupakan perubahan yg tidak bisa di prediksi. Karena sewaktu-waktu bilamana ada acara tertentu pelayanan dibuat Pihak Building Management Senyan city yg membuat terpikat custumer untuk mengundang custumer bikin penasaran ke Senayan city. Perubahan Configurasi RBS maupun TRX dilakukan pada Tgl. 6 Sept 2010. Berikut tabel grafik kanal trafik per cell nya 5 hari sebelum penambahan TRX dan Penambahan Equitment;
Gambar 3.5.1. Grafik Trafik Cell A Sebelum Penambahan TRX
32
Gambar 3.5.2. Grafik Trafik Cell B Sebelum Penambahan TRX
Gambar 3.5.3. Grafik Trafik Cell C Sebelum Penambahan TRX
Sedemikian pesatnya pertumbuhan pengguna jasa telekomunikasi sistem seluler di Senayan City ini telah menunjukkan bahwa aktivitas serta mobilitas komunikasi masyarakat Indonesia baik kualitas maupun kuantitas semakin meningkat. Adapun upaya yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas dan kualitas yang pada teknologi GSM Single Band dirasakan masih sangat terbatas pada lokasi-lokasi tertentu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan spektrum yang dimilki. Sistem Base Station (Base Station System) pada GSM berprinsip pada pembagian sumber traffik yang terbatas untuk para pengguna, hal ini 33
didasarkan pada asumsi bahwa semua pengguna tidak melakukan panggilan pada waktu yang bersamaan dan hanya melakukan panggilan dan pembicaraan dalam durasi waktu yang tidak lama misalnya saja sekitar 1 sampai 2 menit. Dengan begitu jumlah traffik yang kecil ini dapat digunakan bersama-sama oleh pengguna. Traffik pada GSM diukur dengan cara menscanning setiap sel yang ada setiap 10 detik dengan menghitung berapa TCH (atau SDCCH) yang diduduki, kemudian hasilnya ditambahkan pada hasil penghitungan sebelumnya untuk membentuk sebuah penjumlahan. Ditahap akhir waktu pengukuran, penjumlahan tadi dibagi oleh jumlah operasi scanning yang telah dilakukan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat traffiknya.
Pengukuran
Perfomance jaringan radio ini bukan hanya di lihat disisi performance di BSC saja. Melainkan kita harus melihat performance transmissi Route yang trafik yang digunakan. Berikut Route Arsitekture System GSM.
Gambar 3.6. Route Senayan City (Arsitekture System GSM)
Untuk akses dari Mobile Station (MS) ke Base Transceiver Station (BTS) dan sebaliknya untuk pembangunan hubungan telepon dibedakan menjadi beberapa kanal logik. Kanal-kanal tersebut diantaranya : 1. BCCH (Broadcast Control Channel): Kanal ini biasanya menempati TS0 pada satu TRX dalam satu cell secara terus-menerus, dan mengakses pelanggan secara downlink saja. Kanal ini membawa informasi sel-sel 34
tetangga (Neighbour), kuat sinyal baik yang diterima MS maupun sel yang melayani. BCCH juga memberi informasi LAC (Location Area Code) yaitu identitas sel-sel bertetangga yang membentuk satu area tertentu dan diberi satu identitas tertentu. 2. SDCCH (Standalone Dedicated Control Channel): kanal ini biasanya menempati satu time slot ketika satu pelanggan memulai suatu hubungan telepon baik voice, SMS maupun GPRS. Kanal ini berperan membangun hubungan signaling dan prosedur hubungan antar pelanggan melalui jaringan GSM maupun interkoneksinya ke jaringan lain. Setelah pelanggan berhasil memulai hubungan telepon, kanal ini akan dilepaskan kembali. 3. TCH (Traffic channel): adalah kanal-kanal yang disediakan untuk dipakai oleh pelanggan ketika melakukan hubungan telepon. Jadi bila dalam satu sel terdapat 2 TRX, maka 16 time slot yang tersedia setelah dikurangi sebuah time slot untuk BCCH dan sebuah time slot untuk SDCCH sisanya akan menjadi kanal telepon yang digunakan pelanggan. Satu TS digunakan oleh satu pelanggan ketika melakukan hubungan telepon voice dan SMS, sedangkan pada GPRS lebih dari satu TS. Time slot ini kemudian akan menjadi sebuah kapasitas trafik dalam sel-sel radio yang ada.
3.2.4. Pengukuran Idle Channel Measurement (ICM) Idle Channel Measurement (ICM) merupakan pengukuran level daya penerimaan Base Transceiver Station (BTS) dalam kondisi kanal BTS tersebut tidak sedang diduduki (idle). Pengukuran dilakukan pada setiap timeslot uplink BTS yang tidak sedang diduduki. Level daya penerimaan tersebut di jadikan indikasi tingkat interferensi pada frekuensi uplink BTS tersebut. Level daya penerimaan pada setiap timeslot yang diukur tersebut, dikategorikan dalam kelas – kelas ICM band seperti pada table 3.1. Di Pengukuran ICM ini gunanya juga mengetahui interferensi apa tidaknya frekwensi yang kita gunakan. Solusi pertama bila diketahui dari awal dari pengukuran ICM band ini untuk mengantisipasinya kita dapat merubah-rubah data frekwensinya. Untuk Class yang masuk terhitung mantainance operator adalah ICM band 1 sampai ICM band 2. Dan yang menjadi tanggung jawab diluar maintanance operator biasanya dari class ICM 3 – ICM 5. Berikut table Class ICM bandnya :
35
Tabel 3.1. Kategori level daya terima Base Transceiver Station Daya Terima (dBm)
ICM Band
-110 s/d -105
Band 1
-104 s/d -99
Band 2
-99 s/d -92
Band 3
-91 s/d 84
Band 4
> -83
Band 5
Dalam suatu perioda waktu pengukuran tertentu, maka dapat ditentukan rata – rata persentase level daya penerimaan BTS berdasarkan pengelompokan ICM Band tersebut.
Jumlah ICM Band N % ICM Band N =
x100% Jumlah ICM Band 1 +…+Jumlah ICM Band 5
……..3.3
3.2.5. Pengukuran Tingkat Terputusnya Panggilan (Dropped Call) Pada kondisi normal, sebuah panggilan diakhiri oleh pengguna dengan menekan tombol ‘selesai’ (end key) pada te
lepon genggam, yang akan menghasilkan pesan clear
request yang dikirimkan ke MSC. Dengan terkirimnya pesan clear request ke MSC, maka semua jalur transmisi untuk percakapan tersebut akan dikosongkan, dan penggunaan kanal radio antara MS dan BTS akan dibebaskan. Pada keadaan tertentu, komunikasi antara MS dan BTS terputus, yang disebabkan oleh kondisi jaringan radio yang kurang baik. Jika hal tersebut terjadi, maka terdapat kegagalan pensinyalan antara MS dan BTS yang tentunya tidak ada pesan clear request yang dapat dikirim dan diterima oleh oleh MS, sebagai mekanisme bagi BTS dan MS untuk secara otomatis mengakhiri panggilan, membebaskan kanal radio, dan menginformasikan kepada MSC bahwa panggilan telah terputus. Pada kondisi abnormal tersebut, BSC akan mengirimkan pesan clear request kepada MSC, yang pada kondisi normal seharusnya MS atau MSC yang mengirimkan pesan tersebut. Pesan yag terkirimkan oleh BSC tersebut akan tercatat pada BSC. Apabila BSC mengirimkan clear request ke MSC pada saat terjadi hubungan antara MS dan BTS, dan hubungan tersebut terjadi pada Traffic Channel (TCH), maka BSC akan mencatat sebagai pertambahan jumlah kegagalan hubungan TCH (TCH dropped) pada sel. Namun apabila hubungan terjadi pada 36
SDCCH, maka BSC akan mencatat sebagai pertambahan jumlah kegagalan hubungan SDCCH (SDCCH dropped) pada sel. Untuk periode pengukuran tertentu, maka dapat dikalkulasi rasio kegagalan hubungan TCH dan SDCCH sebagai berikut :
TCH dropped ratio =
SDCCH dropped ratio =
Jumlah TCH dropped Jumlah TCH seizure
Jumlah SDCCH dropped Jumlah SDCCH seizure
x 100%
x 100%
……….3.4
……….3.5
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kegunaan pengukuran performansi jaringan radio adalah untuk membuat laporan tentang kondisi jaringan secara umum. Ketika parameter – parameter performansi jaringan tersebut menunjukkan nilai yang kurang baik, maka tentunya diperlukan optimasi terhadap jaringan tersebut. Tabel 3.3. berikut menampilkan indikator performansi jaringan beserta ketentuan nilai indikator performansi tersebut apakah perlu dilakukan optimasi atau tidak. Tabel 3.2. Kategori nilai performansi jaringan radio PENGUKURAN
IDEAL
BAIK
SDCCH Dropped Rate
0%
<2%
TCH Dropped Rate
0%
<2%
TCH Congestion Ratio
0%
<5%
TCH Avail Rate
100%
>90%
ICM Measurement in Band 1
100%
>99%
ICM Measurement in Other Band
0%
<1%
Sebelum mengetahui faktor penyebab drop call, terlebih dahulu diketahui pengertian dari drop call itu sendiri. Drop call adalah keadaan dimana pembicaraan yang sedang berlangsung terputus sebelum pembicaraan tersebut selesai. Akibat dari drop call ini membawa kerugian yang besar baik pelanggan maupun operator. Sama seperti kerugian akibat 37
dari blocking kanal trafik yang menyebabkan ketidaknyamanan penggunaan komunikasi bergerak bagi pelanggan serta mengurangi pendapatan dari penggunaan pulsa oleh pelanggan. Dari masalah yang ditimbulkan perlu mengatasinya dengan mengetahui dahulu faktor penyebab yang menimbulkan drop call ini. Adapun faktor – faktornya antara lain : 1.
Rugi – rugi Radio Frekuensi ( RF loss )
2.
Interferensi Co-channel dan Adjacent
3.
Handover Failure
1.
Rugi – Rugi Radio Frekuensi ( RF Loss )
RF loss merupakan redaman propagasi yang disebabkan oleh penggunaan radio frekuensi. Akibat dari RF loss ini dapat mengakibatkan drop call yang biasanya terjadi di pinggiran sel dimana sinyal pancar MS ( up link ) tidak dapat diterima oleh BTS atau level terimanya dibawah threshold terima dari BTS. Sedangkan sinyal pancar BTS ( down link ) dapat diterima oleh MS. Hal ini disebabkan daya pancar BTS lebih besar dari daya pancar MS dan antenna BTS lebih tinggi serta lebih efisien dibandingkan dengan antenna MS. 2.
Interferensi Co-channel dan Adjacent
Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai interferensi ini, perlu diketahui dahulu pengertiannya. Interferensi co-channel adalah interferensi yang terjadi di suatu tempat akibat penggunaan frekuensi yang sama dari sel yang berbeda. Sedangkan interferensi adjacent adalah interferensi yang terjadi akibat penggunaan frekuensi yang bersebelahan dari sel yang berbeda. Untuk system GSM, carrier to interference ( C / I ) yang diperbolehkan untuk interferensi co-channel minimal sebesar 12 dB sedangkan interferensi adjacent sebesar 4 dB. Pengaruh dari kedua interferensi di atas dapat menyebabkan pembicaraan yang sedang berlangsung pada frekuensi tertentu terganggu oleh interferensinya yang menyebabkan rusaknya kualitas suara, jika C / I kurang dari threshold (co-channel 12 dB dan adjacent 4 dB) maka pembicaraan akan rusak kualitas suaranya yang dapat menyebabkan terjadinya drop call. 3.
Handover Failure Handover failure adalah kegagalan handover dimana MS tidak bisa melakukan
handover / pindah ke sel baru. Akibat dari handover failure ini, MS akan tetap dipegang oleh sel lama sampai pembicaraan yang berlangsung putus (drop call). Terjadinya handover failure disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 38
Belum dibuatnya hubungan handover dengan sel – sel tetangganya (neighboard), jika hubungan ini belum dibuat ( secara software ) maka MS tidak dapat pindah ke sel tetangganya walaaupun MS dalam cakupan sel tetangganya tersebut.
Terjadinya blocking kanal trafik pada sel tetangganya, dengan terjadinya blocking pada sel tetangganya maka MS tidak dapat pindah ke sel tetangganya sampai ada kanal trafik yang idle ( kosong ) yang dapat diduduki.
3.2.6. Drive Test Drive test adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengamati kuat daya transmit BTS ( down link ), interferensi dan performansi BTS dilihat dari sisi MS. Pengukuran hanya dapat diamati dari sisi penerima (MS). Drive test dilakukan dengan menggunakan TEMS atau TEst Mobile System yang terdiri dari
satu unit komputer yang telah dilengkapi dengan
software TEMS ( Test Mobile Software ), handset mobile stasion yang telah dimodifikasi ( Test Mobile Stasion, MS )serta dapat ditambahkan alat bantu GPS (Global Posisioning Satelite) untuk membantu menentukan letak dan koordinat posisi MS pada saat bergerak. TEMS dapat digunakan untuk menguji performansi jaringan, pemeliharaan (maintenance) jaringan, maupun memonitor air interface pada jaringan selular. Pengukuran performansi jaringan radio dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan optimasi jaringan, dan juga digunakan sebagai panduan untuk menentukan sel yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan optimasi. Sebelum Dan Sesudah Upgrade TRX
maupun
Penambahan
Equitment
diharuskan
untuk
melakukan
Pengechekan
performance signal jaringan. Disenayan city ini untuk performance telah dilakukan pengechekan di setiap lantai maupun di setiap sudut gedung di senayan city. Pengeukuran Performance yang lewat Drive test ini guna mengacu dari pemantauan segala hal untuk mengetahui sejauh mana kualitas signal yang ada di lihat dari hasil aplikasi data dari drive test. Berikut gambaran Optimasi jaringan yang dilakukan guna melihat performance di Senayan City. Drive yang dilakukan disenayan city ada 3 Cell yaitu:
CellA terdiri dari yaitu lantai 7- lantai 4
Cell B terdiri dari Lantai Ground Floor – Lantai 3
Cell C terdiri dari Lantai Basment 3- Lantani Lower Ground 39
Tabel 3.3. Jumlah Antenna Indoor Yang terpasang di Senayan City
Untuk melakukan pengukuran drive test menggunakan alat TEMS investigation, dan digunakan 3 perangkat utama, yaitu sebuah telepon genggam dengan SIM card sesuai dengan jaringan operator yang akan diukur, sebuah GPS (Global Positioning System) untuk menunjukkan posisi pengukuran, dan sebuah portable computer yang berisi program aplikasi TEMS Investigation. Gambar 7A. menunjukkan koneksi ketiga perangkat tersebut.
HUB/ MAU
NIC
% UTI LI ZATION TAB GD
RE
I F
JA
KB
LC
M7 BNC 4Mb/s
N8
O9
E NTER RUN PRINT
GD
GD
GD
HELP
GD
T2
U3
ALPHA
V0
WX YZ .
S HI FT
Gambar 3.7. Koneksi perangkat TEMS Investigation untuk drive test
Pengukuran antarmuka udara DCS 1800 yang dilakukan pada proyek akhir ini di senayan city, menggunakan telepon genggam ericsson R520, dan GPS Garmin 12 XL. Data pengukuran yang dihasilkan TEMS Investigation dipresentasikan secara real time bersama – sama dengan informasi sel dan kanal – kanal, dengan data tersebut dapat disimpan untuk penggunaan selanjutnya. 40
Gambar 3.8. Tampilan perangkat lunak TEMS investigation
Data tersebut direkam dan disimpan pada sebuah logfile. Gambar 3.7B. menunjukkan sebuah tampilan dari TEMS Investigation.
Pertambahan pelanggan suatu penyedia jasa
jaringan GSM di Senayan City, tentunya mendorong penyedia
jasa tersebut untuk
meningkatkan kapasitas jaringan. Monitoring and performance tools digunakan untuk memonitor kerusakan – kerusakan pada jaringan dan memonitor performansi jaringan secara statistik. Salah satu parameter performansi jaringan radio adalah keberhasilan pendudukan. Dimana : 1. Rx_qual Merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kualitas suara yang diterima oleh MS, performansi hasil pengukuran ditunjukkan dalam bentuk skala pengukuran, yaitu antara skala 0 s/d 7 dimana 0 menunjukan kualitas yang baik dan 7 menunjukkan kualitas suara yang terburuk. Kualitas sinyal terima baik jika 90 % Rx_qual berada pada skala 2 selama proses pembicaraan. Untuk Nilai ≥ 4 Merupakan bad quality performance trafik, karena nilai tersebut signaling sudah terhitung putus-putus tampak di hendset cutumer celuler.
41
Unjuk kerja suatu sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh gangguan (noise). Noise akan selalu ada di antara pemancar dan penerima suatu system komunikasi. Dampak utama dari adanya noise adalah bit error (kesalahan bit) data yang diterima pada sisi penerima. Untuk sistem komunikasi digital, data sering disimbolkan dengan simbol 0 dan symbol 1. Bit error yang dimaksud adalah kesalahan data simbol 1 menjadi simbol 0 atau sebaliknya. Terjadinya bit error diukur dengan cara membandingkan data keluaran pada sisi penerima dengan data asli pada sisi pengirim. Ketepatan pengiriman sinyal informasi dengan adanya pengaruh noise dapat diukur dengan average probability of simbol error atau biasa disebut bit error rate (BER). Bit error rate didefinisikan sebagai besarnya kesalahan bit data (bits error) keluaran pada sisi penerima dibandingkan dengan total data yang dikirimkan pada sisi pengirim. BER juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
………………………….3.6
BER berbanding terbalik dengan RXQUAL. Semakin tinggi nilai BER, maka semakin jelek pula RXQUAL. Tabel 3.4 menunjukkan hubungan RXQUAL dengan BER.
Tabel 3.4. Konversi BER ke RxQual RXQUAL 0
BER (Bit Error Rate) % dari 10⁻⁶/call BER ≤ 0,2%
1
0.3% ≤ BER ≤ 0.4%
2
0.5% ≤ BER ≤ 0.8%
3
0.9% ≤ BER ≤ 1.6%
4
1.7% ≤ BER ≤ 3.2%
5
3.3% ≤ BER ≤ 6.4%
6
6.5% ≤ BER ≤ 12.8%
7
≥ 12.8%
42
Tabel 3.5. Penggolongan nilai RxQual.
2. Rx_level Pengukuran level daya pancar dari BTS yang diterima MS dengan satuan dBm. Tabel 3.6. Penggolongan RxLev. .
3. C/A scan C/A scan atau Cochannel and Adjacent Scan digunakan untuk menganalisa interferensi Cochannel dan adjacent channel, dengan mengukur level daya 4 sel tetangga yang terdekat yaitu pada frekuensi –2,-1,+1,+2 dari frekuensi serving sel. 4. Pengukuran Timming Advance Hasil pengukuran merupakan jarak udara antara BTS ke MS pada saat pengukuran dilakukan. Dimana jarak udara antara MS dan BTS adalah jarak udara dari hasil pengukuran dibagi dua. Secara fisik pengukuran untuk mengetahui level daya terima MS, kualitas sinyal terima MS serta jarak udara antara MS dan BTS pada saat pengukuran diukur dengan titik ukur pada handset MS. Untuk pengukuran Rx_Level atau level daya terima MS dan Timming Advance 43
pengukuran dilakukan pada bagian RF, setelah antena. Sedangkan untuk mengukur kualitas sinyal yang diterima oleh MS (Rx_qual) dengan parameter BER titik ukur berada pada bagian baseband yaitu setelah sinyal input di demodulasi. Pada Gambar 3.5 dapat dilihat letak pengukuran pada perangkat handset MS.
Tabel.3.7. Timming Advance RXQUAL
Skala Kualitas
Keterangan
0
Excellent
1-2
Good
Pembicaraan dapat dimengerti dengan baik (sedikit noise)
3-4
Fair
Pembicaraan dapat dimengerti tapi perlu sekali-kali diulang
5
Poor
Pembicaraan dapat dimengerti (lebih banyak penggulangan)
6
Unsatisfactory
Pembicaraan dapat dimengerti dengan sempurna
Pembicaraan tidak dapat dimengerti
Gambar 3.9. Sketsa Building Senayan City
44
Gambar 3.10. Tampilan Hasil Drive Test
Dengan menggunakan single BCCH maka resource yang digunakan untuk BCCH hanya satu untuk dua cell band yang berbeda, begitu juga dengan penggunaan SDCCH (Standalone Dedicated Control Channel). Disamping hal tersebut peningkatan capacity juga terjadi karena terjadinya efisiensi trunk. Contoh; 1. Single BCCH Cell digabung menjadi 1 cell sehingga configurasi 8 TRX sehingga Cell 8 TRX : 8 x 8 TS = 64 TS – 1 BCCH – 4 SDCCH = 59 TCH 59 TCH (GOS 2%) à 48.70 Erlang Maka total capacity adalah 48.70 Erlang
2. Separate BCCH Apabila setiap cell mempunyai configurasi 4 TRX sehingga Cell GSM 4 TRX : 4 x 8 TS = 32 TS – 1 BCCH – 2 SDCCH = 29 TCH. 29 TCH (GOS 2%) à 21.04 Erlang Cell DCS 4 TRX : 4 x 8 TS = 32 TS – 1 BCCH – 2 SDCCH = 29 TCH. 29 TCH (GOS 2%) à 21.04 Erlang Maka total capacity adalah 42.08 Erlang
45
Dari hitungan diatas dapat kita lihat terjadi peningkatan capacity dari 42.08 Erlang ke 48.70 Erlang (±15%). Namun peningkatan ini tidak linier tergantung dari configurasi.
3.3.
Estimasi Kebutuhan Trafik Pada tahap pertama, hal yang harus dilakukan adalah pengumpulan data-data yang berkaitan dengan trafik di senayan city, baik dari spesifikasi operator yang menggunakan perangkatnya, maupun jaringan hasil dari perencanaan, dan spesifikasi layanan yang akan diberikan untuk penambahan TRX. Dari hasil data-data analisa trafik yang telah di kumpulkan kita bisa mengestimasi kebutuhan trafik yang harus ditambahkan TRX nya untuk mengantisipasi dropnya signal GSM di Senayan City. Secara sederhana trafik dapat diartikan sebagai pemakaian. Pemakaian yang diukur dengan waktu (berapa lama, kapan), yang tentunya dikaitkan dengan apa yang dipakai dan dari mana, ke mana. Dalam sistem telepon, permintaan/panggilan yang datang biasanya tak dapat ditentukan terlebih dahulu tentang kapan dan berapa lama suatu pembicaraan telepon berlangsung atau berapa lama suatu perlengkapan/saluran diduduki. Nilai trafik dari suatu berkas saluran adalah banyaknya (lamanya) waktu pendudukan yang diolah oleh berkas saluran tersebut. Mengenai trafik ini dikenal : volume tafik
: Jumlah waktu pendudukan
intensitas trafik
: Jumlah waktu pendudukan per satuan waktu
Pada perencanaan suatu sistem seluler kita perlu mengetahui besarnya intensitas trafik yang dapat ditawarkan pelanggan. Intensitas trafik (E) dapat dihitung sebagai berikut : E = λ.th Erlang
(Danish Mathematician)
dimana : λ = jumlah panggilan yang datang (panggilan/jam) th= waktu pendudukan rata-rata (jam/panggilan) → 1 Erlang = 1 kanal digunakan secara kuntinu contoh: asumsikan terdapat 100 user yang mempunyai trafik penggunaan telepon berikut 46
20 User 1 panggilan/jam selama 6 menit 20 User 1 panggilan/jam selama 0.5 menit 60 User 1 panggilan/jam selama 1 menit
20x1x(6/60) 20x3x(1/2x60) 60x1x(1/60)
=2E =1/2E =1E
Gambar 3.11. Contoh Jumlah Hitungan Erlang sehingga total rafik 3.5 Erlang. 100 user menggunakan 3.5 Erlang = 35 mE per user Jadi pengertian 1 Erlang adalah perhitungan jumlah panggilan yang terdapat pada satu kanal dalam yang dikukur selama periode tertentu. Jumlah traffik yang ada dalam sebuah kanal pembawa sangatlah berguna yaitu bertujuan untuk mengetahui dimensi dari jaringan tersebut, berguna dalam perencanaan jaringan baru, untuk tujuan optimisasi dan mendeteksi kesalahan parameter. Misalnya, sebuah sel mengalami perubahan tingkat traffik yang tibatiba, maka hal ini dimungkinkan sebagai sebuah kesalahan. Sistem Base Station (Base Station System) pada GSM berprinsip pada pembagian sumber traffik yang terbatas untuk para pengguna., hal ini didasarkan pada asumsi bahwa semua pengguna tidak melakukan panggilan pada waktu yang bersamaan dan hanya melakukan panggilan dan pembicaraan dalam durasi waktu yang tidak lama misalnya saja sekitar 1 sampai 2 menit. Dengan begitu jumlah traffik yang kecil ini dapat digunakan bersama-sama oleh pengguna. Traffik pada GSM diukur dengan cara menscanning setiap sel yang ada setiap 10 detik dengan menghitung berapa TCH (atau SDCCH) yang diduduki, kemudian hasilnya ditambahkan pada hasil penghitungan sebelumnya untuk membentuk sebuah penjumlahan. Ditahap akhir waktu pengukuran, penjumlahan tadi dibagi oleh jumlah operasi scanning yang telah dilakukan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat traffiknya. Terdapat tiga macam Erlang yang penggunaannya tergantung pada kebutuhan, yaitu : 1. Tabel Erlang B, dimana panggilan yang diblok tidak akan diproses 2. Tabel Erlang C, dimana panggilan yang diblok akan diantrikan dengan jangka
waktu
yang tidak tentu. 3. Tabel Erlang Poisson, dimana panggilan yang diblok akan diantrikan selama waktu yang sama dengan rata-rata waktu yang digunakan untuk pemanggilan Pada GSM digunakan tipe Erlang B, dan inilah yang akan mengukur nilai kongesti secara lebih riil. Untuk Estimasi Kebutuhan trafik yang dibutuhkan disenayan city ini alangkah baiknya agar tidak membuat pekerjaan yang harus terulang, dipasangnya perangkat RBS baru
47
ini sebaiknya dibuat full konfigurasi TRX di setiap cell untuk 2 rack RBS. Kebutuhan trafik jumlah TRX yang dibutuhkan di senayan city yaitu:
Gambar 3.12. Jumlah TRX Existing
Gambar 3.13. Jumlah New Configurasi TRX 3.4.
Perencanaan jaringan (Network Planning) Pengukuran tingkat kepadatan trafik dapat digunakan untuk perbaikan dan perencanaan atas sumber – sumber jaringan, seperti penambahan ataupun pengurangan radio transceiver pada suatu sel. Sebelum di lakukan Perenacanaan Upgrade TRX yang akan di implementasi kita harus melihat configurasi system awal yang digunakan perangkat di Senayan City. Disini di Senayan city ini untuk configurasi Existingnya menggunakan Equitment RBS Ericsson. Yang dimana type RBS yang digunakan sekarang ini menggunakan RBS out door. Untuk RBS type Ericsson untuk TRX maksimalnya hanya 11 TRX dimana 1 TRX digunakan untuk System aplikasi lain. Di Senayan city ini sudah mempunyai full configurasi TRX, seharusnya untuk type gedung mall seperti di senayan city ini menggunakan full konfigurasi RBS yang terpasang sudah lumayan banyak. Didalam System TRX RBS dengan full konfigurasi adalah termasuk custumer gold yang seharusnya dan selayaknya diberikan fasilitas yang sangat memuaskan custumer pelanggan pengguna GSM. 48
Berikut Infromasi configurasi details data existingnya: -
Configurasi Equitment RBS Existing 4+4+4
-
RBS #2G 1800 Menggunakan Type RBS 2106 Out Door
-
Aktive dengan 3 Sektor (3 Cell)
-
Aktive dengan 6 TRU 1800
-
Aktive Dengan 3 CDU untuk 3 Cell
-
Konfigurasi TRX 29 TCH + 28 TCH + 29 TCH
-
Power Source AC 220 Volt
-
Total Antenna Omni yang terpasang 332 Bh dengan 12 lt (Gambar 3.3.)
-
ALokasi Cahnnel (TG) di BSC 17
Gambar 3.14. Configurasi RBS Existing
Dari data-data existing dan dokumentasi yang ada, untuk melakukan aplikasi penambahan equitment tidak ada banyak perubahan. Disini untuk perancaanan jaringan baru yang dibutuhkan hanya beberapa hal saja. seperti halnya yang dibutuhkan perencanaan baru yaitu; 1. Desain konfigurasi TRX di RBS yang baru 2. Membuat system alokasi channel (TG) di berbeda BSC 3. Mendesain space untuk RBS yang baru 4. Mendesain system back bone sektor (Cell) untuk RBS baru 5. Mendasian konfigurasi di BSC untuk TRX per Cell Dari hal-hal perecanaan yang dibutuhkan, mengenai implementasi dilapangan diharuskan membuat perencanan pekerjaan yang seoptimal mungkin. Dikarenakan di saat melakukan 49
implementasi hal-hal perencanaan tersebut diperlukan berkoordinasi dengan banyak pihak yang terlibat. Didalam procedure untuk penambahan TRX ini membutuhkan link existingnya diharuskan down time. Disinilah disaat down time prosedure yang dilakukan tersebut diharuskan mempercepat proses implementasi hal-hal yang direncanakan. Di tengah pekerjaan implementasi ini untuk tingkat profesionalisme kerja kita sangat dibutuhkan sekali. Agar down time trafiknya tidak terlalu lama dan custumer yang ada disenayan city tidak ada keluhan untuk penggunaan celuler mereka. Berikut gambaran perencanaan jaringan network di Senayan City :
Gambar 3.15. New Configurasi RBS
Adapun untuk system konfigurasi yang barunya yaitu: -
Configurasi equitment new RBS Existing 6 + 6 + 6
-
RBS baru dan RBS Lama #2G 1800 menggunakan type RBS 2106 Out Door
-
Aktive dengan 3 sektor (3 Cell)
-
Aktive dengan total 9 TRU 1800
-
Aktive dengan 3 CDU untuk 3 Cell
-
Konfigurasi TRX 43 TCH + 44 TCH + 45 TCH
-
Sektor 1 RBS Lama (Cell A) Untuk Cover lantai 7, lantai 6, lantai 5, lantai 4
-
Sektor 2 RBS Lama (Cell B) Untuk Cover lantai 3, lantai 2, lantai 1, lantai Ground 50
3.5.
-
Sektor 3 RBS Baru (Cell C) untuk Cover lantai Lower Ground, lantai basement 1,2 dan 3
-
Total antenna omni yang terpasang 332 Bh dengan 12 lt (Gambar 3.3.)
-
Alokasi Cahnnel (TG) di BSC 17 > RBS Lama
-
Alokasi Channel (TG) di BSC 20 > RBS Baru
Persiapan Buged Yang harus Dikeluarkan Persiapan buged disini adalah menyangkut biaya yang akan dibutuhkan untuk semua item pekerjaan yang akan dilakukan untuk penambahan TRX dengan menambah Equitment. Penambahan Equitment Terjadi dikarenakan Perangkat Existing (Eriksson) yang ada di Senayan City ini sudah menggunakan dengan Full konfigurasi Cell yaitu : 4+4+4 yang dimana
menggunakan 3 Cell dan per cell hanya bisa 4 TRX.
Perangkat Ercisson ini
mempunyai banyak type dan memang semua perangkat mereka untuk type RBS hanya mempunyai 3 cell dengan masing-masing cell nya hanya bisa 4 TRX. Type RBS yang ada di Senayan City yaitu menggunakan RBS type 2106 Out door. Sebelum implementasikan kebutuhan Antisipasi Signal GSM di senayan city ini, dibutuhkan persiapan anggaran untuk implementasi ansipasi signal GSM di senayan city. Di Perusahaan untuk dunia project ke kontraktor mereka biasa dibuatkan Purchasing Order untuk Aplikasi Pekerjaan. Yang dimana Purchasing order tersebut di peruntukan kejelasaan perincian pekerjaannya berikut dengan harga yang sudah tercantumkan di dalamnya. Semua item pekerjaan dan matrial penggunaan didalam implementasi project tersebut sudah termasuk didalam purchasing order. Jadi anggaran buged yang harus dikeluarkan tersebut kita harus perincikan guna pembuatan pelaporan anggaran biaya ke perusahaan mengenai anggaran atau buged yang harus dikeluarkan untuk implementasi ansisipasi signal GSM di senayan city. Berikut perincian anggaran yang harus di buat dan dimasukkan didalam purchasing order :
3.6.
1.
Biaya Pembelian Perangkat RBS dengan Full equitment dan matrial konsumable
2.
Anggaran biaya Jasa Implementasi pekerjaan ( Jasa Kontraktor)
3.
Anggaran sewa tempat baru dengan building management
Persiapan Team Pelaksana Installasi new Equitment Manajemen Pelaksana adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini adalah dimana hasil 51
penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lainnya. Sedangkan efisien diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber lain dan lain-lain. Pelaksanaan
di Senayan city untuk operator biasanya sudah mempunyai
kontraktor masing-masing yang terdaftar di perusahaan mereka. Dengan kualiatas dan kuantitas yang sudah tidak diragukan lagi. Dari desain di senayan city untuk perencanaan perangkat yang baru menggunakan perangkat Eriksson, jadi untuk Implementasi kegiatan dari pekerjaan tersebut semuanya dikerjakan oleh PT Eriksson.. Oleh sebab itu pekerjaan yang dilakukan oleh PT ericsson merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena tanpa pengawasan suatu proyek, pekerjaan akan sulit berjalan dan tidak sesuai dengan harapan baik berupa biaya, waktu maupun kualitas. Implementasi penambahan perangkat ini meliputi proses perencanaan ( planning ) kegiatan, pengaturan ( organizing ), pelaksanaan dan pengendalian ( controlling ). Proses perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal dengan proses manajemen. Didalam Management di sini untuk implementasi penambahan perangkat baru di senayan city ini diharuskan membuat langkah-langkah dalam hal bekerja. Berikut Proses perencanaan langkah-langkahnya ;
Perencanaan (planning) adalah
peramalan masa yang akan datang dan perumusan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat berupa: perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).
Pengaturan (organizing) bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung terhadap tujuan proyek.
Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi kerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan. Tujuan dari proses manajemen implementasi penambahan perangkat adalah untuk mengusahakan agar semua rangkaian kegiatan tersebut :
Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan
52
Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari perencanaan biaya yang telah dianggarkan
3.7.
Kualitas yang sesuai dengan persyaratan
Proses kegiatan dapat berjalan dengan lancar
Terhindar dari kesalahan-kesalahan procedure dan Custumer complain
Perizinan Building management Proses implementasi pekerjaan yang dilakukan di senayan city, diperlukannya perizinan ke building management terkait. Yang dimana perangkat yang akan terinstall baru oleh excel axiata ini perlu diketahui ke building management terkait. Data-data yang ada dan yang telah diketahui oleh BM perlu ada perubahan perjanjian tertulis atau merefisi semua perjanjian lama ke perjanjian baru. Fungsi dari diketahuinya building management terkait guna menghindari suatu hal yang tidak di inginkan kedua belah pihak. Proses perubahan perjanjian yang ada, biasanya untuk merubahnya diperlukan lampiran dari pihak operator data data baru. Dari data-data lampiran baru tersebut di olah oleh building management terkait. Dan bilamana lampiran baru tersebut sudah tersetujui oleh building management terkait maka terbentukalah perjanjian baru atas persetujuan di kedua belah pihak. Disamping membuat perjanjian baru di antara kedua belah pihak, dari pihak operator biasanya memberikan informasi detail pekerjaan yang akan di implementasikan. Berikut lampiran informasi itemitem pekerjaan yang harus di lampirkan ke pihak building management : 1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan 2. Item-item pekerjaan yang dilakukan 3. Lokasi kerja yang aka dikerjakan 4. Item matrial apa saja yang akan dikerjakan 5. Jumlah Pekerja yang akan bekerja di lokasi 6. Lampiran perusahaan kontraktor yang bekerja .
3.8.
Implementasi Penambahan Kapasitas Didalam mengaplikasikan dan implementasi penambahan kapasitas,
diharuskan
mengikuti procedure didalam langkah-langkah yang secara teknikal harus di ikuti. Diantara lain dimana implementasi penambahan capasitas trx ini membutuhkan down time trafiknya 53
yang existing. Dan kebutuhan trafik yang baru akan di realisasikan atau digabungkan dengan trafik yang lamanya. Di dalam dunia operator terutama untuk penggabungan antara 2 RBS dengan frekwensi yang sama dalam satu site, biasanya didalam satu site tersebut mempunyai satu penamaan. Dan bilamana dalam satu site berbeda RBS dan juga mempunyai beda frekwensi
untuk penamaan RBS nya
masing-masing dan Penamaannya (Overlay dan
Underlay). Untuk di Senayan city ini yang akan di implementasikan penambahan TRX nya yaitu RBS baru dengan frekwensi yang sama dan penamaannya dinamakan (overlay dan Underlay). Penamaannya di atas ini hanya untuk membedakan type RBS lama dan RBS yang baru. Dengan dibedakan Penamaannya yaitu Overlay dan underlay, difungsikan dan diperuntukkan system konfigurasi yang berbeda didalam BSC. Dalam System konfigurasinya untuk Cell A dan Cell B mendominasi ke BSC (TG) yang sama. Namun untuk Cell C dibedakan di BSC (TG) yang berbeda. System yang digunakan ini diperuntukan menghindari permasalahan yang terjadi suatu hal dan memganngu signal didalam BSC yang sama. Dalam Istilah dunia telekomnunkasi untuk system transmissi dinamakan proteksi untuk main link nya. Adapun Implementasi penambahan TRX dengan menambahkan perangkat baru (RBS) dan membuat konfigurasi alokasi yang berbeda didalam system BSC untuk per cell. Berikut kegunaan aplikasi system yang berbeda di alokasi BSC dan yang digunakan disenayan city ini dari itemitem Implementasi penambahan TRX nya yaitu: 1. Cell Load Sharing, dimana traffik dengan kondisi suatu sel mengalami kongesti dan sel yang bertetanggaan atau yang berhadapan tidak mengalami kongesti atau masih dalam prosentase yang cukup maka dilakukanlah perubahan parameter di sisi BSCnya, pada umumnya dengan mengurangi daya coverage sel kongesti dan memperbesar sisi lawannya sehingga terjadi pembagian beban traffic. 2. Penambahan penamaan (Overlay) di dalam berbeda BSC, dimana penambahan ini difungsikan untuk Cell C saja. Pembedaan BSC ini diperuntukan proteksi Cell A dan Cell B bilamana terjadi masalah. Dan pembedaan ini juga menghindari custumer complain yang sering terjadinya kongesti di Senayan city ini. 3. Penambahan TRX di BSC dimana ini gunanya memperbesar kapasitas disuatu jaringan coverage tersebut.
54
4. Penambahan TRU (di RBS baru),, adalah salah satu pelengkap didalam komponen RBS yang digunakan untuk system TRXnya dari perangkat RBS. dimana penambahan ini hanya terjadi pada sel yang mengalami kongesti, dan sel ini masih dalam satu BTS.
Dalam bahasan ini, penulis menekankan solusi kepadatan traffic dengan penambahan kapasitas baik itu berupa penambahan hardware TRU maupun dengan penambahan RBS yang baru, sehingga terjadi pembagian beban traffik. TRU sebagai modul interface pembicaraan menjadi modul inti pada setiap BTS. BTS secara penuh dapat terdiri dari 3 sel, dimana standart pada setiap cell dapat maksimum terdiri dari 2 TRU dengan 4 TRX (Type RBS ericsson). Pada setiap satu TRU dapat terisi oleh 32 kanal pembicaraan (time slot) yang juga digunakan sebagai kanal broadcasting signal (BCCH) dan kanal signaling (SDCCH), tapi BCCH maupun SDCCH bisa digunakan pada beberapa timeslot di TRU manapun, mengingat penggunaannya hanya sebagai broadcast signal dan signaling saja. Sedangkan jika kapasitas pada suatu BTS atau suatu sel telah mencapai titik maksimumnya maka dimungkinkan untuk membangun BTS baru untuk mengatasi kongesti tersebut. Item pekerjaan yang di implementasikan untuk penambahan TRX di Senayan city: 1. Installasi Civil untuk pondasi dari RBS baru 2. Installasi Equitment RBS di Pondasi baru 3. Installasi Wearing cable trx existing (Cell C) ke Berbeda BSC 4. Inserd TRU sesuai configurasi baru 5. Setting parameter di RBS baru sesuai dengan konfigurasi baru Dalam Perangkat RBS baru yang akan dipasang mempunyai standarisasi yang sama dengan perangkat RBS yang lama. Berikut Type RBS Ericksson yang digunakan di Senayan city;
55
Configurasi 12 Trx
Gambar 3.16. Isi kabinet RBS 2106 pada sebuah BTS
Overview dan system pelakasanaan implementasi harus mengikuti prosedure langkahlangkah pekerjaan guna efisiensinya kerja yang ditetapkan oleh team servisory di lapangan. Yang dimana supervisory dilapangan tersebut sudah membuat dan mempunyai langkahlangkah yang harus dilaksanakan. Adapun procedure tersebut melibatkan banyak orang yang harus membuat desain baru dari system Trx yang mau ditambahkan. Disaat pengimplementasi penambahan TRX ini menggangu desain yang sudah ada dirubah ke desain yang baru dan dibutuhkannya down time. Dengan adanya down time nya trafik untuk meng implementasikan di haruskan saat tidak adanya aktifitas di senayan city. Pekerjaan dilakukan dimalam hari setelah tutupnya toko yang ada di senayan city dan dalam waktu hanya beberapa jam saja untuk mengimplementasikanya. Dengan memanfaatkan Waktu yang sangat minim ini diperlukan melakukan persiapan yang sangat matang untuk melakukan pekerjaannya.
56