BAB III SOLUSI BISNIS
Berdasarkan hasil analisis pada akar permasalahan di Bab II, dapat disimpulkan bahwa permasalahan bagi PT Ultrajaya pada saat ini adalah minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai manfaat dan keunggulan produk susu cair. Hal ini menimbulkan persepsi yang tidak tepat terhadap produk susu cair. Dari Tabel 2.8 dapat dilihat bahwa persepsi mahasiswi mengenai susu cair yang tidak tepat antara lain : •
Susu cair dianggap memiliki kandungan gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan susu bubuk.
•
Susu cair dianggap memiliki kandungan bahan pengawet yang lebih banyak dibandingkan dengan susu bubuk.
•
Susu cair dianggap kurang dapat mencegah terjadinya osteoporosis dibandingkan dengan susu bubuk.
•
Susu cair dianggap lebih dapat memicu kegemukan dibandingkan dengan susu bubuk.
•
Susu cair dianggap kurang dapat bermanfaat bagi kecerdasan otak dibandingkan dengan susu bubuk.
•
Susu cair dianggap kurang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dibandingkan dengan susu bubuk.
Oleh sebab itu, solusi bisnis yang tepat bagi PT Ultrajaya adalah melakukan edukasi terhadap mahasiswi sebagai calon ibu yang nantinya akan menjadi decision maker dalam pembelian susu. Dalam projek akhir ini akan dibahas mengenai edukasi untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair. Persepsi yang yang berkembang di masyarakat adalah adanya bahan pengawet di dalam susu cair seperti dapat dilihat pada hasil FGD di bawah ini.
79
Susu cair pasti mengandung bahan pengawet karena semua minuman dalam kemasan pasti berpengawet. Susu bubuk berbentuk padat sehingga akan lebih tahan lama jadi pengawetnya pasti sedikit. (FGD Kelompok III,2007)
Dari hasil FGD di atas, dapat dilihat bahwa ibu-ibu memiliki persepsi bahwa susu cair memiliki kandungan bahan pengawet bahkan dianggap kandungan bahan pengawet yang terdapat di dalam susu cair tersebut lebih besar dibandingkan dengan susu bubuk. Hasil ini juga didukung oleh hasil kuesioner yang dibagikan kepada para mahasiswi dimana persepsi mahasiswi juga menganggap bahwa susu cair mengandung bahan pengawet yang lebih banyak dibandingkan dengan susu bubuk. Persepsi yang salah tersebut dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya konsumsi susu cair dibandingkan dengan susu bubuk karena masyarakat cenderung mulai takut akan dampak buruk yang diakibatkan oleh bahan pengawet seperti penyakit kanker.
Persepsi tersebut dapat berkembang di masyarakat karena masyarakat melakukan generalisasi terhadap semua minuman di Indonesia yang kebanyakan mengandung bahan pengawet dan juga kebanyakan tidak memiliki pengetahuan mengenai UHT dan kemasan aseptik yang digunakan oleh susu cair UHT. Padahal, susu cair yang menggunakan teknologi UHT dan kemasan aseptik tidak mengandung bahan pengawet di dalamnya karena : a) Teknologi UHT dapat membunuh semua mikroorganisme yang terdapat di dalam susu seperti tercantum dalam pernyataan berikut : “Untuk susu UHT (ultra high temperature), pengolahan susu segar ini menggunakan pemanasan suhu tinggi (135-145 derajat celcius) dalam waktu yang relatif singakt 2-5 detik. Proses pemasanan seperti itu selain dapat membunuh seluruh mikroorganisme (bakteri pembusuk maupun patogen) dan spora (jamur) juga untuk mencegah kerusakan nilai gizi. Bahkan dengan proses UHT, warna, aroma dan rasa relatif tidak berubah dari aslinya sebagai susu segar.” (KeluargaSehat.com, 2004)
b) Kemasan aseptik dapat melindungi susu dari lingkungan luar baik mikroorganisme maupun cahaya sehingga susu cair tersebut dapat bertahan lama dan kualitasnya dapat terjaga dengan baik seperti tercantum dalam pernyataan berikut :
80
“Teknologi pengemasan aseptic pada 1989, yang menggunakan enam lapis kertas, plastik polyethylene, dan alumunium foil yang mampu melindungi susu dari udara luar, cahaya, kelembaban, aroma luar, dan bakteri.” (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, n.d.)
Oleh karena itu, PT Ultrajaya perlu menyampaikan fakta-fakta tersebut kepada mahasiswi melalui suatu edukasi agar dapat mengubah persepsi mahasiswi yang salah mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair. Proses edukasi ini dapat dilakukan melalui beberapa alternatif seperti yang akan dibahas pada subbab selanjutnya.
3.1. Alternatif Solusi Bisnis Produk susu merupakan produk yang berhubungan dengan kesehatan, sehingga tentu saja evaluasi dalam pembelian produk susu akan berbeda dengan evaluasi dalam pembelian produk lain. Pada produk susu, faktor kepercayaan akan sangat berpengaruh pada proses evaluasi pembelian susu. Oleh sebab itu, agar dapat melakukan edukasi yang efektif, maka proses edukasi ini harus dilakukan berdasarkan atribut-atribut yang menjadi pembentuk kepercayaan target edukasi. Dari hasil FGD dan brainstorming, terdapat 14 buah atribut yang dapat membentuk kepercayaan seseorang dalam pemilihan produk susu. Namun, tidak semua atribut tersebut dapat membentuk kepercayaan mahasiswi terhadap produk susu. Untuk segmen mahasiswi ini, atribut-atribut yang dapat membentuk kepercayaan dalam pemilihan produk susu dapat dilihat pada subbab 2.4.1.4 sebelumnya. Urutan atribut-atribut yang dipercaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Atribut-Atribut Pembentuk Kepercayaan Urutan
Atribut yang Dipercaya
1
Pengalaman pribadi
2
Ada pembuktian secara langsung
3
Pendapat ahli
4
Pengalaman orang lain
5
Brand/merek ternama
6
Reputasi produsen yang baik
7
Banyak yang mengkonsumsi
81
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat tujuh atribut yang dapat membentuk kepercayaan mahasiswi terhadap produk susu. Ketujuh atribut tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam melakukan edukasi terhadap persepsi-persepsi susu cair yang tidak tepat.
3.2. Analisis Solusi Bisnis Berdasarkan data di atas, terdapat tujuh buah alternatif untuk menyampaikan edukasi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair. Dari ketujuh alternatif pembentuk kepercayaan tersebut, tidak semua atribut dapat efektif digunakan dalam mengubah persepsi mahasiswi terhadap kandungan bahan pengawet di dalam susu cair. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap ketujuh alternatif tersebut. Adapun analisis dari masing-masing alternatif tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi diperoleh dari hasil pengalamannya selama menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk. Untuk membuktikan bahwa susu cair tidak mengandung bahan pengawet, pengalaman pribadi tidak dapat digunakan karena ada atau tidaknya kandungan bahan pengawet di dalam suatu produk harus dilakukan melalui pengujian. Hal ini akan berbeda apabila dilakukan eksperimen mengenai rasa makanan lewat pengalaman pribadi karena kualitas rasa tersebut dapat diketahui secara langsung hasilnya apakah rasa makanan tersebut enak atau tidak. Oleh karena itu, meskipun pengalaman pribadi menempati urutan pertama dalam hal pembentuk kepercayaan mahasiswi terhadap susu cair, atribut tersebut tidak dapat digunakan untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair.
2. Ada pembuktian secara langsung Pembuktian secara langsung dapat membentuk kepercayaan seseorang karena orang tersebut terlibat atau melihat secara langsung proses pengujiannya sehingga tidak disangsikan kebenarannya. Untuk pembuktian langsung mengenai kandungan bahan pengawet dapat dilakukan dengan melakukan pengujian. Oleh karena itu, pembuktian secara langsung dapat digunakan oleh
82
PT Ultrajaya untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair.
3. Pendapat ahli Produk susu merupakan produk yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia sehingga seseorang akan percaya kepada pendapat orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Oleh karena itu, pendapat ahli tersebut dapat digunakan untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair. Adapun ahli yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai kandungan bahan pengawet ini adalah ahli dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan ahli gizi.
4. Pengalaman orang lain Pengalaman orang lain merupakan salah satu alternatif cara yang dapat membentuk kepercayaan mahasiswi terhadap produk susu. Hal ini berarti mahasiswi akan cenderung percaya dengan pendapat orang lain yang telah mencoba dan merasakan manfaat dari suatu produk susu. Akan tetapi, untuk mengetahui apakah susu cair tersebut mengandung bahan pengawet atau tidak, diperlukan suatu bukti atau penelitian karena kandungan bahan pengawet tidak dapat diketahui secara langsung oleh orang lain yang telah merasakan produk tersebut. Oleh karena itu, pengalaman orang lain sulit digunakan untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair.
5. Brand/merek ternama Atribut brand/merek ternama dinilai dapat membentuk kepercayaan mahasiswi terhadap produk susu. Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswi akan cenderung percaya pada produk susu yang telah memiliki brand yang terkenal. Brand susu Ultra merupakan brand susu cair yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini terlihat dari hasil FGD yang menggambarkan bahwa semua peserta telah mengetahui brand susu Ultra. Selain itu, brand susu Ultra juga sudah berhasil meraih penghargaan berupa Superbrands. Akan
83
tetapi, atribut brand/merek ternama tersebut tidak dapat digunakan untuk mengedukasi mahasiswi mengenai kandungan pengawet karena lewat brand tersebut mahasiswi tidak dapat mengetahui apakah susu cair tersebut mengandung pengawet atau tidak.
6. Reputasi produsen yang baik Atribut pembentuk kepercayaan ini menggambarkan bahwa mahasiswi akan percaya terhadap produk susu jika produsen telah memiliki reputasi yang baik seperti meraih sertifikat ISO, penghargaan atas kepuasan pelanggan, image yang baik di mata masyarakat karena memiliki kepedulian sosial, dan sebagainya. Akan tetapi, reputasi produsen ini tidak dapat digunakan untuk mengedukasi mahasiswi mengenai kandungan pengawet karena reputasi produsen yang baik tidak dapat membuktikan apakah susu cair tersebut mengandung bahan pengawet atau tidak.
7. Banyak yang mengkonsumsi Atribut pembentuk kepercayaan ini menggambarkan bahwa mahasiswi akan percaya terhadap produk susu jika susu tersebut sudah dikonsumsi oleh banyak orang. Atribut ini dapat digunakan untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan bahan pengawet di dalam susu cair karena susu cair UHT sudah banyak dikonsumsi di negara-negara lain. Di negaranegara lain, kebanyakan masyarakatnya sudah sadar akan kesehatan sehingga masyarakat tersebut cenderung mengkonsumsi produk-produk yang aman bagi kesehatan seperti produk yang tidak menggunakan bahan pengawet. Dengan tingginya tingkat konsumsi susu cair khususnya susu cair UHT di negara lain dapat digunakan sebagai bukti bahwa susu cair UHT aman dikonsumsi dan baik untuk kesehatan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dari tujuh buah alternatif pembentuk kepercayaan mahasiswi terhadap produk susu, hanya terdapat tiga buah atribut yang dapat digunakan untuk mengubah persepsi mahasiswi mengenai kandungan
84
bahan pengawet di dalam susu cair yaitu pembuktian secara langsung, pendapat ahli, dan banyak yang mengkonsumsi.
85