BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Alternatif Solusi Bisnis 3.1.1 Kelayakan Investasi Dalam rencana ivestasi pembangunan PKS kemitraan PT BSU ini akan dianalisis solusi bisnis perusahaan terhadap penggunaan sumber daya kapital yang berguna untuk meningkatkan nilai perusahaan di waktu yang akan datang. Diharapkan dalam jangka waktu tertentu penggunaan sumber daya kapital ini dapat memberikan pengembalian tertentu bagi pemegang saham dan investor yang telah menanamkan modalnya di perusahaan. Untuk itu diperlukan suatu metoda analisis yang secara sistematis dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Kelayakan suatu investasi ditentukan dari beberapa faktor, yaitu aspek manajemen, aspek operasional, aspek pemasaran, aspek lingkungan, dan aspek keuangan. Dari aspek keuangan suatu investasi dapat dinyatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
Net Present Value (NPV), harus lebih besar atau sama dengan nol.
2.
Internal Rate of Return (IRR), harus lebih besar daripada discount rate atau cost of capital.
3.
Payback Period, yaitu jangka waktu yang diperlukan bagi perusahaan untuk mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk sebuah
project. Payback period untuk setiap jenis usaha berbeda‐beda tergantung dari karakteristik usaha tersebut. 4.
Profitability Index / Benefit Cost Ratio, menggambarkan perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari aliran kas keluar di masa yang akan datang. Suatu project dianggap layak untuk dijalankan apabila nilai profitability index dari project tersebut lebih besar dari satu, dan sebaliknya jika profitability index dari project tersebut lebih kecil dari satu maka project tersebut dianggap tidak layak untuk dijalankan.
5.
Return On Investment, yaitu besarnya tingkat pengembalian yang diberikan dari suatu investasi kepada investor dan kreditor. Return On Investment dapat diartikan dalam tiga istilah yang berbeda yaitu Return On Asset (ROA), Return On Invested Capital (ROIC), dan Return On Equity (ROE), dimana penggunaan ketiga istilah tersebut akan menghasilkan nilai yang berbeda (Anthony et.al., 2004:413). Dalam penilaian kelayakan investasi pembangunan PKS kemitraan ini digunakan pendekatan ROIC dan ROE sebagai bagian dari kriteria penilaian kelayakan investasi project ini, dimana ROIC harus lebih besar dari cost of capital (WACC) dan ROE harus lebih besar dari return yang diberikan dari alternatif investasi di tempat lain dengan risiko yang sama.
6.
Economic Value Added (EVA), menggambarkan apakah suatu project memberikan kontribusi yang positip secara ekonomis bagi perusahaan (Gitman, 2006:513). Sebagai kriteria penilaian kelayakan investasi EVA yang dihasilkan dari suatu project harus lebih besar dari nol.
3.1.2 Valuasi Harga Saham
Saham merupakan bukti penyertaan modal seseorang atau institusi pada sebuah perusahaan. Dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti suatu pihak, baik institusi maupun perseorangan menginvestasikan modal atau dana yang nantinya akan digunakan oleh pihak manajemen untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Dengan menginvestasikan dana ke dalam suatu perusahaan diharapkan pada waktu yang akan datang investor akan memperoleh suatu tingkat pengembalian (return) tertentu dari perusahaan. Bila perusahaan memperoleh laba bersih di akhir tahun, pemegang saham akan mendapat pembagian keuntungan berupa dividend. Besarnya dividend yang akan dibagikan ditentukan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Karena dividend bersifat kebijakan, tidak ada rumusan tertentu atau keharusan yang menetapkan besaran dividend. Selain pembagian dividend, return yang dapat diperoleh pemegang saham adalah dengan melakukan penjualan kembali atau melepas kepemilikan atas saham tersebut ketika harga jual saham lebih besar dari harga sewaktu melakukan pembelian saham tersebut, selisih dari keuntungan ini biasa disebut dengan capital gain. Investor akan membeli saham jika saham tersebut sedang under valued atau pada saat market price saham tersebut lebih rendah daripada intrinsic value, dan menjualnya bila harga saham sedang over valued atau ketika market price saham tersebut lebih tinggi daripada intrinsic value (Gitman, 2006:339). Penilaian harga saham yang layak bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metoda. Metoda yang umum digunakan untuk menilai harga yang layak bagi suatu saham diantaranya adalah Discounted Cash flow Method, Dividend Discount Model, dan Relative Valuation.
3.1.2.1 Discounted Cash Flow Method Dalam valuasi perusahaan menggunakan discounted cash flow method, nilai dari suatu perusahaan dihitung berdasarkan nilai sekarang (present value) dari expected cash flow yang dihasilkan perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian perusahaan dengan menggunakan metoda DCF pada dasarnya tidak hanya melihat kondisi perusahaan pada masa kini, tetapi juga prospek perusahaan di masa yang akan datang. Penghitungan harga saham suatu perusahaan dengan menggunakan metoda DCF dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Share Price =
Equity Value Number of Share Outstanding
Dimana, Share Price
Equity Value
= Harga Saham = Present value dari excpected free casf flow to equity didiskontokan dengan cost of equity
Number of Share Outstanding = Jumlah saham yang beredar Selain menggunakan pendekatan free cash flow to equity, nilai dari equity perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan firm valuation model, dimana untuk menghitung equity value perusahaan digunakan persamaan berikut:
Equity Value = Firm Value – Net Debt
Dimana,
Firm Value
= Present value dari expected free cash flow didiskontokan dengan WACC
Net Debt
= Jumlah hutang jangka panjang
3.1.2.2 Dividend Discount Model Metoda dividend discount model merupakan salah satu metoda yang sering digunakan untuk menghitung harga saham sebuah perusahaan, metoda ini memiliki prinsip penghitungan yang hampir sama dengan metoda discounted cash flow, yang membedakan metoda ini dengan metoda discounted cash flow adalah dalam metoda ini expected cashflow diganti dengan menggunakan besarnya pembayaran expected dividend yang dilakukan perusahaan di masa yang akan datang. Untuk menghitung harga saham yang layak dengan menggunakan dividend discount model dapat digunakan persamaan berikut:
Share Price =
E (DPS)1 (1+ke)1
+
E (DPS)2 (1+ke)2
+ … +
E (DPS)t (1+ke)t
Dimana, DPSt = Expected dividends per share pada tahun ke‐t ke
= cost of equity Persamaan diatas dapat digunakan dengan asumsi perusahaan
membagikan dividend dengan nilai dividend per share yang berbeda‐beda setiap tahunnya. Selain dengan menggunakan persamaan diatas, harga saham yang layak dapat juga dihitung dengan menggunakan pendekatan Gordon Growth Model, dimana pada pendekatan ini nilai pertumbuhan dividend per share yang dibayarkan perusahaan diasumsikan meningkat secara konstan (stable growth
rate). Penghitungan harga saham yang layak dengan pendekatan ini dapat dapat ditentukan dengan persamaan berikut (Damodaran, 2006:158). Value of stock =
E (DPS)1 ke - g
Dimana, DPS1 = Expected dividend next year ke
= Required rate of return for equity investor
g
= Growth rate of dividen
3.1.2.3 Relative Valuation Dalam dua metoda sebelumnya, penilaian suatu asset atau perusahaan didasarkan pada expected cash flow, tingkat pertumbuhan, dan karakteristik risiko dari asset tersebut. Dalam relative valuation, suatu asset atau perusahaan dinilai dengan cara membandingkan asset tersebut dengan asset lain yang sejenis. Ada banyak alternatif yang dapat digunakan dalam menilai harga saham suatu perusahaan dengan menggunakan relative valuation. Beberapa alternatif tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 3.1.2.3.1 Earnings Multiples Salah satu cara dalam menilai apakah harga suatu saham overvalued atau undervalued dengan menggunakan metoda Earnings Multiples adalah dengan membandingkan P/E ratio saham tersebut. Dimana untuk menentukan P/E ratio suatu saham dapat menggunakan persamaan berikut:
P/E Ratio =
Share Price EPS
Dimana, Share price
= Harga saham
EPS
= Earnings per share
Dengan menggunakan P/E ratio akan didapat perbandingan antara harga saham dengan besarnya earnings yang didapat dari tiap lembar saham, untuk menentukan apakah harga suatu saham overvalued atau undervalued harus dibandingkan antara P/E ratio perusahaan yang akan dinilai dengan perusahaan lain yang sejenis atau P/E rata‐rata industri sejenis. Apabila P/E ratio perusahaan yang dinilai lebih kecil dari P/E ratio industri, maka harga saham perusahaan tersebut dibawah harga pasar. Sedangkan jika P/E ratio perusahaan yang dinilai lebih besar dari P/E ratio industri maka harga saham perusahaan tersebut berada diatas harga pasar 3.1.2.3.2 Book Value Multiples Metoda Book Value Multiples membandingkan antara harga pasar (market value) dari saham suatu perusahaan terhadap intrinsic value (book value) dari saham tersebut. Investor terkadang mempertimbangkan perbandingan antara harga yang dibayarkan untuk membeli saham suatu perusahaan dengan book value dari saham tersebut dan membandingkannya dengan Price to Book Value (PBV) dari saham perusahaan lain yang sejenis. Apabila PBV perusahaan tersebut lebih kecil dari PBV perusahaan sejenis maka harga saham perusahaan tersebut undervalued, sedangkan jika PBV perusahaan tersebut lebih besar dari PBV perusahaan sejenis maka harga saham perusahaan tersebut berada diatas harga pasar.
3.1.2.3.3 Revenue Multiples Pendekatan dengan metoda Earnings Multiples dan Price to Book Value adalah pendekatan yang banyak dipengaruhi oleh prinsip akuntansi, sehingga hasil yang didapatkan akan sangat tergantung terhadap prinsip dan aturan akuntansi yang digunakan perusahaan. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruh prinsip dan aturan akuntansi adalah dengan menggunakan metoda Revenue Multiples. Metoda ini membandingkan antara harga saham suatu perusahaan dengan revenue yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan metoda ini akan lebih mudah untuk membandingkan antara perusahaan yang satu dengan yang lain walaupun perusahaan tersebut menggunakan prinsip akuntansi yang berbeda. 3.2 Analisis Solusi Bisnis Dalam penelitian ini metoda yang diambil untuk menentukan kelayakan investasi adalah metoda discounted cash flow dan untuk menentukan harga saham yang wajar bagi PKS kemitraan ini digunakan discounted cash flow method dan relative valuation. Penggunaan metoda discounted cash flow untuk menentukan kelayakan investasi project ini karena dalam kasus ini data mengenai perkiraan produksi TBS anggota kemitraan cukup tersedia secara detail, sehingga proyeksi penjualan dan pembelian yang akan menggambarkan proyeksi cash flow perusahaan dapat dihitung dengan lebih akurat. Sedangkan penggunaan metoda discounted cash flow dan P/E multiples untuk menghitung harga saham yang layak untuk project ini karena selain berdasarkan free cash flow perusahaan, penilaian harga saham sebaiknya juga dibandingkan dengan P/E ratio industri sejenis, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa harga saham perusahaan dihargai oleh pasar. Sedangkan
untuk penggunaan dividend discount model dianggap kurang sesuai untuk kasus ini karena PKS kemitraan ini nantinya merupakan perusahaan baru yang belum memiliki historical dividend, Karena dividend pada prinsipnya merupakan kebijakan manajemen perusahaan, tanpa adanya data historis mengenai besarnya pembagian dividend yang dilakukan perusahaan, maka akan sulit untuk memperkirakan besarnya dividend yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham. 3.2.1 Analisis Kelayakan Investasi Dengan menggunakan Discounted Cash Flow Method akan didapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi pembangunan PKS kemitraan PT BSU. Suatu investasi dapat dinyatakan layak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 3.2.1.1 Net Present Value (NPV) NPV atau net present value adalah nilai masa kini dari proyeksi cashflow masa depan. NPV dari sebuah proyek atau investasi didefinisikan sebagai penjumlahan nilai sekarang dari expected cash flow dikurangi dengan initial investment. Expected cash flow merupakan perkiraan besaran jumlah free cash flow yang dihasilkan setiap tahun dari investasi yang dilakukan perusahaan. Untuk menentukan nilai NPV, free cash flow tersebut didiskontokan dengan tingkat diskonto tertentu dan dikurangi dengan initial investment. Suatu project dapat dinyatakan layak apabila jumlah free cash flow yang telah didiskontokan tersebut lebih besar dari initial investment. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menentukan nilai NPV, tahap pertama adalah menghitung besarnya free cash flow yang dihasilkan setiap tahun dari project tersebut, langkah kedua menentukan nilai discount rate,
dan langkah yang ketiga adalah mengitung nilai NPV dengan menggunakan persamaan berikut:
Dimana, Cn = Besarnya cash flow yang dihasilkan proyek tersebut pada tahun ke‐n, Co
= Besarnya investasi awal
k
= cost of capital. Besarnya nilai cost of capital ditentukan dengan menggunakan weighted
average cost of capital (WACC). WACC adalah besarnya rata‐rata biaya yang harus dikeluarkan untuk sumber pendanaan yang berbeda‐beda dan proporsinya disesuaikan dengan besarnya masing‐masing sumber pendanaan tersebut. NPV merupakan salah satu alat evaluasi keuangan yang paling akurat untuk mengestimasi nilai suatu investasi. Keuntungan dari penggunaan NPV adalah karena NPV sudah memperhitungkan hal‐hal sebagai berikut: ‐
Time Value of Money NPV menggunakan konsep present value dari jumlah cashflow yang diterima dari suatu investasi, dimana satu rupiah yang diterima sekarang akan lebih berharga dibandingkan satu rupiah yang diperoleh tahun depan.
‐
Risk NPV sudah memasukkan risiko yang berhubungan dengan sebuah project atau investasi melalui discount rate.
‐
Flexibility NPV adalah konsep yang fleksibel karena sudah disesuaikan tingkat inflasi yang dapat berbeda‐beda setiap tahunnya.
Dalam penelitian ini dihiitung dua nilai NPV, yaitu NPV terhadap perusahaan (project) dan NPV terhadap equity, penghitungan dua nilai NPV ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah project ini dapat memberikan nilai NPV yang positip baik terhadap perusahaan maupun terhadap pemegang saham. Perhitungan nilai NPV to equity dapat menggunakan persamaan yang sama dengan perhitungan nilai NPV seperti pada persamaan diatas, namun untuk NPV to equity, free cash flow yang digunakan adalah free cash flow to equity dan discount rate yang digunakan adalah cost of equity. 3.2.1.2 Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah discount rate pada saat NPV suatu proyek bernilai sama dengan nol, penghitungan nilai IRR dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
3.2.1.2.1 Keuntungan Penggunaan IRR Penggunaan IRR telah dipakai secara luas dalam berbagai analisis kelayakan suatu project sebagai pembanding antara cost of capital dengan rate of return dari suatu project. Keuntungan utama dari penggunaan IRR adalah memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk membandingkan tingkat cost of capital dari suatu project dengan IRR yang didapatkan dari project tersebut. Jika IRR lebih besar dari cost of capital maka project tersebut dapat diterima,
sedangkan jika IRR lebih kecil dari cost of capital project tersebut maka project tersebut ditolak. Selain itu penghitungan IRR tidak memerlukan discount rate seperti yang dibutuhkan untuk melakukan penghitungan nilai NPV suatu project. Sehingga dengan menggunakan IRR dapat menyederhanakan cara penghitungan dari nilai suatu project. 3.2.1.2.2 Kelemahan Penggunaan IRR Walupun penggunaan IRR dapat memberikan keuntungan‐keuntungan seperti yang dijelaskan diatas, namun IRR juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan‐kelemahan dari penggunaan IRR adalah sebagai berikut: ‐ Terdapat kemungkinan IRR ganda Hal ini dapat terjadi apabila terjadi perubahan cashflow dari suatu project dari positip menjadi negatip lebih dari sekali selama umur project tersebut, sehingga hasilnya menjadi tidak rasional. ‐ Tidak ada IRR, yaitu IRR tidak rasional atau bernilai negatip Hal ini dapat terjadi karena konsep IRR merupakan present value cash outflow sama dengan present value cash inflow, sehingga jika nilai present value dari cash outflow yang berada pada awal periode lebih besar dari jumlah cash inflow sebelum dikonversi ke present value, maka tidak akan ada IRR atau kalau ada nilai IRR menjadi tidak rasional / negatip. ‐ Reinvestasi cashflow dengan menggunakan metoda IRR ditentukan berdasarkan tingkat IRR dan bukan berdasarkan tingkat yang disyaratkan investor seperti cost of equity atau cost of debt, hal ini sebenarnya tidak relevan bagi investor karena investor menginvestasikan dana dengan menanggung risiko atas cost of equity atau cost of debt.
Sama seperti perhitungan nilai NPV, nilai IRR yang dihitung adalah IRR to project dan IRR to equity, dimana untuk IRR to equity, free cash flow yang digunakan merupakan free cash flow to equity. 3.2.1.3 Payback Period Payback period merupakan salah satu metoda analisis yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan suatu investasi. Payback period didefinisikan sebagai lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi awal yang telah dikeluarkan berdasarkan cashflow yang dihasilkan oleh project tersebut. Jangka waktu pengembalian suatu project tidak boleh melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan perusahaan atau investor. Apabila ada dua project yang bersifat mutually exclusive maka project dengan payback period tercepat yang dipilih. Payback period suatu project dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
3.2.1.3.1 Keuntungan Metoda Payback period Keuntungan dari penggunaan metoda Payback period adalah sebagai berikut: ‐
Merupakan metoda yang sederhana karena hanya menghitung jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian modal investasi suatu project berdasarkan cashflow yang dihasilkan project tersebut.
‐
Mudah dipahami, karena apabila ada lebih dari satu project yang akan dijalankan, perusahaan atau investor dapat mengambil keputusan hanya dengan melihat project yang memiliki payback period paling cepat.
3.2.1.3.2 Kelemahan Payback Period ‐
Tidak mempertimbangkan time value of money dan tingkat risiko suatu project, karena metoda ini tidak menggunakan discounted factor dan cost of capital.
‐
Tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari suatu project, karena dalam metoda ini cashflow yang didapat setelah jangka waktu pengembalian tidak diperhitungkan lagi, sehingga apabila ada project yang bersifat mutually exclusive maka project dengan jangka waktu pengembalian tercepat yang akan dipilih meskipun cashflow setelah payback period jumlahnya lebih kecil, sehingga project yang jangka waktu pengembaliannya lebih lama tetapi memiliki cashflow yang lebih besar setelah payback period menjadi tidak dipilih. Sama seperti pada perhitungan nilai NPV dan IRR, payback period yang
dihitung merupakan payback period to project dan payback period to equity, dimana cash flow yang digunakan untuk penghitungan payback period to equity adalah free cash flow to equity. 3.2.1.4 Profitability Index Profitability Index atau Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari aliran kas keluar di masa yang akan datang. Nilai profitability index dapat ditentukan dengan persamaan berikut
Dimana, PI
= Profitability Index
PV Cash Inflow
= Nilai sekarang dari kas masuk di masa yang akan datang
PV Cash Outflow
= Nilai sekarang dari kas keluar di masa yang akan datang
Sama seperti pengitungan nilai NPV, IRR, dan payback period, dalam penelitian ini dihitung dua nilai profitability index, yaitu profitability index terhadap perusahaan (project) dan profitability index terhadap equity, dimana cash inflow dan outflow yang digunakan untuk menghitung nilai profitability index to equity adalah cash inflow dan cash outflow to equity. 3.2.1.5 Return On Investment (ROI) Return On Investment (ROI) atau biasa disebut Return On Asset (ROA) adalah alat ukur yang umum digunakan untuk mengukur kinerja sebuah investasi. ROI secara keseluruhan mengukur tingkat keefektifan yang dilakukan manajemen / perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan aset yang tersedia saat ini. Semakin besar ROI menggambarkan semakin efektifnya manajemen perusahaan dalam mengelola aset yang ada untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perhitungan ROI dapat dilakukan menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan dengan menggunakan Return On Invested Capital (ROIC). ROIC menggambarkan besarnya tingkat pengembalian terhadap sumber daya kapital yang digunakan dalam suatu project. Sumber daya kapital tersebut dapat berasal dari hutang jangka panjang perusahaan atau shareholder’s equity.
Perhitungan nilai ROIC dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana, ROIC
= Return On Invested Capital
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
Invested Capital
= Sumber daya kapital yang digunakan
Untuk menghitung besarnya NOPAT dapat digunakan persamaan berikut:
Untuk menghitung nilai Adjusted Operating Profit Before Taxes digunakan langkah‐langkah sebagai berikut: 1. Bottom‐up approach Operating profit after depreciation and amortization + Implied interest from operating leases (From leasing footnotes) + Increase in the LIFO reserve (From inventory footnotes) + Increase in bad debt reserve + Increase in net capitalized research and development + Goodwill amortization = Adjusted Operating Profit before Taxes 2. Top‐down approach
Sales + Increase in LIFO reserve + Implied interest expense on operating leases + Other income ‐ Cost Of Goods Sold ‐ Selling, General & Administration expenses ‐ Depreciation = Adjusted Operating Profit before Taxes Untuk menghitung besarnya Cash Operating Taxes dapat menggunakan langkah‐langkah sebagai berikut: Income tax expense + Decrease in deferred taxes + The tax benefit from interest expense + The tax benefits from interest on leases ‐ Taxes on non‐operating income = Cash Operating Taxes Untuk menghitung besarnya invested capital digunakan langkah‐ langkah sebagai berikut: 1. Source of financing approach Book value of common equity + Preferred stock + Minority interest + Deferred income tax reserve + LIFO reserve + Accumulated goodwill amortization + Interest‐bearing short‐term debt + Long‐term debt + Capitalized lease obligations + PV of operating leases = Invested Capital 2. Asset approach(Capital Employed) Net working capital (current assets – non‐interest bearing liabilities) + LIFO reserve
+ Net property, plant & equipment + Other assets + Goodwill + Accumulated goodwill amortization + Present value of operating lease payments = Capital Employed / Invested Capital Untuk perhitungan ROIC dari rencana investasi pembangunan PKS kemitraan ini persamaan diatas perlu di modifikasi karena nilai NOPAT dan invested capital dapat berubah setiap tahunnya, sehingga perlu dicari nilai rata‐ rata ROIC dari tahun 2010 hingga 2019, dimana untuk mendapatkan nilai rata‐ rata tersebut dapat menggunakan persamaan berikut:
Dimana, ROIC
= Return On Invested Capital
ROIC t
= ROIC pada tahun ke‐t
ROIC t+n
= ROIC pada tahun ke t + n
3.2.1.6 Return On Equity (ROE) ROE merupakan salah satu alat utama yang paling sering digunakan dalam menilai suatu investasi bagi investor. Secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun. ROE memberikan gambaran tiga hal pokok, yaitu: 1.
Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)
2.
Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset
3.
Hutang yang dipakai dalam melakukan investasi tersebut
Nilai ROE dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
Dimana, ROE
= Return On Equity
Net Income
= Laba Bersih
Common Stock Equity
= Jumlah Modal Sendiri
Sama dengan penghitungan nilai ROI, Untuk perhitungan ROE dari rencana investasi pembangunan PKS kemitraan ini persamaan diatas perlu di modifikasi karena terdapat lebih dari satu nilai net income dan coomon stock equity yang dihitung dari tahun 2010 hingga 2019, oleh sebab itu perlu dicari nilai rata‐rata dari ROE yang didapat tiap tahun. Untuk menentukan nilai ROI dari pembangunan PKS kemitaan ini dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
Dimana, ROE
= Return On Equity
ROE t
= ROE pada tahun ke‐t
ROE t+n
= ROE pada tahun ke t + n
3.2.1.7 Economic Value Added (EVA®) EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi
keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan (Stewart, 1993: 224). Manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart, 1993: 118‐119): 1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal 2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada 3. Menarik
modal
dari
aktivitas‐aktivitas
usaha
yang
tidak
menguntungkan. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aset perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project‐project yang dapat menghasilkan return yang lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Economic Value Added (EVA) juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Untuk menentukan nilai EVA® dapat menggunakan persamaan berikut:
Dimana, EVA®
= Economic Value Added
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
WACC
= Weight Average Cost of Capital
Invested Capital
= Sumber daya kapital yang digunakan
Karena nilai EVA dari tahun ke tahun, maka nilai EVA tiap tahun harus di cari present value dari nilai EVA tiap tahun, untuk menentukan present value dari nilai EVA tersebut dapat digunakan persamaan berikut:
Dimana, PV EVA
= Present Value EVA
EVAt
= EVA tahun ke t
EVA t+n
= EVA tahun ke t+n
WACC
= Weighted Average Cost of Capital
3.2.2 Weighted Average Cost of Capital (WACC) Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan tingkat discount rate yang digunakan dalam menghitung NPV dan sebagai pembanding dengan nilai IRR. WACC mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki suatu project berdasarkan
sumber‐sumber
pendanaan
yang
digunakan.
WACC
menggambarkan tingkat pengembalian minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of retvrn) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian didalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing‐masing komponennya, yaitu cost of debt dan cost of equity, serta proporsi masing‐masing didalam struktur modal perusahaan. WACC dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Dimana, Wd = Proporsi debt yang digunakan kd = Cost of debt yang didapat berdasarkan suku bunga pinjaman T = Corporate Tax We = Proporsi equity yang digunakan ke = Cost of equity 3.2.2.1 Komponen‐komponen WACC 3.2.2.1.1 Cost of Debt Biaya hutang (Cost of Debt) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan karena adanya risiko kredit (credit risk), yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt adalah biaya yang harus dibayar perusahaan untuk memperoleh tambahan hutang baru jangka panjang di pasar sekarang. Biaya hutang dapat dihitung dengan cara membagi beban bunga yang dikeluarkan sebagai akibat adanya hutang jangka panjang dengan besamya jumlah hutang jangka panjang perusahaan dan dari hasil ini nantinya dikalikan dengan hasil pengurangan pajak perusahaan. 3.2.2.1.2 Cost of equity Biaya ekuitas (cost of equity) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban
membayar
bunga
dan
pokok
hutang
membuat
laba
bersih
perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi, sehingga menyebabkan timbulnya tambahan risiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya risiko bisnis (business risk) dan risiko finansial (financial risk). Business risk adalah risiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan financial risk adalah risiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok hutang. Perhitungan biaya ekuitas dapat dilakukan dengan cara pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model ini tidak menggunakan estimasi arus pembayaran dividend yang akan datang untuk menghitung biaya modal sendiri, melainkan mencoba langsung mengestimasi tingkat hasil yang dikehendaki investor. Berdasarkan metoda CAPM maka cost of equity dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana, krf = risk free rate, diasumsikan sebesar SBI rate 8,25% RPm = tingkat market risk premium, diasumsikan sebesar 6.5% (Bloomberg.com, 2008) β = elastisitas harga saham Untuk mencari β dapat digunakan β levered perusahaan sejenis yang sudah terdaftar di bursa efek, setelah β levered perusahaan sejenis didapat harus dicari β unlevered perusahaan sejenis tersebut dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana, βu = β unlevered βL = β levered industri sejenis T = Corporate tax D/E = Debt to Equity Ratio
Setelah β unlevered perusahaan sejenis tersebut didapat, maka β levered PT BSU dapat dicari dengan persamaan berikut
WACC dapat memperhitungkan risiko yang dimiliki suatu investasi, dan digunakan pada perhitungan NPV sebagai discount rate. Selain itu, WACC dijadikan sebagai pembanding terhadap IRR, apabila IRR lebih besar dari WACC maka NPV yang dihasilkan akan positip dan berarti suatu project dapat diterima atau layak. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari WACC, maka NPV suatu project akan bernilai negatip yang berarti project tesebut tidak layak untuk dijalankan. 3.2.3 Asumsi Dasar 3.2.3.1 Nilai WACC
Perhitungan nilai WACC ditentukan dari besarnya dana yang diperlukan untuk pembangunan PKS kemitraan tersebut dan proporsi pendanaannya. Berdasarkan data penawaran yang disampaikan PT PINDAD sebagai pihak yang akan melaksanakan pembangunan PKS kemitraan ini, maka secara keseluruhan untuk melaksanakan pembangunan PKS kemitraan direncanakan akan membutuhkan dana sebesar Rp 18,600,000,000. Perkiraan biaya ini belum mencakup biaya modal kerja, biaya notaris sebesar 0.5% dari jumlah pinjaman, biaya provisi bank sebesar 0.1% dari total pinjaman dan bunga yang harus dibayar perusahaan kepada kreditor selama 1 tahun masa pembangunan proyek. Rincian biaya investasi proyek diperlihatkan pada Tabel 3.1. Perhitungan besarnya modal kerja dan bunga masa pembangunan dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Tabel 4.3. Tabel 3.1 Rincian Biaya Investasi Proyek (Ribu Rupiah) Uraian Biaya Pra Operasi Project Management Total Biaya Pra Operasi Bangunan dan Infrastruktur Oil Storage Tank Raw Water Treatment Effluent Treatment Civil Work Total Bangunan dan Infrastruktur Mesin dan Peralatan Pabrik Mechanical Erection Reception & Sterrilization Module oil Clarification Module Extraction Module Kernel Recovery Module Stream Generation Plant Power House Anclliaries Total Mesin dan Peralatan Pabrik Biaya Investasi Pabrik Modal Kerja Total Biaya Investasi Bunga Masa Pembangunan Notaris (0.5% dari total pinjaman) Provisi Bank (0.1% dari total pinjaman) Total Biaya Proyek
Jumlah (Ribu Rupiah) 500,000 500,000 1,175,000 475,000 600,000 1,900,000 4,150,000 1,100,000 1,312,000 1,438,000 1,475,000 1,187,500 3,687,500 2,250,000 1,500,000 13,950,000 18,600,000 3,593,992 22,193,992 855,596 81,014 16,203 23,146,805
Berdasarkan rincian biaya proyek tersebut maka dapat ditentukan nilai WACC dengan perhitungan sebagai berikut WACC = ((kd x (1‐T)) x Wd)+(ke x We) Total Biaya Proyek
Rp 23,146,805,000
Pinjaman
Rp 16,202,763,000
Modal sendiri
Rp 6,944,041,000
Komposisi Pinjaman (Wd)
70%
Komposisi Ekuitas (We)
30%
Cost of Debt (kd)
13%
Cost of Equity (ke)
24.7%
Tax
30%
WACC
= ((13% x (1‐30%)) x 70%) + (24.70% x 30%)
= 13.78%
3.2.3.2 Perhitungan Nilai ke Untuk menentukan nilai cost of equity (ke) dapat digunakan persamaan sebagai berikut: ke = krf + ((RPm) x β) Langkah – langkah yang dilakukan dalam menghitung nilai ke adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Nilai β unlevered perusahaan sejenis Nilai β unlevered perusahaan sejenis dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Hamada sebagai berikut (Damodaran, 2006 : 224).
Dimana, βu
= β unlevered perusahaan sejenis
βL
= β levered perusahaan sejenis
D/E
= Debt to Equity Ratio perusahaan sejenis
T
= Corporate Tax (30%)
βL dan D/E yang digunakan dalam perhitungan ini adalah βL dan D/E perusahaan yang telah tercatat perdagangan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Data βL dan D/E perusahaan‐perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.2 βL dan D/E Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Nama Perusahaan βL D/ E βu PT Astra Agro Lestari 1.44 9.68% 1.35 PT Bakrie Sumatra Plantation 1.5 145.35% 0.74 PT London Sumatra 1.22 77.69% 0.79 Rata-rata 0.96
Sumber: Damodaran Online, 2008 Berdasarkan data diatas maka nilai rata‐rata dari βu perusahaan tersebut adalah sebesar 0.96. Setelah βu perusahaan sejenis didapat, langkah berikutnya adalah menentukan β PT BSU dengan persamaan sebagai berikut
Dimana, βL
= β PT BSU
βu
= β unlevered perusahaan sejenis
D/E
= Debt to Equity Ratio PT BSU (233.33%)
T
= Corporate Tax (30%)
Berdasarkan persamaan diatas akan didapat nilai β PT BSU yaitu sebesar 2.53. 2. Menentukan Nilai ke Untuk menentukan nilai ke digunakan persamaan berikut ke = krf + (Rpm) x β) Dimana, ke
= Cost of Equity
krf
= Risk free rate, diperoleh berdasarkan SBI rate
Rpm
= Risk Premium (rm‐rf), sebesar 6.5% (bloomberg.com)
β
= Elastisitas harga saham
Berdasarkan persamaan diatas maka nilai ke PT BSU adalah 8.25% + (6.5% x 2.53) = 24.70 % 3.2.3.3 Pendapatan Dasar‐dasar yang digunakan untuk menentukan besarnya pendapatan PKS kemitraan PT BSU adalah sebagai berikut: 3.2.3.3.1 Volume Pengolahan TBS
Dalam analisis kelayakan proyek ini volume TBS yang diperhitungkan adalah produksi TBS yang berasal dari anggota kemitraan, karena TBS ini merupakan potensi TBS yang menjadi dasar pertimbangan dibangunnya PKS kemitraan ini. Namun pada prakteknya nanti pabrik ini akan menerima TBS dari berbagai sumber, termasuk petani kelapa sawit maupun perusahaan di luar kemitraan. Kapasitas olah PKS kemitraan ini diperhitungkan sebagai berikut: ‐
Jumlah hari kerja per tahun = 300 hari
‐
Jumlah shift
‐
Jam kerja per hari
‐
Kapasitas olah per jam
= 10 ton TBS
‐
Kapasitas olah per tahun
= 60.000 Ton TBS
= 2 Shift
= 20 Jam
Luas kebun kelapa sawit anggota kemitraan (termasuk kebun PT BSU) tercatat seluas 2,054 ha. Dari data PT BSU diketahui rata‐rata kondisi tanaman tergolong kelas C dan D, kecuali kebun PT BSU yang umumnya mencapai kelas A dan B. Berdasarkan hal tersebut maka perkiraan potensi TBS pada tahun 2010 sebesar 34,340 ton, kemudian naik menjadi 37,757 ton pada tahun 2011, 38,548 ton pada tahun 2012 dan mencapai puncak sebesar 38,837 ton pada tahun 2013. Dengan demikian rata‐rata tingkat utilisasi pabrik berkisar antara 45% ‐ 54% dari total kapasitas terpasang. Tabel berikut memperlihatkan perkiraan rata‐rata tingkat utilisasi pabrik dari tahun 2010‐2019. Tabel 3.3 Rata-rata tingkat utilisasi pabrik (%) Kapasitas Terpasang (Ton) 72,000 Utilisasi Pabrik
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 36,340 37,757 38,548 38,837 38,175 37,346 36,370 35,828 34,764 32,873 50.47% 52.44% 53.54% 53.94% 53.02% 51.87% 50.51% 49.76% 48.28% 45.66%
3.2.3.3.2 Rendemen Minyak dan Inti Sawit Berdasarkan standar umum tanaman dan ketentuan mengenai rendemen minyak dan inti sawit untuk perkebunan plasma di propinsi Sumatera Selatan, rata‐rata rendemen minyak dan inti sawit kebun anggota kemitraan diasumsikan sebagai berikut: Tabel 3.4 Perkiraan Rendemen Minyak dan Inti Sawit Kebun Anggota Kemitraan Rendemen (%) Minyak Sawit Inti Sawit
TM 1 16.62 3.70
TM 2 16.85 3.90
TM 3 18.12 4.10
TM 4 18.75 4.25
TM 5 19.37 4.45
TM 6 20.00 4.60
TM 7 TM 8+ 20.62 21.25 4.80 5.00
Sumber: Dokumen PT BSU 3.2.3.3.3 Harga Jual Menurut data Kantor Pemasaran Bersama PTPN (KBPTPN), harga minyak kelapa sawit untuk tender bulan Januari ‐ April 2008 sebesar US$ 1054 per ton, apabila diasumsikan harga tersebut dapat bertahan di kisaran US$ 1000 per ton dan nilai tukar rupiah terhadap dolar diasumsikan sebesar Rp 9,200 per dolar, maka diproyeksikan harga minyak dan inti sawit pada tahun 2008 sebagai berikut: ‐
Minyak Sawit = Rp 9,000 per kilogram
‐
Inti Sawit = Rp 4,860 per kilogram Apabila diasumsikan harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 5%
per tahun, maka pada tahun 2010 harga minyak dan inti sawit masing‐masing diproyeksikan sebesar Rp 9,923 dan Rp 5,358 per kilogram. 3.2.3.4 Biaya‐Biaya 3.2.3.4.1 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi CPO dan PKO. Biaya‐biaya yang termasuk dalam proses produksi CPO dan PKO adalah biaya pembelian TBS, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 3.2.3.4.1.1 Pembelian TBS Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
395/Kpts/OT.140/11/2005 tentang pedoman penetapan harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit untuk perkebunan rakyat / petani plasma, maka untuk menentukan harga TBS milik anggota kemitraan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
HTBS = k x ((Rms x Hms) + (Ris x His)) Dimana, HTBS = Harga TBS Rms = Rendemen Minyak Sawit Hms = Harga Minyak Sawit Ris = Rendemen Inti Sawit His = Harga Inti Sawit k = Indeks proporsi yang menunjukan bagian yang diterima oleh pekebun Besarnya indeks ʺkʺ ditetapkan oleh Gubernur atau kepala dinas yang bertanggung jawab di bidang perkebunan berdasarkan usulan Tim Penetapan Harga Pembelian TBS. Berdasarkan persamaan tersebut maka diperkirakan harga TBS pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Uraian Harga TBS (Rp/Kg) Rata-Rata Harga TBS Kenaikan Harga / tahun
Tabel 3.5 Perkiraan Harga TBSTahun 2010 4 5 6 7 8 9 10 11 TM 4 TM 5 TM 6 TM 7 TM 8+ TM 1 TM 2 TM 3 1478 1505 1614 1671 1728 1785 1843 1901 1,691 5%
Asumsi yang digunakan dalam penentuan harga TBS tersebut adalah: Harga Minyak Sawit : Rp 9,923 Harga Inti Sawit : Rp 5,328 Konstanta : 80% 3.2.3.4.1.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Kebutuhan tenaga kerja langsung diasumsikan sebanyak 20 orang per shift, dengan jumlah biaya pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp 979,776,000,000 per tahun. Biaya ini diasumsikan mengalami kenaikan rata‐rata sebesar tingkat inflasi, yaitu 8% per tahun. 3.2.3.4.1.3 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik terdiri dari gaji tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan pembantu, pemeliharaan bangunan pabrik, pemeliharaan mesin‐mesin dan biaya pabrik lainnya yang belum tercakup dalam biaya‐biaya diatas. Jumlah biaya ini pada tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp1,192,244,000 3.2.3.4.2 Biaya Usaha Biaya – biaya yang termasuk kedalam biaya usaha adalah sebagai berikut: 3.2.3.4.2.1 Biaya Penjualan
Biaya penjualan diasumsikan sebagai berikut ‐ Biaya pengangkutan minyak sawit dan inti sawit Rp 150 per kilogram ‐ Biaya perijinan dan pergudangan di pelabuhan 0,5 % dari penjualan 3.2.3.4.2.2 Biaya Umum dan Administrasi Biaya umum dan administrasi terdiri dari : ‐
Gaji, Terdiri dari 1 orang direktur, 3 orang staf administrasi, 4 orang keamanan, dan 2 orang bagian umum
‐
Tunjangan kesejahteraan, biaya listrik dan air, biaya telepon dan fax, dan biaya administrasi kantor
3.2.3.4.2.3 Biaya Depresiasi dan Amortisasi 3.2.3.4.2.3.1 Depresiasi Biaya depresiasi dihitung berdasarkan biaya perolehan yang disusutkan menggunakan metoda straight line, biaya penyusutan disesuaikan dengan metoda penyusutan yang berlaku menurut peraturan perpajakan di Indonesia, dimana untuk kelompok harta berwujud dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok harta bukan bangunan dan kelompok harta bangunan. Penentuan kelompok dan tarif penyusutan didasarkan pada Pasal 11 Undang‐Undang No.17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (Waluyo, 2008 ; hal 112). Pengelompokan dan tarif penyusutan tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan Kelompok Harta Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Berdasarkan Metode Garis Lurus
Bukan Bangunan Kelompok I Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun
25% 12.50% 6.25% 5%
Bangunan Permanen Tidak Permanen
20 Tahun 10 Tahun
5% 10%
Berdasarkan ketentuan perpajakan tersebut, maka untuk bangunan dan infrastruktur pabrik dikelompokkan kedalam bangunan permanen, sedangkan untuk mesin dan peralatan pabrik dikelompokkan kedalam harta bukan bangunan yang termasuk dalam kelompok 2. Biaya penyusutan harta berwujud untuk project pembangunan PKS kemitraan ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Tarif Penyusutan Harta Berwujud PKSKemitraan Kelompok Harta Berwujud Bangunan dan Infrastruktur Mesin dan Peralatan Pabrik
Umur 20 8
Tarif Penyusutan 5% 12.50%
3.2.3.4.2.3.2 Amortisasi Untuk kelompok harta tidak berwujud biaya penyusutan disebut dengan biaya amortisasi. Untuk tujuan pajak dalam menghitung asset tetap tidak berwujud, terlebuh dahulu asset tersebut dikelompokkan sesuai dengan masa manfaatnya. Pengelompokan masa manfaat dan tarif amortisasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Kelompok Harta Tidak Berwujud dan Tarif Amortisasi Kelompok Harta Tidak Berwujud Kelompok I Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Tarif Penyusutan Berdasarkan Metode Garis Lurus 25% 12.50% 6.25% 5%
Masa Manfaat 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun
Penetapan masa manfaat dan tarif amortisasi dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam melakukan amortisasi. Metoda yang digunakan sesuai dengan metoda yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya. Apabila masa manfaat aset tetap tidak berwujud tidak tercantum pada kelompok masa manfaat, maka Wajib Pajak dapat menggunakan masa manfaat yang terdekat dari masa manfaat yang telah ditentukan (Waluyo, 2008:134). Besarnya masa manfaat harta tidak berwujud dapat ditentukan berdasarkan umur project, sehingga umur masa manfaat dari harta tidak berwujud PKS kemitraan ini diasumsikan sebesar 10 tahun. Berdasarkan ketentuan tersebut maka biaya amortisasi dari harta tidak berwujud PKS kemitraan ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Tarif Amortisasi Harta Tidak Berwujud PKSKemitraan Kelompok Harta Tidak Berwujud Project Management Bunga Masa Pembangunan
Umur
Tarif Amortisasi
8 8
5% 12.50%
3.2.3.4.3 Biaya Bunga Besarnya biaya bunga pinjaman ditentukan berdasarkan besarnya tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku saat ini yaitu sebesar 13% per tahun.
3.2.3.4.4 Income Tax Menurut Waluyo (2008; hal 185), berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang‐Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3.10 Tarif Pajak Penghasilan Lapisan Penghasilan Kena Pajak Sampai dengan 50,000,000 Diatas 50,000,000 s/d 100,000,000 Diatas 100,000,000
Tarif Pajak 10% 15% 30%
3.2.4 Proyeksi Laba Rugi, Statement of Retained Earning, dan Neraca Berdasarkan asumsi – asumsi yang digunakan diatas, maka dapat disusun proyeksi Income Statement (Laba Rugi), Statement of Retained Earnings dan Neraca dari PKS kemitraan PT BSU dengan rincian seperti pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11 Proyeksi Laba Rugi (ribu Rupiah) 2010 Penjualan COGS Laba Kotor
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
76,624,243 63,124,973 13,499,270
83,870,958 68,957,893 14,913,065
90,387,588 74,036,505 16,351,083
96,432,958 100,493,521 103,736,291 106,173,459 109,819,551 111,886,374 111,089,878 78,547,020 81,235,411 83,626,407 85,608,191 88,805,709 90,886,742 90,553,244 17,885,938 19,258,110 20,109,884 20,565,267 21,013,842 20,999,633 20,536,634
Biaya Usaha Biaya Penjualan Biaya Umum dan administrasi Depresiasi dan Amortisasi Total Biaya Usaha
1,997,614 489,468 2,132,852 4,619,933
2,237,079 528,626 2,132,852 4,898,556
2,466,928 570,916 2,132,852 5,170,695
2,693,666 616,589 2,132,852 5,443,106
2,873,507 665,916 2,132,852 5,672,274
3,036,489 719,189 2,132,852 5,888,530
3,181,519 776,724 2,132,852 6,091,095
3,369,109 838,862 2,132,852 6,340,823
3,514,605 905,971 207,500 4,628,076
3,573,417 978,449 207,500 4,759,366
Laba Usaha Pendapatan / biaya lain-lain
8,879,337 0
10,014,509 0
11,180,388 0
12,442,832 0
13,585,836 0
14,221,354 0
14,474,172 0
14,673,019 0
16,371,557 0
15,777,267
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Bunga Pinjaman Laba Kena Pajak s/ d Rp 50,000,000 (10%) s/ d Rp 100,000,000 (15%) Diatas Rp 100,000,000 (30%) Total Pajak
8,879,337 2,106,359 6,772,978 5,000 7,500 2,001,893 2,014,393
10,014,509 2,106,359 7,908,150 5,000 7,500 2,342,445 2,354,945
11,180,388 1,685,087 9,495,301 5,000 7,500 2,818,590 2,831,090
12,442,832 1,263,816 11,179,016 5,000 7,500 3,323,705 3,336,205
13,585,836 842,544 12,743,292 5,000 7,500 3,792,988 3,805,488
14,221,354 421,272 13,800,082 5,000 7,500 4,110,025 4,122,525
14,474,172 0 14,474,172 5,000 7,500 4,312,252 4,324,752
14,673,019 0 14,673,019 5,000 7,500 4,371,906 4,384,406
16,371,557 0 16,371,557 5,000 7,500 4,881,467 4,893,967
15,777,267 0 15,777,267 5,000 7,500 4,703,180 4,715,680
Laba Bersih
4,758,584
5,553,205
6,664,211
7,842,811
8,937,804
9,677,557
10,149,421
10,288,613
11,477,590
11,061,587
2017
2018
2019
Tabel 3.12 Proyeksi Statement Of Retained Earnings (Ribu Rupiah) 2010 Retained Earnings at beginning of the year Net Income Dividend Paid Retained Earnings at end of year
0 4,758,584 0 4,758,584
2011 4,758,584 5,553,205 0 10,311,789
2012 10,311,789 6,664,211 0 16,976,000
2013 16,976,000 7,842,811 0 24,818,811
2014 24,818,811 8,937,804 0 33,756,616
2015 33,756,616 9,677,557 0 43,434,173
2016 43,434,173 10,149,421 0 53,583,594
53,583,594 10,288,613 0 63,872,207
63,872,207 11,477,590 0 75,349,796
75,349,796 11,061,587 0 86,411,384
Tabel 3.13 Proyeksi Neraca (ribu Rupiah) 2009 Aset Current Asset Kas dan setara kas Piutang Usaha Persediaan Fixed Asset Bangunan dan Infrastruktur Mesin dan Peralatan Pabrik Other Asset Pra Operasi Notaris Provisi Bank Bunga Masa Pembangunan Akumulasi depresiasi Total Asset Liabilities Current Liabilities Hutang Usaha Hutang Bank jatuh Tempo Total Current Liabilities Hutang Bank Total liabilities Equity Modal Sendiri Laba ditahan Total equity Total Liabilities & Equity
2011
2012
3,737,355 6,989,247 6,200,045
8,502,282 7,532,299 6,564,082
14,579,425 8,036,080 6,786,049
21,933,213 8,374,460 6,983,226
30,111,025 8,644,691 7,155,526
42,010,672 54,014,743 8,847,788 9,151,629 7,413,651 7,571,757
4,150,000 13,950,000
4,150,000 4,150,000 13,950,000 13,950,000
4,150,000 13,950,000
4,150,000 13,950,000
4,150,000 13,950,000
4,150,000 13,950,000
4,150,000 4,150,000 13,950,000 13,950,000
500,000 81,014 16,203 855,596 0 24,853,301
500,000 500,000 81,014 81,014 16,203 16,203 855,596 855,596 -2,132,852 -4,265,703 29,767,053 32,213,756
500,000 81,014 16,203 855,596 -6,398,555 35,752,920
500,000 81,014 16,203 855,596 -8,531,406 40,422,960
500,000 500,000 500,000 500,000 81,014 81,014 81,014 81,014 16,203 16,203 16,203 16,203 855,596 855,596 855,596 855,596 -10,664,258 -12,797,109 -14,929,961 -17,062,812 46,179,454 52,666,945 62,894,963 73,228,130
1,706,496 0 1,706,496 16,202,763 17,909,259
1,861,664 1,995,714 3,240,553 3,240,553 5,102,217 5,236,267 12,962,211 9,721,658 18,064,427 14,957,925
2,111,221 3,240,553 5,351,774 6,481,105 11,832,879
2,179,002 3,240,553 5,419,555 3,240,553 8,660,107
2,238,244 3,240,553 5,478,797 0 5,478,797
2,288,731 0 2,288,731 0 2,288,731
6,944,041 0 6,944,041
6,944,041 6,944,041 4,758,584 10,311,789 11,702,626 17,255,831
6,944,041 16,976,000 23,920,041
6,944,041 24,818,811 31,762,853
6,944,041 33,756,616 40,700,657
6,944,041 43,434,173 50,378,214
6,944,041 6,944,041 53,583,594 63,872,207 60,527,635 70,816,248
6,944,041 6,944,041 75,349,796 86,411,384 82,293,838 93,355,425
24,853,301
29,767,053 32,213,756
35,752,920
40,422,960
46,179,454
52,666,945
62,894,963 73,228,130
84,688,550 95,750,137
0 0 5,300,489
2010
180,359 6,385,354 5,781,380
2013
2014
2015
2016
2,367,328 0 2,367,328 0 2,367,328
2017
2,411,881 0 2,411,881 0 2,411,881
2018
2019
65,536,081 76,871,543 9,323,865 9,257,490 7,546,104 7,546,104 4,150,000 0
4,150,000 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1,867,500 -2,075,000 84,688,550 95,750,137
2,394,712 0 2,394,712 0 2,394,712
2,394,712 0 2,394,712 0 2,394,712
Berdasarkan proyeksi laporan laba rugi, statement of retained earnings dan neraca diatas, maka dapat ditentukan proyeksi nilai NOPAT dan capital invested untuk menentukan nilai ROIC, ROE, dan EVA dari rencana pembangunan PKS kemitraan ini dengan perhitungan seperti diperlihatkan pada Tabel 3.14, Tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.14 Proyeksi NOPAT PKSKemitraan (Ribu Rupiah)
Cash Operating Taxes Income Tax Expenses Decrease in deffered tax Tax benefit from interest expense Tax benefit from lease Tax on non operating income Cash Operating Taxes Adjusted Operating Profit Before Taxes Sales Increase in LIFO reserve Implied interest expense on operating lease Other Income COGS Selling, General & Administration Expense Depreciation Adjusted Operating Profit Before Taxes NOPAT
2010
2011
2,014,393 0 631,908 0 0 2,646,301
2,354,945 2,831,090 3,336,205 0 0 0 631,908 505,526 379,145 0 0 0 0 0 0 2,986,853 3,336,616 3,715,350
76,624,243 0 0 0 63,124,973 2,487,082 2,132,852 8,879,337 6,233,036
2012
2013
2014
3,805,488 0 252,763 0 0 4,058,251
2015
4,122,525 0 126,382 0 0 4,248,906
2016
4,324,752 0 0 0 0 4,324,752
2017
2018
2019
4,384,406 0 0 0 0 4,384,406
4,893,967 0 0 0 0 4,893,967
4,715,680 0 0 0 0 4,715,680
83,870,958 90,387,588 96,432,958 100,493,521 103,736,291 106,173,459 109,819,551 111,886,374 111,089,878 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 68,957,893 74,036,505 78,547,020 81,235,411 83,626,407 85,608,191 88,805,709 90,886,742 90,553,244 2,765,704 3,037,843 3,310,255 3,539,423 3,755,679 3,958,244 4,207,971 4,420,576 4,551,866 2,132,852 2,132,852 2,132,852 2,132,852 2,132,852 2,132,852 2,132,852 207,500 207,500 10,014,509 11,180,388 12,442,832 13,585,836 14,221,354 14,474,172 14,673,019 16,371,557 15,777,267 7,027,656 7,843,772 8,727,482
9,527,585
9,972,448 10,149,421
10,288,613 11,477,590
11,061,587
Tabel 3.15 Proyeksi Nilai Invested Capital / Capital Employed PKSKemitraan (Ribu Rupiah) 2010
2011
2012
2013
Capital employed (Asset Approach) Net working capital LIFO reserve Net Plant, Property and Equipment Other asset Goodwill Accumulated Goodwill Amortization Present Value of Operating Leased Capital Employed
3,593,992 0 18,100,000 1,452,812 0 0 0 23,146,805
10,305,069 0 16,148,750 1,271,211 0 0 0 27,725,030
11,193,577 11,985,160 0 0 14,197,500 12,246,250 1,089,609 908,008 0 0 0 0 0 0 26,480,686 25,139,418
Source of financing approach Common equity Preffered stock Minority interest Deffered income tax LIFO reserve Acumulated goodwill amortization Interest bearing short term debt Net Interest bearing debt Currrent Portion Long Term Debt Capitalized lease PV of operating lease Invested capital
6,944,041 0 0 0 0 0 0 16,202,763 0 0 0 23,146,805
11,702,626 0 0 0 0 0 0 12,781,852 3,240,553 0 0 27,725,030
17,255,831 0 0 0 0 0 0 5,984,303 3,240,553 0 0 26,480,686
2014
2015
2016
12,643,127 13,119,442 13,511,486 0 0 0 10,295,000 8,343,750 6,392,500 363,203 726,406 544,805 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23,664,533 22,007,996 20,267,189
2017 13,894,112 0 4,441,250 181,602 0 0 0 18,516,963
2018
2019
14,311,505 0 2,490,000 0 0 0 0 16,801,505
14,475,256 0 2,282,500 0 0 0 0 16,757,756
23,920,041 31,762,853 40,700,657 50,378,214 60,527,635 70,816,248 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -2,021,176 -11,338,872 -21,933,213 -30,111,025 -42,010,672 -54,014,743 3,240,553 3,240,553 3,240,553 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25,139,418 23,664,533 22,007,996 20,267,189 18,516,963 16,801,505
82,293,838 0 0 0 0 0 0 -65,536,081 0 0 0 16,757,756
Berdasarkan proyeksi nilai NOPAT dan invested capital pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 diatas dapat ditentukan nilai ROIC, ROE, dan EVA seperti yang disajikan pada Tabel 3.16, Tabel 3.17 dan Tabel 3.18 berikut: Tabel 3.16 Perhitungan Nilai Rata-Rata ROIC (Ribu Rupiah) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Adjusted Operating Profit Operating Taxes Before taxes 8,879,337 10,014,509 11,180,388 12,442,832 13,585,836 14,221,354 14,474,172 14,673,019 16,371,557 15,777,267
Invested Capital
NOPAT
2,646,301 2,986,853 3,336,616 3,715,350 4,058,251 4,248,906 4,324,752 4,384,406 4,893,967 4,715,680
6,233,036 7,027,656 7,843,772 8,727,482 9,527,585 9,972,448 10,149,421 10,288,613 11,477,590 11,061,587
23,146,805 27,725,030 26,480,686 25,139,418 23,664,533 22,007,996 20,267,189 18,516,963 16,801,505 16,757,756
ROIC 26.93% 25.35% 29.62% 34.72% 40.26% 45.31% 50.08% 55.56% 68.31% 66.01%
Tabel 3.17 Perhitungan Nilai Rata-Rata ROE (Ribu Rupiah)
Tahun
Net Income
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
6,233,036 3,787,104 4,603,219 5,486,930 6,287,032 9,972,448 10,149,421 10,288,613 11,477,590 11,061,587
Equity 6,944,041 6,944,041 11,702,626 17,255,831 23,920,041 31,762,853 40,700,657 50,378,214 60,527,635 70,816,248 82,293,838
ROE 89.76% 32.36% 26.68% 22.94% 19.79% 24.50% 20.15% 17.00% 16.21% 13.44%
Average ROE 28.28%
Average ROIC 44.21%
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tabel 3.18 Perhitungan Nilai Rata-Rata EVA (Ribu Rupiah) Invested NOPAT WACC Capital 13.78% 6,233,036 13.78% 23,146,805 7,027,656 13.78% 27,725,030 7,843,772 13.78% 26,480,686 8,727,482 13.78% 25,139,418 13.78% 23,664,533 9,527,585 9,972,448 13.78% 22,007,996 10,149,421 13.78% 20,267,189 10,288,613 13.78% 18,516,963 11,477,590 13.78% 16,801,505 11,061,587 13.78% 16,757,756
EVA 3,043,716 3,207,518 4,195,088 5,263,607 6,266,929 6,940,040 7,356,873 7,737,223 9,162,567 8,752,593
ROIC= = ROE= = PV EVA = =
26.93% + 25.35% 10
66.01%
+ ...+
44.21% 89.76% +
32.36% 10
+ ...+13.44%
28.28% 3,043,716 3,207,518 + (1+13.78%) 1 (1+13.78%) 28,637,010
2
+ .....+
8,752,593 (1+13.78%)
10
3.2.5 Discounted Cash Flow Untuk menentukan proyeksi free cash flow dari sebuah investasi dapat digunakan persamaan berikut: FCF = After Tax Operating Cash Flow – Investment in Asset
Besarnya nilai Investent in Asset dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Hal‐hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan proyeksi free cash flow dari sebuah investasi adalah sebagai berikut: ‐
Sunk Cost Menurut Gitman (2006, hal 382), sunk cost adalah biaya yang sudah dikeluarkan terlebih dahulu dan tidak memberikan pengaruh bagi cash flow suatu project di masa yang akan datang. Oleh karena itu sunk cost tidak dimasukkan sebagai bagian dari initial investment dalam menghitung free cash flow suatu project. Dalam project pembangunan PKS kemitraan ini yang dikategorikan sebagai sunk cost adalah biaya project management, karena biaya project management adalah biaya pra operasi yang meliputi biaya survey lokasi, engineering design, dan dokumentasi bagi pihak yang ditunjuk untuk melaksanakan pembangunan PKS kemitraan ini. Namun sebagai pertimbangan bagi investor dalam menilai kelayakan pembangunan PKS kemitraan ini, dilakukan juga penghitungan free cash flow PKS kemitraan ini dengan memasukkan sunk cost sebagai bagian dari investasi awal.
‐
Terminal Value Terminal value merupakan gambaran dari nilai cash flow suatu project setelah periode tertentu, kegiatan operasional PKS kemitraan ini diasumsikan akan terus berjalan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan, sehingga perlu ditentukan perkiraan nilai cash flow dari kegiatan operasional perusahaan setelah tahun ke 10. Perhitungan
nilai terminal value dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
Dimana untuk menentukan besarnya cash flow pada tahun ke (n+1) digunakan persamaan berikut:
Cashflow (n+1) = Cashflow tahun ke‐n * (1+ Growth Rate)
Dimana besarnya growth rate diasumsikan sebesar 0% ‐
Financing Cost Dalam menghitung free cash flow suatu investasi, biaya‐biaya yang berasal dari aktivitas pendanaan seperti pembayaran bunga dan pembagian dividend tidak dimasukkan sebagai cash out flow dalam free cash flow. Walaupun dalam project ini sebesar 70% dari biaya proyek dibiayai dari pinjaman bank, namun dalam penghitungan free cash flow besarnya bunga pinjaman yang harus dibayarkan perusahaan tidak dimasukkan sebagai cash out flow, karena besarnya biaya‐biaya yang berhubungan dengan aktivitas pendanaan sudah tercermin dari tingkat discount rate yang digunakan ketika menghitung nilai NPV dan IRR.
Berdasarkan data proyeksi laba rugi PKS kemitraan PT BSU dan asumsi‐asumsi diatas, maka dapat ditentukan proyeksi free cash flow to project dan free cash flow to equity dari PKS kemitraan PT BSU dengan rincian seperti tercantum pada Tabel 3.19 dan Tabel 3.20 berikut:
Tabel 3.19 Discounted Free Cash Flow (RibuRupiah) Asumsi WACC Cost of Equity Growth pada tahun 2019
13.78% 24.70% 0.00% 0
18,100,000 1,452,812 19,552,812
1 2010 11,012,188 2,646,301 8,365,887 6,711,077 0 0 0 0
-23,146,805
1,654,810
8,272,000
9,185,041 10,202,367 11,184,122 11,713,254
Bank Loan Payment of IDC Bank Loan Repayment of Bank Loan Principal Payment of Bank Loan Interest Legal Fee Bank Fee (Provision)
16,134,712 855,596 0 0 56,710 11,342
0 0 0 2,106,359 0 0
0 0 3,240,553 2,106,359 0 0
0 0 3,240,553 1,685,087 0 0
0 0 3,240,553 1,263,816 0 0
0 0 3,240,553 842,544 0 0
0 0 3,240,553 421,272 0 0
Free cash Flow to Equity
-7,799,637
-451,549
2,925,088
4,259,401
5,697,999
7,101,025
8,051,430
2009 EBITDA Cash operating taxes Operating cash flow Investment In working Capital Investment In capex Fixed Asset Investment Other Asset Investment Total Fixed & Other Asset Investment Terminal Value Free Cash Flow to Project
NPV Project IRR Project PBP Project PI Project
46,597,678 37% 4.39 Tahun 3.01
0 0 0 3,593,992
NPV to Equity IRR to Equity PBP to Equity PI to Equity
2 3 4 5 6 2011 2012 2013 2014 2015 12,147,361 13,313,240 14,575,683 15,718,687 16,354,205 2,986,853 3,336,616 3,715,350 4,058,251 4,248,906 9,160,508 9,976,623 10,860,334 11,660,436 12,105,299 888,508 791,583 657,967 476,315 392,045 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19,188,753 51% 4.18 Tahun 3.35
7 8 2016 2017 16,607,024 16,805,870 4,324,752 4,384,406 12,282,272 12,421,465 382,625 417,394 0 0 0 0 0 0 0 0
9 2018 16,579,057 4,893,967 11,685,090 163,751 0 0 0 0
11,899,647 12,004,071
11,521,338
10 2019 15,984,767 4,715,680 11,269,087 -66,375 0 0 0 0 81,786,515 93,121,977
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
11,899,647 12,004,071
11,521,338
93,121,977
0 0 0 0 0 0
3.2.6 Penilaian Kriteria Kelayakan Investasi Berdasarkan proyeksi free cash flow dan proyeksi laba rugi diatas maka kelayakan investasi pembangunan PKS kemitraan PT BSU dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: 1. NPV to project
= Rp 46,597,678,000
NPV to equity
= Rp 19,188,753,000
2. IRR to project
= 37%
IRR to equity
= 51%
3. PI to project
= 3.01
PI to equity
= 3.35
4. Payback Period to project
= 4.39 Tahun
Payback Period to equity
= 4.18 Tahun
5. ROIC
= 44.21 %
6. ROE
= 28.28 %
7. EVA
= Rp 28,637,010,000
Berdasarkan kriteria penilaian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa project ini layak untuk dijalankan, hal ini sesuai dengan kriteria penilaian kelayakan suatu project dimana NPV > 0, IRR > WACC, PI > 1 ROIC > WACC, dan EVA > 0 3.2.7 Penilaian Harga Saham Untuk menilai harga saham yang wajar bagi PKS kemitraan ini terlebih dahulu harus diketahui besaran jumlah saham yang beredar. Jumlah saham yang beredar diasumsikan sebanyak 1,000,000 lembar. Sehingga nilai harga saham yang layak dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut 82
1.
Penilaian Harga Saham Berdasarkan Metoda DCF Equity Value
Share Price =
Number of Share Outstanding
Dimana, Share Price
= Harga Saham
Equity Value
= Present value dari excpected free casf flow to equity didiskontokan dengan cost of equity
Number of Share Outstanding
=Jumlah saham yang beredar diasumsikan sebanyak 1,000,000 lembar saham
Berdasarkan persamaan diatas, maka equity value dari PKS kemitraan ini dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut: -451,549
Equity Value=
(1+ 24.70%)
1
+
2,925,088 (1+ 24.70%)
2
+ ... +
93,121,977 (1+ 24.70%) 11
= Rp 26,988,390,000
Berdasarkan perhitungan equity value diatas maka dapat ditentukan harga saham wajar PKS kemitraan ini dengan perhitungan sebagai berikut: = 26,988,389,592 1,000,000
Share Price
= Rp 26,988 per lembar 2.
Penilaian Harga Saham Berdasarkan Metoda Relative Valuation 83
Share Price =
Equity Value Number of Share Outstanding
Dimana, Share Price
Equity Value
= Harga Saham = Equity Value berdasarkan P/E rasio industri
Number of Share Outstanding
=Jumlah saham yang beredar diasumsikan sebanyak 1,000,000 lembar saham
Dimana untuk menentukan equity value perusahaan pada tahun ke‐n digunakan persamaan berikut:
Dimana, EV n
Net Income n
= Equity Value pada tahun ke‐n = Net Income pada tahun ke‐n
Untuk menentukan P/E rasio industri digunakan P/E rasio dari perusahaan yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit yang telah terdaftar di bursa efek Indonesia. Nilai rata‐rata P/E rasio industri disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.20 P/E Ratio Rata-Rata Industri
84
Company LSIP AALI UNSP Average P/ E
Price 8400 24500 1770
EPS 925 2450 525
P/ E 9 10 3 7
Berdasarkan P/E ratio rata‐rata industi, maka nilai equity value perusahaan pada tahun 2010 dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut: EV
= 4,758,584,000 x 7 = Rp 35,614,053,072 Berdasarkan equity value perusahaan diatas maka harga saham
perusahaan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Share Price =
35,614,053,072 1,000,000
= Rp 35,614
3.2.8 Analisis Sensitivitas Untuk mengetahui sensitivitas proyek pembangunan PKS kemitraan ini terhadap perubahan asumsi‐asumsi yang digunakan telah dilakukan analisis terhadap beberapa skenario yang diperkirakan dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan beberapa asumsi yaitu 1. Penurunan harga CPO dan PKO 2. Penurunan volume TBS yang diolah 3. Penurunan hasil pengolahan TBS (Rendemen) 85
4. Kenaikan biaya usaha 5. Kenaikan biaya investasi awal 6. Penurunan terminal value 7. Kenaikan tingkat suku bunga Hasil analisis sensitivitas untuk point 1 sampai point 6 diatas disajikan dalam bentuk grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1‐Gambar 3.6, sedangkan hasil analisis sensitivitas untuk kenaikan tingkat suku bunga disajikan pada Gambar 3.7 ‐ Gambar 3.9
Gambar 3.1 Sensitivitas Nilai NPV Terhadap Perubahan Asumsi
86
Gambar 3.2 Sensitivitas Nilai IRR Terhadap Perubahan Asumsi
Gambar 3.3 Sensitivitas Nilai PI Terhadap Perubahan Asumsi
87
Gambar 3.4 Sensitivitas Nilai ROIC Terhadap Perubahan Asumsi
Gambar 3.5 Sensitivitas Nilai ROE Terhadap Perubahan Asumsi
88
Gambar 3.6 Sensitivitas Nilai EVA Terhadap Perubahan Asumsi
Gambar 3.7 Sensitivitas Nilai IRR, ROIC, dan ROE Terhadap Kenaikan Tingkat Suku Bunga Pinjaman
89
Gambar 3.8 Sensitivitas Nilai Profitability Index Terhadap Kenaikan Tingkat Suku Bunga Pinjaman
Gambar 3.9 Sensitivitas Nilai NPV dan EVA Terhadap Kenaikan Tingkat Suku Bunga Pinjaman
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.1 – Gambar 3.9 dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek ini sangat 90
sensitif terhadap penurunan hasil pengolahan TBS, penurunan hasil pengolahan TBS sebesar 10% dapat mengurangi nilai NPV menjadi (‐) Rp 1,647,381,000. Penurunan hasil pengolahan TBS sebesar 10% juga berdampak pada penurunan tingkat IRR, PI, ROIC, ROE, dan EVA masing‐masing menjadi hanya sebesar 13%, 0.93, 13%, 4%, dan (–) Rp 4,839,267,000. Kenaikan tingkat suku bunga juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap IRR, PI, ROIC, dan ROE, namun cukup berpengaruh pada perubahan NPV, hal ini menunjukkan perubahan tingkat suku bunga dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan mengembalikan hutang jangka panjang perusahaan. Karena pada prakteknya di lapangan bank tidak akan mengakui nilai terminal value sebagai future cash flow, maka dilakukan juga analisis sensitivitas terhadap penurunan nilai terminal value sebesar 100% atau terminal value sama dengan 0, penurunan terminal value sebesar 100% tetap memberikan nilai NPV, IRR, ROIC, ROE dan EVA yang layak bagi project ini. Nilai NPV, IRR, ROIC, ROE, dan EVA tanpa terminal value adalah sebagai berikut: 1. NPV = Rp 24,103,326,000 2. IRR
= 32%
3. PI
= 2.04
4. ROIC = 44% 5. ROE = 28% 6. EVA = Rp 28,673,010,000 Perubahan‐perubahan pada asumsi yang lain tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai NPV, IRR, PI, ROIC, ROE, dan EVA. Hal ini disebabkan karena penurunan harga CPO dan PKO juga berdampak pada penurunan harga TBS yang berdampak pada penurunan biaya pembelian bahan baku TBS. Penurunan volume TBS yang diolah juga tidak memberikan 91
pengaruh yang signifikan terhadap nilai NPV, IRR, ROIC, dan ROE. Hal ini disebabkan karena penurunan volume TBS yang diolah menyebabkan menurunnya biaya pembelian TBS. Kenaikan biaya usaha tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena kontribusi biaya usaha dalam project ini hanya sekitar 7% dari total biaya.
92
93