Bab III Populasi dan Sampel Kompetensi Dasar: Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan mampu dapat memahami Definisi Populasi Sampel dan Sampling, Konsep Penarikan Sampel, Tipe-tipe sampel, Langkah-langkah penarikan sampel.
PENDAHULUAN
S
alah satu bagian dalam penelitian adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan menggunakan penarikan sampel, karena
dibandingkan metode sensus penarikan sampel lebih praktis, hemat biaya, dan tidak banyak menyita waktu maupun tenaga. Penentuan sampel dari suatu populasi disebut sebagai penarikan sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Dalam menyusun sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua sampling dalam populasi sampling, dengan syarat harus meliputi seluruh unsur sampling, tidak ada unsur sampling yang dihitung dua kali, harus up to date, batas-batasnya harus jelas, dan harus dapat dilacak di lapangan.
KOMPETENSI DASAR Setelah menyelesaikan materi ajar ini mahasiswa dapat memahami tentang Definisi Populasi Sampel dan Sampling Konsep Penarikan Sampel Tipe-tipe sample Langkah-langkah penarikan sampel.
INDIKATOR Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan tentang definisi populasi sampel dan sampling
2. Menjelaskan tentang konsep penarikan sampel 3. Menjelaskan tentang tipe-tipe sampel 4. Menjelaskan tentang langkah-langkah penarikan sampel
PENYAJIAN MATERI
3.1 Definisi Populasi
Sugiyono (1997: 57) memberikan pengertian bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Nazir (1983: 372) mengatakan bahwa populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya.Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. sedangkan riduwan dan tita lestari (1997: 3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda – benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Elemen Anggota tunggal dari populasi
Bingkai Populasi Daftar semua elemen dalam populasi yang diambil sampelnya 44
Contohnya: daftar gaji, semua siswa yang terdaftar, daftar karyawan dan dosen, daftar telepon.
3.2.
Sampel dan Sampling Sampel Sampel merupakan
bagian
dari populasi yang
ingin
diteliti
atau
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel
dianggap
sebagai
perwakilan
dari
populasi
yang
hasilnya
mewakili
keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya
sampel
yang
diambil.
Terdapat
dua
cara
pengambilan
sampel,
yaitu
secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-probabilita. Sampel yang baik,
yang
kesimpulannya
dapat
dikenakan
pada
populasi,
adalahsampel
yang
bersifatrepresentatifatau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. KriteriaSampel Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang bias. Sampling Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagian dari populasi tsb kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi). Hubungan populasi, sampel, teknik sampling, dan generasi dapat digambarkan sebagai berikut:
45
Manfaat sampling 1) Menghemat biaya penelitian. 2) Menghemat waktu untuk penelitian. 3) Dapat menghasilkan data yang lebih akurat. 4) Memperluas ruang lingkup penlitian. Syarat-syarat teknik sampling Teknik sampling boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat bersifat
tidak representatif atau tidak dapat
menggambarkan karakteristik populasi.
3.3 Ukuran Sampel Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel : 46
a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat c. Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variable dalam penelitian d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan control eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi. Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain : a. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) n = N/N(d)2 + 1 Ket: n = sampel N = populasi d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05. Misalnya: Jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah : n = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95 b. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179) N = L / F^2 + u + 1 Keterangan : N = Ukuran sampel 47
F^2 = Effect Size u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1, Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76, maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel: N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
c. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2012: 116). Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling. Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam rangka
48
generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang digunakan.
1. Probability Sampling
Sugiyono (2012: 118) menyatakan bahwa probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Menurut Sugiyono (2012: 118), dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004: 126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.
Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar.
Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit tampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut,digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atauberlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2012: 118) teknik ini digunakan bilapopulasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstratasecara proporsional. 49
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah : Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan Marketing
: 15 / 125 x 95
= 11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu : SMP
: 100 orang
SMA
: 700 orang
DIII
: 180 orang 50
S1
: 10 orang
S2
: 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel.
d. Cluster Sampling Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda. Contoh : Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
51
2. Non Probability Sampel Menurut Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak member peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: a) Sampling Sistematis Sugiyono (2012: 121) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Contohnya : Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst). b) Sampling Kuota Menurut Sugiyono (2012: 122) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampling kuota adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. Misalnya : Akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah. c) Sampling Aksidental Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:122). Menurut
52
Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya: Penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi. d) Sampling Purposive Sugiyono (2012:122) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya: Akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
e) Sampling Jenuh Menurut Sugiyono (2012:122) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Misalnya: Akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
f) Snowball Sampling
53
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mulamula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2001: 61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
3.5. Langkah-langkah Penarikan Sampel 1.
Menentukan populasi dan Sampling Frame
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menentukan sampling frame dan populasi yang merupakan objek yang memiliki kesamaan yang digunakan untuk membentuk masalah pokok dalam suatu riset. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. 2.
Memilih Cara Pengambilan Sampel
Setelah menentukan dan mendefinisikan dengan jelas tentang populasi yang menjadi pokok masalah dan akan diteliti, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah memilih cara pengambilan sampel yang sesuai dengan populasi yang ditentukan dan diteliti tersebut. 3.
Menentukan Jenis Sampel
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam penarikan sampel adalah dengan menentukan jenis sampel. Apabila jenis sampel sudah ditentukan peneliti akan dengan mudah melakukan penelitian dan melakukan serta menentukan jenis pengukuran dari jenis sampel yang ditentukan. 4. Memilih Elemen Sampel Tidak hanya penentuan jenis sampel saja yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penarikan sampel, melainkan peneliti juga diharuskan untuk memilih elemen sampel yang akan diteliti dalam risetnya tersebut. Dimana elemen sampel merupakan anggota tunggal dari populasi. 5.
Melaksanakan Pengumpulan Data Lapangan
Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan pengumpulan data di lapangan. Data tersebut dapat berupa kuesioner yang dapat disebar ke beberapa
54
responden yang ada, atau dengan melakukan wawancara langsung kepada narasumber untuk mendapatkan informasi dan menarik kesimpulan dari riset yang dilakukan tersbut.
LATIHAN/TUGAS/PERCOBAAN 1. Mengapa peneliti membutuhkan sampel? 2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel! 3. Jelaskan langkah-langkah penarikan sampel! 4. Sebutkan dan Jelaskan Proses penarikan sampel probability dan non-probability!
PUSTAKA RUJUKAN 1. Burhan Bungin, 2010. Metodologi Penelitian Sosial; Format-faormat Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. 2. Haris Herdiansyah,2010. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika. Jakarta. 3. Emzir, 2010. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. 4. Sofian Effendi, 2012. Metode Penelitian Survei. LP3ES. 5. Anselm Strauss & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data. Pustaka Pelajar. 6. Nur Indriantoro & Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogjakarta. 7. Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler.2006. Business Research Methods. Mc Graw Hill. 8. Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. 9. Uma Sekaran, 2003. Research Methods For Business. John Wiley & Sons. Inc. 10. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta 11. Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
55