57
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini hendak menjawab pertanyaan bagaimana persepsi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengenai citra SBY dalam hubungannya dengan pemberitaan media massa tentang kegagalan SBY dalam mengelolah negara?” Berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, jawaban atas pertanyaan tersebut dapat disimpulkan dalam poin-poin berikut ini: 1. Iklan-iklan politik SBY di media massa, terutama televisi pada masa kampanye pemilu dan pilpres 2009 sukses membangun citra SBY sebagai pemimpin yang antikorupsi, berikut keberhasilan-keberhasilan yang digapai dalam pemerintahannya selama periode 2004-2009. Semua partisipan FGD memiliki pemahaman yang sama tentang iklan-iklan tersebut dalam hal ini. 2. Sekalipun demikian, patut dicatat bahwa terdapat gambaran (citra) SBY yang berbeda yang dimiliki masing-masing peserta yang dimunculkan oleh iklan-iklan yang sama. Misalnya, ada sementara peserta beranggapan bahwa iklan-iklan tersebut menggambarkan SBY sebagai figur yang tegas, tetapi peserta yang lainnya justru berpendapat sebaliknya.
58
3. Dalam hal citra sebagai pemimpin yang antikorupsi, secara mendasar, penelitian ini menyimpulkan bahwa SBY tidaklah demikian. SBY memang memiliki niat baik dan gencar berkampanye antikorupsi, tetapi dia sendiri lamban, tidak tegas dan gagal dalam menangani kasus korupsi di Indonesia, terutama kasus bailout Bank Century. 4. Selain kelambanan dan ketidaktegasan SBY dalam menangani kasus korupsi, keterlibatan orang-orang dekatnya dalam kasus korupsi dan bailout tersebut menambah buruk citranya sebagai pemimpin yang antikorupsi, dan yang berupaya keras memberantas korupsi sebagaimana dikampanyekan. 5. Keterlibatan orang-orang dekat tersebut disinyalir sebagai sebab kelambanan dan ketidaktegasan SBY di dalam penanganan kasus korupsi, termasuk bailout Bank Century. 6. Lebih jauh, SBY sendiri disinyalir terlibat dalam kasus-kasus korupsi. 7. Sinyalemen keterlibatan SBY di dalam tindak korupsi didasarkan pada dua fakta. Pertama, bahwa SBY sendiri adalah bagian dari budaya korupsi di Indonesia, dan fakta bahwa SBY sendiri, keluarga, dan partainya membutuhkan finansial untuk mempertahankan kelangsungan kegiatan politik mereka. 8. Secara simultan, penanganan hukum terhadap kasus korupsi juga sangat buruk, karena proses peradilan yang kuat dibaluti praktik suap.
59
9. Eksekusi anti korupsi dan pemberantasan korupsi yang tidak maksimal dan jelas tersebut, memunculkan sikap apatis dan tidak percaya kepada SBY dan segenap orang-orang dekatnya. 10. Ketidakpercayaan itu berdampak lanjut pada pilihan politik di masa mendatang. Secara lugas dikatakan bahwa mereka tidak akan memilih SBY, partai, dan orang-orang dekatnya dalam pemilihan umum mendatang. B. Saran Penelitian ini hanya mencakup sejumlah kecil orang (8 orang), dan karenanya kesimpulan yang telah dipaparkan di atas tidak akan bisa mewakili pendapat umum. Berkenaan dengan itu, penelitian ini menyarankan untuk melakukan suatu penelitian yang mencakup lebih banyak kalangan lagi demi memperoleh suatu penjelasan yang memadai akan isu penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak begitu mendalam di dalam membahas proses-proses persepsual peserta FGD, kecuali melakukan suatu deskripsi terhadap pendapat-pendapat peserta mengenai masalah penelitian ini. Sementara itu, peneliti berasumsi bahwa penelitian terbaik terhadap persepsi adalah dengan melakukan suatu eksplanasi yang memadai mengenai prosesproses persepsual itu sendiri. Di titik itu, peneliti menyarankan agar penelitian mengenai masalah persepsi di masa mendatang lebih menekankan pada prosesproses persepsual itu sendiri.
60
Daftar Pustaka BUKU Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Edisi Revisi. Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
TESIS dan SKRIPSI (tidak terbit) Efrius. 2009. Persepsi Penerapan Model Analisis Standar Belanja (ASB) pd Kinerja Penyusunan APBD di Pemkot Batam Tahun 2008. Tesis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM, Yogyakarta. Kuntowijoyo, Dian. 2006. Persepsi Khalayak Terhadap Program Acara Target dan Strategi di Televisi (Studi Kasus tentang Persepsi Pecinta Airsoftgun terhadap Program Acara Target dan Strategi di Televisi). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UAJY, Yogyakarta. Rahmawati, Nanik. 2008. Perpsepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Perpustakaan (Studi tentang Perpustakaan DIY). Tesis. Sekolah Pascsarjana UGM, Yogyakarta.
ARTIKEL Baines, R Paul, Phil Harris, dan Barbara R. Lewis. 2008. The Political Marketing Planning Process: Image dan Message in Strategic Target Areas. London: Middlesex University Business School. http://phil-harris.com/wpcontent/uploads/p6.pdf Baudrillard, Jean. 1988. Simulacra and Simulations. Selected Writings. Mark Poster (ed). Stanford: Standford University Press, pp. 166-184. http://www.lcc.gatech.edu/~xinwei/classes/readings/Baudrillard/Simulacra+ Simulations.pdf
61
Bourdieu, Pierre. 1984. Outline of Sociological Theory of Art Perception. Dalam Pierre Bordieu, The Field of Cultural Production: Essays on Art and Literature. Columbia Press University. http://homepage.mac.com/allanmcnyc/textpdfs/bourdieu3.pdf Escalada, Monica. 1997. Focus Group Discussion. Manila (Philippines): International Rice Research Institute. http://ricehoppers.net/wpcontent/uploads/2009/10/focus-group-discussion.pdf Grice, H.P dan Allan R. White. 1961. The Causal Theory of Perception. http://markelikalderon.com/wpcontent/uploads/2008/12/thecausaltheoryofpe rception.pdf Gulisano, Lindsay. 2008. Cultivation Theory: Creating Perceptions of Life from Reality Television. University of Colorado at Boulder. http://www.colorado.edu/communication/metadiscourses/Papers/App_Papers/Gulisano.htm Higley, John. 2007. Elite Theory in Political Sociology. Texas: University of Texas at Austin. http://theoriesofsocialchange.files.wordpress.com/2010/02/higley_elite_theo ry_ipsa_2008.pdf Krishnananda, Swami. The Theory krishnananda.org/phil/phil_05.html
of
Perception.
http://www.swami-
Little, Graham R. 1999. A Theory of Perception. Diambil dari http://www.swamikrishnananda.org/phil/phil_05e.html. Xiaoqing, Ye. 2009. Political Cartoons in Commercial Advertising in Early Twentieth China. Sidney: Department of International Studies, Macquarie University. http://www.google.co.id/search?q=Ye+Xiaoqing%2FPolitical+Cartoons+in +Commercial+Advertising+in+Early+Twentieth+China&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
TRANSKRIP FGD
1. Iklan Politik: Ilham: “kalau menurutku, bayangan tentang SBY sendiri, dari personalitasnya, dari iklaniklannya cenderung dia mengayomi.. kayanya lebih kerja sama.. soalnya Indonesia butuh figur seorang bapak. Kalau pemerintahannya, kurang lugas.” Haryo: “Menurutku sendiri, waktu iklan-iklan pemilu itu, iklan politik,.. SBY, dia seakanakan ingin menjadi seorang figur pemimpin yang merakyat..mengayomi. Kalo dari pemerintahannya sendiri, yang aku tangkap dari iklan-iklan SBY sendiri adalah antikorupsi yang paling ditekankan, pemerintahan yang tegas, penegakan hukum.” Tito: “Kalo menurut saya, iklan politik SBY itu, terkesan dia memunculkan figur dia yang berwibawa, kalem.. tetapi kalau menurutku, malah dengan iklan yang seperti itu, dia tidak terlihat tegas.. ketegasannya itu malah ngga ada.” Petra: “Kalau aku lihat dari iklan itu, pertama ada kesamaan antara iklan partai demokrat dengan iklannya SBY... dia itu memperlihatkan kesuksesan-kesuksesannya pada masa pemerintahan sebelumnya... tingkat kemiskinan berkurang sekitar sekian persen, pendapatan per kapita (meningkat) sekian persen... dia memperlihatkan kesuksesan-kesuksesan pemerintahannya. Itu dari pemerintahan, dan yang kedua, dari sisi personalitas, kalau pendapat saya, dia mencoba menjadi figur yang populer, menjadi figur yang mudah diingat oleh masyarakat.. itu terlihat dari iklan yang ada lagunya ‘SBY presidenku’ yang hampir sama dengan jinglenya indomie itu, dan juga dia menggunakan talentnya itu si Mike Idol.. itu terlihat kalau dia mencoba menjadi seseorang yang populer.” Cati: “Kalau saya lihat dari iklannya SBY, terlihat SBY yang rendah hati, yang mengayomi masyarakat, yang sabar, tapi malah cenderung kelihatan geraknya agak lambat, dari iklannya dia hanya senyum-senyum jadi kelihatannya lambat, tidak tegas, cuma diam. Dari iklannya sendiri, dia menjunjung tinggi adanya anti
62
korupsi.. pokoknya tentang pemerintahan yang bersih dari korupsi, dan keamanannegara terjamin. Ya memang dia menggembor-gemborkan itu. Dari iklannya sih kaya gitu.” Adit: “Kalau dilihat dari iklannya SBY sih menurutku jelas mencari popularitas, dari postur tubuhnya saja kan sudah terlihat sangat berwibawa, pelan, ditambah dengan efek-efek iklan dan konsepnya itu, untuk orang-orang yang ngga kritis, mungkin akan melihat sosok SBY itu sebagai pemimpin yang bagus... cuma kalau lebih kritis lagi, tanggapannya akan berbeda jauh.. mungkin sasarannya itu adalah orang yang tidak terlalu peduli dengan pemerintah, itu sangat-sangat bagus.., yang iklannya itu yang memperlihatkan kesuksesan kepemerintahan itu.” Ayi: “ Kalau menurutku, dari iklannya SBY, dia terlihat sebagai sosok yang sangat jawani, dia kalem, berwibawa sih iya tapi itu mungkin karena badannya besar. Dari iklannya sendiri, kayanya dia kurang fokus mau membidik quetioningnya sendiri seperti apa.”
2. Informasi tentang keterkaitan SBY dengan kasus bank century Ilham: “kalau menurutku dari kasus bailoutnya sendiri, aku kurang mengerti ya tentang, kurang ngerti detailnya, tapi dari keterkaitan SBY dalam kasus itu kalau menurutku sendiri, SBY itu cenderung menutup-nutupi tentang kasus ini sendiri gitu loh. Aku juga curiga kalau misale SBY itu ada juga main di dalam bank century itu sendiri, soalnya kasus itu sampai sekarang ga klir-klir.” Petra: “Kalau aku rasa mungkin yang tepat, menurut saya, bukan soal menutup-nutupi, tapi dia tidak turun langsung, tapi dia menyuruh orang lain untuk turun tangan dalam kasus itu. Saya kurang tahu juga, seperti apa perannya dalam century, tapi yang jelas, dia menyuruh anggota DPR untuk menciptakan tim khusus itu.. nah pansus century untuk menjelaskan apa yang terjadi. Aku rasa seperti itu.” Adit: “Kalau mengenai kasus bailout ini, mungkin apa ya, susah karena uang yang dikeluarkan ini kan cukup besar, dan itu sangat berkaitan dengan orang-orang di
63
dalam pemerintahan, jadi sangat sulit untuk dipecahkan masalah ini, dan orangorang yang mengurusi masalah bailout ini juga orang-orang yang tidak berkompeten.. jadi misalnya, beberapa orang dipanggil, dijelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan itu, tapi tim penyidiknya itu kurang mengerti masalah itu.. jadi masalah itu susah dipecahkan juga oleh orang-orang yang tidak mengerti masalah itu, dan mungkin SBY kurang begitu tegas mengenai masalah itu karena ya..mungkin dia menjadi salah satu orang yang ikut dalam permasalahan ini.. jadi dia ngga bisa tegas untuk melihat siapa yang salah dan siapa yang benar.” Haryo: “Kalau aku sendiri, melihat keterkaitan SBY dengan kasus bailout century ini, aku melihat dari upaya dia membentuk pansus century itu ya.. buat aku itu adalah sebuah bentuk upaya dari SBY untuk confirm dengan kasus ini.. tapi mungkin pemilihan, seperti yang tadi dikatakan teman, pemilihan sumberdaya manusia atau orang-orang di dalam pansus century sendiri, dan juga mungkin banyak sekali politik-politik di dalamnya mungkin buat aku keterkaitannya sendiri jadi bagaimana ya..? seakan-akan pansus century sendiri kaya semacam alat untuk membuat citra SBY itu peduli dengan kasus ini dan dia berupaya untuk menyelesaikan kasus ini.. jadi dengan pansus dia ingin membuat citra bahwa ‘aku tuh confirm, aku tuh peduli dengan kasus-kasus seperti ini, kasus korupsi, dan saya ingin memberantasnya’.. tapi kenyataannya ngga efektif juga pansusnya.” Cati: “Kalau menurutku, keterkaitan SBY itu di kasus ini kurang terlihat dan cenderung lambat. Walau dia sudah membentuk tim penyelidik sendiri, tetapi kerjanya juga tetap lambat, tidak kelihatan.., hanya untuk pencitraan seperti tadi dikatakan, kaya orang dibalik layar, ngga terlihat khusus, ngga terlihat secara langsung nyata perannya apa, kecuali membentuk pansus itu.” Ayi: “Kalau menurutku, kaya Haryo dan Adit bilang upayanya memang ada.. dia membuat suatu tim seperti itu, kupikir juga untuk membuat suatu citra agar dia terlihat confirm, tapi dia sendiri lambat, dan aku pikir sih dia seperti digerakan oleh berbagai macam kepentingan di belakang dia, sehingga dia tidak seperti presiden yang memutuskan baik-buruknya sendiri.” Tito: “Kalau menurutku, keterkaitan SBY itu hampir sama dengan Hoho (Haryo) tadi.. dia membentuk pansus dan lain-lain, tapi dari sudut pandang pansus itu cenderung
64
kerjanya lambat.. mungkin ada anggota pansus itu malah terkait dengan kasuskasus century tersebut.. jadi mereka cenderung memperlambat dan biar orangorang khayalak di sekitarnya lambat-laun melupakan kasus itu.”
3. Terkait informasi bahwa bailout untuk biaya kampanye SBY-budiono: Petra: “Saya berpendapat, saya berada pada posisi yang ragu-ragu apakah soal dana itu buat kampanye..yang pertama kan terlihat ada beberapa oknum yang bisa dikatakan merupakan bagian dari bank century itu.. yang pertama adalah Aulia Pohan itu, kalau tidak salah merupakan salah satu petinggi bank century.. terus yang kedua, Budiono, Gubernur BI, yang dulunya bagian atau Gubernur BI, yang kemudian dia diisukan yang membuat keputusan untuk mem-bailout bank century itu, dan Sri Mulyani.. ada beberapa oknum yang mungkin terlibat, tapi di sisi lain juga kita belum lihat... kalau saya berkaca pada hukum positif ya.. selama belum ada bukti-bukti yang kuat bahwa duit itu digunakan buat dana kampanye, saya tidak langsung men-judge bahwa duit itu untuk kampanye. Saya berada posisi ragu-ragu dalam melihat bahwa ada oknum-oknum lain yang terlibat.”
Terkait posisi Pohan dan Budiono: Petra: “Kembali ke hukum positif” Penegakan hukum yang buruk: Petra: “Saya berada dalam posisi yang setuju bahwa mungkin dana bailout dari bank century itu digunakan sebagai dana kampanye. Tapi, saya tetap ragu.” Adit: “Kalau menurutku, kalau misalnya korupsi, bailout itu mungkin lebih ke kepentingan sendiri. Kalau untuk kepentingan sebuah partai, aku rasa itu terlalu baik sekali orangnya.. soalnya kan kalau menurutku sekarang orang-orang itu hanya mementingkan dirinya sendiri.. yang penting dia mendapatkan uang ya udah, yang lain ngga usah. Jadi ya untuk menjadi dana kampanye, aku rasa sih ngga karena orang-orang itu lebih mementingkan dirinya sendiri (individu).”
65
Haryo: “Kalau buat aku sendiri, masalah keterkaitan Aulia Pohan, Budiono, dan sebagainya.. nah setahuku Aulia Pohan tuh besan dari SBY, dan dia juga... ngga tahu apakah sesuatu di balik itu, untuk kepentingan-kepentingan seperti itu, bahwa.. gimana ya..? kalau misalnya penggelontoran uang itu untuk dana kampanye sih ada kemungkinan, karena yang bermain di dalamnya berkaitan berhubungan dekat dengan SBY juga, dan mereka juga memiliki kepentingan kalau misalnya SBY naik jadi presiden ‘aku akan mendapatkan sesuatu.. entah aku jadi deputi gubenur BI lah, mau jadi menteri ini lah, jadi menteri itu lah.. jadi mungkin mereka yang bekerja sama dalam kasus ini, mereka memang sudah memiliki kepentingan sendiri untuk SBY.. kalau SBY naik jadi presiden maka akan mendapatkan suatu posisi khusus dalam pemerintahan.. jadi ada kemungkinan uang penggelontoran itu digunakan untuk dana kampanye buat SBY naik.. tapi, itu kan karena aku melihatnya dari sisi bahwa mereka yang terkait di situ berhubungan dengan SBY dan mereka juga memiliki kepentingan dengan SBY.. kalau masalah bukti-bukti, aku belum pernah menerima informasi apapun.. ada nota atau kwitansi.. tapi dilihat dari orang-orang yang terkait itu, mereka berhubungan langsung dengan SBY dan mereka memiliki kepentingan tersendiri sama SBY.. buat aku sih itu.” Cati: “Aku melihatnya, ragu-ragu sih, antara percaya dan ngga percaya, karena orangorang yang terkait itu cukup dekat dengan SBY.. melihat kampanyenya SBY sendiri juga sampai branding jingle dari indomie, dan itu tentunya ngga murah.. masih di batas ragu-ragu, tapi, pertanyaannya mungkin ngga SBY ini kayanya digunakan oleh orang-orang di belakangnya sebagai tameng saja.. tapi ya mungkin ngga?” Ilham: “Menurutku, SBY sendiri ada mungkin ngga.. aku ngga menutup kemungkinan untuk SBY menyalahgunakan dananya itu untuk dia sendiri ataupun untuk dana pemilu dari partai demokrat itu, karena pada dasarnya sendiri juga, toh orangorang dekat SBY juga banyak tho yang korupsi.. termasuk besannya sendiri juga kemarin juga korupsi.. menurutku sih kalau cenderung percaya.. relatif sih, karena belum ada bukti yang nyata tentang bailout itu digunakan untuk pemilu lah, untuk individu lah, untuk apa lah.. tapi ya karena orang orde baru menurutku ngga menutup kemungkinan tetap ada korupsi.”
66
Daru: “Aku curiganya, jangan-jangan uang itu untuk berinvestasi.. investasi dalam artian masih sama-sama di bidang politik.. jadi uang itu terbagi untuk diri sendiri, maupun untuk partainya.. kalau menurut saya, toh istrinya SBY sendiri akhirnya mencalonkan diri jadi seorang presiden, yang menurutku orang yang masih sangat dekat dengan SBY..jadi ada kemungkinan untuk investasi seperti itu dilakukan SBY untuk, di sisi lain memperkaya diri sendiri, tapi di sisi lain untuk meningkatkan citranya lagi.. habis SBYnya jadi presiden, sekarang istrinya.” Ayi: “Saya sendiri sih sebenarnya kurang ngerti tentang ini, tapi menurutku, duitnya itu pasti lari ke orang-orang yang berkepentingan, dari orang-orang yang mengeluarkan.. jadi, kalau memang belum ada bukti-bukti, aku ngga bisa ngomong apa-apa.”
4. Gambaran anda tentang SBY Ilham: “Dari informasi-informasi tentang SBY itu, kalau percaya atau ngga percaya, saya cenderungnya malah ngga percaya.. dari orangnya sendiri, SBY itu dari orde baru.. orde baru itu ya kelihatan aja dari dia dekat sama Soeharto, dekat sama siapa-siapa, ya banyak lah.. kalau menurutku, korupsinya juga, walaupun dia menjor-jorkan tentang anti korupsi apalah, tapi tetap aja ngga percaya..” Cati: “Kalau dari saya... kalau ngelihat kasusnya yang ngga kelar.. jadi piye tho SBY iki..? koq semakin ngga jelas.. dia yang pawainya memberantas apa-apa, tapi pada kenyataannya ketika dihadapkan dengan kasus seperti itu, keputusan dia lama, sampai sekarang juga ngga kelar.. kayanya, belum ketemu ujungnya kaya apa.. jadi SBY yang dulunya mungkin terlihat tegas, terlihat memberantas apa udah hilang..” Adit: “Kalau misalnya, dari awal-awal pemerintahan, aku beranggapan dia adalah orang yang tegas, berani melawan korupsi.. pokoknya yang baik-baik itu ada di SBY.. dia bisa melakukan perubahan. Cuma untuk belakangan ini, rasa itu semakin
67
berkurang karena dia mengeluarkan perintah yang sangat lamban, dalam memberikan keputusan, terus muncul masalah-masalah baru yang menimbulkan pertanyaan sebenarnya dia presiden yang baik ngga sih.. orang-orang di sekitarnya itu ikut terlibat dalam kasus korupsi dan sebagainya.. kalau menurutku seperti itu.” Tito: “Kalau menurut saya, dari informasi-informasi itu, tidak menutup kemungkinan ya kalau SBY itu adalah seorang yang korup, karena dana bailout Century itupun penyalurannya tak tahu ke mana, terus ditambah lagi.. mungkin dana itu terkait dengan Ibu Ani yang mau mencalonkan diri jadi presiden.. mungkin mau membangun dinasti baru, dinasti Yudhoyono.” Daru: “Gambaran saya tentang SBY, ya itu tadi.. orangnya terlalu.. kalau istilah Jawa Timur, omongannya mbulet-mbulet gitu loh, terlalu berbelit-belit.. nah, karena terlalu berbelit-belit tuh terus jadi malas.. sebenarnya dia tuh ngomong apa.. dia hanya mengalihkan pembicaraan dengan pembicaraan yang lainnya.. Melanjutkan apa yang diomongin si Tito, masalah dinasti SBY ya ada benarnya juga.. karena kalau ketika dia omongin masalah duit itu larinya ke mana, dia tuh pasti melakukan persuasi-persuasi yang membuat wartawan juga mengikuti apa yang dia katakan, alur-alur pertanyaan juga menjadi menyimpang ke kasus-kasus yang dibuat untuk mengalihkan bailout Century.” Ayi: “Dari saya.. pertama kali SBY menjabat jadi presiden kesannya positif, lalu yang kedua ini, sepertinya dia sudah mulai kehilangan kekuatannya..mungkin dia sudah stress sendiri sama Indonesia ini.. makanya itu, entah kenapa, dia jadi ngga setegas sebelumnya.. seperti yang tadi Daru bilang itu, kalau ngomong tidak ada alurnya, dan selalu menutup-nutupi, menutupi satu kasus dengan kasus lain.” Petra: “Kalau menurut saya sih, gambaran si SBY itu sekarang saya melihatnya dia itu seorang pribadi yang tidak konsisten; terlihat dari apa yang dilakukannya saat ini.. saya belum menemukan ada ujungnya dari kasus bailout ini.. kalau kita lihat di media, sekarang ini bukan lagi penyelesaian persoalan bailout, tapi isu-isu kemarin yang sekarang belum terselesaikan.. jadi SBY ini cuma melakukan kebijakan hanya pada awal bailout itu muncul, tapi sampai sekarang belum ada hasilnya.”
68
Haryo: “Kalau aku sendiri, gambaran tentang SBY.. yang pertama, benar sekali SBY adalah orang yang lemotan, seakan-akan semua itu terselesaikan secara tersendatsendat, alon-alon ra klakon blas.. dia seakan-akan lamban dalam menyelesaikan kasus itu. Yang kedua, dia sayang keluarga.. besannya sendiri.. mungkin karena Aulia Pohan ada dalam kasus ini, jadi kasus ini dibikin tambah rumit.. mungkin ada nepotisme-nepotisme tertentu, terselubung.. terus juga semakin membuyarkan imajinasi saya tentang pemerintahan yang anti korupsi.. ada KPK, citra anti korupsi bagus, tapi muncul kasus Century yang menyeret orang-orang dekat SBY, citra itu tiba-tiba runtuh seketika.. pecah berkeping-keping.”
5. Sikap terhadap SBY Cati: “Dari saya.. kalau sudah begitu, ya udalah, masa bodoh dia mau ngomong apa, ya di-delo wae sesok dadine koyo opo.. jadi dia bicara ‘saya akan ini, saya akan ini’.. ya kita ya “o iya’.. lihat aja besok kaya apa.. kepercayaan lima puluh persen berkurang.” Haryo: “Ya mungkin aku, sikap saya setelah adanya itu, saya pertama menjadi acuh tak acuh dan saya menjadi apatis.. aku ngga peduli lagi SBY mau ngapain, SBY mau jungkir-balik keh, mau jalan-jalan ke luar negri keh, dia mau punya istri lagi ke.. aku ngga mau peduli lagi karena citranya sudah jelek, terus jadinya aku ngga concern lagi dengan apa yang dia lakuin.. tapi mungkin akan concern lagi saat masalah Jogja Istimewa.. jadi mungkin apatis terhadap apapun, tidak ada rasa percaya lagi.. aku sudah ngga percaya lah sama SBY.. seperti itu.” Ilham: “Kalau dari aku sendiri, melihat SBY yang kapan ngomongnya, kapan jalannya yang juga ngga tentu, ngga ada perkembangan tentang kasus-kasus yang muncul, apa lagi tentang Jogja Istimewa ini, ya, tambah ngga respek lagi.. walaupun sebelumnya, pas tahun kepemimpinan pertama tuh sempat terbuai manis sama iklan-iklannya, sama pemerintahannya yang kelihatannya itu ya bagus, ya enak gitu loh kalau dipandang.. tapi setelah pemilihan yang kedua tuh mulai tampak kurang dipercaya, sebagai figur pemimpin kurang mengena di hati..”
69
Tito: “Kalau saya, sikap saya sekarang itu ya jadi sama dengan teman-teman yang lainnya, jadi ngga percaya sama SBY.. kasusnya apa, penyelesaiannya ngga jelas, tambah lagi keistimewaan itu, tambah lagi Ibu Ani mau mencalonkan.. kan otomatis di belakang layar itu tetap SBY.. dari situ ya, sampai Ibu Ani juga terpilih mungkin pemerintahan yang ke depan ini ya sama saja dengan SBY kemarin.. menurutku, kalau perempuan yang jadi, tetap laki-laki yang di belakangnya, di balik layar.” Ayi: “Menurut saya, mudah saja, kalau dia atau orang-orangnya mencalonkan ngga dipilih, karena itu tadi, seperti kehilangan, tak berdaya dan menjadi apapun yang diomongkan terdengar bull shit.” Daru: “Kalau saya, sama.. sebetulnya sama sih dengan pemikiran-pemikiran yang teman-teman pikirkan.. kalau udah ngerasa dibohongin, tetap no mercy lah, kesempatan yang kedua tidak datang” Adit: “Kalau aku, sikap terhadap SBY, aku masa bodoh dengan apa yang dilakukan dia, karena mungkin dari pemimpin-pemimpin sebelumnya juga melakukan hal yang sama.. jadi mungkin Indonesia ini belum menemukan sosok pemimpin yang sangat tegas, menindak siapapun tanpa melihat orangnya.. mungkin ya itu karena ada kepentingan-kepentingan yang ada di belakangnya itu sehingga hampir semua presiden sama aja..mungkin karena latar belakangnya masih orde baru itu.” Petra: “Kalau aku sih bilang, kalau prinsipku sih, ya namanya juga presiden ya, di mana segala keputusan-keputusan baik kan ada pada dia.. saya tetap percaya sama dia, tapi kepercayaannya itu kaya sama teman tuh udah jaga jarak. Kalau soal korupsi, jangan terlalu percaya sama SBY, tapi kalau soal lain, misalnya, soal hal-hal lain selain korupsi mungkin saya masih percaya sama dia, misalnya, kaya hal-hal yang berbau teknologi, undang-undang IT atau undang-undang pornografi, itu saya masih respek.”
70
6. Keputusan DPR Haryo: “Kalau tanggapan saya sendiri terhadap adanya penyelewengan dana.. tanggapanku sih menyedihkan.. Indonesia sih.. karena dari awal kasus century sudah kaya gitu.. tanggapanku sih ya ternyata penangangan bailout sendiri bobrok juga gitu loh.. jadi nyambung aja ke awal, bahwa permasalahan bailout ini semakin buruk, bukannya menyelesaikan masalah, malah menambah-nambah masalah lagi.. bukan justru ini membuat citra SBY atau pemerintahan semakin bagus, tapi malah membuat semuanya itu semakin jelek di mata masyarakat.. semakin terungkaplah bahwa para pemimpin-pemimpin, kekuasaan itu, mereka cuma ingin untungnya sendiri, mereka egois, mereka ngga peduli sama rakyat.”
Petra: “Kalau saya sih, hampir sama dengan Haryo, memang menyedihkan ya. Kalau ada keputusan memang ada indikasi, tapi kalau saya bilang ‘hidup harus tetap jalan’.. jangan sampai akhirnya hanya sampai pada keputusan soal adanya indikasi, tapi juga dilihat problemnya apa, siapa yang berada di belakangnya, dan sampai pada keputusan apa yang dilakukan kalu sudah ditemukan problemnya itu.. jadi ya setidaknya masalah ini harus segera diselesaikan sampai tuntas.” Tito: “Kalau menurutku, tanggapan saya, penyalahgunaan kekuasaan ya, menurutku sih emang pansus memutuskan bailout bank century itu kan..mungkin ada bisa anggota pansus itu malah ya udah dibailout aja terus dananya kita bagi-bagi.. ada kongkalikong di dalamnya..konspirasi.” Adit: “Kalau tanggapanku mengenai ini, mungkin hanya ngga hanya kasus ini aja..jadi kalau aku menggeneralisasikan bahwa semua yang ada di pemerintahan itu bakal melakukan hal seperti itu, walaupun jumlah uang yang mereka ambil itu sedikit, tapi tetap mereka melakukan korupsi.. jadi siapapun yang ada di DPR atau siapapun yang memerintah kalau menurutku bakal melakukan yang namanya korupsi.”
71
Ilham: “Kalau menurutku sendiri, lewat bailout itu sendiri, ya, masih sama dengan teman-teman lain.. mungkin aja SBY itu menggunakan kekuasaannya itu untuk korupsi..yang dicurigai juga orang-orang di sekitar SBY itu saling bekerja sama.. sama dengan yang diomongin Adit tentang adanya kongkalikong untuk mendapatkan keuntungan.. setiap orang, siapa sih yang ngga tergiur lihat uang.. makanya sampai sekarang dananya juga ngga tahu ke mana.” Daru: “Aku nambahin aja, selain masalah duit, mungkin juga ada masalah nama. Kasus ini memang sengaja diulur-ulur.. kenapa? Ya, biar setiap orang itu punya porsinya, punya porsi buat ngomong.. porsi buat ngomong itu digunakan untuk mencari reputasi.. semua orang koq rasanya pingin ngomong semua..jadi kasusnya ngga kelar-kelar karena banyak kepala yang ngomong, banyak pemikiran yang keluar, akhirnya ngga ada jalan keluarnya malahan.” Ayi: “Kalau menurut saya, kekuasaan yang disalahgunakan sudah menjadi sebuah sistem.. semua kekuasaan pasti bermata dua, dan sangat rentan untuk terjadi penyelewengan..jadi kalau mau diputus itu sulit sekali. Kalau menurutku, diputusinya, kalau kekuasaan yang dipegang yang tua-tua ini suruh mundur semua, ganti yang muda-muda.”
Cati: “Kalau tanggapan saya, bisa-bisanya dana sebesar itu bisa salah dan tidak ada transparansi.. pada hal rakyatnya sendiri.. mungkin masih banyak lah, pendidikan, misalnya, yang bisa dibantu lewat dana sebesar itu. Saya menyanyangkan keputusan DPR itu yang cenderung ngga hati-hati.”
7. Penangangan hukum Ilham: “kalau penangangan hukum tentang kasus century sih, menurutku, ini panjang banget ya kasusnya dari kemaren-kemaren sampai sekarang itu tidak ada tindak
72
lanjutnya.. tindakannya lambat, terus terkesan ada kongkalikong lagi.. mungkin juga adanya nyogok, dari hakimnya sendiri juga ada uang tutup mulut lah, apa lah.. menurutku sih berbelit-belit dan menutup-nutupi.. tidak ada tindakan tegas tentang kasus century itu sendiri.” Cati: “Penanganan kasus ini dapat terlihat jelas ngga jelas juntrungannya mau ke mana, mau dibawa ke arah mana.. ya itu, ini ngga jelas mau diselesaiin kapan, sudah ketumpuk kasus lain, malah mungkin akan dibiarkan begitu saja.” Tito: “Mungkin menambahi Ilham.. kan Ilham ngomong.. mungkin uang suap di hakim. Kita tahu sendiri, di sidang itu.. sidangnya sering diundur terus. Setahu saya, biasanya sidang diundur tuh seminggu.. dalam jangka waktu seminggu itu, sepengetahuan saya biasanya itu adalah tenggang waktu untuk melakukan salam tempel, negosisasi untuk menyogok hakim. Jadi, penegakan hukumnya ya mbuhmbuhan, ya, ngga jelas.. apalagi pengunduran sidang terus.” Adit: “Penanganan kasus ini bagus. Maksudnya, diadakan pembentukan panitia khusus, kemudian dilakukan secara terbuka, diliput oleh media.. cuma orang-orangnya itu, menurutku, kurang berkompeten mengenai masalah uang, masalah tentang ekonomi, bailout, dan mungkin ada beberapa orang yang terkait mengenai kasus ini sehingga ketuntasan masalah ini menjadi lambat, karena ada beberapa orang terkait masalah ini sehingga biar orang itu tidak terkena kasus itu.” Haryo: “Kalau dari aku sendiri, penanganan hukum buat kasus bailout century ini.. tanggapan saya adalah terkesan lambat, semuanya ya itu sidang diundur-undur, dan setuju sama Adit bahwa pansus century itu mungkin diisi dengan orang-orang yang tidak berkompeten. Mengapa? Karena menurut saya, orang-orang yang berkompeten itu sudah dibinasakan dari awal.. misalnya, para penguasa-penguasa politik, ya itulah mungkin politik-politik kotor. Mereka udah tahu ‘o, orang-orang ini bakal menghalangi kita dalam beraksi, jadi kita habisi dulu aja.. misalnya, Antasari Azhar.. dia sengaja disetting seperti itu, dia disetting untuk dipenjara.. dan banyak sih orang-orang yang sebenarnya berkompeten untuk menanggulangi kasus-kasus korupsi di negara ini, tetapi mereka itu justru dihukum, dimasukkan ke penjara.. sehingga yang terjadi bahwa orang-orang yang ada di dalam lembaga yang menangani kasus ini ya ‘bocah-bocahe dhewe’.. ya orang-orang dari oknum-
73
oknum yang memiliki kepentingan tersendiri, jadi ujung-ujungnya lembaga hukum dikendalikan, para penegak sudah dikendalikan, orang-orang yang berkompeten, yang memiliki kemampuan untuk menanggulangi kasus ini sudah dibinasakan.. ujung-ujungnya ya gini.. kasus ini akan bertambah panjang dan aku takutkan ngga akan selesai karena lalu ditutupi dengan kasus lain, entah itu ada pemboman, entah itu tiba-tiba Nurdin M Top ditangkap, entah habis itu ada ini ada itu.. sewaktu ada kasus century ada begitu banyak berita-berita atau isu-isu yang diangkat untuk menutupi bailout itu sendiri.. apakah pemilik-pemilik media juga memiliki kepentingan dalam hal ini.. maksudnya media itu ikut memblow up banyak sekali isu-isu untuk menutupi kasus bailout century ini.. penanganan hukum juga seperti itu.. intinya bahwa orang-orang yang berkompeten sudah dibinasakan, lembaga-lembaga yang berkewenangan mengurusi ini diisi oleh ‘orang-orang dalam’, makanya ngga selesai sih mungkin buat aku karena nasib para aktivis atau para pejuang korupsi itu sama dengan tragis.. bisa tenggelam di lautan, bisa diracun di udara.” Daru: “Menurutku, malah ini seperti sinetron versi seriusnya.. selalu muncul karakter baru.. padahal setahuku, yang namanya pengadilan itu kalau normalnya, diselesaikan saat itu juga.. masalah bailout ini ya itu tadi semuanya menjadi diundur karena satu orang dengan orang yang lain itu mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.. entah itu masalah pamor, entah itu masalah menyembunyikan uang itu sendiri.. saya ngga tahu.. yang saya tahu cuma ini menjadi kisah yang sangat lebay.” Ayi: “Pendapat saya ya sama dengan semuanya sih. Penanganannya terkesan lambat.. ada kepentingan sana-sini.. jadi mereka semua berbicara, semuanya ikut tampil, dan cenderung untuk menutupi kasus ini sehingga mereka jadi ngga kelihatan lagi.. banyak campur tangan media juga.”
8. SBY sebagai pemimpin yang anti korupsi Tito: “Kalau menurutku, gambaran tentang SBY ya SBY itu terkesan munafik.. dia menggembar-gemborkan anti korupsi, tapi kenyataannya ya tahu sendiri ya kaya gitu”
74
Haryo: “kembali ke pernyataan-pernyataan saya yang awal tadi, bahwa gambaran SBY sebagai seorang pemimpin, bapak negara, presiden republik indonesia yang anti korupsi, akibat kasus bailout bank century ini sudah memudar, menipis.. jadi semuanya itu sudah.. citranya dia sebagai pemimpin yang anti korupsi itu.. okelah memang banyak sekali kasus-kasus korupsi yang terkuak, banyak kasus-kasus korupsi yang terungkap pada saat pemerintahan SBY, tetapi misalnya tidak ada satupun yang bisa diselesaikan sama aja bohong.. kalaupun masuk penjara langsung bisa jalan-jalan.. menurutku penangangan kasus-kasus korupsi yang ‘what the hell’.. bagaimana mungkin ada orang yang sudah terdakwa korupsi bisa ke mana-mana, lalu kasus penjara yang seperti hotel bintang lima.. nah itu akan membuat orang akan ngomong ‘ini serius ngga sih ngurusin masalah korupsi? Jadi kaya gitu.. citra SBY sebagai anti korupsi itu sudah memudar, menghilang..” Adit: “gue sih ngga bisa langsung menyalahkan SBY karena yang melakukan korupsi itu kan bukan SBY, tapi oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan jabatan untuk melakukan korupsi.. jadi yang kena imbasnya adalah pemimpinnya. Penyelesaian kasus yang berhubungan dengan duit itu akan sangat lama karena hukum-hukum yang ada di Indonesia bisa berpotensi untuk memiliki pengertian yang lain.. jadi pasal yang ada itu dimanfaatkan oleh orang-orang untuk yang salah menjadi benar, karena pengertian dari hukum-hukum itu kan bisa dianggap orang berbeda-beda, belum ada ketegasan yang pasti mengenai masalah itu.. seperti itu.” Petra: “Menurut saya sih, ini sepanjang pengalaman saya dipimpin oleh empat presiden, dari Soeharto, Megawati, Abdurrahman Wahid.. satu-satunya yang bikin jargon anti korupsi kan emang SBY.. jadi mungkin kalau dibilang dia punya niat buat memberantas korupsi yang ada di Indonesia.. tapi sepanjang pengamatan juga, problem korupsi di Indonesia kan sudah menjadi budaya.. SBY ini mungkin bisa dibilang sebagai salah satu pencetus, tapi ternyata juga dia mungkin menjadi bagian dari budaya korupsi itu.. ya setidaknya patut diapresiasikan saja bahwa dia sudah punya niat buat memberantas korupsi.” Ilham:
75
“Menurutku, dari hubungan penanganan kasus bailout century dengan SBY yang gembar-gembor anti korupsi itu ya cuma omong kosong walaupun dia berkata ‘aku anti korupsi’. Walaupun ada sedikit terbukti tentang korupsi itu, tapi ya mana buktinya.. bank century sendiri ngga rampung-rampung sampai sekarang.. ngga ada bukti yang jelas tentang ini.. ya lambat sih sebenarnya, ngga tegas.” Ayi: “Menurut saya, walaupun dia niatnya baik anti korupsi, tapi dia tidak didukung sama sistem-sistem disekelilingnya, hukum dan oknum dan pejabat-pejabat yang berwenang.. jadi kalau SBY disalahkan kasihan sebenarnya, karena yang lain juga ngga mendukung dia sepenuhnya.. mungkin dia juga jadi bingung karena itu.. seperti itu lah.” Daru: “Kalau tanggapanku akan masalah anti korupsi dari SBY ya itu ide yang bagus, tapi eksekusinya sih ada ya ada, cuma kurang pas karena kabinet dan pejabatpejabatnya itu ngga memaksimalkan dengan baik.. ya karena setiap orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.. ya ini dinasti egois.. sekumpulan orang yang mempunyai ambisi pribadi.. ya jadi ide yang semulanya bagus itu menjadi ndak bagus.. ndak bagus dalam artian eksekusinya.” Adit: “mungkin itu sebuah etika dalam tanda kutip atau budaya dalam pemerintahan ingin melakukan atau memenangkan sebuah proyek ya harus ada salam tempel.. itu menjadi sebuah budaya. Jadi untuk pembersihan korupsi itu susah karena itu sudah membudaya dari zaman penjajahan, Soekarno, Soeharto..” Cati: “Kalau menurutku, SBY sebagai pemimpin yang anti korupsi itu luntur.”