48
BAB III PENGEMBANGAN TINGKAH LAKU PROSOSIAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL DI RA MUSLIMAT NU KESESI
A. Gambaran Umum RA Muslimat NU Kesesi 1. Sejarah Berdirinya RA Muslimat NU Kesesi berdiri pada tahun 1991 di atas tanah wakaf milik salah seorang warga. Dahulu sebelum menjadi RA, bangunan ini adalah bangunan MI atau Madrasah Ibtidaiyah sejak tahun 1980an. Kemudian bangunan ini dikosongkan karena tidak ada ijin operasi. Sejak saat itu, oleh Ibu Halimah salah seorang pengurus Muslimat NU dan tokoh masyarakat Desa setempat, mencetuskan ide untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan pra sekolah yaitu RA Muslimat NU menggantikan MI tersebut. Sejak berdirinya RA Musliamt NU, segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan diurus oleh Muslimat NU. Sampai pada tahun 2010, kepengurusan dialihkan kekepengurusan Musholla Baitut To’at. Maka sejak saat itulah RA Muslimat NU terintegrasi dengan Musholla Bitut To’at. Sehubungan dengan hal itu, maka seharusnya nama RA Muslimat NU berganti dengan RA Baitut To’at.Akan tetapi, karena birokrasi yang sulit jika mengganti nama sebuah
48
49
lembaga dan harus mengurus sampai ke Jakarta maka secara administrasi nama lembaga pendidikan ini tetap bernama RA Muslimat NU.1 2. Profil Sekolah2 Nama sekolah
: RA Muslimat Kauman
NSM
: 101233260058
Alamat
: Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan
Didirikan
: 1 Januari 1991
Pengesahan kemenag
: 19 Agustus 1991
Nomor
: wk/5-b/2124/RA/PDM/1991
Nama kepala sekolah
: Ibu Maemonah
Waktu
: Pagi
Peringkat akreditasi
:B
3. Letak Geografis RA Muslimat NU merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang terletak di Dukuh Kauman Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Dengan luas bangunan 100 m2 dan luas tanah 112 m2. Letak bangunan RA Muslimat NU Kauman memiliki batasan-batasan geografis sebagai berikut:3 a. Sebelah Utara berbatasan dengan Musholla Baitut To’at b. Sebelah Timur berbatasan dengan halaman Musholla Bitut To’at
1
Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013. 2 Dokumentasi Profil Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Tanggal 18 Desember 2013. 3 Hasil Observasi Tanggal 7 Desember 2013 di RA Muslimat NU Kesesi.
50
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan penduduk d. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan perkampungan 4. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan RA Muslimat NU Sebuah lembaga pendidikan haruslah memiliki visi, misi, dan tujuan agar proses pendidikan berjalan secara terarah dan terfokus. Adapun visi, misi, dan tujuan dari RA Muslimat NU Kesesi adalah sebagai berikut:4 a. Visi RA Muslimat NU Terbentuknya generasi Islam yang sehat, cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan berbekal iman dan taqwa. Jabaran visi RA Muslimat NU yaitu membentuk generasi yang Islami, cerdas, kreatif, terampil, dan berakhlak mulia. b. Misi RA Muslimat NU 1) Menanamkan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pembelajaran 2) Menanankan pada anak untuk hidup sehat sejak dini 3) Memupuk kecerdasan anak 4) Memupuk kreatifitas dan keterampilan anak 5) Menanamkan pada anak sikap atau perilaku yang akhlakul karimah 6) Menanamkan keimanan dan ketakwaan c. Tujuan Pendidikan Raudhatul Atfal Tujuan pendidikan Raudhatul Atfal adalah membantu anak diidk dalam mengembangakan berbagai potensi, baik psikis dan fisik yang meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/ motorik, kemandirian, dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. d. Tujuan RA Muslimat NU Merujuk pada tujuan pendidikan RA tersebut, tujuan RA Muslimat adalah sebagai berikut: 1) Memberikan dasar-dasar akidah atau ibadah dan akhlak yang benar
4
2013.
Dokumentasi Visi, Misi, dan Tujuan RA Muslimat NU Kesesi, Tanggal 7 Desember
51
2) Menanamkan kehidupan yang sehat baik jasmani dan rohani 3) Memberikan kegiatan-kegiatan seni dan keterampilan pada anak 4) Mengembangkan bakat, minat, kemampuan, dan kreatifitas anak 5) Mewujudkan generasi muslim dan muslimaih yang berakhlakul karimah 6) Mewujudkan anak yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. 5. Struktur Organisasi RA Untuk
memudahkan
mekanisme
kerja
dan
tertibnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di RA Muslimat NU Kesesi maka dibentuklah struktur organisasi.
Skema2 Struktur Organisasi Pengurus RA Muslimat NU Kesesi5 Ketua M. Juanda
5
Sekretaris
Bendahara
M. Ghufron
Abdul Wahid
Dokumentasi Struktur Organisasi Pengurus RA Muslimat NU Kesesi, Tanggal 16 Desember 2013
52
Skema3 Organisasi RA Muslimat NU Kesesi6 Kepala Maemonah
Guru
Guru
Nur Hidayah
Suci Husnaini
6. Keadaan Guru Guru di RA Muslimat NU Kesesi berjumlah dua orang dan satu kepala sekolah. Namun, pada praktiknya kepala sekolah merangkap menjadi guru. Sehingga dapat dikatakan bahwa guru di RA Muslimat NU Kesesi berjumlah tiga orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:7 Tabel 1 Keadaan Guru RA Muslimat NU Kesesi Tahun 2013/ 2014 Tanggal
No
Nama
1
Maemonah
20-04-1974
SMA
2
Nur Hidayah
11-09-1982
3
Suci Husnaini
04-12-1984
6
lahir
Ijazah
Mulai
Jabatan
Status
27-08-1992
Kepala
Swasta
SMK
16-07-2010
Guru
Swasta
MAN
12-07-2009
Guru
Swasta
Tugas
Dokumen Struktur Organisasi RA Muslimat NU Kesesi, Tanggal 16 Desember 2013 Dokumen Keadaan Guru RA Muslimat NU Kesesi Tahun 2013/2014, Tanggal 16 Desember 2013. 7
53
7. Keadaan Siswa Siswa RA Muslimat NU Kesesi pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 25 siswa. Jumlah ini diperoleh dari 11 siswa yang merupakan siswa mengulang dan 14 siswa yang merupakan siswa baru sehingga jumlahnya menjadi 25 siswa. Namun dalam perkembangannya ada dua siswa yang pindah sekolah sehingga jumlahnya hingga saat ini adalah 23 siswa. Adapun daftar nama siswa RA Muslimat NU Kesesi adalah sebagai berikut:8 Tabel 2 Nama Siswa RA Muslimat NU Kauman Tahun 2013/2014 No
Tanggal
NIS
1
Affas Ahmad B.
565
05-08-2007
L
Fauzi
Halimah
2
Afdal Faizin
582
23-08-2008
L
Suharno
Ardiningrum
3
Chumida
566
02-08-2007
P
M. Nachrowi
S. Sholichati
4
Candika
584
28-04-2008
L
Nurohman
Yuli Nuryanti
5
Daffa Nasrullah
568
17-08-2007
L
Abdurohman
Fahrotun
6
Diva Balqis Median
585
07-03-2008
P
Hasanudin
Muslikah
7
Hana Muzaitum
572
19-07-2006
P
Warsono
Chasanah
8
Imam Subhi
573
18-04-2008
L
Suwarno
S. Mujenah
9
Kharimatul Khisna
586
22-04-2009
P
Bejo
Alfiatun
10
Khafidah Ulfa
587
19-05-2009
P
Muchsinin
Saroah
11
M. Zainuroyan
575
03-01-2008
L
Hadiyanto
Rojiah
12
M. Zulfikar
576
03-03-2008
L
Khaeron
Wahati
13
M. Faizurohman
588
21-09-2009
L
Agus A.
Zakiyatun N.
8
Lahir
L/P
Nama Orang Tua
Nama Siswa
Bapak
Ibu
Dokumen Keadaan Siswa RA Muslimat NU Kesesi Tahun 2013/2014, Tanggal 16 Desember 2013.
54
14
M. Dziqrullah Faza
589
30-10-2009
L
Tjasmari
S. Juriyah
15
M. Mahad Yusuf
590
01-07-2009
L
Fachrudin
Musfirahatun
16
Nailis Soraya
577
28-01-2008
P
Dasukri
Sunarti
17
Novi Puji Astuti
591
31-10-2007
P
Soadi
Sugiharti
18
Risma Asfilda
578
31-08-2007
P
Multazam
Iin Sumanti
19
Salsabilatul Jannah
592
07-01-2009
P
Sahono
Nurjanah
20
Tyas Galih R
580
04-09-2008
L
Wahrudin
Muskiyah
21
Zainina Astari
593
31-07-2009
P
Budiharto
Honimah
22
Alvian Ibnu F.
594
22-01-2009
L
Parisin
Khulyatun
23
M. Hilmie Indaka
596
15-04-2010
L
Ibnu Abror
Uswatun K.
8. Sarana dan Prasarana Lembaga pendidikan harus memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar, tak terkecuali RA Muslimat NU sebagai salah satu lembaga pendidikan prasekolah. Sarana dan prasarana berfungsi untuk menunjang proses belajar mengajar. RA Muslimat NU Kesesi memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh RA Muslimat NU Kesesi adalah sebagai berikut:9 Tabel 3 Daftar Sarana dan Prasarana RA Muslimat NU Kesesi No A
Sarana/Prasarana Bangunan Sekolah 1. Ruang guru 2. Ruang kelas 3. Ruang tamu 9
Jumlah
Keterangan
1 1 1
Rusak ringan Baik Rusak ringan
Hasil Observasi di RA Muslimat NU Kesesi pada tanggal 19 Desember 2013.
55
B
C
D
4. Dapur 5. Tempat cuci tangan Perlengkapan Kantor 1. Meja guru 2. Kursi guru 3. Lemari guru 4. 1 Set kursi tamu 5. Dispenser dan galon 6. Jam dinding 7. Papan struktur organisasi 8. Papan visi, misi, dan tujuan 9. Papan rekapitulasi siswa 10. Listrik 11. DVD dan salon Perlengkapan Kelas 1. Meja guru 2. Kursi guru 3. Meja siswa 4. Kursi siswa 5. Papan tulis 6. Papan nama 7. Loker siswa 8. Lemari perabot 9. Meja perabot 10. Jam dinding 11. Kotak PPPK 12. Rak sepatu 13. Sandal 14. Keset 15. Pengukur tinggi badan 16. Timbangan berat badan 17. Gambar pancasila, presiden dan wakil 18. Gambar pahlawan 19. Gambar lambang NU 20. Berbagai poster edukatif Mainan 1. Ayunan 2. Prosotan 3. Jungkat-jungkit
1 1
Rusak ringan Baik
3 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 1 15 30 1 2 1 1 2 1 1 4 16 pasang 3 1 1 4 1 10
Baik Baik Rusak ringan Rusak ringan Baik Baik Baik Rusak ringan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
2 1 1
Baik Baik Baik
56
E
4. Terowongan ban 5. Tangga bergelantung 6. Kuda goyang 7. Mobil goyang 8. Kuda lumping 9. Boneka 10. Berbagai puzzle 11. Hulahup 12. Congklak 13. Pohon angka 14. Anaklung 15. Gambang 16. Bola basket 17. Bola sepak 18. Bola kasti 19. Bola pimpong Perlengkapan penunjang 1. Sapu lantai 2. Sapu lidi 3. Kemoceng 4. Rak piring 5. Mangkuk dan piring plastik 6. Gelas plastik 7. Sendok 8. Tempat sampah 9. Ember
1 1 2 2 3 3 10 3 2 2 5 4 1 3 4 6
Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Rusak ringan Baik Baik Baik Baik
3 2 2 1 60 35 35 3 1
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
B. Pelaksanaan Permainan Tradisional Di RA Muslimat NU Kesesi Permainan tradisional memang sudah jarang dimainkan oleh anakanak baik di Desa terlebih di daerah perkotaan. Namun, upaya pelestarian sudah semestinya dilakukan oleh semua kalangan. Hal inilah yang coba dilakukan oleh RA Muslimat NU Kesesi. Meskipun terkesan ketinggalan zaman.Namun,
RA
Muslimat
NU
Kesesi
masih
mengajarkan
dan
menggunakan permainan tradisional sebagai salah satu media pengajaran
57
selain berupaya untuk melestarikan budaya. Selain itu, menurut Nur Hidayah selaku guru di RA Muslimat NU Kesesi yang mengatakan bahwa “... jangan sampai permainan tradisional yang merupakan aset bangsa hilang begitu saja,makanya perlu diperkenalkan kepada anak-anak lagi pula permainan tradisional itu murah dan menyenangkan...”10 Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru di RA Muslimat NU Kesesi dapat diketahui bahwa pelaksanaan permainan tradisional
di RA
Muslimat NU Kesesi dibagi menjadi beberapa tahap antara lain sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini para guru membuat RKH (Rencana Kegiatan Harian) untuk memudahkan guru dalam mengajar. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu Maemonah selaku kepala sekolah sekaligus guru kelas. “Biasanya saya membuat RKH setelah selesai mengajar, di kantor atau sehari sebelum saya mengajar untuk hari berikutnya. Jika tidak sempat membuat RKH di kantor, saya membuatnya di rumah, ini memudahkan saya dalam mengajar untuk besok. Kaitannya dengan permainan tradisional, kan biasannya dilakukan pada hari Jumat dengan jadwal olah raga, jadi pelaksanaan permainan tradisional ini sifatnya sisipan setelah siswa berolah raga”11 Hal demikian juga dikatakan oleh Suci Husnaini yang membuat RKH sebelum mengajar untuk hari selanjutnya. “Sebelum pulang dari sekolahan saya membuat RKH, meskipun pulangnya agak telat yang
10
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 11 Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013.
58
penting RKH sudah selesai jadi besok tinggal ngajar biar tidak gugup”12. Sementara itu Ibu Nur Hidayah juga melakukan hal demikian, beliau mengatakan “Mula-mula kami menyiapkan RKH dan mempersiapkan segala sesuatunya”.13 Penyusunan RKH yang dilakukan oleh guru-guru di RA Muslimat NU Kesesi masih tergolong manual sebab RKH ditulis menggunakan tangan di buku khusus RKH. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru RA Muslimat NU Kesesi dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar guru merencanakan apa yang akan diajarkan dengan membuat RKH (Rencana Kegiatan Harian). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan guru dalam mengajar. 2. Tahap Persiapan Pada tahapini yaitu tahap persiapan, guru melakukan pengecekan terhadap media yang dibutuhkan untuk proses belajar mengajar. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Maemonah “Ya... saya mengecek dulu sebelum ngajar, seperti contohnya materi untuk besok adalah membuat prakarya dari kertas, jadi saya mengecek ketersediaan kertas lipatnya, jika tidak ada saya langsung beli seperti itu”14 Kaitannya dengan persiapan untuk permainan tradisional tidak ada persiapan khusus. Namun, jika permainan tradisional yang hendak
12
Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013. 13 Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 14 Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013.
59
dimainkan adalah permainan yang membutuhkan alat tertentu maka guru terlebih dahulu mengecek ketersediaan alat tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Maemonah bahwa: “Kalau untuk permainan tradisional, kami memanfaatkan alat-alat yang tersedia disekitar, permainan tradisional kan tidak membutuhkan alat-alat hanya beberapa saja yang butuh alat seperti congklak, biasanya kalau hari Jumat anak-anak malah minta bermain kucing-kucingan atau ayam-ayaman, kan permainan ini tidak membutuhkan alat...”15 Seperti halnya yang dikatakan olehIbu Nur Hidayah, beliau menuturkan bahwa: “Persiapan untuk mengajar itu penting dilakukan sebelum mengajar, seperti mempersiapkan materi dan media yang akan digunakan.Ya... untuk masalah permainan tradisional kami hanya mengecek alat-lat yang akan digunakan seperti kuda lumping, congklak tapi anak-anak itu sukanya main permainan yang larilarian seperti ayam-ayaman, jadi tidak perlu ada alat tertentu. Namun untuk congklak sudah tersedia di kelas jadi untuk anakanak yang suka main congklak tinggal main saja kan sudah dipersiapkan oleh kami sekalian bersih-bersih kelas kalau anakanak sudah pulang” 16 Guru di RA Muslimat NU Kesesi melakukan segala persiapan mengajar untuk hari selanjutnya dengan menyiapkan materi serta mengecek ketersediaan media yang akan digunakan, termasuk permainan tradisional tertentu yang menggunakan alat tertentu untuk memainkannya. 3. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan permainan tradisioanal di RA Muslimat NU biasanya dilaksanakan pada hari Jumat setelah anak-anak selesai berolahraga.
15
Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013. 16 Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013.
60
Meskipun demikian, pada hari-hari biasa pun permainan tradisional juga dimainkan
sebagai
kegiatan
saat
jam
istirahat.
Guru
berperan
mengarahkan anak-anak untuk bermain permainan tradisional. Meskipun kegiatan ini bukan merupakan materi wajib, tetapi permainan tradisioanl ini kerap dimainkan oleh anak-anak di RA Muslimat NU Kesesi. Hal ini seperti yang dikatakan Ibu Nur Hidayah “Permainan tradisional di RA sini dilaksanakan setiap hari Jumat setelah anak-anak berolahraga, tapi ya... tidak hanya hari Jumat saja, tak jarang waktu istirahatpun anak-anak bermain congklak atau engklek selain jajan tentunya”. 17 Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru untuk memudahkan anak-anak RA Muslimat NU Kesesi dalam bermain permainan tradisional yaitu: a. Mengkondisikan siswa Sebelum memulai bermain setelah olah raga, hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengkondisikan siswa dengan mengajak dan mengarahkan siswa untuk bermain tradisional. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Suci Husnaini “Saya berusaha mengajak dan menawarkan kepada anak-anak dengan semangat ayoo siapa yang mau ikut ibu main kucing-kucingan? Misalkan seperti itu, jadi anakanak juga ikut semangat mbak...”.18
17
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 18 Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013.
61
Ibu Nur Hidayah juga mengkondisikan siswanya dengan menyuruh membuat lingkaran besar dulu, seperti yang beliau tuturkan “Kalau main permainan besar biasanya sih anak-anak tak suruh buat lingkaran besar dulu mbak...”19 b. Menjelaskan cara bermain Hal
yang
dilakukan
selanjutnya
oleh
guru
setelah
mengkondisikan adalah menjelaskan bagaimana cara bermain atau aturan apa saja yang harus dipatuhi. Ibu Nur Hidayah menjelaskan lebih lanjut “... nanti saya jelasin gimana cara mainnya, ya walaupun anak-anak sudah hafal gimana cara mainnya mbak”.20 Kemudian Ibu Suci Husnaini juga mengatakan “...Kami mengarahkan anak-anak, kemudian kami mencontohkan terlebih dahulu bagaimana cara bermainnya setelah itu mempraktikan bersama-sama”.21 Meskipun anak-anak sudah paham mekanisme cara bermainnya tapi guru merasa perlu untuk menjelaskan sebagai pengantar sebelum melakukan permainan tradisional. c. Menentukan siapa yang bermain Setelah guru menjelaskan teknis bermainnya kemudian guru memberikan kesempatan kepada anak-anak siapa yang akan bermain dahulu. Ibu Nur Hidayah mengatakan “Kalo sudah anak-anak tak
19
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 20 Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 21 Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013.
62
tawarin siapa yang mau main dulu misalnya siapa yang jadi kucing siapa yang jadi tikus gitu mbak setelah itu ya kita main”22 d. Mengarahkan dan mengawasi jalannya permainan tradisional Selain mengarahkan untuk bermain permainan tradisional, guru juga mengawasi jalannya permainan tradisioanal lebih dari itu tidak jarang guru ikut bermain perrmainan tradisional. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Maemonah “...Tentunya selain megarahkan, kami juga mengawasi anak-anak bermain, juga terkadang kami ikut main bersama anak-anak”23 Demikianlah yang dilakukan sebelum dan saat bermain permainan tradisional juga hal-hal yang dilakukan guru agar dalam bermain permainan
tradisional
berjalan
lancar
seperti
mengkondisikan,
menjelaskan cara bermain, menentukan siapa yang bermain dulu, dan mengawasi anak-anak ketika bermain permainan tradisional. 4. Tahap Evaluasi Setelah kegiatan belajar mengajar selesai,maka guru akan mengadakan evaluasi, baik evaluasi terhadap kemampuan siswa ataupun evaluasi terhadap media maupun metode mengajar guru. Evaluasi terhadap siswa bisa berupa evaluasi sumatif seperti yang telah dilakukan oleh RA Muslimat NU Kesesi pada tanggal 9-14 Desember 2013.24 Selain
22
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 23 Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013. 24 Hasil Observasi di RA Muslimat NU Kesesi pada Tanggal 9-14 Desember 2013.
63
itu, evaluasi formatif juga dilaksanakan setelah selesai belajar satu bahan pelajaran. Evaluasi terhadap media dan metode yang digunakan guru untuk mengajar juga dievaluasi bersama guru lain seusai pelajaran selesai. Bentuk evaluasi terhadap media dan metode yang digunakan adalah diskusi antar guru.25 Masing-masing guru memberikan masukan terhadap metode yang digunakan, hal ini dilakukan untuk mengontrol kualitas mengajar guru. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Suci Husnaini: “Kami sering mengadakan evaluasi terhadap apa yang telah kami sampaikan di depan kelas, baik itu mengenai kesesuaian materi dengan RKH, gaya mengajar, maupun media yang digunakan. Sebenarnya yang kami lakukan adalah diskusi kecil berupa obrolan-obrolan ringan seusai mengajar tapi tidak jauh dari kegiatan mengajar. Hal ini semata-mata dilakukan untuk kebaikan kita bersama”26 Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak RA Muslimat NU Kesesi tidak ada evaluasi secara spesifik seperti pelajaran lainnya. Meskipun demikian evaluasi seperti yang dikatakan oleh Ibu Suci Husnaini tetap dilakukan. Hal ini dikarenakan melalui permainan tradisional guru memperoleh informasi mengenai perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis emosionalnya. Seperti yang dikatakan oleh Nur Hidayah “... tidak ada evaluasi secara khusus untuk permainan
25
Hasil Observasi di RA Muslimat NU Kesesi pada Tanggal 6 Desember 2013. Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013. 26
64
tradisional tetapi melalui permainan tradisional kami para guru dapat mengevaluasi perkembangan anak.27 Evaluasi permainan tradisional tidak ada secara spesifik seperti halnya pelajaran yang lain karena permainan tradisional tidak termasuk dalam materi pembelajaran. Akan tetapi, melalui permainan tradisional guru dapat melihat perkembangan sikap dan tingkah laku siswa, sehingga memudahkan guru untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. C. Tingkah Laku Prososial Anak di RA Muslimat NU Kesesi Tingkah laku anak terbentuk salah satunya melalui lingkungannya. Anak cenderung akan meniru apa yang dilihatnya. Selain itu, perlu arahan dari orang yang lebih dewasa untuk membentuk tingkah lakunya. Anak-anak di RA Muslimat NU Kesesi pada awal masuk sekolah masih membawa tingkah laku-tingkah laku yang kurang prososial. Hal ini disebabkan karena anak belum terbiasa dengan kondisi barunya di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Suci Husnaini: “Pada awal tahun ajaran baru anak-anak masih malu-malu, enggan mambaur, masih takut, mintanya ditemani orang tuanya, masih suka menangis, seenaknya sendiri, dan lain sebagainya. Menurut saya itu wajar, anak-anak perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ya... ini menjadi tugas kami sebagai guru untuk mengarahkan dan mendidik anak untuk lebih bersikap baik”28 Tingkah laku prososial anak pada awal-awal masuk sekolah masih kurang terlihat. Namun, ada anak yang sudah memiliki tingkah laku prososial yang lebih dibandingkan dengan anak-anak yang lain pada awal masuk 27
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 28 Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013.
65
sekolah. Hal ini disebabkan karena anak tersebut tumbuh dikeluarga yang banyak jumlahnya. Berbeda dengan anak tunggal mereka cenderung bersifat individualis. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur Hidayah: “Karakter anak-anak pada awal masuk sekolah itu bermacam-macam, tapi pada umumnya masih bersifat individual belum bisa bergaul secara bebas dengan teman-temannya. Namun ada beberapa anak yang memang dari awal masuk sudah bisa bersosialisasi dengan teman-temannya ini karena si anak tumbuh dalam keluarga yang besar jumlahnya”29 Ibu Suci Husnaini menambahkan “Apa lagi kalau anak tunggal, aduh.. biasanya anak tunggal itu tidak mau berbagi misalkan berbagi mainan dengan yang lain. Hal ini mungkin karena anak tersebut selalu mendapatkan apa yang dia inginkan..”30 Masa
awal
masuk
sekolah
anak-anak
cenderung
bersifat
individualistis, malu-malu, takut, dan cengeng. Namun, sikap-sikap tersebut yang ditunjukan oleh anak-anak adalah wajar. Anak-anak perlu adaptasi dengan lingkungan barunya dan mengenal lebih jauh dengan teman sebayanya. Akhir semester satu sifat-sifat yang mereka tunjukan pada awal masuk sekolah sudah jarang nampak, hanya beberapa anak yang masih menunjukannya. Ibu Alfiyatun selaku orang tua siswa menambahkan “Dulu waktu pertama masuk sekolah anak saya tidak mau ditinggal maunya saya di sekolah terus menemani, terus masih malu-malu dan tidak mau berteman
29
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 30 Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013.
66
dengan teman-teman yang lain. Namun sekarang anak saya sudah bisa ditinggal dan aktif bermain dengan yang lain”31 Ibu Nur Hidayah juga mengatakan: “Setelah beberapa bulan banyak perubahan yang terjadi pada anakanak. Sekarang anak-anak bisa diajak untuk kerjasama, berani, tidak cengeng, mau berbagi dengan teman, saling menyayangi, mau meminta maaf jika salah, dan masih banyak lagi perubahan-perubahan positif yang terjadi pada anak-anak. Hal ini terjadi karena anak belajar dan bermain bersama di sekolah maupun di rumah”32 Banyak tingkah laku prososial yang ditunjukan oleh anak-anak RA Muslimat NU, seperti dari hasil observasi peneliti, anak-anak cenderung menawarkan makanan kecil yang mereka beli kepada teman-temannya. Kemudian meminta maaf ketika ada salah satu anak menangis karena berebut mainan. Memberitahu guru dan menolong teman yang jatuh dari ayunan serta bermain bersama di luar sekolah juga mereka lakukan. Dari hasil wawancara kepada guru dan didukung dengan hasil observasi yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan sikap dari awal masuk sekolah sampai pada saat ini. Perubahan yang terjadi adalah perubahan positif dimana anak-anak lebih bersikap prososial terhadap teman sebayanya. Diantara perubahan positif pada tingkah laku prososial anak adalah bisa diajak kerja sama, mau membagi makanan kecil, menolong teman yang terjatuh, dan bermain bersama di luar sekolah.
31
Alfiyatun, Orang tua siswa, Wawancara Pribadi, Rumah Ibu Alfiyatun, 15 Desember
2013. 32
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013.
67
D. Peranan Permainan Tradisional sebagai Sarana Pengembangan Tingkah Laku Prososial Anak di RA Muslimat NU Kesesi. Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. 33 Bermain untuk anakanak merupakan kebutuhan yang wajib terpenuhi. Sebab bermain merupakan kegiatan yang dapat melepas energi yang berlebihan dalam tubuh anak. Permainan anak memiliki banyak jenis, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional pada zaman sekarang sepertinya kurang diminati oleh anak-anak. Ada banyak faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Maraknya permainan elektronik, kurangnya peran orang tua dalam memperkenalkan permainan tradisioanal, dan lain sebagainya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan permainan tradisional semakin menghilang. Meskipun demikian, masih ada lembaga prasekolah yang peduli dengan keberadaan permainan tradisioanal untuk dilestarikan keberadaannya yaitu RA Muslimat NU Kesesi. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Maemonah yang memberikan alasan mengapa masih mempertahankan permainan tradisional sebagai sarana pembelajaran “Permainan tradisional perlu untuk dilestarikan karena salah satu aset budaya Indonesia jadi kami berusaha memperkenalkan permainan tradisional pada anak didik kami”34
33
Dwi Sunar Prasetyono, Biarkan Anakmu Bermain (Yogyakarta: DIVA Press, 2008),
hlm. 11. 34
Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013.
68
Pada umumnya permainan tradisional dapat dimainkan secara kelompok. Maka dibutuhkan interaksi dan komunikasi antar pemain. Melalui interaksi para pemain maka akan terjalin hubungan sosial. Secara tidak langsung melalui permainan tradisional anak-anak diajarkan tentang bagaimana individu menjadi makhluk sosial. Hal demikian seperti penuturan Ibu Nur Hidayah “Melalui permainan tradisional anak-anak menjadi lebih akrab lagi selain itu kerukunan juga kerja sama diantara anak-anak menjadi lebih baik...”35 Lebih jauh lagi Ibu Maemonah mengatakan: “Permainan tradisional membawa dampak positif untuk anak-anak seperti misalkan permainan kucing-kucingan itu mengharuskan pemainnya untuk bergandengan tangan nah secara tidak langsung hal tersebut menimbulkan kedekatan emosional antar pemain. Kalau sudah dekat secara emosional maka seringnya perilaku prososial itu muncul, seperti contonya ada teman yang jatuh maka ditolong dan yang lain memberitahukan kepada saya, itu hanya sebagian kecil tingkah laku prososial yang muncul salah satunya karena permainan tradisional”36 Hasildari wawancara dengan guru dan orang tua serta observasi terhadap tingkah laku anak-anak di RA Musliamat NU Kesesi, maka diperoleh data mengenai pengembangan tingkah laku prososial anak melalui permainan tradisional di RA Muslimat NU Kesesi sebagai berikut: 1. Mengembangkan Tingkah Laku Menolong pada Anak Permainan
tradisional
sangat
membantu
anak
dalam
mengembangkan tingkah laku menolong. Menolong merupakan salah satu
35
Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013. 36 Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013.
69
tingkah laku prososial yang dilakukan seseorang ketika ada orang lain membutuhkan bantuan. Namun, tak sedikit pula orang yang acuh kurang peduli dengan sesamanya. Permainan tradisional membawa dampak baik bagi perkembangan tingkah laku prososial anak di RA Muslimat NU, salah satu tingkah laku yang nampak adalah menolong. “...Kalau sudah dekat
secara
emosional
maka
seringnya
perilaku
prososial
itu
muncul,seperti contonya ada teman yang jatuh maka ditolong dan yang lain memberitahukan kepada saya...”37 Pada tanggal 16 Desember 2013 di RA Muslimat NU Kesesi penulis melihat kejadian yang mencerminkan tingkah laku prososial yang dilakukan oleh salah satu siswa. Saat itu ada seorang anak yang bermain ayunan kemudian terjatuh dan menangis seketika itu pula seorang temannya menolong anak yang terjatuh dan yang lain meminta bantuan kepada guru.38 2. Meningkatkan Kerjasama antar Anak Sebagian
besar
permainan
tradisional
dimainkan
secara
berkelompok sehingga dibutuhkan kerjasama antar pemainnya. Dengan demikian permainan tradisional secara tidak langsung mengajarkan tentang kerjasama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Suci Husnaini: “Menurut saya peranan permainan tradisional salah satunya adalah mengajarkan anak tentang kerjasama. Permainan tradisional itu kan dimainkan lebih dari satu orang jadi ada yang bermain dulu atau ada yang main dan ada yang jaga nah secara tidak langsung mengajarkan tentang kerjasama. Kalau anak berebut ingin main 37
Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013. 38 Hasil Observasi Tanggal 16 Desember 2013 di RA Muslimat NU Kesesi.
70
dulu kan tidak bisa jadi harus bergiliran mainnya. Seperti itu loh mbak pas main kucing-kucingan kan anak-anak harus membantu tikus supaya tidak tertangkap kucing, gantian jadi tikus jadi kucing gitu mbak”39 Di samping pernyataan dari Ibu Suci Husnaini selaku guru yang menuturkan bahwa melalui permainan tradisional anak-anak belajar untuk bekerja sama, pernyataan yang senada juga dikatakan oleh Ibu Saroah yang merupakan orang tua dari Khafidah Ulfa.“Setelah setengah tahun anak saya masuk RA Muslimat NU tingkah lakunya semakin baik sepertibisa kerja sama dengan kakaknya contohnya Ulfa yang mengambil piring makan dan kakaknya yang mengambil nasi seperti itu...”40 3. Menumbuhkan Rasa untuk Berbagi Satu Sama Lain Permainan tradisional juga dapat menumbuhkan rasa untuk saling berbagi satu sama lain hal ini seperti yang di katakan oleh Ibu Nur Hidayah: “Permainan tradisional menurut saya turut berperan dalam mengembangkan perilaku sosial anak seperti berbagi, saling memberi itu salah satunya. Yang sering saya lihat waktu anak-anak istirahat adalah njajan tapi tidak sekedar njajan mereka pun sering menawarkan jajanannya kepada teman-teman yang lain”41 Permainan tradisional cukup memberikan peranannya dalam mengembangkan tingkah laku prososial anak seperti yang dikatakan oleh Ibu Nur Hidayah di atas. Berbagi merupakan salah satu dari berbagai jenis tingkah laku prososial yang nampak pada anak di RA Muslimat NU
39
Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013. 40 Saroah, Orang Tua Siswa, Wawancara Pribadi, Kesesi, 13 Desember 2013. 41 Nur Hidayah, Guru RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 10 Desember 2013.
71
Kesesi. Selain pendapat dari Ibu Nur Hidayah, Ibu Maemonah juga berpendapat sama bahwa permainan tradisional dapat mengajarkan anak tentang berbagi.“..Kalau sudah dekat secara emosional maka seringnya perilaku prososial itu muncul, ...kemudian jadi gak pelit, anak-anak tidak sungkan untuk membagi apa yang dimilikinya seperti jajan, meminjamkan pensil, dan sebaginya”42 4. Meningkatkan Rasa Persahabatan antar Anak Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Bermain dapat membantu perkembangan sosial anak untuk masa depannya. Persahabatan merupakan tingkah laku yang mencerminkan adanya hubungan sosial yang baik. Hal inilah yang ditunjukan oleh anakanak RA Muslimat NU dengan teman sebayanya. Seperti yang didapatkan peneliti di RA Muslimat NU Kesesi banyak anak yang bermain bersama dan terlihat akur. Salah satu tingkah laku persahabatan ini ditunjukan oleh Hana Muzaitum kepada Risma Asfilda yang pada waktu itu akan bermain jamuran. Hana mau bergandengan tangan dengan Filda disaat temanteman yang lain tidak mau bergandengan tangan dengan Filda.43 Apa yang dilakukan Hana kepada Filda merupakan contoh tingkah laku prososial. Tingkah laku prososial yang ditunjukan oleh salah satu siswa tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti penuturan Ibu Suci Husnaini “...Hana dan Filda yang sering bermain bersama, rumahnya pun satu arah
42
Maemonah, Kepala Sekolah RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 17 Desember 2013. 43 Hasil Observasi di RA Muslimat NU Kesesi, Tanggal 14 Desember 2013.
72
berangkat sekolah dan pulang sekolah biasa bersama jadi tidak heran kalau mereka menjadi teman akrab”44 Jika intensitas bertemu, bermain, dan belajar bersama banyak maka kemungkinan besar anak-anak akan mudah untuk bersahabat. Dapat dikatakan bahwa permainan tradisional berperan dalam mengembangkan tingkah laku prososial berupa persahabatan.
44
Suci Husnaini, Guru Kelas RA Muslimat NU Kesesi, Wawancara Pribadi, Kesesi, 14 Desember 2013.