35 BAB III PENAYANGAN ACARA MISTIK DI TELEVISI INDONESIA
A. Definisi Tayangan Televisi Tayangan secara terminologi adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan), pertunjukan (film, dan sebagainya) persembahan1. Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkorvesinya kembali ke dalam cahaya dan suara yang dapat di dengar. Dengan keadaan demikian ini penduduk di pelosok desa pun sudah bisa menikmati tayangan ataupun kejadian baik yang ada di Arab Saudi, Pakistan, Irak, Belanda dalam waktu yang bersamaan.2 Sedangkan televisi secara terminologi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.3 Stasiun televisi adalah tempat kerja yang kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Jadi tayangan televisi adalah media komunikasi massa dengar 1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi 3, 2003, hlm.
1151 2
Al-Mihrab, Rubrik : Telaah Utama, Edisi 16 Tahun ke-2, Semarang, 2005, hlm. 13 Depdiknas, op.cit., hlm. 1162
3
35
36 pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup berupa program yang teratur dan berkesinambungan. B. Acara Mistik di Televisi Indonesia Mistik, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti juga “hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa”. Sedangkan dalam bahasa Inggris, “Mistake” diartikan kesalahan atau kekeliruan. Apabila digabungkan arti mistik dalam bahsasa Indonesia dengan arti mistake dalam bahasa inggris, artinya bisa sama dengan tahayul, yaitu kalimat yang diambil dari bahasa Arab “Takhayyul” yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “hanya ada di khayal belaka, sesuatu yang hanya di angan-angan saja sebenarnya tidak ada”.4 Berbicara tentang alam gaib dengan segala kekhasannya, terkesan mengada-ada, jika kita merujuk kepada nash al-Qur’an yang mengatakan bahwa tidak ada yang mengetahui perkara gaib selain Allah. Disamping itu, kita diingatkan oleh Allah untuk tidak berkata tentang sesuatu yang sesungguhnya kita tidak tahu tentang hal itu.5
ﺣﺪًا َ ﻏ ْﻴ ِﺒ ِﻪ َأ َ ﻋﻠَﻰ َ ﻈ ِﻬ ُﺮ ْ ﺐ َﻓﻠَﺎ ُﻳ ِ ﻋَﺎ ِﻟ ُﻢ ا ْﻟ َﻐ ْﻴ ِArtinya : (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. Al-Jin : 26)6 4
Ibid, hlm. 749 dan 1124 M. Iqbal Haetami, Menyibak Tabir Alam Ghaib, Tangerang: Qultum Media, 2004,
5
hlm.9 6
Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI., PT. Karya Toha Putra, Semarang, hlm. 986
35
37 Dalam surat al-An’am diisyaratkan, bahwa realitas nyata yang tidak diketahui oleh manusia dinyatakan sebagai perkara gaib. Allah berfirman :
ﺭﹶﻗ ٍﺔ ِﺇﻟﱠﺎ ﻭ ﻦ ﺴﻘﹸﻂﹸ ِﻣ ﺗ ﺎﻭﻣ ﺤ ِﺮ ﺒﺍﹾﻟﺮ ﻭ ﺒﺎ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﻣﻌﹶﻠﻢ ﻳﻭ ﻮ ﺎ ِﺇﻟﱠﺎ ﻫﻤﻬ ﻌﹶﻠ ﻳ ﺐ ﻟﹶﺎ ِ ﻴﻐ ﺍﹾﻟﻣﻔﹶﺎِﺗﺢ ﺪﻩ ﻨﻭ ِﻋ ﲔ ٍ ِﺒﺏ ﻣ ٍ ﺎﺲ ِﺇﻟﱠﺎ ﻓِﻲ ِﻛﺘ ٍ ﺎِﺑﻭﻟﹶﺎ ﻳ ﺐ ٍ ﺭ ﹾﻃ ﻭﻟﹶﺎ ﺽ ِ ﺭ ﺕ ﺍﹾﻟﹶﺄ ِ ﺎﺒ ٍﺔ ﻓِﻲ ﹸﻇﹸﻠﻤﺣ ﻭﻟﹶﺎ ﺎﻤﻬ ﻌﹶﻠ ﻳ Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am : 59)7 Selama dua tahun terakhir ada fenomena menarik yang terjadi secara bersamaan, yaitu naiknya pamor musik dangdut dan maraknya musik yang bersifat supra natural. Musik dangdut dan dunia mistik ini telah memasuki dunia hiburan dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kelas menengah kota. Ada beberapa persamaan yang menjadikan dangdut dan mistik sebagai fenomena yang menarik. Pertama, pada masa lalu keduanya dianggap sebagai sisa budaya pedesaan, terkesan kampungan dan sering kali dicemooh. Karenanya tidak heran bila beberapa tahun lalu ada televisi swasta yang tidak mau menayangkan acara musik dangdut, apalagi persoalan mistik, hantu, perdukunan dan semacamnya.8 Kedua, kegandrungan masyarakat terhadap dangdut dan dunia ghaib agaknya muncul sebagai respon masyarakat yang sudah bosan dengan slogan7
Ibidd., hlm. 196 Ruslani, Tabir Mistik Ilmu Ghaib dan Perdukunan, Yogyakarta: Tinta, 2004, hlm. 263
8
35
38 slogan reformasi dan janji-janji demokrasi politik dari para elit bangsa kita. Ini semakin menambah frustasi dan ketidakpercayaan masyarakat karena reformasi dan gembar-gembor demokrasi ternyata makin menyengsarakan masyarakat kecil (konflik dimana-mana, maraknya teror bom, naiknya harga kebutuhan pokok juga tarif berbagai fasilitas umum dan semakin meningkatnya angka pengangguran dimana-mana).9 Ketiga, dangdut dan dunia gaib “menyerbu” masyarakat Indonesia melalui dunia hiburan, khususnya televisi yang jumlahnya kian hari kian bertambah. Dangdut dan dunia gaib yang dulu dicela dan ditabukan, kini dipuja dan dielu-elukan. Gejala ini menunjukkan semakin senang dan antusiasnya masyarakat terhadap “goyang dangdut” dan hal-hal gaib magis. Kehidupan riil yang cenderung menyesakkan dan penuh ketimpangan seolaholah dapat dilupakan sejenak dengan tayangan hiburan goyang dangdut dan kisah-kisah misterius di TV.10 Ketika orang lelah dihimpit kondisi ekonomi, hiburan paling menarik adalah telenovela, sinetron, berita kriminal, cerita mistik itu adalah penawar ampuh di saat kondisi masyarakat kita yang sedang depre,si.11 Di antara beragam faktor yang menunjang tumbuh suburnya perilaku mistik di tengah bangsa Indonesia, tak pelak dipicu oleh sejumlah media massa, baik cetak maupun elektronik, lebih-lebih medium televisi. Karena
9
Ibid, hlm. 264 Ibid., 11 Majalah Idea, Spiritualitas: Menggugat Supremasi Teknologi, Semarang: LPM. Idea, Edisi ke-18, 2003, hlm. 17 10
35
39 bersifat audio-visual, televisi mempunyai daya cengkeram pengaruh yang amat dahsyat. Media cetak walau tidak seefektif media audio-visual, tapi ketika mereka tampil dalam format yang terbungkus ajaran Islam, umat Islam pun menyerbu media jenis ini yang belakangan sontak sanggup mencetak oplah ratusan ribu dan menjadi oplah terbesar majalah di Indonesia. Fenomena ini sungguh menjadi fakta tak terbantahkan tentang kegilaan bangsa Indonesia terhadap dunia mistik.12 Para pengelola televisi di Indonesia hampir semuanya menyiarkan program-program acara seputar alam gaib, bahkan sebagian di antaranya mengeksploitasinya untuk kepentingan bisnis. Entah karena unsur apa acaraacara seputar dunia gaib ini begitu menarik perhatian para pemirsanya. Mungkin jawaban yang bisa diterka adalah bahwasanya masyarakat Indonesia sudah mulai jenuh dengan persoalan-persoalan bangsa baik politik maupun ekonomi. Karena itu, program acara tersebut menyedot perhatian pemirsa apalagi dalam tayangannya itu juga menampilkan semacam uji nyali bagi siapa yang ingin membuktikannya dan akan mendapatkan hadiah yang cukup menggiurkan bagi yang berhasil melintasinya. Para pengelola televisi rupanya juga cukup peka untuk menangkap fenomena yang demikian.13 Antusiasme yang membuat stasiun-stasiun televisi, juga pembuat film berebut membuat program tayangan yang tak jauh dari persoalan-persoalan
12 13
M. Iqbal Haetami, op. cit., hlm. 292 Miftahul Asror, Menyingkap Tabir Dimensi Dunia Lain,
hlm.173
35
Surabaya: Jawara, 2004,
40 seputar hantu. Tentu semuanya dilakukan karena rating acara-acara televisi tentang dunia hantu dan alam gaib cukup tinggi.14 Tayangan-tayangan
program
acara
gaib
atau
seputar
misteri
sebenarnya bukanlah hal baru, sebab hal ini sudah biasa dijadikan tema dalam film layar lebar yang disiarkan di bioskop-bioskop dan televisi. Sebut saja dalam hal ini film misteri yang hadir di tengah-tengah kelesuan perfilman nasional yaitu jelangkung dan disusul tusuk jelangkung,15 Acara-acara televisi bertema ‘alam lain’ yang amat diminati semua lapisan usia di tengah masyarakat, mulai anak-anak sampai kakek nenek. Kegetolan bangsa Indonesia terhadap dunia mistik, perdukunan, sihir ilmu hitam, santet hingga perklenikan sungguh tak terkira hebatnya. Media massa, khususnya televisi menangkap minat ini dan mengantisipasinya dengan tepat. Sajian yang memenuhi selera mereka segera dikemas oleh seluruh televisi di Indonesia melalui beragam “acara dunia hitam”.16 Ada beragam program acara yang dikemas untuk menampilkan fenomena alam ghaib, ada yang dikemas dalam bentuk sinetron, informasi dan acara langsung di lapangan.17 1. Sinetron Salah satu cerita yang dikemas dalam sinetron “Hidayah” dalam episode : Anak Durhaka yang pernah ditayangkan di Trans-TV pada pukul
14
Ruslani, op. cit., hlm. 270 Miftahul Asror, op cit., hlm. 174 16 M.Igbal Haetami, loc. cit., hlm. 293 17 Miftahul Asror, loc. cit., hlm. 175 15
35
41 220.00 WIB., menceritakan kisah seorang remaja lelaki tewas akibat kecelakaan. Jenazahnya meringkuk sehingga sulit sekali ketika hendak dimandikan dan dikafani. Ibunya yang bersedih akibat kematian anak tunggalnya itu menjadi lebih bersedih lagi mendapati kenyataan tersebut. Ketika masih hidup si anak hanya membuat susah ibunya dan ketika matipun masih memberikan kesusahan.18 Dikisahkan peristiwa terjadi tahun 1950 di sebelah barat Tangerang yang diangkat kembali dalam sebuah sinetron “Suratan Takdir” dalam episode: “Meledaknya Kubur Orang Kikir” yang ditayangkan SCTV pada pukul 19.00 WIB., seorang kaya raya yang selama ini berperilaku dzalim, kikir dan menganiaya anak-anak yatim, keponakannya bernama Salim telah wafat. Karena ia kaya (sebagai lazimnya tradisi orang Betawi) keluarga mampu membayar orang-orang untuk setiap malam bertahlil selama tujuh hari tujuh malam di atas kubur almarhum maupun di rumahnya. Al kisah pada hari ketujuh, jenazah Salim meledak dan terlontar dari dalam tanah ke permukaan, mengeluarkan asap juga bau yang sangat busuk. Semua orang tunggang langgang melarikan diri.19 Riwayat ini berbau eksploitasi yang tidak mendidik dan diragukan kebenarannya. Kisah lain yang tidak kalah serem adalah seseorang meninggal dunia setelah cukup lama dirawat di rumah sakit. Almarhum meninggal karena menderita sakit hepatitis. Dan ketika meninggal, jenazahnya gosong 18
Harian Suara Merdeka, Ya Allah Jauhkan Keluarga Kami dari Azab Televisi, Edisi : Minggu, 8 Ja nuari 2006 19 M.Igbal Haetami, loc. cit., hlm. 296
35
42 (berwarna hitam) seperti jelaga. Di antara pelayat yang sebagian besar adalah tetangga dan kerabatnya berbisik-bisik bahwa tubuh yang gosong almarhum adalah bentuk azab dari Allah SWT. Karena ketika masih hidup almarhum banyak melakukan dosa, kisah ini ditayangkan oleh TPI dalam sinetron “Rahasia Illahi” dengan judul : Jenasah yang menghitam.20 Kalau mau dituliskan, sederet gambaran jenazah dan tubuh mengerikan bisa dipaparkan. Lihat misalnya, seorang yang mati dengan tubuh mengeluarkan bau busuk. Belatung keluar dari semua lubang tubuhnya. Sinetron religius, dan tajuk besar bernuansa agamis seperti “Hidayah”, “Rahasia Illahi”, “Takdir Illahi”, “Insyaf”, “Tuhan Ada di Mana-Mana”, dan sebagainya. Dan pada sinetron yang berkehendak mengusung religiositas itu nyatanya lebih banyak didominasi oleh kisah yang berpusar pada dimensi tragis sebuah kematian orang-orang durjana. Ada cerita mengenai orang mati yang jenazahnya ditolak oleh bumi ketika hendak dikuburkan, ada juga yang telinganya mengeluarkan serangga, ada yang menjadi pocong dan hanya menghantui orang-orang sekitar dan masih banyak yang lain.21 Ironisnya, semangat untuk berbuat baik seperti yang implisit atau pun yang eksplisit diucapkan oleh seorang kiai (ada beberapa sinetron serupa yang memunculkan tokoh kiai tertentu untuk memberikan wejangan
20 21
Harian Suara Merdeka, “Ya Allah Jauhkan Keluarga Kami dari Azab Televisi”, op. cit., Ibid.,
35
43 di akhir acara) belum sepenuhnya melekat di hati pemirsa, tetapi yang sering muncul adalah duga sangka atau bahkan fitnah. 2. Tayangan Live (Langsung di Lapangan) Ada juga yang dikemas dan diolah dalam bentuk tayangan langsung atau terjun langsung di lapangan untuk melacak dan masuk ke dunia gaib. Tajuk acara ini cukup banyak peminatnya, yang berarti rating acara bagus dan banyak iklan yang antri, apalagi para kru televisi pendukung acara juga turut terjun langsung ke lapangan dan tidak sedikit yang dipandu langsung dengan menghadirkan seorang paranormal, peserta uji nyali, dan sejumlah hadiah berupa uang.22 Diantara tajuk-tajuk tersebut seperti: Gentayangan dan Uka-Uka yang ditayangkan TPI pada pukul 21.00 WIB yang kemudian dilanjutkan lagi pukul 21.32 WIB karena terpotong dengan “lintas peristiwa” itu semua ditayangkan setiap hari Selasa, dalam tayangan ini menghadirkan paranormal, ada peserta uji nyalinya, hadiah, dan dipandu oleh seorang presenter dengan tampilan yang cukup unik. Ekspedisi Alam Gaib ditayangkan pada siang hari pukul 12.30 WIB, dilanjutkan tayangan yang sama (Ekspedisi Alam Gaib) pukul 22.00 WIB, nuansa takhayulnya sangat kental dan tidak ada upaya yang memberi petunjuk bahwa tayangan tersebut tidak benar, hanya khayalan dan tidak perlu dipercaya malah sebaliknya, pemirsa diyakinkan bahwa adegan-adegan yang terjadi dalam “pengalaman gaib” itu bukan rekayasa. Kemudian Dunia Lain dalam 22
Miftahul Asror, op. cit., hlm. 176
35
44 tayangannya juga menghadirkan paranormal, ada peserta uji, hadiah, presenter dengan tampilan juga unik, dan ditutup dengan komentar seorang ulama, keduanya ditayangkan oleh Trans TV. Tim Pemburu Hantu yang ditayangkan Lativi pada pukul 12.30 WIB, dalam tayangannya ini berusaha melacak tempat-tempat yang dianggap misterius untuk membuktikan kebenarannya dan dibantu oleh tiga orang berpakaian serba putih dan bersorban seperti pakaian yang layaknya dikenakan kiai dalam film dari ketiga Pemburu Hantu itu ada yang melengkapi pakaiannya dengan tasbih yang cukup besar di lehernya, seperti yang biasa dikenakan para biksu di kuil.23 Apabila diperhatikan modus operandi si Pemburu Hantu itu persis seperti kegiatan “mengusir roh jahat” dalam film Kung Fu Cina, atau film vampir. Hanya dalam “menangkap roh halus” dalam film Cina menggunakan tempat khusus, semacam gudang dan mantera penangkalnya ditulis dengan huruf cina pada kain atau kertas berwarna kuning dengan tinta hitam yang diikatkan pada tutup gentong setelah roh jahat itu masuk ke dalam gentong. Namun bila mantera itu lepas, roh jahat pun bisa keluar. Roh jahat perlu ditangkap karena selalu mengganggu ketenteraman hidup manusia.24 Setiap acara mistik umumnya ditayangkan seminggu sekali. Disengaja atau tidak hampir semua pernah berkumpul pada Kamis malam.
23 24
Risalah, op. cit., edisi Internet Ibid.,
35
45 Pemirsa digiring untuk mempercayai mitos malam Jum’at adalah malam keramat, saat hantu dan penghuni gaib keluar dari sarangnya. Seiring dengan peningkatan pasar, beberapa station televisi menambah jam tayangnya menjadi 2-3 kali seminggu. Penampilan juga menjadi lebih awal sehingga anak-anak menjadi penyantap yang lugu akan siaran yang berbahaya ini.25 Tayangan tersebut telah mengambil jam-jam luang keluarga. Namun durasi tayangan langsung di lapangan (Uka-Uka, Gentayangan, Ekspedisi Alam Gaib, dan lain-lain) dari waktu ke waktu semakin berkurang dan akhirnya tidak ditayangkan lagi. 3. Informasi Pada dasarnya media massa merupakan sebuah sarana bagi manusia untuk mendapatkan informasi yang sedang terjadi (in) di belahan dunia pada saat ini.26 Tayangan mistik yang dikemas dalam bentuk informasi atau pelacakan seperti Mitos yang ditayangkan RCTI; Silet (namun tidak selamanya menginformasikan dunia misteri) yang juga ditayangkan RCTI setiap hari Selasa pukul 11.30 WIB menceritakan perjalanan ke tempattempat “Angker” dan kadang-kadang dipandu oleh paranormal. Percaya Nggak Percaya yang ditayangkan ANTV; dan lain-lain.27
25
Kun Sri Budiasih, Berani Nolak TV!, Bandung: Mizan, 2005, hlm. 83 Badruddin dan Roif, “Media Massa, Benarkah Sumber Informasi?”, dalam Amanat, Edisi I, XX, 2005, hlm. 6 27 Miftahul Asror, op cit., hlm. 176 26
35