23
BAB III PEMBAHASAN A. PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan Sejarah berdirinya PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA) tak bisa di pisahkan dari sejarah pembangunan Indonesia setelah kemerdekaan. Perusahaan ini adalah hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische handel Maatschappij enBouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, pada 11 Maret 1960. Lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja, WIKA mengawali usahanya dengan membangun Instalasi listrik dan pipa air. WIKA memiliki kontribusi dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi ikon nasional hingga saat ini. Satu diantaranya adalah berperan dalam pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Kemudian WIKA berkembang menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah dan tinggi. Pada awal 1970-an, usahanya diperluas menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Perkembangan kian positif tatkala perusahaan berubah status menjadi Perseroan terbatas (Persero) pada 20 Desember 1972. WIKA pun melaju menjadi kontraktor kontruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di PLTA Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.
24
WIKA tak pernah berhenti berinovasi. Pelan tapi pasti WIKA berubah menjadi perusahaan infrastruktur yang terintregasi. Agar kepak sayap bisnis bisa lebih tinggi, sejumlah anak perusahaan pun dibentuk seperti WIKA Beton, WIKA Intrade dan WIKA Realty. Keberhasilan WIKA untuk terus bertumbuh semakin mendapat pengakuan berbagai pihak. Hal ini tercermin dari keberhasilan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) WIKA pada 27 oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia. Ketika itu WIKA melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sisanya masih dipegang pemerintah Republik Indonesia. Sejak 31 Desember 2012, saham yang dilepas ke publik meningkat menjadi 35 persen. Dari sejumlah saham
yang dijual
tersebut,
karyawan WIKA
juga
berkesempatan memilikinya melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP) dan Employee Stock Allocation (ESA). Berkat perolehan dana segar hasil IPO tersebut WIKA menjadi lebih leluasa berinovasi untuk tumbuh dan berkembang. Posisinya menjadi lebih kuat dalam menghadapi guncangan, bahkan saat terjadi krisis global yang dampaknya meluas di dalam negeri. Selain itu, WIKA pun mampu memperluas operasinya ke luar negeri. WIKA juga terus mengembangkan kemampuan Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Setiap ada kesempatan untuk berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, WIKA tak pernah melewatkannya termasuk menggarap proyek pemerintah yang mendapat pendanaan Anggaran Pendapatan dan
25
Belanja Negara (APBN), maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu proyek infrastruktur penting yang turut dikerjakan WIKA adalah Jembatan Suramadu. Masyarakat kian hari kian merasakan manfaat dari jembatan yang menghubungkan Jawa dan Madura ini. Guna menghadapi perubahan dunia yang lebih mengglobal, pada tahun 2010, WIKA menyiapkan VISI 2020. Dengan visi tersebut WIKA ingin menjadi salah satu perusahaan EPC dan investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Visi ini diyakini dapat membawa WIKA mencapai pertumbuhan yang lebih optimal, sehat dan berkelanjutan. Sejumlah proyek pembangkit listrik besar berhasil dituntaskan WIKA sepanjang tahun 2012, yakni; Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang (60MW), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Rengat (21MW), Pembangkit Listrik Tenaga diesel Ambon (34MW). Pada 2013 WIKA mendirikan usaha patungan PT Prima Terminal Peti Kemas bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero), mengakuisisi saham PT Sarana Karya (Persero) yang sebelumnya dimilki oleh Pemerintah Republik Indonesia, mendirikan usaha patungan PT WIKA Kobe dan PT WIKA Krakatau Beton melalui Entitas Anak Beton dan melakukan buyback saham sebanyak 6.018.500 saham dengan harga perolehan rata-rata Rp. 1.707,00.
26
WIKA 2014 dengan cara pandang baru, WIKA membagi ulang segmen bisnisnya menjadi 5 pilar yakni : Industri, Infrastruktur dan Gedung, Energi dan Industrial Plant, Realty dan Properti dan Investasi. Dengan segmentasi seperti ini diharapkan kinerja WIKA akan lebih solid guna mewujudkan ”Operational excellence for best result” melalui peningkatan kualitas produk, anggaran yang lebih efisien serta waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat. Berkat memperoleh kontrak-kontrak baru di bidang pembangkit listrik dan migas WIKA makin memantapkan diri salah satu pemain di Industri tersebut. 2. VISI dan MISI a. VISI Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang EPC (Engineering, Procurement and Construction) dan investasi yang terintegrasi di Asia Tenggara. b. MISI Menyediakan produk-produk unggul secara terpadu di bidang Energi, Industri dan Infrastruktur Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama Mengimplementasikan etika bisnis untuk mendukung tata kelola perusahaan yang berkesinambungan Ekspansi strategis ke Luar Negeri Mengimplementasikan sistem manajemen terpadu secara praktis.
27
B. ANALISA RASIO (FUNDAMENTAL) 1) Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar (Current Ratio) Berikut perhitungan rasio lancar atau current ratio :
Tabel 1.1 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Aset Lancar 4.954.287 5.838.852 7.250.634 7.994.289 9.514.447
Kewajiban Lancar 3.642.027 5.127.209 6.580.327 7.298.470 8.476.043
Rasio Lancar 1,360 1,138 1,102 1,095 1,122
Berdasarkan data perhitungan rasio lancar PT Wijaya Karya, Tbk dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 rasio lancar yang dimilki perusahaan mengalami fluktuatif. Walaupun pada tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami sedikit penurunan, akan tetapi penurunan tersebut tidak mencapai 20% yang berarti rasio lancar yang ada di perusahaan cenderung stabil. Rasio lancar yang dimilki PT Wijaya Karya, Tbk juga dapat dikatakan baik, hal ini tercermin dari rasio lancarnya yang diatas angka (1,) yang berarti PT Wijaya Karya, Tbk mampu membiayai kewajiban jangka pendeknya terhadap aset lancar perusahaan. Sebagai contoh pada tahun 2014 rasio lancar PT Wijaya Karya, Tbk adalah 1,360 yang berarti bahwa setiap 1 hutang lancarnya dibiayai oleh 1,360 aset lancarnya.
28
Kenaikan aset lancar PT Wijaya Karya, Tbk dalam 5 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Pada tahun 2014 aset lancar mengalami
kenaikan
sebesar
19,02%
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan naiknya kas dan setara kas, piutang usaha, tagihan bruto pemberi kerja, piutang lain-lain, uang muka, jaminan usaha dan asset real estate. Kenaikan jumlah aset lancar diiringi juga dengan naiknya jumlah kewajiban lancar PT Wijaya Karya, Tbk pada periode 5 tahun terakhir juga mengalami peningkatan 16,13%dari tahun sebelumnya. Naiknya jumlah kewajiban tersebut disebabkan dengan meningkatnya pinjaman jangka pendek, hutang usaha dan bagian jangka pendek dari pinjaman jangka panjang. Perusahaan bisa dikatakan bagus jika memiliki aset lancar lebih besar dibandingkan dengan aset tak lancarnya. Hal ini mengartikan perusahaan tersebut asetnya likuid dan mudah dicairkan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya perusahaan tersebut bangkrut. Variabel rasio lancar (current ratio) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham periode kedepan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Hal ini sangat berpengaruh pada investor, setelah terjadinya krisis ekonomi investor
29
mulai memperhatikan manajemen kas, piutang, dan persediaan perusahaan sebelum mengambil keputusan berinvestasi di pasar modal. 2) Rasio Profitabilitas a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Berikut perhitungan margin laba bersih (net profit margin) :
Tabel 1.2 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Laba Bersih 311.241 390.946 523.269 624.372 750.796
Penjualan Bersih 6.022.922 7.741.827 9.905.214 11.884.668 12.463.216
NPM 0,052 0,050 0,053 0,053 0,060
Setelah melakukan perhitungan mengenai rasio margin laba bersih selama periode tahun 2010 sampai tahun 2014, margin laba bersih nya mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, margin laba bersih PT Wijaya Karya, Tbk cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir. Misalnya pada tahun 2014 rasio margin laba bersih adalah 0,060 artinya bahwa laba bersih yang dicapai adalah 6% dari volume penjualan. Karema semakin tinggi margin laba bersih maka semakin baik operasi perusahaan.Dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan dan menekan biaya operasional yang terjadi.
30
PT Wijaya Karya, Tbk mampu mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan dengan peningkatan nilai penjualan dan laba bersih dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan penjualan dan laba bersih tersebut diperoleh dari hasil kontrak baru dan kontrak yang dihadapi di bidang jasa Kontruksi, Energy, Industri dan Realty. Kontrak yang dihadapi tahun 2014 naik 8,23% dibandingkan dengan tahun 2013. Dengan adanya pencapaian kinerja PT Wijaya Karya, Tbk akan berpengaruh positif bagi perusahaan sebagai perusahaan terbaik di bidang Engineering,
Procurement
and
Construction
(EPC)
dan
investasi
terintegrasi di Asia Tenggara. Peluang PT Wijaya Karya, Tbk untuk memperluas pasar yang berdampak pada peningkatan kinerja akan semakin terbuka seiring dengan berlanjutnya Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada tahun ini. Semakin tinggi Net Profit Margin yang diperoleh perusahaan dapat berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang dalam hal ini return saham dalam beberapa tahun ke depan. Karena ketika laba bersih perusahaan meningkat, kemungkinan besar berdampak positif bagi investor. Dengan adanya peningkatan laba bersih perusahaan, return saham yang diperoleh oleh investor pun akan meningkat pula.
31
3) Rasio Solvabilitas a. Rasio Total Utang terhadap Asset (Debt to Asset Ratio/DAR) Berikut perhitungan total utang terhadap asset (debt to asset ratio/DAR):
Tabel 1.3 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Total Kewajiban 4.369.537 6.103.604 8.131.204 9.368.004 10.301.810
Total Asset 6.286.305 8.322.980 10.945.209 12.594.963 15.023.627
DAR 0,695 0,733 0,743 0,744 0,685
Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap aset PT Wijaya Karya, Tbk mengalami fluktuatif, walaupun kenaikan dan penurunannya cenderung stabil dan tidak terlalu signifikan. Kas dan setara kas PT Wijaya Karya, Tbk dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Dari data diatas dapat diketahui bahwa rasio hutang terhadap aset pada tahun 2013 menunjukkan angka yang paling tinggi yaitu 0,744. Artinya, 74,4% aset perusahaan dibiayai oleh hutang. Total kewajiban PT Wijaya Karya, Tbk mengalami peningkatan selama periode 2010 sampai dengan 2014. Pada tahun 2014 jumlah kewajiban PT Wijaya Karya naik sebesar 16,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Naiknya jumlah kewajiban PT Wijaya Karya, Tbk didorong dengan kenaikan kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka
32
pendeknya. Peningkatan terutama disebabkan meningkatnya uang muka proyek jangka panjang dan pinjaman jangka panjang. Bentuk kewajiban yang buruk adalah utang bank, obligasi, senior notes dan semacamnya. Sebab bunga yang harus dibayar dari pinjamanpinjaman tersebut dapat dengan mudah menggerogoti laba bersih perusahaan, sehingga sebuah perusahaan bisa saja mengalami rugi bersih karena besarnya bunga pinjaman, meski pendapatan sebenarnya meningkat. Hati-hati jika sebuah perusahaan memiliki banyak utang dalam bentukbentuk tersebut dalam susunan kewajibannya. 4) Rasio Aktivitas a. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) Berikut perhitungan Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) :
Tabel 1.4 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Penjualan Bersih 6.022.922 7.741.827 9.816.086 11.884.668 8.605.350
Total Aset 6.286.305 8.322.980 10.945.209 12.594.963 15.023.627
TAT 0,958 0,930 0,897 0,944 0,573
Setelah melakukan perhitungan mengenai rasio perputaran total aset pada tahun 2010 sampai tahun 2014 perputaran total aset yang terjadi setiap tahunnya mengalami fluktuatif walaupun pada tahun 2014 mengalami sedikit yang sedikit signifikan. Rasio perputaran aset pada tahun 2010
33
paling baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran total aset lainnya. Hal ini terjadi karena perbandingan kontribusi total aset terhadap penjualan pada tahun 2010 paling stabil dibandingkan tahun lainnya. Perputaran total aset pada tahun 2010 adalah 0,958 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp. 0,958 penjualan. Dalam hal ini penting bagi perusahaan untuk mengurangi sebagian aset yang kurang produksi seperti mesin-mesin, bangunan sebagai tempat penyimpanan yang kurang maksimal dalam penggunaanya dan pengurangan pembangunan-pembangunan dalam hal yang sifatnya investasi. Variabel perputaran total aset berpengaruh signifikan terhadap retun saham. Rasio antar perusahaan bisa berbeda karena perbedaan waktu perolehan aset. Misalnya, aset yang baru lebih efisien karena pengaruh teknologi dan jika keadaan inflasi, aset bisa menjadi lebih mahal. Meskipun rasio aktivitas belum mendapatkan perhatian dari investor untuk memprediksi return, diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio aktivitas ini. Faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) dalam Endawati 2009 adalah proyeksi laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keadaan eksternal seperti kegiatan perekonomian
pada
umumnya,
pajak
dan
keadaan
bursa
saham
34
(Endawati,2009). Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen di masa lalu dan prospeknya di masa depan (Tri,2014). Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan mengalami
pertumbuhan
dengan
menjaga
keseimbangan
antara
pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada pergerakan saham perusahaan (Ilham,2013). Beberapa rasio keuangan diatas digunakan untuk melihat kinerja perusahaan apakah kinerja perusahaan itu baik atau tidak. Angka-angka dalam perhitungan stiap rasio diatas untuk memperkuat dalam menganalisis harga saham PT Wijaya Karya, Tbk. Secara teoritis dapat dikatakan jika kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya (Ilham,2013). Karena untuk menetukan harga wajar tidaknya saham sebuah perusahaan, investor harus memperhatikan faktor eksternal dan internal. Faktor eksternalnya seperti analisa ekonomi dan analisa industri dari sektor perusahaan yang sejenis. Sedangkan faktor internalnya, investor harus memperhatikan laporan keuangan perusahaan yang dihitung dari rasio keuangan perusahaan dan harus memperhatikan angka dari Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Earning Per Share. Untuk
35
menentukan angka Price Earning Ratio dan Earning Per Share, akan dibahas dalam metode Discounted Cash Flow. Price Earning Ratio digunakan sebagai dasar perhitungan dalam metode Discounted Cahs Flow karena Price Earning Ratio sangat berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Untuk menentukan apakah harga sahamnya mahal atau tidak berdasarkan Price Earning Ratio, investor harus menilai apakah kinerja perusahaannya bagus atau tidak. Price Earning Ratio bisa bernilai minus, jika laba bersih perusahaan bernilai minus atau rugi. Untuk menentukan harga wajar saham, meski untuk lebih akuratnya dibutuhkan pengalaman yang cukup. Investor juga dapat melihat di Bursa Efek Indonesia untuk melihat rata-rata Price Book Value sementara rata-rata Price Earning Ratio dapat kita hitung dalam metode Discounted Cash Flow berikut. Sebelum melakukan perhitungan Metode Discounted Cash Flow investor harus tetap memperhatikan laporan keuangan perusahaan yang akan dianalisis dilihat dari rasio keuangannya dengan tujuan untuk mengetahui inerja perusahaan apakah bagus atau tidak. C. METODE DISCOUNTED CASH FLOWS Seperti yang sudah dijelaskan di Bab II, Discounted Cash Flows adalah teknik menilai Cash Flow yang diterima masa akan datang menjadi nilai sekarang dengan tingkat bunga yang diharapkan oleh investor. Pendekatan ini akan menggunakan metode Discounted Cash Flows (DCF). Di dalam Discounted Cash Flows terdapat deviden dan laba. Rasio Price Earning Pershare merupakan dasar
36
yang digunakan untuk menghitung harga saham PT Wijaya Karya, Tbk pada 5 tahun kedepan. Berikut merupakan perhitungan dari pendekatan metode Discounted Cash Flows (DCF) yang berkaitan dengan saham PT Wijaya Karya, Tbk : PT Wijaya Karya, Tbk (Persero) Tbk Tabel 2.1
Tahun
A 2010 2011 2012 2013 2014 AVG
Dividen per share (Rp) B 0 7,084 17,28 22,32 27,82
Earning per Share (EPS) (Rp) C 47,47 58,82 74,99 92,82 65,16
Dividen Payout Ratio (DPR) (%) D = B/C 0,00 0,12 0,23 0,24 0,43 0,20
Pertumbuhan EPS
E 0,24 0,27 0,24 -0,30 0,11
Price Earning Ratio (PER) P/E F 14 9,2 18 17 42 20
Price (Rp) G 680 610 1480 1580 3680
Untuk menghitung Pertumbuhan Earning Per Share :
Pertumbuhan Earning Per Share pada tahun bersangkutan, dihitung dengan cara Earning Per Share tahun bersangkutan dikurangi dengan Earning Per Share tahun sebelumnya, kemudian dibagi dengan Earning Per Share tahun sebelumnya dan dikalikan 100%.
37
Contoh :
Maka pertumbuhan Earning Per Share tahun 2011 adalah 24% atau 0,24. Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat kita ketahui bahwa : Rata-rata Pertumbuhan EPS = 0,11 Rata-rata PER = 20 DPR = 0,20 Selama tahun 2010 hingga tahun 2014 terlihat bahwa PT Wijaya Karya memiliki kinerja yang cukup baik, hal ini dapat dilihat harga pada saat closing price mengalami peningkatan. Pergerakan harga saham PT Wijaya Karya, Tbk juga digolong besar dikarenakan rata-rata pada saat closing price selalu meningkat. Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan atau return yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. Earning Per Share PT Wijaya Karya, Tbk bila dilihat dari tabel
38
pada tahun 2010 sampai tahun 2014 selalu mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh pencapaian laba persero yang tinggi pada tahun 2013 dan mempengaruhi pembagian laba kepada pemilik modal atas saham persero. Akan tetapi Earning Per Share mengalami penurunan menjadi Rp 65,16 akibat laba perusahaan mengalami penurunan. Selain itu faktor-faktor diluar perusahaan seperti penyelenggaraan pemilu di tengah tahun hingga transisi pemerintah yang baru, tertundanya beberapa proyek dan bergeser ke tahun depan turut mempengaruhi turunnya Earning Per Share. Semakin tinggi Earning Per Share, maka semakin besar pula laba yang disediakan bagi pemegang saham. Artinya, Earning Per Share merupakan ukuran tingkat kesejahteraan para pemegang saham. Oleh karena itu, investor lebih memilih berinvestasi pada perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai Earning Per Share yang tinggi. Sedangkan berdasarkan perhitungan Price Earning Ratio PT Wijaya Karya, Tbk mengalami perkembangan yang baik, setiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor eksternal yaitu harga pasar saham pada tahun 2011 yang dimilki berada pada titik terendah dibandingkan dengan 5 tahun terakhir.
39
Price
Earning
Ratio
menggambarkan
apresiasi
pasar
terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price Earning Ratio memiliki hubungan yang positif dan kuat, sehingga kenaikan Price Earning Ratio yang besar akan mempengaruhi kenaikan harga saham. Maka dari itu, investor lebih cenderung memperhatikan Earning Per Share dan Price Earning Ratio suatu perusahaan mana yang dapat menguntungkan pemegang saham maupun invetor dalam menanamkan dananya dalam bentuk saham.. Dari tabel diatas PT Wijaya Karya, Tbk memiliki pertumbuhan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kenaikan yang signifikan harga saham dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh harga pasar perlembar saham yang dimiliki perusahaan berada di titik tertinggi yaitu Rp. 3.680. keberhasilan dalam penyelesaian beberapa proyek besar meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Untuk Dividend Payout Ratio PT Wijaya Karya, Tbk dari tabel diatas, rasio pembayaran dividen yang tinggi menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang rendah. Sedangkan, rasio pembayaran dividen yang rendah menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi. Rasio pembayaran dividen PT Wijaya Karya, Tbk mengalami peningkatan yang menunjukkan terhambatnya pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2010 PT Wijaya Karya, Tbk tidak melakukan pembagian atas Dividend Payout Ratio, dan Dividend Payout Ratio dibagikan pada tahun 2011 sampai tahun 2014. PT Wijaya Karya, Tbk dalam membagikan dividen dengan tingkat
40
yang lebih tinggi dalam perolehan Earning Per Share yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan investor dan sebagai langkah manajemen dalam melakukan pengembangan usaha. 1. FUTURE VALUE EPS Tabel 2.2 Tahun
EPS (Rp) 65,16 72,55 80,78 89,94 100,14
2014 2015 2016 2017 2018
Proyeksi EPS
FV EPS
72,55 80,78 89,94 100,14 111,50
111,50
Maka proyeksi Earning Per Share (EPS) PT Wijaya Karya pada akhir tahun kelima adalah 111,50 Sehingga proyeksi harga saham di akhir tahun kelima dengan mengalikan FV EPS dan rata-rata PER : Harga saham
= PER x EPS = 20 x 111,50 = 2230
Maka harga saham PT Wijaya Karya, Tbk diperkirakan pada tahun ke lima adalah Rp 2.230. Akan tetapi harga saham PT Wijaya Karya, Tbk ini belum termasuk dengan akumulasi deviden yang akan diterima oleh pemegang saham maupun investor. Maka dari itu kita harus menghitung akumulasi devidennya untuk memperoleh total harga saham PT Wijaya Karya, Tbk.
41
2. AKUMULASI DIVIDEN Tabel 2.3 Tahun 2014 2015 2016 2017 2018
FV EPS (Rp) 72,55 80,78 89,94 100,14 111,50
Deviden
Total Deviden
1458,69 1624,16 1808,33 2013,41 2241,82
9146,42
Maka total Dividen yang diterima selama lima tahun adalah Rp. 9.146,42 Sehingga, FV harga saham total pada tahun kelima adalah : FV Harga Saham = Rp. 2.230 + Rp. 9.146,42 =Rp. 11.376,42 Untuk menghitung r atau tingkat imbal hasil sebagai berikut : Required rate of return atau discount rate (k) = R + P
(Damodar, 2012)
Tingkat Imbal-Hasil yang diharapkan (Required Rate of Return) : k= k = {(1=0,0750)(1+0,048) – 1} + 10% k = 12,66% + 10% k = 22,66% 23%
} + 10%
42
Perhitungan diatas merupakan hasil dari nilai r atau tingkat imbal hasil yang di isyaratkan, dengan Sertifikat Bank Indonesia Agustus 2013 7,50% dan Tingkat Inflasi sebesar 4,83%. Sehingga diperoleh hasil nilai r adalah 23% dari perhitungan diatas, (r merupakan tingkat pengembalian instrumen investasi bebas risiko ditambah premi tingkat inflasi sudah dihitung di dalamnya). Jadi untuk menghitung Tingkat Imbal-Hasil yang diharapkan (Required Rate of Return) kita harus tetap memperhatikan Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi setiap bulannnya. Setiap bulan, Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi dapat naik atau turun dikarenakan faktor’faktor ekonomi global maupun faktor kebijakan pemerintan di Indonesia. Sehingga Present Value Harga Saham atau Nilai Wajarnya WIKA adalah : PV
= FV / (1+r)n = Rp. 11.376,42 / (1+0,23)5 = Rp. 3.285,00 Saham
Nilai Wajar
Rekomendasi
WIKA
Rp. 2.640
Beli, karena undervalue
Maka bila dibandingkan dengan harga pasar sekarang (per 1 April 2016) Rp. 2.640,00 maka kesimpulannya, murah atau undervalue. Bisa di koleksi untuk saham ini secara teknikal fundamental. Karena sangat
43
menguntungkan bagi investor yang akan menanamkan dana nya untuk investasi saham. Walaupun harga saham PT Wijaya Karya, Tbk berubah setiap waktunya, namun dengan mengetahui nilai wajarnya kita akan lebih tenang di dalam menghadapi gejolak pasar ( I Putu,2009).