36
BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG ILMU MAGIK
A. Pengertian Magik Magik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu: Magic yang berarti sihir, gaya tarik, gaib atau sulap, sedangkan orangnya disebut dengan Magician yang berarti tukang sihir atau pesulap.1 Magik merupakan suatu fenomen yang sangat dikenal dan dipahami, namun tampaknya sangat sulit untuk dirumuskan dengan tepat. Magik adalah kepercayaan dan praktek manusia untuk mempengaruhi kekuatan alam dan manusia, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha dalam memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Mengetahui rahasia-rahasia penting, maka dapat menguasai dayadaya tak kelihatan yang memerintah dunia dan mengontrol daya-daya demi kepentingan orang yang menjalankannya.2 Magik memang sudah menjadi fenomena sejak manusia ada, terutama tumbuh subur pada zaman batu tua (paleolithicum) sampai sekarang. Magik sejak dulu sudah berkembang pesat, terlebih ilmu sihir yang telah tersebar di kalangan masyarakat. Cerita ini dapat ditelusuri dalam rakyat Yunani Kuna, Mesir, India Kuno, Tiongkok Kuno bahkan bangsa-bangsa sebelumya, dimana ilmu sihir telah mempengaruhi kehidupan manusia. Zaman nabi Musa sendiri sudah harus berhadapan dan adu kemahiran dengan ahli1
Michael Olson, Linguist, Versi 0.1, PT Atlantis Programma Prima, t.tp., 1997
2
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius , Yogyakarta, 1995, hlm. 47
37
ahli sihir. Pada waktu itu antara mukjizat dengan ilmu sihir diadu dan dipertontonkan di hadapan masyarakat. Magik di barat maupun timur, mulai bangsa yang belum maju sampai bangsa yang modern semua percaya akan adanya ilmu sihir (Magik) dan mengamalkannya.3 Media cetak maupun elektronik telah mengemasnya bagaimana munculnya kasus-kasus yang berbau magik, mulai dari dukun santet (yang terjadi di Banyuwangi Jawa Timur), pengobatan supranatural bahkan ada surat kabar yang mempunyai bandrol Meteor “Harian Kriminal dan Metafisika” dan sejenisnya, semuanya sudah disajikan dan ditawarkan secara sistemetis dan terorganisir, sehingga praktek dari magik tidak dapat dihindari. Apalagi ketika dunia medis sudah tidak mampu lagi menangani dalam pengobatan, maka kebanyakan dari masyarakat larinya pada magik. Magik sebenarnya sudah mempunyai tempat dalam hati manusia, sehingga manusia sudah tidak merasa asing terhadap magik. Frazer mengatakan bahwa, magik sama sekali tidak berkaitan dengan agama yang didefinisikan sebagai suatu orientasi ke arah roh atau dewa-dewa yang melampaui susunan alam atau kosmos fisik. Ahli magik tidak memohon pada kuasa yang lebih tinggi, tidak menuntut untuk kepentingan makhluk yang tidak tetap dan suka melawan, juga tidak merendahkan diri di hadapan dewata yang hebat. Betapun besar kekuatan magik, sebagaimana yang dipercayai tidak semena-mena sifatnya atau tidak terbatas. magik hanya menguasai daya sesuai dengan hukum-hukum alam.
3
Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh, Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm. 137-138
38
Sehingga ahli magik mempunyai kaitan lebih erat dengan ilmuan dari pada agamawan.4 Magik dianggap sebagai sesuatu rangkain kejadian yang pasti dan mengikuti aturan dengan sempurna, terbatasi oleh hukum-hukum yang tidak berubah, yang operasinya dapat diramalkan dan diperhitungkan dengan tepat, unsur-unsur spontanitas kebetulan dan musibah dikecualikan dari jalan alam. Magik juga dikaitkan dengan cara upacara khusus, daya yang menampakkan diri dalam fenomena alam dan kehidupan manusia. Artinya ahli magik menghubungkan dirinya dengan kekuatan supranatural yang melampaui alam manusia.5 Pendapat Frazer dipertegas oleh Malinowski bahwa magik biasanya digunakan untuk memenuhi maksud-maksud pribadi seseorang seperti; kematian seorang musuh, realisasi cinta dari laki-laki atau wanita yang diinginkan,
penyembuhan
penyakit,
tercapainya
kemakmuran
atau
kemenangan dalam perang. Magik bertujuan mencapai hubungan dengan daya-daya alam yang pada hakekatnya bersifat manipulatif, yaitu dengan mengontrol daya-daya alam untuk kepentingan pribadi. Disinilah yang membedakan magik dengan agama, karena berusaha menjalin suatu hubungan komunal dengan makhluk-makhluk rohani (dewa-dewa) yang lebih dari sekedar daya-daya impersonal.6
4
Ibid., hlm. 137-142
5
Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 49
6
Ibid., hlm. 51
39
B. Ragam Istilah Magik Magik mempunyai persamaan kata, di antara istilah yang sama dengan praktek magik adalah sebagai berikut: a. Sihir Sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat, yaitu Harut dan Marut sebagai ujian kepadanya dan kepada manusia yang diajari. Setan juga ikut menimba ilmu itu. Masa Nabi Sulaiman praktek sihir dilarang berkembang. Semua buku-buku sihir pada masanya ditanam di bawah singgasananya. Ketika nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas kendali menemukan dan mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Sebagian orang Yahudi mengikuti setan-setan, dan percaya apa yang dibisikkan setan, bahwa sebenarnya kekuasaan nabi Sulaiman bersumber dari sihir dan kehebatan yang terlihat adalah karena sihir. Allah membantah kebohongan itu, dan menyatakan bahwa nabi Sulaiman tidak kafir, yakni tidak mengajarkan dan tidak pula menggunakan sihir. Tetapi setanlah yang kafir yang mengajar dan menggunakannya.7 Orang-orang Yahudi-lah yang meninggalkan tuntunan kitab suci mereka dan mengikuti tuntunan setan itu hingga kini masih ada. Sihir yang diajarkan setan dapat menciptakan hubungan disharmonis antar manusia termasuk memisahkan hubungan suami istri.8 Sihir sebagaimana fungsinya sangat kental dengan penyakit, yang kadang bersifat kodrati dan kadang berasal dari kehendak jahat, supernatural dari para penyihir. Dukun mempunyai pengetahuan dalam tindakan 7
Q.S: al-Baqarah: 102
8
Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, Lentera Hati, Jakarta, 2000, hlm. 161-163
40
pertolongan pertama dan perawatan dengan tanaman untuk penyakit-penyakit ini. Para penyihir mewakili konspirasi sangat besar dengan makhluk-makhluk yang tidak jelas, tetapi sungguh-sungguh jahat yang berusaha merusak peradaban manusia dengan menyerang kesehatan anggota-anggotanya. Penyihir mempunyai berbagai bentuk; sebagai manusia, binatang, burung (khususnya burung hantu) atau bola api. Manusia dapat menjadi penyihir kalau dilahirkan dengan dua hati, artinya yang satu baik dan yang lain jahat. Akhirnya untuk melawan konspirasi kuasa jahat
tersebut, manusia yang
lemah dan kurang pengetahuan akan upacara agama mencari bantuan dari kelompok
dukun,
karena
kelompok
ini
mempunyai
pengetahuan,
perlengkapan-perlengkapan dan keberanian untuk melawan penyihir. Para penyihir menyebabkan penyakit dengan dua jalur, yaitu dengan mencuri hati korban atau menembakkan objek-objek itu dari tubuhnya.9 Orang-orang yang mengamalkan atau memelihara ilmu sihir adalah orang-orang yang jahat, dan berlaku di dalam dunia kejahatan, dunia dengki mendengki, balas dendam, dunia perdukunan, para pencuri, adu kekuatan, kesombongan dan dalam dunia permusuhan. Seorang yang sakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis, dengan dalih bahwa dokter dan alih medis tidak bisa menyembuhkan penyakit kena sihir, mereka pergi berobat kepada tukang sihir. Dokter tidak bisa menyembuhkan orang yang kena gangguan syetan, kesurupan. Apalagi, dokter sudah tidak bisa menyembuhkan orang yang kena santet, kena tenung atau kena modhong segala jarum, pisau, atau
9
Umar Hasyim, op.cit., hlm. 142
41
linggis yang dimasukan kedalam badan manusia dengan cara halus, yaitu dengan cara ilmu sihir. Dokter tidak dapat mengerti hal ini, apalagi menyembuhkan. Artinya mencari obat untuk menyembuhkan penyakitpenyakit ini dengan cara sihir yang meminta bantuan kepada para tukang sihir, karena orang yang terkena sihir pengobatannya (penolak sihir) juga melalui sihir.. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah akan sihir, bagaimana dan indikasinya apa saja menjadikan masyarakat gagap dan tidak bisa membedakan mana yang disebut penyakit fisik (somatik) dan mana yang disebut dengan penyakit non fisik atau psikosomatik. Akhirnya jika ada orang yang sakit, semisal berbicara semaunya, suhu badan dengan temperatur yang sangat tinggi diduga terkena santet, sihir atau tenung. Setelah disarankan untuk periksa ke dokter, ternyata orang tersebut terkena malaria tropica yang melewati batas. Kurangnya pengetahuan tentang sihir, menjadikan sihir sebagai kambing hitamnya atas kejadian yang aneh dan terjadi di masyarakat.10 b. Tenung Istilah tenung diidentikkan dengan semua bentuk magik hitam; yang mempunyai tujuan-tujuan pengrusakan, entah dibenarkan secara sosial atau tidak. Antroplog menggunakan kata itu dalam arti yang lebih sempit, menyamakannya hanya dengan magik destruktif yang secara sosial tidak diterima atau dianggap tidak halal, dengan mengecualikan semua cara magik
10
Ibid.., hlm. 179-180
42
destruktif. Artinya tenung merupakan magik destruktif, yaitu praktek dari orang yang mencoba menyakiti orang lain lewat magik, sehingga tidak seperti sihir yang mengubah, kemampuan jahat penenung tidak muncul dari suatu perjanjian yang dibuat dengan setan. Seorang penenung dikenal sebagai guru mengenai rumus-rumusan dan upacara-upacara yang sudah dipelajarinya dari penenung lain atau dari buku-buku magik. Penenung sejati adalah orang yang melakukan secara serius dan sadar suatu tindakan magik melawan manusai lain. Contoh dari praktek tenung adalah dengan penguburan boneka, penguburan objek lain semisal foto, potongan kuku, rambut dan sejenisnya) dengan pengucapan mantra-mantra di atas api yang membara atau lilin hitam yang terbakar serta pengucapan mantra-mantra di kuburan. Kasus tindakan yang dipercaya paling efektif mengeluarkan daya kalau dilakukan pada malam hari. Praktek magik ini dikategorikan sebagai magik hitam atau destruktif.11 Perbedaan dari penyihir dan penenung, yaitu: 1. Penenung menggunakan magik untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahatnya, tetapi penyihir menjadi efektif hanya kalau kepribadiannya mempunyai tipe tertentu. 2. Penenung sadar akan tindakan-tindakanya dan do’a-do’a permohonan yang dibuat dengan sengaja, begitu juga sebaliknya penyihir barang kali tidak sadar akan kehidupan jahat yang mereka jalani, andaikata menyadari tindakannya, mungkin mereka terdorong oleh kebutuhan mendesak yang tak terkontrol.
11
Mariasusai Dhavamony, op.cit., hlm. 62-63
43
3. Penenung mungkin terdesak oleh amarah, iri hati atau kejahatan yang sesaat lewat sedangkan penyihir ketagihan oleh tindakan-tindakan antisosialnya yang berakar pada keturunan atau keterbiasaan awal. Tindakan penenung dengan menggunakan substansi material dan magik verbal yang khas tidaklah mengejutkan bagi orang biasa, sebagaimana mekanisasi supernatural dari para penyihir.12 c. Santet Di Jawa, tidak terlepas dari perilaku magik dan di antara praktek magik ini adalah: “Santet” adalah praktek merusak secara halus (ilmu gaib) dari hal-hal yang baik agar menjadi rusak. Santet terbagi dalam beberapa jenis, yaitu: -
Dematrealisasi, yaitu santet mengirim benda dengan merubah materi mejadi molekul, digerakan menuju sasaran yang dikehendaki dan setelah sampai molekul tersebut dirubah menjadi materi kembali.
-
Santet Kontak, yaitu santet yang manggunakan bagian dari anggota tubuh seseorang yang dikehendaki. Misal: menyantet dengan menggunakan rambut, ujung potongan kuku, pakaian yang masih berkeringat dan sebagainya.
-
Santet Kekuatan Roh, yaitu santet dengan memanfaatkan kekautan di luar tubuhnya, caranya dengan mengambil power dari suatu tempat keramat (kuburan, tempat pertapaan), sehingga santet tipe ini mutlak memanfaatkan makhluk halus, jin, syetan maupun danyang.
12
ibid., hlm. 64
44
-
Santet Kekautan Batin Aku Batin (telepsikokinesis), yaitu santet dengan memanfaatkan
kekuatan
konsentrasi,
kehendak
batin
tersebut
memvisualisasikan suatu kehendak apabila dilepas menuju sasaran tertentu bisa menibulkan efek negatif pada seseorang. -
Santet Ngelmu, yaitu santet dengan memanfaatkan kekuatan ilmu atau ngelmu, yang terbagi menjadi dua yaitu ilmu putih dan ilmu hitam.
Bagi orang Jawa santet memiliki arti negatif, tetapi tidak semua santet bersumber dari ilmu hitam (atas bantuan syetan), akan tetapi ada juga “santet” yang bersumber dari ilmu putih dan ditujukan untuk memberantas orang yang dholim.13 Berkembangnya ilmu batin secara tidak langsung menambah jumlah orang pintar. Dari sekian yang berperilaku positif ada juga yang berperilaku negatif. Artinya ada paranormal yang lebih mempelajari ilmu untuk menolong orang yang terkena santet, tetapi banyak juga yang mengembangkan ilmu santet untuk tujuan nafsu pribadinya. Orang menganggap pengertian santet adalah upaya menyakiti atau membunuh pihak lain, caranya dengan mengirim paku, jarum, silet, botol dan sebagainya pada orang yang dikehendaki.14 d. Lemu Di Indonesia terutama di Dayak Kalimantan magik dikenal dengan istilah ilmu atau lemu. Lemu sendiri merupakan bagian dari hidup orang
13
Tavirudi & Ahmad Duri, Menguak Rahasia Supranatural, Aneka, Solo, 1999, hlm. 32-
33 14
Ibid
45
dayak. Hubungan antar masyarakat Dayak mengindikasikan penggunaan lemu sebagai spirit dalam segi kehidupan. Lemu terbagi dalam dua kategori, yaitu: 1. Cold magik Cold magik dipahami sebagai segala bentuk kondisi yang dapat membuat hidup sehat, stamina pisik prima, hubungan sosial yang harmonis dan penuh kedamaian. Cold magik dapat digunakan untuk pemeliharaan,
pertahanan
diri
serta
kesinambungan
suatu
persahabatan, cinta dan nafsu seksual. Fungsi pertahanan dapat dilakukan dengan beberapa prinsip, yaitu: dengan mencegah benda-benda yang akan masuk ke dalam tubuh atau menjadikan tempat tidak kelihatan sehingga akan terlindung dari kejahatan bahkan dapat mengembalikan atau balas dendam terhadap pengirim kejahatan atau penyakit.15 2. Hot magik Hot magik adalah suatu praktek magik yang daapt menyebabkan sakit, marah, perselisihan yang dapat mengakibatkan tindakan destruktif. Hot magik mempunyai fungsi ancaman atau permintaan tindak kekerasan, mempertahankan diri dari luka serangan pihak luar serta balas dendam.16
15
Michael Hopes, Ilmu Magic and Divination Amoungst The Benuag and Tunjung Dayak, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara (IKAPI), Jakrata, 1997. hlm. 78-79 16
Ibid.
46
C. Macam-Macam Ilmu Magik Berdasarkan sejarah magik yang berkembang dalam masyarakat, magik primitif terbagi dalam dua jenis, yaitu: 1. Magik Tiruan Magik ini didasarkan pada prinsip kesamaan dalam bentuk atau dalam proses, misalnya kesurupan menghasilkan kesurupan, kalau seseorang menusukkan jarum pada suatu boneka, orang yang dia serupakan dengan boneka itu akan terkena pengaruhnya. Ahli magik membuat hujan turun dengan menirukan bunyi guntur. Sehingga dalam kebudayaan batu tua (paleolithicum) seni dalam gua memperlihatkan binatang-binatang yang tertembus oleh anak panah agar kejadian yang sama dalam perburuan di kemudian hari, atau mewarnai badan dengan zat merah dengan maksud untuk menghidupkannya kembali karena merah merupakan simbol dari darah bahan dasar kehidupan. 2. Magik Sentuhan Magik ini didasarkan pada hukum sentuhan fisik atau penularan dan pengaruh magik mempunyai dasarnya pada kontak fisik. Ahli magik dapat mencelakakan orang lain, kalau dapat memperoleh sehelai rambut, sepotong kuku, secarik kain atau benda lainnya yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut.17 Membedakan antara magik tiruan dengan magik sentuhan dapat dijelaskan, apabila sesuatu yang mirip dengan lainya dianggap dalam arti 17
James George Frazer, The Golden Bough Study in Magic and Religion, Abridged Edition, The Macmillan Press LTD, 1980, hlm.11-dst
47
tertentu menjadi hal lain disebut magik tiruan, sedangkan satu bagian mewakili keseluruhan dari pribadi dan apa yang dilakukan terhadap bagian itu berpengaruh pada keseluruhan disebut dengan magik sentuhan.18
D. Magik Menurut Tradisi Jawa Secara lesan, magik dapat dibedakan menurut tujuan masing-masing, yaitu: 1. Magik Putih Jika praktek magik tersebut bertujuan untuk menolong, disebut dengan magik putih. Magik putih sering disamakan dengan kebatinan murni yang menganut paham ini telah mencapai kontak murni dengan Tuhan dengan beberapa tindak laku, di antaranya adalah serah diri atau sepi ing pamrih, melatih rasa, menolak kekuatan-kekuatan jahat, hawa nafsu dan egoisme agar dapat maju pada jalan menuju Tuhan, sehingga harus berhati-hati supaya tidak tersesat di alam gaib, yang dimasukinya lewat kebatinan. Kebatinan dalam arti magik putih menolak setiap pikiran untuk mengejar tujuan dunia
yang dilandasi oleh nafsu dan keserakahan pada
kesejahteraan materiil,
karena keinginan untuk menguasai orang lain.
Kekuatan magik putih berlandaskan pada penyerahan diri secara totalitas kepada Tuhan, karena pada hakekatnya dirinya sendiri tidak berdaya dan hanya sebutir pasir bila dibandingkan dengan Yang Maha Kuasa.19
18
Ibid., hlm. 48 Neals Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986, hlm. 16 19
48
2. Magik Hitam Pada umumnya magik hitam dianggap tidak etis dalam hal sikap maupun campurtangan dalam hubungan antar pribadi, karena lebih diorientasikan pada hal-hal yang bersifat mencederai orang, sehingga orang-orang primitif melihat penggunaan magik hitam sebagai suatu kejahatan yang sungguh-sungguh melawan masyarakat, orang jahat dalam arti sepenuhnya adalah orang yang mengarahkan pengetahuan dan bakatnya dengan magik hitam untuk melawan anggota-anggota dari kelompoknya sendiri.20 Magik hitam biasanya diperoleh dari hasil perilaku orang-orang yang menyelami ilmu batin dengan membersihkan nafsu-nafsu dan egoisme agar tidak membawa kuman-kuman sadar diri dan keinginan lahiriyah ke dalam alam gaib akan tetapi tanpa disadari mereka membawa keinginan serupa itu ke dalam alam gaib sehingga tanpa disadari tersesat, karena dipengaruhi oleh salah satu roh halus yang bermukim di alam gaib. Bahkan ahli magik diperalat kekuatan halus untuk berbuat jahat, terkadang juga sadar dan sengaja memperalat kekuatan-kekuatan halus yang masuk kuasanya. Ilmu gaib lebih dikenal dengan praktek klenik, sihir yang membahayakan masyarakat, subversif dan jahat.21 3. Magik Kuning Magik ini juga dikenal dengan love magic atau desire magic. Magik ini mempuntai fungi mempererat tali persahabatan dalam sebuah komunitas yang meliputi banyak teman, supaya dapat bertahan dalam komunitas 20
Marisusai Dhavamony, loc.cit., hlm. 48
21
Neals Mulder, loc.cit., hlm. 16
49
tersebut, seseorang harus melakukan usaha untuk mempengaruhi anggota komunitas. Magik ini juga mempunyai fungsi supaya rumah tangga menjadi tenteram dan kebersamaan dalam keluarga.22 4. Magik Merah Magik merah mempunyai fungsi kesaktian untuk mencegah dan melindungi dari kekuatan jahat. Magik ini dapat dilihat dalam wulu kuku, jika dipegang oleh seseorang, maka orang itu tidak mempan untuk dilukai dengan senjata tajam, termasuk bulu (rambut), kuku dan kulitnya. Ada juga anggota badan yang diterjang peluru kecil tidak terdapat bekas benturan.23 Magik dikatakan sebagai suatu budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang percaya bahwa, magik datang ke dunia bersama dengan manusia dan tidak diperoleh lewat penemuan, sehingga menolak keras gagasan bahwa magik merupakan kekautan impersonal yang universal dan bukan pemberian roh orang-orang yang sudah mati. Sedangkan mantra, yang berupa suatu formula kaku yang tak tergantikan dan selalu dipertahankan dari generasi ke generasi dalam masyarkat Trobriand. Unsur material dalam magik yang merupakan ilmu gaib dan hanya dikenal oleh orang yang mempraktekkan adalah komponen hakiki dalam morfologi untuk magik Zande.24
22
Michael Hopes¸ op.cit., hlm. 80
23
Masruri, Azimat dan Benda Magis, Aneka, Solo, 1999, hlm. 34-35 Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 52
24
50
Praktek magik tidak lepas dari mantra25 atau upacara khusus, sehingga dikatakan bahwa magik adalah upacara yang rumusan verbalnya memproyeksikan hasrat manusia ke dunia luar atas dasar teori pengontrolan manusia untuk sesuatu tujuan. magik diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Magik Produktif Magik yang dipergunakan untuk kepentingan sendiri ataupun untuk orang lain dalam komunitas secara keseluruhan. Secara sosial ahli magik telah sepakat menyetujui karena merupakan rangsangan untuk berusaha memenuhi kebutuhan organisasi dalam kegiatan ekonomis. Magik produktif dapat berfungsi sebagai berikut: untuk berburu, menyuburkan tanah, menanam dan menuai panen, pembuatan hujan, penangkapan ikan, pelayaran, perdagangan dan percintaan. 2. Magik Protektif Magik ini diprioritaskan pada usaha dan daya untuk kontrol sosial, di mana baik secara personal maupun komunal menyetujui akan praktek magik protektif. Kegunaan magik protektif adalah untuk menjaga milik, membantu
mengumpulkan
hutang,
menanggulangi
kemalangan,
pemeliharaan orang sakit, keselamatan perjalanan dijadikan lawan bagi magik destruktif.. 3. Magik Destruktif
25
Sujamto, Sabda Pandita Ratu, Effhar & Dahara Prize, Semarang, 2000, hlm. 88-89.
51
Magik ini berbentuk guna-guna yang kadang-kadang dicoba, sering meragukan bila sungguh-sungguh dijalankan, kadang-kadang merupakan kejadian imajinatif, termasuk dalam moral buruk yang melengkapi teori pribumi tentang kegagalan, nasib malang dan kematian. Contoh dari penggunaan magik destruktif adalah untuk mendatangkan badai, merusak milik, mendatangkan penyakit dan mendatangkan kematian.26 Analisis mengenai tindakan magik ternyata memperlihatkan ciri khusus, yaitu: 1. tujuan praktis yang pasti, 2. untuk diperoleh, dan 3. ada pelaku manusia dari magik. Orang yang melakukan magik
harus dalam
kondisi yang tepat (terpantang dari hubungan seks, makan-makan tertentu dan sejenisnya). Praktek magik terdapat tiga unsur, yaitu: a. Benda yang digunakan Unsur pertama yang harus ada dalam praktek magik adalah benda yang berupa alat atau obat-obatan. Kebanyakan Orang di kawasan Oceania menyatakan bahwa daya dipercaya berada pada mantra-mantra, sedangkan teori penduduk Afrika menyatakan bahwa daya magik dipercaya tinggal dalam substansi material yang sering diterjemahkan sebagai obat-obatan.. b. Benda yang digarap Maksud dari benda yang digarap adalah upacara yang mempunyai keragaman hampir tidak terbatas, tetapi pada hakekatnya berfungsi untuk mengarahkan magik pada objeknya. Upacara kadang-kadang bersatu dengan proses teknisnya, seperti ketika nelayan Tikopia sambil
26
Marisusai Dhavamony, op.cit., hm. 58
52
menurunkan jalanya seraya merapalkan mantra yang ditujukan kepada ikan. c. Sesuatu yang diucapkan Unsur yang ketiga adalah mantra, di mana unsur ini sangat dominan dan sangat penting, sebagai pembentuk utama dan sumber yang dipercayai dari daya magik. Beberapa komunitas bentuk dari kata-kata yang dibuat tetap dan tak berubah, sehingga sesuatu kesalahan dalam membawakan formula dapat menodai akibat dari magik. Di Afrika khususnya kata-kata berubah karena merupakan suatu sapaan bersahut-sahutan yang ditujukan kepada obat-obatan agar segera bekerja, sementara ahli magik menyesuaikan katakata dengan maksud tertentu.27 Magik memegang peranan penting dalam segala hal, baik dalam tujuan jahat atau baik, yang kadang membutuhkan korban. Telah disebutkan dalam Rigveda, bahwa korban merupakan sarana untuk menghormati pada dewa serta sarana untuk memperoleh apa yang diinginkan, tetapi dalam kumpulan tulisan Brahmana korban merupakan tujuan tersendiri, karena manusia mempersembahkan korbannya bukan lagi makhluk yang dengan rendah hati berusaha agar para dewa berkenan padanya, melainkan pemilik serta pemakai daya yang lebih kuasa dari apapun di dunia ini, termasuk pada dewa yang tergantung pada daya yang sama memerlukannya seperti manusia. Korban tidak lagi melambangkan sikap manusia yang tunduk dan tergantung pada para dewa, tidak lagi termasuk lingkungan moral, melainkan fisik,
27
Marisusai Dhavamony, op.cit., hlm. 59
53
sumber suatu daya magik, tabungan daya kehidupan baik para dewa maupun bagi manusia.28 Ilmu magik dilihat dari metafisika jawa dapat ditemukan dalam uraian Pangeran Mangkunagara VII (dalam uraian mistik wayang kulit) yang membedakan tiga tujuan mengapa dalam wayang seseorang menarik diri ke hutan untuk berlaku tapa dan bersemadi. Tujuan pertama adalah kerinduan untuk mencapai pengertian tentang asal usulnya sendiri, untuk menjadi sadar akan sangkan paran. Motivasi kedua adalah dalam keinginan untuk mencapai kekuasaan yang tak terkalahkan, supaya dapat dipergunakan untuk menghapus penderitaan ketidakadilan besar. Jadi di sini orang bersemadi untuk memperoleh kekuatan-kekautan gaib demi tujuan-tujuan yang baik yang juga disebut ilmu putih. Ilmu hitam dapat diperoleh manusia dengan memusatkan usahanya pada batinnya sendiri supaya dapat terisi oleh kekuatan-kekuatan kosmos.29 Tapa dan semadi adalah cara untuk memperoleh kesaktian magik, untuk menerima kekuatan-kekuatan gaib dan kekuatan-kekautan itu dapat dipergunakan untuk tujuan baik maupun untuk tujuan jahat. Tujuan jahat inilah yang
mendasari berkembangnya prakek klenik, karena klenik
dipahami sebagaimana Sostosudigdo yang dikutip oleh Franz Magnis Suseno mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek jahat yang didorong oleh nafsu-nafsu
rendah demi benda-benda dunia dan kekautan iblis. Klenik
28
Zoetmulder, Manunggaling Kawula Gusti (Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa, cet. ke-3., Gramedia, Jakarta, 1990, hlm. 56 29
Frans Magnis Suseno, Etika Jawa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 181
54
merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI terdorong oleh motif-motif yang tidak murni, yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan egoisnya sendiri atau untuk merugikan orang lain, karena klenik bersifat egois dan asosial maka harus ditolak. Praktek ilmu magik yang batas antara ilmu putih dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah oleh karena apa yang menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan penggunaan kekuatan-kekuatan
batin
demi
tujuan-tujuan
baikpun
tidak
tanpa
permasalahan.30 Kedua kemungkinan ini selalu ada dan melekat dalam kesadaran orang Jawa. Tujuan jahat inilah yang
mendasari berkembangnya prakek
klenik, karena klenik dipahami sebagaimana Sosrosudigdo yang dikutip oleh Franz Magnis Suseno mendefinisikan bahwa klenik adalah praktek-praktek jahat yang didorong oleh nafsu-nafsu rendah demi benda-benda dunia dan kekautan iblis. Klenik juga merupakan usaha untuk kekuatan batin, tetapI terdorong oleh motif-motif yang tidak murni, yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan egoisnya sendiri atau untuk merugikan orang lain, karena klenik bersifat egois dan asosial maka harus ditolak. Batas antara ilmu putih dan ilmu hitam tidak selalu dapat ditarik dengan mudah karena apa yang menguntungkan yang satu dapat merugikan yang satunya dan penggunaan
kekuatan-kekuatan batin demi
permasalahan.
30
Ibid., hlm. 182
karena
tujuan-tujuan baik tanpa
55
Ilmu hitam membawa kemungkinan konflik suatu ketegangan ke dalam pandangan moral Jawa yang seakan-akan mau meledakkan kerangka acuannya. Karena etika Jawa didasarkan pada kelukuan yang tepat, yaitu pemenuhan kewajiban-kewajiban yang dituntut di situ (darma) dengan setia., sehingga manusia akan dikatakan betul apabila dalam rasa-nya menghayati tempatnya. Untuk memperoleh rasa yang lebih benar manusia harus menggali dalam batinnya. Kesadaran numinus (jiwa) yang sebenarnya adalah kesadaran yang sekaligus menghasilkan suatu pertumbuhan kekuatan kosmos dalam batin. Siapa yang mencapai keadaan itu, dengan sendirinya akan bertindak tepat karena berada dalam kesatuan kekuatan-kekuatan gaib.31 Praktek di lapangan terdapat perilaku yang menyimpang dan ada yang sesuai dengan fungsi dari kekuatan batin tersebut, yaitu mempertinggi darma, akhirnya praktek ilmu hitam ditolak keras, karena merugikan manusia yang lain walaupun pada dasarnya, proses perolehan ilmu hitam juga melalui proses pemusatan pada batin sendiri untuk mencapai kenyataannya sendiri yang sebenarnya, termasuk pengontrolan nafsu-nafsu dan pelepasn diri dari kepentingan egoisnya. Proses kedua pemilahan ilmu tersebut (putih dan hitam) adalah sama, ini mempunyai implikasi serta peluang yang sama akan tujuantujuan tertentu, entah tujuan-tujuan baik ilmu putih, entah demi pamrihnya atau bahkan langsung demi tujuan-tujuan jahat ilmu hitam. Meninggalkan masalah baik dan buruk karena telah mantap dalam kenyataanya yang sebenarnya. Akan tetapi dengan melihat latar belakng ilmu
31
Ibid., hlm. 183
56
hitam memang merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan, tetapi tidak dapat disamakan dengan kedalaman mistik, kebatinan yang sebenarnya dan kekuatan yang sempurna. Ilmu hitam merupakan bentuk kekuatan batin yang menyeleweng dan justru karena pamrih yang melekat padanya lama-lama akan meniadakan dirinya sendiri.32 Ilmu magik dalam perspektif metafisika Jawa yang menempatkan penguasaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang diharapkan dapat menguasai alam ini sebagaimana fungsi manusia diciptakan ke dunia ini dengan perangkat yang paling lengkap di antara makhluk yang lain, dan ini semua mempunyai tujuan: mencari keselarasan mikro kosmos (diri sendiri) dan untuk membangun, melipat gandakan kekuatan, kesehatan badan lahir maupun batin, yang disebut dengan wibawa. Kawibawan dimulai dari gerakgerak yang kasar, lemas, kuat isi, antara kasar dan halus dan sampai pada yang paling kasar dan lembut. Adanya aji kawibawan adalah sebagai jalan penuntun ke arah kejayaan dan kewibawaan dalam hidup dan perjalanannya di alam maryapada.33
32
Ibid., hlm. 185
33
Wiyoto Krido Sanyoto Suryo Kartika Wibowo, Ilmu Aji Kawibawan, Bahagia, Pekalongan, 1996, hlm. 5